jendela

.

.

.

Genre :

Chapter : Completed (part 3)

Warning : Boys Love, DLDR, Typo(s)

Rated : T

Author : VanillaLatte

Disclaimer : Saya hanya pinjam nama. All cast disini hanyalah fiksi. Ide cerita seratus persen milik saya sendiri.

ENJOY

.

.

.


Secara teknis, ia sudah memperhatikan pria yang sedang menyiapkan makan malam di dapurnya itu kurang lebih tujuh belas menit. Tapi jika kau bertanya sejak kapan ia memperhatikan pria itu, Ia sendiri tidak pernah tau pasti.

Entah kapan dan bagaimana semua itu berawal, mungkin hanya benda-benda mati di sekitar mereka yang tahu persis kapan perasaan itu mulai tumbuh darinya, kepada pria itu. Dimulai dengan ketidak sengajaannya mendapati Yesung yang sedang tertidur di kelas, sampai kebiasaannya menghitung berapa kali laki-laki itu menguap saat pelajaran guru Hong, ia sendiri tidak pernah tahu kapan dan kenapa itu bisa terjadi.

Satu-satunya hal yang ia yakini sekarang, adalah bahwa jantungnya sudah berdegup untuk orang ini. Untuk seorang pria dengan mata sipit dan suara yang sedikit serak. Untuk seorang yang selalu memberikannya perhatian terbaik yang membuatnya merasa nyaman. Untuk seseorang bernama Yesung. Kim Yesung.

"Ayo makan." Ujar laki-laki itu sambil mulai duduk di kursi makan setelah Ia mengeluarkan semangkuk sedang kimchi jiggae yang sudah dipanaskannya dari microwave, dan meletakkannya diatas meja makan. Yang diajak bicara malah tersenyum lebar, lalu mendorong mangkuk kosong miliknya mendekat pada yang lebih tua. Maksudnya, ia minta mangkuk itu diisikan nasi atau bahasa lainnya, ia malas mengambil nasi sendiri. Yang lebih tua mendengus kesal dengan tatapan mencibir, tapi toh, ia tetap saja bangkit dari kursinya dan mengisikan semangkuk nasi buat orang itu.

"Terimakasih." Katanya setelah mendapatkan semangkuk nasi. Pria dengan surai hitam itu mengambil mangkuk sup, mengisinya dengan lauk dan kaldu dari panci sup itu, dan memberikan untuknya. Walaupun ia tak pernah mengutarakan dengan jujur apa yang dirasakannya, ia selalu bertindak jujur, seperti apa yang dirasakan hati kecilnya. Memperhatikan pria itu mungkin sudah menjadi salah satu kebiasaannya sekarang. Kalau sampai laki-laki itu pergi nanti, pada siapa ia harus mencurahkan perhatiannya?

Dengan mulut yang penuh, si empunya rumah berujar, "Nanti biar kuantar pulang."

"Tidak usah." Tukasnya cepat. "Aku akan kembali lagi besok—membantumu berkemas dan menyiapkan ini-itu. Setelah ini kau istirahat saja, sudah malam."

Ia menyeruput sedikit sup-nya, "Justru karena sudah malam, aku akan mengantarmu pulang, hyung."

"Kyuhyun, aku sudah cukup dewasa untuk bisa naik bus." Sanggahnya lagi.

"Aku tahu," Katanya sambil terkekeh pelan, "Aku yang belum cukup dewasa untuk membiarkanmu naik bus sendirian se-larut ini, Yesung-Hyung."

Yesung meneguk sedikit ocha hangatnya, lalu menarik sebuah senyum tipis, "Simpan saja rayuanmu itu untuk wanita-wanita Jerman yang pasti akan kesulitan bernafas mendengarnya nanti. Tapi sayangnya aku laki-laki, dan aku bukan orang Jerman."

Kyuhyun tertawa kecil dan tidak berniat menanggapi pembicaraan ini lebih lanjut. Ia terus melanjutkan acara makannya, dan membiarkan lawan bicaranya memperhatikannya terus. Ia selalu menyukai ini ; saat Yesung sedang menatapnya lekat-lekat, tanpa bersuara, dan ia akan berpura-pura tidak merasa diperhatikan. Katakan ia manja, tapi sekali lagi, perhatian Yesung selalu membuatnya merasa nyaman. Makan malam itu berlanjut dalam keheningan, dan tak butuh waktu lama untuk membuat mangkuk keduanya sudah kosong, berganti menjadi perut mereka yang penuh.

"Aku tidak tahu kau bisa main winning eleven se-hebat itu." Katanya sembari meneguk segelas air. "Mengalahkan aku dengan skor enam – empat itu luar biasa, Hyung." Tambahnya. Yesung hanya tertawa menanggapinya.

"Kalau aku tidak bisa main, buat apa aku menyanggupi jebakan iblis?" cibirnya sambil mulai membereskan peralatan makan. Kyuhyun hanya membantu menumpuk beberapa mangkuk kosong, dan menyimpan sup kedalam kulkas. Di dalam kulkas, ada sepotong chocolate cake yang masih belum tersentuh. Tanpa pikir panjang ia segera mengambilnya. Sepertinya punya Ahra, tapi ya sudahlah. Anggap saja sebagai pajak tambahan tutup mulut.

Ia mendekat pada Yesung yang masih sibuk mencuci piring, memotong sedikit cake itu dengan garpu dan menyuapkannya pada Yesung. Setelah itu barulah ia memotong lagi sedikit dan melahapnya. Ia mengernyit, "Bisa-bisa Ahra jadi sebesar drum kalau terus-terusan makan cake semanis ini."

Yesung tertawa, dan mencibir, "Cynical."

"Realistic." Bantahnya. Ia kembali memotong kue itu dan memakannya. Memotongnya sekali lagi, dan menyuapkannya pada Yesung. Lalu meletakkan kue itu kembali lagi ke tempat asalnya—kulkas. Bersamaan dengan itu, Yesung sudah selesai dengan tugasnya.

"Kau benar-benar tidak ingin menginap, Hyung?" ujarnya sembari menutup pintu kulkas itu pelan.

"Bukankah perjanjiannya aku harus pulang?" tanyanya, mendekat pada lawan bicaranya.

Kyuhyun menghembuskan nafas pelan, "Yah, aku tidak memaksa."

Yesung tersenyum, Kyuhyun tidak pernah jadi sesabar ini sebelumnya. Dimatanya, Kyuhyun adalah laki-laki paling manja, usil, sinis, dingin, dan menyebalkan sejak pertama kali mereka bertemu. Namun semakin lama, sisi lain milik pria itu semakin terpampang jelas buatnya untuk dimengerti, sekaligus membuatnya terpesona.

Pria bersurai caramel itu mendekat, dan merengkuh tubuh kekasihnya dalam sebuah dekapan. Dengan nyaman ia merebahkan kepalanya di bahu laki-laki itu dan memejamkan matanya. Yesung melakukan hal yang sama, membalas dekapan laki-laki itu. Matanya terasa panas, tapi ia yakin ia tidak akan menangis. Setidaknya untuk saat ini.

"Sejak kapan aku jadi clingy begini?" nada retoris itu meluncur begitu saja dari Kyuhyun. Ia tidak pernah tahu sejak kapan ia begitu membutuhkan ini.

"Aku akan kembali kesini besok. Kita masih bertemu lagi besok." Ujarnya, mencoba beberapa kali menepuk punggung Kyuhyun pelan. Mencoba meyakinkan Kyuhyun—atau dirinya sendiri bahwa mereka akan bertemu lagi besok. Ini bukan perpisahan terakhir mereka. Setidaknya bukan hari ini.

Kyuhyun melepaskan dekapannya, dan menepuk-nepuk pucuk kepala Yesung pelan, "Kalau begitu tunggu sebentar, aku ambil kunci mobilku dulu."

Pria itu berbalik, dan pergi menaiki tangga hingga sosoknya menghilang dibalik pintu. Yesung menghembuskan nafasnya pelan, dan memegangi dada kirinya yang tiba-tiba terasa sesak. Kyuhyun itu, bukan orang yang suka dengan hal-hal roman seperti ini. Tapi sekali saja ia melakukannya, kau tidak akan pernah bisa menahan imbasnya. Kali ini, rasa sesak itu muncul. Memberi tahunya bahwa ada sesuatu yang seharusnya tidak membuatnya merasa sesak.

"Ayo." Ujarnya. Ia sampai tidak sadar sejak kapan Kyuhyun sudah ada disana, memegangi kunci mobilnya dan menunggunya.

Tanpa pikir panjang, ia berjalan mendekat, dan menghambur memeluk kekasihnya. Hampir saja mereka berdua terpelanting kebelakang kalau saja Kyuhyun tidak memiliki reflek yang cukup baik. Yesung memeluknya begitu erat, entah apa yang merasukinya hingga menjadi seperti ini.

"Hey," ia mengusap pelan belakang kepala laki-laki itu, berusaha sekedar menenangkannya dari sesuatu yang ia sendiri tidak ketahui apa. "Kenapa?"

Ia ingin melepaskan pelukan ini untuk melihat wajah Yesung, hanya untuk memastikan apa yang terjadi pada orang kesayangannya ini. Tapi ia tak bisa menahan senyumanya dan segera mengurungkan niatnya untuk bertanya, tepat setelah saat laki-laki itu berujar ;

"Kau menang. Aku akan menginap."

.

.

.


Jendela

An Alternate Universe Screenplays Fanfiction

By Vanillalatte


Kamar itu sekarang terasa hidup. Walaupun hanya suara game dari playstation dan teriakan frustasi Kyuhyun yang sedang berperang melawan mahkluk-mahkluk di dalam televisi, namun ia sendiri menyadari bahwa kamarnya tidak pernah terasa sehidup ini. Manusia yang satunya lagi—yang sedang tiduran diatas kasur—itu sedang sibuk membolak-balik sebuah album foto yang ia temukan di antara tumpukan buku-buku tebal milik Cho Kyuhyun beberapa menit yang lalu.

Akhirnya ia menginap juga disini. Walaupun seharusnya ia bisa pulang ke rumahnya karena menang dari Kyuhyun, tapi hatinya yang menyuruhnya tetap disini. Hanya untuk sementara waktu.

Di dalam album itu, ada banyak sekali foto-foto masa kecil Kyuhyun yang ditempel sedemikian rupa. Ada foto bayi Kyuhyun dengan keterangan ; tanggal lahir, berat, panjang, nama lengkap, proses kelahiran, yang diceritakan dengan detail dan ditulis tangan oleh ibunya sendiri. Lalu ada foto yang menceritakan awal Kyuhyun mulai berguling, duduk, merangkak, sampai berjalan. Dari situ juga, Yesung baru tahu kalau Kyuhyun sebenarnya agak terlambat berjalan dibandingkan anak-anak lainnya.

Selanjutnya saat Kyuhyun mulai sekolah. Satu lagi fakta yang baru ia ketahui dari orang kesayangannya ini, Kyuhyun ternyata di sekolahkan setahun lebih awal dari teman sebaya-nya. Dengan baret dan rompi sekolah, Kyuhyun kelihatan sangat lucu dengan pipi yang gembul. Ternyata orang ini pernah gemuk juga, pikirnya. Dan di halaman-halaman berikutnya, adalah foto-foto Kyuhyun yang memenangkan kejuaraan, lomba-lomba, olimpiade, kejuaraan, dan hal-hal semacam itu. Ia tersenyum, ternyata seperti ini dulu wajah kecil orang itu.

"Katanya kau mau mandi, Hyung?" suara sang pemilik album menginterupsi, tapi pandangan dan fokusnya sama sekali tidak berpindah dari kegiatan pentingnya.

"Sebentar lagi." jawabnya. Ia masih asik membalik dan menelusuri setiap halaman dan foto-foto dalam album itu.

"Pakai bajuku saja, ada di lemari." Jelasnya. Yesung hanya menggumam kecil dan melanjutkan kegiatannya.

Wajah Kyuhyun saat SMA ternyata cukup berbeda dari wajah kecilnya yang sedikit chubby. Ia terlihat agak kurus, dan tubuhnya yang bertambah semakin tinggi membuatnya terlihat lebih tampan. Mungkin wajahnya yang terlihat dewasa dan pemikirannya yang matang membuat Kyuhyun sudah nampak seperti anak kuliahan sekarang.

Dan sejak SMA, rambutnya sudah berubah menjadi caramel. Ia tidak pernah mempertanyakan apa alasan laki-laki itu mengubah warna rambutnya. Tapi dalam waktu yang sama, ia juga berharap Kyuhyun tak akan menggantinya kembali ke asalnya.

"Aku memang tampan dari dulu, hyung. Tidak usah terpesona begitu." Suara itu tiba-tiba saja menginterupsi. Saat ia menengadahkan kepalanya—mengalihkan pandangannya dari album itu, ia disambut oleh seringaian Kyuhyun yang sedang menopang dagu tepat di depan wajahnya. Pria itu duduk di lantai, tapi kepalanya ada di tepi kasur.

Ia mencubit kedua pipi orang yang disayangnya itu dengan gemas dan menariknya berlawanan arah, "Pipi tirus begini kau bilang tampan?" ujarnya. Kyuhyun memasang wajah badmood terbaiknya dan membiarkan Yesung tertawa melihatnya. Wajahnya pasti terlihat aneh sekarang. Gepeng, pipi yang ditarik melebar, dan wajah badmood sebagai pemanis.

Yesung terkekeh sebentar sebelum akhirnya melepaskan tangannya. Kyuhyun masih memasang wajah sebal, tapi tak lama kemudian bibir tipis itu sudah membentuk seulas senyum hanya karena laki-laki yang lebih tua cepat-cepat mengecupnya.

"Kau lebih suka pipiku yang seperti bakpao di albumitu atau yang seperti ini?" tanyanya.

Ia terlihat berfikir sebentar, "Kau terlihat sangat sehat kalau pipimu berisi. Terlihat menggemaskan."

"Tapi aku memang selalu sehat dan menggemaskan."

Yesung memutar bola matanya jengah, lalu mendorong dahi laki-laki itu dengan jari telunjuknya. "Sehat, iya. Tapi kau jauh dari menggemaskan, Cho."

"Apa tidak ada panggilan lain, Hyung? Ada ratusan orang bernama Cho diluar sana." Ujar Kyuhyun sambil berdiri menuju lemari pakaiannya. Mengeluarkan sebuah kaus rumah berwarna putih dengan gambar kartu spade dan celana rumah panjang berwarna cokelat. Berbalik menghadap Yesung, lalu duduk di sampingnya.

"Memangnya kenapa?" laki-laki itu memiringkan kepalanya setelah akhirnya ikut duduk mensejajari lawan bicaranya.

"Entahlah. Hanya terkesan sedikit tidak spesial." Ujarnya sambil menyodorkan baju ganti itu untuk orang kesayangannya yang sekarang sedang tersenyum lebar kepadanya. Kyuhyun memandang wajah itu, lama… bukankah lebih nyaman seperti ini, huh? Bukankah lebih nyaman kalau kau sedang bersamanya? Lalu kenapa memutuskan untuk pergi?

Yesung mengambil baju ganti itu dari tangan Kyuhyun, lalu beranjak pergi dari kasur menuju kamar mandi. Ia sempat berujar, "Nanti kucarikan nama panggilan baru untukmu." Sebelum akhirnya pintu kamar mandi itu tertutup.

Ia menghembukan nafas panjang dan berat, menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup itu cukup lama hingga akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan rasa lelah yang menderunya itu membawanya berbaring di atas kasurnya yang empuk. Bahkan langit-langit kamarnya sekarang pun terlihat begitu memuakkan. Seharusnya ia memikirkannya lebih matang sejak jauh-jauh hari.

Ia bisa saja meminta Yesung untuk ikut dengannya, kuliah bersama disana. Ayahnya bisa mengurus semuanya. Mereka bisa tetap terus bersama dengan tinggal di satu flat atau apartment dekat kampus. Dengan begitu ia tidak perlu menahan rindu dan membagi pikirannya untuk memikirkan orang kesayangannya itu disini. Tapi Seoul University itu adalah cita-cita Yesung sejak lama, Kyuhyun tahu itu. Dan ia tidak ingin memaksa.

Tapi perasaan ini, yang dari kemarin membuatnya sama sekali tidak tenang.

Jujur, mungkin perasaannya ini sudah terlalu banyak hingga kata 'cinta' dan 'sayang' saja sudah tidak cocok lagi dipakai sebagai label atau sekedar alibi. Oh ayolah, ia sendiri bahkan sudah lama sadar bahwa ia rela melepaskan apapun dan memberikan segalanya hanya untuk orang itu. Tapi sekali lagi, batasan berjudul gender membuatnya semakin bingung. Kenapa ia harus dipaksa mencintai seorang wanita, kalau ia sendiri merasa sanggup menukarkan hidupnya hanya demi melihat Yesung tersenyum?

Satu-satunya alasannya pergi jauh ke Jerman, hanya untuk memastikan semuanya. Dan hanya jika kalian jeli, ya, itu juga alasannya tidak mengikat hubungannya dengan orang kesayangannya itu. Karena kalau benar ini semua hanya perasaan sesaat, ketika ia sibuk dengan semua aktivitasnya di negeri orang itu tentunya ia tidak akan sedikit pun teringat dengannya. Dan jika hal itu benar-benar terjadi, ia siap untuk memutuskan hubungan apapun yang sudah ada diantara mereka selama ini. Masalahnya, ia ragu. Ada setitik keraguan kecil yang mengambang ditengah-tengah semua perasaan yang ia punya.

Bagaimana kalau memang benar perasaan ini hanya sesaat? Perasaan ingin memiliki sebanyak dan sehebat ini hanya sesaat? Ia bahkan tak pernah merasakan perasaan seperti ini dengan wanita manapun. Apalagi dengan pria. Dan bagaimana kalau ia ternyata benar benar mencintai Yesung? Apa ia bisa membuat laki-laki itu tetap tinggal disampingnya?

Masa bodoh dengan keluarganya, cemoohan orang dan yang lain-lain, ia tidak mungkin berani melangkah sejauh ini kalau ia tidak yakin. Apapun keputusan akhirnya nanti, ia akan berusaha se-adil mungkin pada dirinya sendiri.

"Sudah tidur, ya?" suara itu membuatnya membuka matanya, dan otomatis tersenyum mendapati mahkluk ini sudah berbaring disampingnya. Rambutnya basah, dan wajahnya terlihat jauh lebih segar dari sebelumnya.

Kyuhyun memilih mengulum senyumnya, dan kembali memejamkan matanya. "Hampir." Gumamnya.

"Oh, Kapan kau mulai membereskan barangmu?"

"Entah. Besok pagi. Mungkin." Ujarnya malas. Bisakah kau tidak membahas apapun tentang itu?

"Kalau begitu boleh aku tidur sekarang?" tanyanya. Kyuhyun sontak terkekeh mendengar nada suara yang terdengar begitu polos di telinganya barusan. Ia membuka matanya, dan berbaring menghadap lawan bicaranya.

Wajah orang itu terlihat begitu polos dan matanya begitu jernih. Berkali-kali ia mencoba menyelami arti mata itu, tapi ia tak pernah bisa menemukan apa yang ia cari. Rasaya begitu sulit menyelam disana, terlalu dalam. Ia hanya bisa tersenyum semakin lebar, lalu mencubit kedua pipinya gemas. "Kau tidak cocok dengan aegyo, hyung."

"Aku tidak sedang mencoba beraegyo." Bantahnya.

"Masa?"

Yang lebih tua meninju kecil perut laki-laki berambut cokelat itu dan pada akhirnya ia melepaskan cubitannya. Ada sebuah atmosfir hening yang cukup lama ketika mereka sama-sama memandang langit-langit kamar Kyuhyun yang kosong. Yesung yang sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Kyuhyun yang sedang berusaha menenangkan pikirannya yang begitu kalut.

Seakan teringat sesuatu, Yesung tiba-tiba bangkit terduduk, "Perlu kubuatkan coklat panas? Sekarang?" tanyanya.

Kyuhyun mengerutkan dahinya, masih dalam posisi rebahannya, "Untuk apa?"

"Bagus untuk tubuhmu, bodoh. Supaya kau bisa tidur nyenyak nanti. Hari ini kan kau sibuk sekali." Jelasnya.

Ingin rasanya Kyuhyun meledek, woo romantis sekali, atau lainnya. Tapi sepertinya hal itu akan menghancurkan mood dan atmosfir yang sudah ada. Jadi ia memilih tersenyum dan mengangguk. Membiarkan Yesung bangkit dari tempatnya, lalu berjalan menuju pintu keluar kamar.

"Hyung," cegahnya tiba-tiba, tepat satu detik setelah Yesung memutar kenob pintu itu.

"Apa?"

Yesung merasa jantungnya seperti ditekan sesuatu. Ada sesuatu yang berat menimpa dadanya saat Kyuhyun melanjutkan kalimatnya, membuatnya sulit bernafas. Tapi pada akhirnya, ia hanya mengangguk dan tersenyum, lalu berlalu dari pandangan Kyuhyun.

Ia tidak akan bisa melupakan ekspresi Kyuhyun saat mengucapkan kalimat itu tadi. Bagaimana intonasi suaranya yang terdengar berat dan dalam, ia tidak akan pernah lupa. Ia berjanji akan terus mengingat bagaimana caramel itu menatapnya dan berkata ;

"Terimakasih… Sudah memperhatikanku… Terimakasih."

.

.

.


Delapan belas kali. Delapan belas kali miscalled.

Ini kali ke delapan belas ia mencoba menelepon orang bodoh yang tinggal persis di seberang rumahnya, tapi tidak diangkat. Begitu kesalnya ia sampai-sampai ia bersumpah akan menendang wajah orang itu nanti kalau mereka sudah bertemu.

"Dua puluh, oke. Aku memberimu dua puluh kali kesempatan." Ujarnya entah-pada-siapa dan kembali menekan speed dial tiga dari ponselnya lalu menempelkannya ke telinga. Speed dial nomor satu adalah nomor ayahnya, walaupun beliau sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, ia sama sekali tak pernah berfikir untuk mengubah speed dialnya. Buatnya orang itu tetap nomor satu dalam hidupnya. Setiap kali ia naik kelas, setiap kali ada kejadian yang terjadi dalam hidupnya, ia akan menelepon ayahnya, walaupun hanya mesin penjawab yang bisa ia dengar.

Nomor dua adalah nomor ibunya. Dan pemilik nomor telepon speed dial tiga—nomor ponsel yang bahkan sudah ia hapal luar kepala—adalah orang paling meskipun adalah orang paling menyebalkan sedunia, tapi sama sekali tak bisa membenciinya.

Nomor yang anda tuju sedang diluar ja

"Aish! Lee Hyukjae!" ia membuang ponsel itu saking kesalnya, tapi ujung-ujungnya ia segera kembali pada benda itu dan mengusap-usapnya sayang. Ini ponsel mahal tau… kan sayang kalau rusak. Tau begini lebih baik ia pacaran dengan ponsel saja. Lebih pengertian, selalu ada untuknya, menyimpan banyak nomor…

"Aku dataang!" suara itu berteriak bangga. Si pemilik suara merentangkan tangannya dan menaikkan dagu, mencoba sombong. Tapi semua tingkah sok kerennya berhasil dijinakkan dengan efektif saat Donghae dengan cepat meninju perut kekasihnya itu.

"YA!"

"Darimana saja?" Donghae melipat kedua tangannya di depan dada, bertingkah persis seperti istri muda yang menangkap basah suaminya pulang terlalu malam entah darimana.

"Iya, iya aku yang salah, maaf. Tadi aku pergi membeli sesuatu." Jelasnya dengan wajah memelas, mengusap-usap perutnya yang ditinju Donghae tadi. Astaga, sakit sekali. Biasanya donghae cuma akan memukul-mukul manja, tapi kali ini benar-benar diluar sekali lagi diluar perhitungan, Donghae berlari ke arahnya dan memeluknya erat-erat. Membenamkan kepala di ceruk bahunya, "Kau tahu aku takut sendirian."

Hyukjae terkekeh kecil, membalas pelukannya lalu mengusap pungguh kekasihnya naik-turun, "Maaf, Hae. Aku tadi benar-benar harus membeli sesuatu… Maaf membuatmu menunggu."

Donghae malah memejamkan matanya, keenakan. Hyukjae memang orang yang paling tahu bagaimana cara paling tepat membujuknya. Well, memang dia tidak benar-benar marah, sih. "Kenapa kau memanjat lewat jendela lagi?"

"Aku lebih suka lewat jendela, hehe," jawabnya. Donghae hanya menggumam menanggapi. Ia kembali berujar, "Ibumu pergi kemana, hae?"

"Pergi ke rumah paman dari tadi sore." Jawabnya cepat.

Hyukjae melepas pelukannya, "Donghwa?"

"Makan malam dengan pacarnya. Oh iya, ada yang ingin kutanyakan." Katanya sambil menarik tangan kekasihnya dan menyuruhnya duduk di atas kasur, disampingnya.

"Kenapa kau memanjat lewat jendela lagi, Hyuk?" Donghae benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya soal hal ini. Maksudnya—Hyukjae bahkan tahu kalau keluarganya selalu menyimpan kunci rumah dibawah pot bunga mawar persis di depan pintu rumah. Ya, meskipun harus memanjat pagar depan, kan setidaknya tidak harus membahayakan nyawa untuk memanjat setinggi itu. Kamarnya dilantai dua, sekedar info.

"Astaga, Hae… kau bicara serius hanya ingin bertanya soal ini?"

"Tentu saja bukan, bodoh. Ini pertanyaan selingan."

Hyukjae terkekeh, memamerkan gusinya, "Pertama kali aku menyatakan perasaanku padamu, aku memanjat jendela, kan? Setiap kali aku kesini, aku juga memanjat jendela, kan? Nah, nantinya setiap kali kau melihat jendela, kau akan teringat padaku hehehehehe."

Ingin rasanya Donghae memeluk erat-erat orang di depannya ini lalu menciuminya sampai ia tidak jadi penggombal. Tapi jujur, ia menyukainya. Jadi ia memutuskan untuk memukul pelan lengan kekasihnya dan ikut tertawa. Tak lama kemudian, Pria bersurai hitam itu menatap dalam-dalam mata kekasihnya, "Nanti, kalau kita sudah lulus, apa kau ingin sekolah diluar negeri?"

Hyukjae terlihat sedikit kaget. Jadi ini yang mau ditanyakan Donghae… Tidak biasanya Donghae mengajaknya ngobrol soal hal-hal yang berbau serius begini. Ia tersenyum tipis, "Hae, kau tau cita-citaku, kan?"

"Menjadi seorang professional dancer?"

"Yep."

Donghae menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar jawaban itu. Duh, orang ini yang tidak nyambung atau memang dia yang lambat berfikir? "Maksudku, apa kau berniat kuliah di luar negeri?"

"Tidak mengerti, ya?" tanyanya. Ia meraih tangan kekasihnya, lalu menggenggamnya erat-erat. "Menjadi penari itu bisa dimana saja, Hae. Aku mau kuliah dimanapun, asal aku bisa terus menemani dan menjagamu kapanpun kau mau. Sesimpel itu."

Ia tersenyum senang. Akhirnya ia merasa puas. Jawaban Hyukjae barusan membuatnya merasa lega. Itu berarti ia tidak harus berpisah dengannya seperti Kyuhyun dan Yesung-hyung. Ia bisa bersama dengan Hyukjae-nya kapanpun ia mau.

Hyukjae melirik jam yang ada di atas meja nakas milik Donghae, jam 00:02.

Perlahan-lahan bibirnya mengukir sebuah senyum tipis, "Ah, ngomong-ngomong, aku punya sesuatu untukmu." Seperti pertunjukkan sulap, Hyukjae tiba-tiba mengeluarkan sepasang gelang dengan manik-manik hitam. Dua-duanya punya ukiran "H" pada salah satu manik yang terletak tepat di tengah.

"Hyuk untukmu, Hae untukku." Jelasnya sambil memasangkan benda itu di pergelangan tangan kekasihnya.

Donghae masih memasang wajah bingung, bahkan setelah gelang itu melingkar di tangan kirinya, ia sama sekali tidak merubah ekspresi wajahnya. Tak lama setelah gelang itu terpasang, ia mendengar suara tawa khas Hyukjae menggema dalam kamarnya. Dan setelahnya, ia hanya bisa merasakan hangat dan rasa khas bibir plump kekasihnya tepat diatas bibirnya.

Lama sekali…

Setelah ia membuka matanya, ia hanya bisa tersenyum dan membiarkan semburat merah muda itu mampir sebentar di pipinya saat Hyukjae berbisik di telinganya ;

"Happy anniversary, precious…"

.

.

.


Ada sebuah gelas kosong diatas meja dekat sofa, dengan sisa coklat yang masih menggenang di dalamnya. Kamar itu sekarang sudah gelap, dan benar-benar sepi. Yang nyaris terdengar adalah suara hembusan nafas dua orang dalam kamar itu. Bahkan mereka sendiri, bisa mendengar degup jantung mereka yang sedikit lebih kencang daripada yang biasanya. Dan itu sedikit mengganggu. Keduanya sedang dalam posisi tidur, di sisi masing-masing ranjang. Hanya punggung mereka yang saling menatap punggung yang lain, padahal keduanya masih sama-sama terjaga. Lagi-lagi jantung mereka-lah yang harus dipersalahkan.

Yesung, terlihat sedikit tenang walaupun ia berkali-kali memainkan ujung selimut yang melingkupi tubuhnya. Berkali-kali pula ia mencoba memejamkan mata, dan bertanya-tanya apakah laki-laki di belakangnya sudah tertidur.

Disisi lain, Kyuhyun, pria yang sedang memeluk erat gulingnya itu terlihat gelisah. Berkali-kali ia menghembuskan nafas panjang tanpa suara. Perlahan, ia menengok kebelakang—berusaha membuat seminimal mungkin gerakan yang timbul, agar jika orang itu sudah tidur, ia tidak perlu terjaga lagi. Dari sini, nafas Yesung terlihat teratur. Apakah ia benar-benar sudah tidur?

Memilih menanggung segala resiko, ia berdehem pelan sebelum akhirnya berujar, "Sudah tidur?"

"Hampir."

"Hyung…"

"Hm?"

"Kau bisa tidur?"

"Kan sudah kubilang hampir, cho."

"Hampir kan artinya belum…"

"Hm…"

"Hyung…"

Sedikit kesal, ia berbalik. Mendapati punggung Kyuhyun yang menghadapnya, ia memutuskan kembali berbalik. "Apa?"

"Umm, tidak. Lupakan."

"Ish."

Laki-laki bersurai hitam itu memang awalnya sudah hampir tidur. Tapi terimakasih banyak pada cho kyuhyun, matanya sekarang sama sekali sulit dipejamkan. Kyuhyun terdengar bergerak terus dari tadi menimbulkan suara 'grusuk grusuk', dan walaupun ia sangat penasaran kenapa bocah itu bertingkah seperti itu, ia memilih diam.

Suara berisik itu kembali lagi terdengar saat ia mulai memejamkan mata, dan ia baru saja akan mengutuk Kyuhyun kalau saja laki-laki itu tidak bersuara,

"Hyung…"

"Hm?"

"Boleh aku minta sesuatu?"

Yesung membalikkan tubuhnya, dan sedikit terkejut karena ketika ia berbalik seharusnya ia mendapati punggung Kyuhyun seperti tadi. Tapi sekarang wajah itu menyambut pengelihatannya. Kamar ini menjadi remang karena tirai jendela yang tidak ditutup—membuat cahaya lampu jalan sedikit merembet masuk. Salah tingkah, ia cepat-cepat berbalik dan membiarkan Kyuhyun memandang punggungnya saja.

"Apa?" tanyanya. Ia sempat merutuki suaranya yang hampir tidak keluar. Seperti anak perempuan saja, pikirnya. Mereka kan sama-sama laki-laki, jadi untuk apa harus merasa deg-degan begini saat akhirnya menyadari bahwa ia dan Kyuhyun tidur satu kasur sekarang? Toh, dulu waktu Kyuhyun menginap di rumahnya, mereka juga tidur satu kasur walaupun akhirnya Yesung memilih tidur di lantai—dan terbangun di kasur keesokan paginya, disamping Kyuhyun.

"Aku—," Kyuhyun bisa merasakan suaranya tercekat di ujung tenggorokan. Apa permintaannya terlalu aneh? Bagaimana kalau Yesung tidak mau?

Yesung berbalik, menatap wajah Kyuhyun dalam gelap, "Kenapa? Ada apa?"

"Aku," Laki-laki bersurai cokelat itu sempat sedikit takut, tapi tiba-tiba bayangan akan dirinya yang akan pergi jauh dan Yesung yang tidak akan terjangkau oleh dirinya lagi membuatnya menjadi semakin yakin. Dalam sekali tarikan nafas ia berkata, "Aku ingin memelukmu. Aku ingin tidur sambil memelukmu. Bolehkah?"

Ada sedikit sengatan kecil di jantungnya ketika ia mendengar Kyuhyun mengatakannya. Nada suaranya terdengar berani, dan begitu yakin. Sesaat, ia sendiri lupa bagaimana caranya bernafas. Bukankah itu terdengar sedikit—ehm, intim? Berpelukan diatas tempat tidur sampai besok pagi? Ia sungguh-sungguh ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya kelu. Semuanya tertahan diujung lidah.

"Maaf, aku terlalu manja lagi…" ujar pria itu lirih. Tidak, Kyu… Kau boleh—Tapi bibirnya mengatup semakin rapat bahkan sampai pria itu kembali membalikkan badan, memunggunginya dan berkata ;

"Kalau begitu lupakan, selamat tidur Hyungie…"

memelukku…

Tidak. Ini benar. Ia tidak ingin menumbuhkan perasaan apapun semakin jauh untuk Kyuhyun. Karena hubungan ini sudah salah dari awalnya, untuk apa terus-terusan dilanjutkan? Yesung membalikkan tubuhnya, memilih untuk mencoba tidak peduli. Ia memejamkan matanya cepat-cepat, berharap rasa lelah bisa memeluknya erat hingga ia segera cepat terlelap. Namun bayangan itu kembali datang. Saat-saat Kyuhyun memeluknya, mengusap pipinya, bercanda dengannya, mengganggunya dari jendela, menggenggam tangannya, menautkan jari-jari mereka… dan semua itu akan hilang. Tidak akan ada lagi senyuman licik, kata-kata pedas, ciuman tiba-tiba, pelukan yang ia butuhkan, sebentar lagi semuanya hilang.

Ada sedikit rasa sakit saat Yesung tidak menjawab permintaannya tadi. Setidaknya, sedikit celetukan pedas akan membantu, tapi yesung sama sekali tidak menanggapinya. Tidak walaupun hanya gumaman kecil. Ada sesuatu yang membuat Kyuhyun merasa sedih. Entah apa. Entah kenapa. Padahal ia yakin Yesung menatap matanya tadi, tapi kenapa ia tidak menjawab? Apa permintaannya terlalu berlebihan?

Baru saja Kyuhyun akan mencoba memejamkan matanya, ketika ia merasakan sesuatu melingkari tubuhnya. Ia cepat-cepat menunduk mencari asal kehangatan itu, dan mendapati ada lengan melingkar di perutnya. Dan tak lama kemudian, punggungnya terasa hangat. Ah… Ada seseorang di belakangnya.

"Cepat tidur." Kata orang itu.

Ingin rasanya Kyuhyun melompat saking senangnya, Yesung akhirnya memeluknya.

Kyuhyun berbalik, membuat Yesung melepaskan pelukannya. Ia bisa menatap wajah Yesung yang ada sedikit lebih rendah darinya. Perlahan, ia mengecup dahi yang tertutup rambut itu dan melingkarkan tangannya di pinggang orang itu. Ia menyamankan dagunya di pucuk kepala orang itu, dan tersenyum selebar yang ia bisa. Beban berat itu seakan hilang seketika saat ia bisa merasakan aroma tubuh orang kesayangannya amat dekat dengannya.

Yesung memejamkan matanya, lalu tersenyum lebar. Seperti ini seharusnya… Memang seperti ini perasaannya… Ia mengeratkan pelukannya dan menyamankan dirinya di dada laki-laki itu, menyerap sebanyak mungkin hangat yang ia butuhkan, dan ditawarkan Kyuhyun secara cuma-cuma. Malam ini akan menjadi sejarah tidurnya yang ternyenyak dan terhangat. Ia akan mengingatnya. Sampai Kyuhyun kembali nanti, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengingat rasa nyaman dan aroma tubuh orang kesayangannya ini. Sampai Kyuhyun kembali nanti, ia akan tetap disini.

"Yesung-Hyung…"

"Hm…"

"Aku mencintaimu."

"Aku tahu," ada rasa bahagia yang begitu banyak hingga rasanya seperti meluap-luap dari perutnya. Ia tidak pernah, seumur hidupnya, merasakan kehangatan seperti ini. Ia bahagia. Sangat, sangat bahagia. "Aku juga mencintaimu."

"Selamat tidur, Yesung."

"Selamat tidur, Kyu…"

.

.

.

END


TERIMAKASIH BANYAK SAYA UCAPKAN KEPADA :

Nin nina / 24 / kyundaclouds / loveclouds / ajib4ff / adette / srelf567 / cloud3024 / tinker tinker4 / cloudsyesungie / .9 / kjwzz / sayangsemuamembersuju / sparQClouds / kyusunglove / akusukaff / dewicloudsparkyu / ayyes / ermagyu / cloudhy3424 / hera3424 / kiss / ChaeryCarnation / won / NakazawaRyu / GaemCloud / Yesungismine / cloudyclouds / cloudyeye / szaszahamis / yuzukichaeri / yebaby07 / ryaniclouds / cha2lovekorean / merry hynzia / anon / langitmerah311 / guest / kyuwoon

Maaf yaa ngga bisa balesin review kalian satu-satu :( saya sayaaang bangett sama kalian! Makasih banyak!

Author's note :

/die bcause of my own cheesy-ness./

Astaga… apa yang sudah kulakukan ya tuhan…

Sumpah itu cheesy banget, dan saya nyesel, maaf banget ya reader saya juga sekalian curhat di fict ini huhu :'(

Well, saya ditinggal 'orang-kesayangan' saya lagi, ketempat yang jauuuuh… dan dia bakal tinggal disana. Saya ngga bisa bayangin gimana kangennya saya sama dia nanti… dia itu temen saya dari kecil, kami tumbuh bareng karena orang tua kami dekat. Kami sempat pacaran terus putus terus sekarang ngga berstatus, dan saya galau. Jujur.

/LUPAKAN/

Maaf udah menyiksa kyusung :''(

Saya suka banget sama bagian eunhae *tunjuk-tunjuk* itu tadiii~ menurut kalian gimana?

JUST FUCK ON STAGE ALREADY YOU BOTH. Di ss5 kemarin sumpah heboh banget, mereka sama-sama topless dan saling pelukan, Hae menjilat(?) Abs nya Hyuk, Hyuk jilat pipinya Hae, OHMAYGADH saya beneran ngga kuat buka tumblr sekarang :(( saya pengen banget liat live nya.

Ah udah, jadi curhat.

Oh iyaaa saya mau jawab beberapa pertanyaan via PM, supaya kalian semua juga ngeh dan bisa ikutan discuss sama kita~ hehe

3. Bisa nggak di cerita ini dikasih NC?

Wow. Saya sendiri juga sebenernya pernah berfikiran begitu /nahlo/ tapi masih bingung juga nih, seharusnya sih nc nya di part ini, Cuma ya… saya masih trauma bikin nc hehehe mohon dipahami ya :3

2. Kapan sih KyuSung bakalan pacaran?! Gregetan banget!

Coba tanyain sama Kyuhyun deh, saya juga ngga ngerti jalan pikiran dia… tapi ya, udah sedikit saya jelaskan di chapter ini yaa :3

updatenya lama banget?

Saya… minta maaf dengan semua readers yang seriiiing banget nanyain saya soal ini… gini ya, saya sedang banyak kerjaan di real-life, dan harus babysitting juga belakangan ini /loh?/ bukan, bukan anak saya kok, tenang tenang :3 jadi tolong pengertiannya ya… kondisi fisik saya juga jelek banget akhir-akhir ini.

TAPI TENANG SODARA SODARA,

Saya janji sama kalian akan update, kan? Saya usahain kok semampu saya untuk update, doain aja yaaa…

OH IYA! Saya punya acc tanya jawab, link-nya bisa dibuka di profile saya~
disana nggaperlu acc kok, jadi kalo kalian mau tanya tanya atau apa bisa silahkan berkunjung, pasti saya jawab :3

Terimakasih banyak buat kalian yang udah mau ngikutin, dan reviews cerita ini… makasih banyak, tanpa kalian cerita ini ngga bisa jadi apa-apa :'')

Komentar, kritik, saran, pertanyaan, semua diterimaaa!

Apa FF ini masih bisa dilanjut? hehehe tergantung kalian semua, tegantung review yang saya dapat :))

Warm hug,

Vanillalatte

V

V

V

V

V