Disclaimer : Masashi Kishimoto

Tittle :Love Affair

Pairing : ItaHinaKaka

Genre: Hurtcomfort/Romance

Warning : OOC (demi kelancaran cerita), amatir, Typoss, dan sederet kesalahan lain, harap maklum. Second POV

Well, melihat review minna-san, aku jd smangat, aplg dr Moofstar-san #janganbejekaku, tp Seta mau minta maaf g bls satu2, Seta bukan org yg pandai basa-basi, trims ut review yang membangun.

Update cepet kenapa? Karena mmg sudah selesai dari kemarin semua, tp Seta bikin 2 Chap, Seta mau update klo rev-nya lumayan, and here it is… i'm satisfied enough#Cerewet! Ditimpuk reader.

.

.

.

.

.

"Hinata, bersiaplah, temani aku ke Hokkaido."

Ini mungkin perjalanan pertamamu sebagai Nyonya Uchiha. Semua pakaianmu baru, Itachi membelikan yang terbaik. Sebut saja Dior, Versace, Victoria Secret, Piere cardin, DKNY, NYLA dan sederet merek terkenal lainnya. Hinata tak menolak, menyesuaikan diri dengan Itachi merupakan keharusan baginya.

Hey aku rasa kau masih terbebani dengan rasa bersalah akan affair-mu dengan Kakashi. Kau terus berharap tidak pernah bertemu dengannya, kau takut godaan itu menjerumuskan niat tulusmu untuk membahagiakan Itachi. Namun jika kau cukup tahu, perasaan itu adalah dimensi kuanta. Sekuat apapun kau menolak untuk menjauhkan hal yang kau benci, tapi terlampau sering kau pikirkan, maka dia akan menarik kuat apa yang paling sering kau pikirkan~ baik atau buruk. Lihat saja bagaimana ini terjadi padamu segera.

Penerbangan memang bukan hal baru untuk nyonya Uchiha muda, bukan pula hal yang paling menyenangkan. Mereka sampai di Hokkaido, salju menutup jalan dengan cepat. Ban mobil harus menggunakan rantai anti salju agar tak tergelincir. Udara bertambah berat, hidung nyonya Uchiha berair. Kepalamu berat karena cuacanya sedang ekstrim. Mungkin memang ada alasan mengapa cuaca ini begitu menyiksa, kita akan tahu nanti.

Itachi tak tega membangunkanmu yang pasrah tertidur di pangkuannya. Koper dikeluarkan satu-persatu oleh bell boy. Itachi cukup kuat mengangkat Hinata sendiri, tentu saja alasan lainnya karena tak sudi ada orang yang menyentuh dirimu. Tatapan kagum sekaligus iri para gadis tertuju padamu yang tak sadarkan diri. Hey Hinata, jika itu orang lain tentu aku akan menyumpah serapah, tapi itu dirimu Omae dattanda.

Cinta dari seorang suami yang kau damba, kini kau dapatkan. Kuharap kau tak mengecewakan Uchiha Itachi. Sepertinya, setiap yang merasa punya cinta perlu diuji, begitupun Hinata dan Itachi. Mereka akan, namun sekarang, biarkan mereka menyesapi kehangatan yang diberikan masing-masing.

Itachi membaringkan Hinata, memberikan tips besar pada pengantar koper karena hatinya tengah gembira. Sejurus kemudian bergabung dengan Hinata untuk berbagi kehangatan. Itachi membiarkan kepala Hinata bersandar di dadanya yang bidang. H

Hawa dingin masih menusuk, perapian tidak mampu memberikan kehangatan, bagi Itachi. Mereka tertidur, nyaman. Itachi membawa harapan dalam perjalanan kali ini, mempererat, ~bukan~maksudku, menguatkan ikatan mereka, Itachi sadar terlalu lama membiarkan Hinata kesepian, sendiri, sementara dirinya sibuk bekerja, tentu, semua itu demi Hinata.

Kalian penasaran kenapa Itachi yang Uchiha bisa jatuh cinta pada Hinata? Ah kalian memang selalu penasaran. Tak apa, bagus; jadi aku punya alasan bercerita.

Siang itu terik, Itachi melewati gang sempit berlarian di tengah sinar matahari membuat peluh mengucur dari dahiny. Hobi berburu jejak kaki kucing untuk dijadikan cap menuntunnya pada kucing terakhir yang masuk ke gang sekaran. Hadiah untuk Sasuke, si bocah sok jago yang ingin mengalahkan kakaknya. Itachi? Terbakar keegoisan membuktikan dirinya sang pemenang. Kucing itu lihai, dia bersembunyi di gang. Tubuh Itachi lemah, dan semakin parah dengan terik menyengat siang itu. Sebelum ambruk karena demam di siang terik, Itachi melihat kucing dalam dekapan anak SMP, berseragam, manis. Lalu BUAGH, Itachi tersungkur dengan bodohnya di depan anak itu.

Saat terbangun, mendapati dirinya dikompres seadanya di gang, hanya dia dan anak itu, hembusan napas memburu darinya yang cemas menggelitik Itachi,

"Daijobuka, Senpai?" Hinata kecil yang begitu penyayang tak bisa membiarkan orang pingsan ditinggalkan. Yang ditolong malah tersenyum penuh arti.

"Siapa namamu?"

"Hinata, Hyuuga Hinata."

Sesederhana itu? Ya, tidak perlu alasan rumit, sebenarnya Itachi hampir lupa, jika saja kewajiban berkeluarga tak mendatanginya begitu cepat. Mikoto dan Fugaku memang membuatnya tak betah dirumah, itu mengingatkan Itachi pada seorang anak bersurai indigo, berwajah manis, berkulit sehalus porselen. Kemudian berkas-berkas perusahaan yang akan kau sita membelalakkan matamu. Hyuuga! Ya … Hyuuga … ini adalah takdir, What a lucky man! Dan Itachi bahagia bisa menyelamatkannya, ~setidaknya; begitulah menurutnya.

.

.

Pesta di ballroom hotel megah membuat tamu undangan iri melihat nyonya Uchiha, istri pemimpin mereka. Meskipun tak jarang cibiran dari gadis A.K.A perawan tua yang menyangsikanmu bisa jadi istri sepadan dengan sulung Uchiha saat usianya baru 19. Tapi, jika Itachi tak keberatan, kenapa kau harus memusingkan mereka?

Satu-persatu mereka menyalami Hinata, karena tak semua diundang dalam pernikahan mereka. Ralat; semuanya tak diundang. Hari ini dirimu terlihat berkilau mengenakan evening wear berkerah v berwarna biru tua sewarna surai yang dibiarkan tetap lurus. Gaun yang melekat sempurna, namun tak menimbulkan kesan murahan. Berlian menghiasi leher jenjang itu. Kau tak begitu suka bergaul dengan orang-orang ini. Kau tak mau melepas Itachi, sedangkan Itachi, memeluk pingganggmu erat, ~bahagia dibutuhkan.

"Yo!" satu tepukkan di pundak Uchiha menggedor pintu kesadaran Hinata yang sejak tadi tidak sadar diperhatikan. Kau mengenal suara itu, batinmu memohon, agar bukan orang itu, bukan dia, bukan, bukan.

"Kakashi…" Itachi menyebutkan nama yang paling tak ingin di dengar olehmu.

Kau bagai patung, tak mampu bergerak. Wajahmu pucat pasi, memandang Kakashi yang masih dengan wajah santainya memandangmu seolah tak terjadi apapun.

"Ini?" dia memandangmu intens. Jika saja kalian ada disini untuk menyaksikan Hinata dengan parade perasaannya yang campur aduk, kalian akan tahu rasa bersalah mendominasi wajahnya.

"Istriku, Hinata." Itachi merangkul pundak Hinata yang terbuka, menyadarkan ada tangan yang menunggu dijabat.

" Hatake Kakashi, senang melihat nyonya Uchiha, anda begitu menawan." Kau mengulurkan lengan kaku, mencoba tersenyum mendengar satir Kakashi.

"Dia adalah kepada bagian strategi,"

Kau mengangguk sebisanya, menyentuh pelan pipi Itachi. Itachi merendahkan kepalanya. Kau berbisik bahwa dirimu perlu ke toilet, Itachi mengangguk. Hinata, taukah kau? Ada api yang kau sulut saat memperlakukan Itachi lembut, api yang berkobar dan siap membakar. Salah siapa? Entahlah ...

Kau membasuh wajah dengan air, tak mempedulikan bedak tipis yang telah kau ulas. Kau gugup, ngeri, menyadari apa yang membayangi masa depanmu. Hancur, siapa yang telah bermain api?

Kumohon Kami-sama, kumohon… matikan saja aku jika harus menghancurkan hati Itachi… dia begitu baik, aku akan belajar mencintainya lebih baik… kumohon…

Kau menatap pantulan dirimu, cantik, namun terlihat kacau, sekacau hatimu saat ini.

Jika kalian penasaran kenapa Hinata menyukai Kakashi, maka aku akan memberi tahu. Perjumpaan yang singkat tidak menjadi kendala. Wanita; suka sekali mendapatkan perhatian dari orang yang dianggapnya tak penting sekalipun. Walau pada kenyataan Hinata sudah memiliki Itachi, Itachi tak pernah menampakkan kasih sayangnya secara nyata, berbicarapun jarang. Kakashi telah memberi apa yang Hinata inginkan; perhatian.

Pernikahan yang mendadak, putus dengan Naruto, suami yang dingin, tentu Hinata kesepian. Kakashi; datang saat Hinata perlu dihibur, atau sekedar didengar, semuanya semudah bernapas jika bersamanya.

Sekarang semua masih seperti bernapas, namun dalam air. Maka dari itu, kuperingatkan kalian, jangan pernah bercerita pada laki-laki lain tentang keluhan hidup kalian. Karena kau akan jadi lebih tertarik dengan sengaja pada pemberi perhatian, ~seperti dia ini. Beruntung Hinataku punya kendali diri yang bagus.

.

.

Satu dorongan pintu, Hinata terkejut. Kakashi mendatanginya. Pias bagai melihat hantu, tercekat bagai menelan duri.

Ini toilet wanita, bagaimana dia masuk? tentu saja dia adalah jenius, tak usah diragukan.

"Hai... kau menghilang," dia menyapa santai seolah pertemuan kali ini biasa,

Hinata berharap dia memang tidak pernah bersenda gurau bersama. Bagaimanapun kesalahan itu sulit dimaafkan, pergi bersama lelaki lain saat suami bekerja. Walaupun tak terjadi apa-apa, Hinata, dirimu cukup menyesal mengenal Kakashi. Lebih menyesal dirimu menyukai lelaki yang berdiri tepat di depanmu.

"Ki-kita tak seharusnya bertemu, sudah kukatakan aku punya suami."

Tanpa diduga, Kakashi nyinyir mendengarnya.

"Itu hanya omong kosong. Aku yakin kau bahkan tak pernah disentuh olehnya, orang sedingin dia..." Ketakutan menjalar, marayap ke kakimu yang mengenakan stiletto. Kau beranjak, tangan dingin Kakashi menahanmu. Kau berusaha lepas, namun...

"Aku tahu... kau pergi karena kau mulai menyukaiku."

Kakashi menarikmu dalam pelukan yang posesif. Rontaan wanita mungil sepertimu tak mampu menggoyahkan langkahnya. Tanpa bisa dicegah tubuh mungil nyonya Uchiha didekap erat.

"Kau tak perlu menahan perasaan, aku tak peduli Uchiha itu suamimu, aku lebih hebat darinya jika aku mau," bariton itu diiringi sapuan tangan besar ke sudut wajah Hinata. Kakashi membelai surai lembutmu hingga ke pinggang. Kau bergetar, menginginkan dan menolak.

"Kita pergi, kau akan bahagia bersamaku…" Kakashi melepas masker. Hinata menangis untuk kebodohannya, menangis mengapa tak ada orang yang masuk. Hinata menangis karena Kakashi mulai menjelajah dan menjajah kesucian bibirnya, dan parahnya, Hinata hampir tak mampu menolak rasa hangat yang diberikan Kakashi. Jantungnya beregup, Kakashi menekan belakang kepala Hinata, berbisik di telinganya

"Balas…"

Hinata menggerakkan bibir untuk membalas, kelebatan kebaikan Itachi berganti-ganti merasuki otak dan kesadarannya, pikirannya terlalu sibuk untuk dikatakan menikmati.

Itachi... Itachi... Itachi… Kau tak mampu membayangkan Itachi sedih.

Itachi yang sangat baik… Itachi, aku- aku – aku mencintaimu…

Itachi dengan kerelaannya menunda malam pertama kalian...

Itachi yang tidak meminta lebih kecuali memeluk tubuhmu untuk menghangatkannya di ranjang dalam artian sebenarnya.

Itachi bisa saja berselingkuh, dia kaya, tapi memilih setia pada gadis bodoh yang memberikan ciuman pertama yang harusnya jadi milik Itachi pada lelaki lain…

Hinata di ambang kewarasan menyentak Kakashi yang terkejut. Ada kilatan kecewa dan marah di mata yang biasanya mengantuk itu. Dia menarik wanita Uchiha, tapi kesadaran mulai membuat Hinata berontak. Kau menjadi dirimu lagi lalu berteriak dengan sisa suara tersengal-sengal namun lagu dansa begitu keras menggema,

"Ma-af, Kakashi, aku tidak bisa…."

Kakashi kembali membelai wajah Hinata yang bercucuran air mata.

"Kau tahu, kau juga menyukaiku, kau hanya tidak mau melihat..." Dan semuanya gelap. Kau terhuyung, ujung stiletto tak mampu menahan bobotmu.

seseorang membuka pintu, kau terkulai lemas hilang kesadaran.

.

.

.

Jika yang kalian takutkan adalah Itachi, kalian salah, itu Rin. Dia menjauhkan Kakashi dari Hinata, memapah tubuh kecil nyonya Uchiha. Itachi murka.

Itachi sudah mengetahui semua dari Rin. Hinata hampir dimakan predator di depan matanya, sungguh tak ada yang lebih kecewa daripada saat dirinya tak bisa melindungi Hinata. Baru kulihat wajah Tuan Uchiha sekacau ini. Harusnya Itachi sadar, Kakashilah orangnya. rasanya belum puas Itachi meninggalkan memar di pelipis Kakashi.

Itachi meruntuk dan kecewa. Mungkin saja Hinata juga salah, pikirannya berkecamuk. Dia tidak bodoh. Itachi mengawasi Hinata. Dia tahu pergi ke taman adalah kesukaan istrinya. Awalnya, Itachi terkejut mendapat laporan Hinata menemui orang lain, namun mata-mata itu meyakinkan bahwa mereka tak sengaja bertemu.

Itachi baru akan mengambil tindakan setelah ada bukti. Nyatanya, Hinata dilaporkan tak pernah keluar rumah lagi. Itachi menghentikan rasa curiganya, berharap Hinata tetap setia. tapi dia tidak tahu orang yang ditemuinya adalah Kakashi.

.

.

Hinata mengerjap, menyerap kilatan cahaya yang terpancar dari lampu meja. Itachi disisinya, Hinata bergerak mendekati Itachi yang dalam posisi terduduk memandangi wajah istrinya, Hinata berurai airmata.

"Maaf, maaf, maaf, maaf… Itachi-kun... maafkan aku…" Kau mengulang-ulang kata yang sama berkali-kali. Tak ada jawaban, tak berani menatap wajah sang raja. Kau memeluknya, menangis di dadanya, tapi tak terdengar apapun selain deru napasnya yang terasa panas oleh amarah.

Sekonyong-konyong Itachi menyentuh bibirmu dengan bibirnya lembut, lama-kelamaan panas, rakus, membakar dadanya dengan hasrat baru. Kau mencoba mengulang kata-kata maaf, kata itu terpenggal-penggal oleh suara terengahmu. Itachi kalut dan marah, ~rasa yang jarang menyambangi pikiran logisnya. Dia ingin memilikimu secara utuh, dan sekarang Itachi menumpahkan semua hasrat yang dia tekan. Hinata tak menolak keberingasan Itachi melucuti, oh! bukan, merusak gaun malamnya. Permintaan maaf mungkin?

Semua tercurah; perasaan Itachi yang tertahan, kekesalannya, kemarahannya, namun yang paling jelas adalah rasa cinta dan kerinduan di tiap sentuhannya padamu. Kau menerimanya. Bukan karena merasa bersalah, tapi karena kau tahu Itachi pantas untuk kau cintai lebih dari siapapun.

Kalian tahu? Ternyata Itachi sangat lihai! Hinata saja sampai mabuk begitu… aku jadi malu melihat mereka.

Sementara mereka melakukan as you know what mari kita cek, apakah pintu ini terkunci? Ah rasanya walaupun tak terkunci tak ada orang yang cukup berani masuk ke kandang singa, eh maksudnya musang, musang sedang mereguk cinta.

.

.

.

Aku rasa kalian belum bosan ingin mengetahui bagaimana mereka melewati pagi setelah malam pengantin yang tertunda. Mereka masih berbaring saat waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, bayangkan! Tubuh mereka masih setengah tertutup selimut, Hinata berada dalam lingkaran lengan Itachi, merasa nyaman lebih dari apapun.

"I-Itachi-kun…" katamu, kau mengingat jelas kejadian semalam, wajahmu panas.

"Aku sudah tahu semuanya…" Kau merasakah sakit. Sakit untuk kesakitan yang kau timbulkan untuk Itachi. Wajah Itachi sempurna, bagai malaikat, dengan rambut panjang terurai dan kau bersyukur tidak menjadi gadis bodoh yang mungkin mengkhianati tuan baik itu.

"Maaf…" Pelukan Hinata menghangatkan Itachi, dia membalasnya posesif.

"Aku akan melupakan kesalahanmu, berjanjilah tetap setia padaku." Itachi membelai pundak wanita-nya yang terbuka, Hinata mengangguk.

"Aku akan belajar, mencintai Itachi-kun lebih dan lebih lagi, dan jangan ragukan kesetiaanku… Semua sudah menjadi milikmu." Hinata memerah. Oh ya, memerah sewarna cat yang mewarnai ranjang mereka. Biarlah tagihan menjadi urusan belakangan.

"Jangan karena hal ini kau merasa tidak berharga lagi." Hinata menggeleng, lebih berani.

"Tidak Itachi-kun. A-aku, a-ku…. Menc~"

Dia punya hal favorit baru. Jika ditanya siapa, tentu saja si musang, ~maksudku; Itachi. Hal favoritnya adalah memotong kalimat istrinya yang sedang terbata dengan ciuman memabukkan. Kalian pasti iri. Aku? Tidak, tentu saja tidak, karena dia Hinata, aktrisku paling berbakat membuat para makhluk jatuh cinta.

Itachi mengecup puncak kepala Hinata.

"I've been loving you."

..You Taking Over Me….

.

.

Epilog

.

.

Mereka sudah selesai dengan bisnis., Hinata menanti di meja yang lain, yang lebih romantis daripada meja persegi lebar berisi map, lapop atau infokus. Dia menanti suami yang mulai merekatkan rantai cinta padanya.

"Sudah lama, Nyonya Uchiha?"

Err… tak kusangka hobi barunya ada dua; Menggoda!

"Iya…" jawab lembut Hinata, tentu dengan wajah memerah sewarna Ogura yang dipesannya tadi menunggu rapat Itachi. Itachi minta disuapi, sungguh tak biasa. Dia tak suka hal manis, namun bisa sangat manis bila bersama Hinata. Hinata dengan senang hati menyuapinya. Manisnya es kacang merah, tak bisa dibandingkan dengan manisnya perasaan yang baru timbul di hati Hinata; Keteguhan.

Diantara meja persegi itu, sosok bermasker namun bukan Zoro sedang memandangi itu pula sebab Itachi manja, ingin membuat cemburu? Errr… Kujawab pertanyaanmu yang tidak sempat kau lontarkan. Kakashi dimaafkan, pembelaan Rin atas kerugian yang akan timbul jika Kakashi hengkang mencegah Uchiha sulung mendepaknya. Namun Kakashi, ~seorang gentelman, dia hanya memastikan apakah gadisnya bahagia. Sekarang melihat mereka begitu mesra, Kakashi tidak yakin lagi Hinata masih gadis. Kakashi memang memutuskan untuk pergi, menjauhi keduanya. Itu yang terbaik yang bisa dilakukan pria sejati. Kakashi bahkan harus mengakui kalau mereka … manis juga. Sial!

Kakashi cukup puas meyakini bahwa Hinata pernah mencintainya. Buktinya? Ah, kalian memang selalu ingin tahu. Buktinya adalah balasan ciuman ragu-ragu di kamar mandi itu, ingat? Itu tanda dia bingung dan takut, namun tak menolak sebelum berusaha keras.

Jika saja Hinata tak jatuh cinta pada Itachi, walau pun dirinya begitu ingin bersama Kakashi, Hinata tetap tidak akan mau melakukan hal itu. Hinata adalah wanita yang akan menekan perasaannya jauh-jauh daripada harus mencederai hubungan sakral yang telah dia pinta dalam doanya saat kecil; pernikahan, sekali seumur hidup. Dan dia, bagaimanapun caranya, berusaha membahagiakan Itachi. Ternyata usahanya membuahkan hasil.

Kuberitahu satu hal lagi ya?

Jangan melepas hal yang sudah pasti untuk sesuatu yang belum pasti.

Jika kau merebut seseorang dari orang lain, maka kau telah mengambil penghianat untuk dirimu, dan Kakashi? Aku terlalu sayang padamu dan Hinata untuk membiarkan itu terjadi.

Kakashi, di lain waktu; aku akan buatkan cerita indahmu. Mau? Kalian mau dengar lagi?

Bonus ciuman pertama Hinata sudah cukup untuk saat ini kan, Kakashi?

.

.

.

The End

Bagaimana? Seta memutuskan buat dua chapter saja….rada maksa? iya!

Semoga tidak terlalu sepi disini.

Jika berkenan tinggalkan jejak, ok Seta tahu cerita ini tidak ada humornya #gapandailawak

Seta masih berproses menulis yang baik, kritik sangat diperlukan. Seta bukan org yg pintar basa-basi, tapi Seta sng sekali sdah di Rev. walapun buang2 space.. tp seta mau blg, doomo arigato minna san..

Trims too, for :Moofstar: ah… Seta suka sekali rev-mu, Bizzare? boleh juga...trims ya…#bikinsenyamsenyumgaje. Ah.. kata baru buatku: posesif aku masukin juga, krna ingt rev kmu, rada merubah2 chap ini. Sexy! Iya… mereka emng Sexy bangettts! #nosebleed, iya… rada rush gitu ya? Wehehheeh naruto-kun lupain ajah, dia cinta monyetnya Hinata, kan aku g bikin Naruhina…hyehehe eniwei…arigato.. owh ya, kalo boleh juga #Aishiteru!.Aeni Hibiki: arigato.. Alhamdulillah yah, sesuatu #duaghditimpukkayu … iya salam kena juga Aeni-san. Seta juga penggemar ItaHina. Qren:arigato, iya ga jadi affairnya… arigato. Guest: done ya…senangnya disuka. trims sudah RnR. Cecil Hime: whoaaaaaa ga nyangka di rev sama author ini…. Btw eniwei, ditunggu LP-nya, udahan kan examnya? #nagihhyeheeheh. Ini udah complete di file aku maksudnya.. tp aku pisah gtu. Trims ya. Me Yuki Hina: sudah kejawab kan kenapa? Arigatoo ya.. #hyeehehe aku juga klo jd istri Itachi-kun pasti melted duluan, arigato.Yukori Kazaqi: done ya.. trims.Payung Biru: trims.. udah ya. Arigato for RnR.Jubeichanssie:trims.

Dan untuk kalian semua yang meriview setelah Seta nggak bisa tulis nama ketjeh kalian, DOOMO ARIGATOU MINNA!