HANDSOME APPA!

.

YUNJAEYOOSUMIN

.

Hanya tentang YUNJAE, melestarikan ff YUNJAE, menambah stock ff YUNJAE di FFN , hepi reading just enjoying, cerita ini bersambung jadi pertanyaan2 mengenai ff ini akan dijawab di part-part selanjutnya, sankyuuu :D

.

.

*CHUNGNAM*

"Pokoknya kau harus tinggal di Seoul bersama Appa! Mendiang Umma-mu sudah berpesan pada halmonim"

"Yah, halmonim~ kalau Joongie tinggal di Seoul bagaimana dengan sekolah Joongie eoh? SMA hanya tinggal beberapa bulan lagi tidak bisakah menunggu sampai lulus? Lagipula kenapa Joongie harus menemui Appa setelah hampir 15 tahun dia meninggalkan kami? Bahkan saat Umma meninggal-pun namja itu tidak datang!"

"Aish kau ini bicara apa? Panjang sekali halmonim tidak mengerti, ini bajumu sudah halmoni bereskan supir Appa-mu akan menjemputmu sebentar lagi, kau bersiaplah"

"Shiruh! Joongie tidak akan pergi dari sini! SHIRUUUUHHH!"

TOK TOK TOK~!

"Itu pasti supir Appa-mu, cepat berganti baju halmonim akan membukakan pintu dulu"

"Hueeeeeeeee Joongie tidak mau pergi hiksss, Joongie tidak mengenal Appa bagaimana mungkin bisa tinggal bersama dengannya, Umma~ya kenapa kau tega melakukan ini pada anakmu satu-satunya hueeeee"

Kim Jaejoong, namja yang tidak sepenuhnya bisa dibilang namja karena dia memiliki wajah yang cantik bagai pualam, pinggang ramping bak model dunia dan sifat-sifat yang dipastikan 100% hanya dimiliki oleh wanita. Usianya masih 17 tahun dan dia diharuskan tinggal dengan seseorang yang menurut Umma-nya yang baru saja meninggal 3 hari lalu, sebagai Appa-nya. Dan disinilah semua kehidupan 'anehnya' dimulai.

_HANDSOME APPA_

*FLASHBACK*

"Kau harus menuruti semua kata Appa-mu jangan membantahnya atau membuatnya pusing karena tingkah-mu, ingat Appa-mu itu berasal dari keluarga terpandang jangan membuatnya malu arachi?"

"Ne ne Joongie tahu, lalu halmonim tidak ikut?"

"Halmonim harus menjaga toko kue kita disini sayang, halmonim tidak mungkin meninggalkan warisan nenek moyang kita aniya? Kka sekarang kau pergilah dan temui Appa-mu"

"Ndee, halmonim jaga diri ne? jangan terlalu lelah, ingat halmonim punya rematik, jangan sampai halmonim sakit"

"Kau ini cerewet sekali, ne ne halmonim akan jaga diri kau juga ne"

"Uhm! Joongie pergi"

"Hati-hati…..Joongie"

*FLASHBACK END*

"Tuan muda, sudah sampai" supir bertubuh gempal itu membukakan pintu mobilnya untuk Jaejoong, setelah menghabiskan 2 jam perjalanan untuk sampai ke Seoul.

Jaejoong atau Joongie biasa ia dipanggil begitu takjub alias terkejut dengan bangunan yang tidak mungkin disebut rumah, bagaimana mungkin ada rumah dengan halaman dan bangunan sebesar hampir seperti istana Buckhingham, pikirnya polos.

"Silahkan tuan muda lewat sini"

"Ah N-nde, ahjussi…apa Appa-ku ada dirumah?"

"Beliau sedang ada dikantor tuan muda, mungkin sebentar lagi akan pulang"

"Aaahh begitu"

"Nde, silahkan tuan muda silahkan masuk"

Saat pintu besar dengan lapis kayu yang Jaejoong pastikan bukan kayu biasa itu terbuka lebar, matanya kembali terbelalak, kedua doe indahnya disuguhi pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Barang-barang mewah bertebaran, lukisan-lukisan mahal, sofa empuk yang terbuat dari kulit asli serta lantai yang bukan sembarang lantai tapi itu adalah marmer berwarna kecoklatan dengan corak abstrak, sungguh indah.

"Tuan muda sebelah sini, pelayan Lee akan mengantarkan anda ke kamar"

"Ah ne, gomawo ahjussi" jawabnya setelah mengalami shocking time untuk sementara.

"Anyeong tuan muda, selamat datang dirumah ini saya Lee Jong Suk adalah kepala pelayan disini dan saya siap melayani anda tuan muda"

"A-anyeong Lee ahjussi" Jaejoong sedikit gugup, dirumah ia selalu dimarahi oleh Umma dan neneknya, tapi disini ia begitu dihormati hingga siapapun yang bertemu dengannya harus membungkukan badan.

Kamar Jaejoong ada di lantai satu, namja itu masih tetap memandangi segala bentuk pajangan-pajangan mewah dengan takjub, saat berhenti tepat di depan pintu kamarnya dan ia membuka pintu yang masih terbuat dari kayu mahal itu, kembali Jaejoong tidak bisa menutupi kekagumannya. Kamarnya begitu besar, elegan meski terkesan sedikit childist dengan dinding kamar berwarna biru dengan corak awan, tapi ia menyukainya. Kasurnya yang besar dan empuk serta pemanas dan penyejuk ruangan yang siap sedia dikamar barunya. Entah ia harus senang atau sedih, senang karena akhirnya ia bisa memiliki kamar idaman yang sangat luas, sedih karena bagaimana-pun juga ia mendapatkan ini semua 'hasil' dari kematian ibunya.

"Tuan muda Jaejoong, silahkan beristirahat nanti saat makan malam saya akan membangunkan anda"

"Nde, gomawo Lee ahjussi"

"Saya permisi tuan muda"

Sesaat pelayan berusia 50 tahunan itu menutup pintu, Jaejoong langsung membantingkan tubuhnya diatas kasur besar dan empuk itu. Sedikit melepas penat yang dirasa tubuhnya, agar ia bisa kembali segar saat nanti bertemu dengan 'Appanya' sore nanti

*2 JAM KEMUDIAN*

Mobil Maybach 62 Sedan terparkir rapih di depan pintu rumah kediaman mewah yang terletak di kawasan Samsung-dong, tak berapa lama keluarlah sesosok manusia yang berperan penting dalam 'pembangunan' rumah mewah itu dan beberapa asset perusahaan lainnya, dia juga CEO termuda dan tersukses yang sudah beberapa kali diwawancarai baik media lokal maupun internasional, penghargaan sebagai CEO berprestasi juga tak luput diraihnya, siapa yang tidak mengenal sosok wibawanya.

"Tuan besar anda sudah pulang? selamat datang"

"Hum, apa anak itu sudah datang?"

"Nde tuan besar, tuan muda sedang beristirahat di kamarnya…anda ingin bertemu dengan-nya tuan? Saya akan membangunkan-nya"

"Tidak perlu, nanti saja saat makan malam"

"Nde tuan besar"

Tubuh tegap itu melangkah pasti memasuki rumah besarnya, dia menapaki tangga satu persatu menuju tempat peristirahat pribadinya alias kamar. Kamar itu adalah kamar utama yang ada dirumah mewah tersebut dan letaknya bersebelahan dengan kamar sang 'anak'

"Pengurus Lee, tolong bawakan teh hijau keruang makan dan pastikan makan malam-nya sudah siap saat aku selesai mandi"

"Baik tuan besar"

30 Menit setelah pria mapan dan tampan itu mandi, ia bergegas ke ruang makan, ia agak sedikit lapar karena rapat yang menguras tenaganya sepanjang hari. Diliriknya kursi yang berada tepat disampingnya, merasa mengerti dengan apa yang tuan-nya inginkan, pelayan yang telah bekerja hampir 30 tahun itu segera menjelaskan kepada sang majikan.

"Tuan muda sedang mandi tuan besar, dia mengatakan akan segera turun untuk makan"

Tuk, bunyi cangkir itu begitu jelas saat si pelayan selesai menjelaskan dimana 'anaknya' berada.

"Kau tahu aku tidak suka menunggu"

"Nde tuan besar tapi…"

"Anyeooonngg mianhe membuat kalian menunggu, apa kabar Appa namaku Kim Jaejoong senang bertemu dengan anda lagi setelah hampir 15 tahun tidak bertemu" sapa-nya riang meski kalimat terakhir agak sedikit terdengar sarkastik.

Pria itu tidak menjawab, ia juga tidak membalikan tubuhnya saat sang 'anak' menyapanya, hanya pelayan Lee saja yang membungkukan badannya lalu menarik kursi agar Jaejoong bisa duduk disana.

"Silahkan tuan muda"

"Uhm! Gamsahamnida ahjussi, whoaaaaa udaaaanngg Joongie suka udaaanngg" tatapnya liar pada setumpuk udang yang tersaji di depan matanya.

"Ehem"

"Whoaaaaaaaaa KERANG! Joongie juga suka kerang"

"Ehem"

"OMO OMO….A-apa in lobster? Kyaaaaaaaaa Joongie sering melihat ini di tivi, ini makanan yang sangat mahal Joongie tidak pernah mencobanya, yah Lee ahjussi apa Joongie boleh makan sekarang?"

"EHEM!"

Jaejoong langsung menatap wajah yang sedaritadi tertunduk itu, pria yang dianggap Appa-nya itu rupanya yang sedaritadi berdehem.

"Waeo Appa?"

Namja bermodel rambut ala Uknow TVXQ jaman 'WHY' serta berbody Uknow TVXQ jaman 'CATCH ME' itu mengangkat wajahnya perlahan, mencoba melihat wajah 'anak' yang sedaritadi tidak berhenti mengoceh itu.

DEG~

Aneh, terasa debaran jantung yang sedikit lebih kencang dari biasanya, ia menatap wajah tanpa dosa itu intens. Lalu apa dia saja yang merasakan debaran kecil itu? tentu tidak, diseberangnya sang 'anak' juga menatap takjub ketampanan seseorang yang menurut Umma-nya adalah 'Appanya'. Untuk waktu kurang dari 1 menit mereka saling menatap, keduanya larut dalam pikiran mengagumi masing-masing.

"T-tuan besar, apa makan malam-nya sudah bisa dimulai?"

Namja itu langsung tersadar dari kegiatan mengaggumi-wajah-Jaejoong. Dengan kikuk, ia mengambil garpu dan sendoknya seolah bersiap untuk makan padahal belum ada makanan yang tersedia di piringnya, melihat itu pelayan Lee langsung menyuruh pelayan wanita menuangkan nasi dan beberapa lauk dipiring tuan besar tampan itu.

"Tuan muda, anda juga ingin makan sekarang?"

"N-nde ahjussi, ah tunggu…aku bisa mengambil sendiri makanan-ku tidak perlu diambilkan hehe"

"Tapi tuan muda"

"Sudah aku akan mengambil makananku sendiri, yosh selamat makaaaann, WHOAAAAAAAAA INI ENAK SEKALIIIIIIII" pekiknya senang saat udang-udang itu berselancar di tenggorokannya, tanpa ia sadari bahwa ada yang tersenyum kecil melihat ekspresinya.

_HANDSOME APPA_

"OMO! Aku terlambaaaaaaaaattt, selamat pagi Lee ahjussi selamat pagi semuaaaa, kyaaaaaaa sepatuku sepatuku dimanaaaa"

"T-tuan muda tenanglah, ini sepatu anda tuan muda"

"Eh? Dimana sepatu lamaku?"

"Sepatu lama tuan muda sudah dibuang karena sudah tidak layak pakai tuan muda"

"Eeehh sudah tidak layak pakai? meski sepatu itu kotor dan warnanya sedikit pudar tapi masih sangat nyaman dipakai, aku sudah menggunakannya sejak SMA kelas 1" poutnya sedih.

"Maafkan saya tuan muda, tapi disekolah tuan muda yang baru tuan muda harus terlihat rapih dan bersih"

"Ndeee gomawo atas sepatu barunya, ah ahjussi Appa sudah bangun? Semalam aku tidak sempat berbicara dengannya karena aku terlalu sibuk dengan udang dan kawan-kawan sampai tidak sadar kalau Appa sudah kembali ke kamar"

"Tuan besar ada di ruang makan sedang sarapan tuan muda"

"Ah ok aku akan kesana" senyumnya cerah sambil menenteng tas bergambar gajah abu-abunya.

"Selamat pagi Appa" serunya ceria.

Pria dengan wajah mirip Uknow TVXQ itu tidak menjawab apapun, ia tetap sibuk dengan kopi dan Koran paginya, dikedua mata elangnya terdapat kacamata yang semakin membuatnya terlihat tampan.

"Appa, selamat pagi good morning ohayo"

Tetap tidak ada jawaban atau respon apapun.

"Ish, apa dia tuli? Hm baiklah selamat pagi Kim Jaejoong" serunya pelan pada dirinya sendiri.

Jaejoong menarik kursinya lalu menatap meja makan yang sangat panjang itu.

"Joongie tidak suka roti, apa tidak ada nasi? Joongie ingin nasi goreng kimchi"

"Tuan muda ingin nasi goreng kimchi? Sebentar akan kami buatkan"

"Ah tidak usah Lee ahjussi nanti Joongie bisa terlambat, besok saja nasi goreng kimchinya sekarang Joongie minum susu saja hehehe"

"Nde tuan muda"

Saat sedang asik meminum susu putihnya, mata Jaejoong mencuri-curi pandang kearah 'Appanya' yang nampak serius membaca koran.

"Haaaaaaaahhh segaaaar, Appa habiskan susunya biar tulang Appa kuat kaya Joongie, Appa tahu Joongie sanggup mengangkat air satu galon"

Jaejoong menatap Appa-nya meski ia hanya mendapatkan helaan nafas, kembali ia mempoutkan cherry lipsnya kesal.

"Appa, apa kita akan berangkat bersama? Joongie diantar Appa sampai sekolah aniya?"

Diam, hanya itu jawaban yang pria cantik nan menawan itu dapatkan.

"Appa kita…."

"Pengurus Lee tolong jemput adik-ku dia baru kembali dari Amerika jam delapan nanti, bilang padanya aku sibuk"

"Baik tuan besar"

"Yah yah Appa kau mau kemana? Yah…." Teriaknya setelah mendapati sang 'Appa' pergi begitu saja meninggalkan ruang makan, dengan cepat dia mengambil tas dan berlari menyusul Appa tampannya itu.

"Appa chakkamannyo, Appa!"

Pria bertubuh sempurna itu berbalik.

"Appa, kita akan pergi bersama kan? Appa akan mengantarkan Joongie ke sekolah baru Joongie kan?"

"Si Hoo, nama supir pribadimu Seo Si Hoo dan dia yang akan mengantarkanmu sekolah"

"Eh? Tapi….ini hari pertama Joongie masuk sekolah baru, apa Appa tidak bisa mengantar?"

"Hyun Woo, apa mobilnya sudah siap?"

"Sudah tuan besar"

Pria itu melanjutkan jalannya menuju mobil mewahnya, tanpa ia pedulikan sang 'anak' yang sedang merasa kesal sekaligus sedi karena mendapatkan perilaku yang dingin darinya.

"Appa! YAH….Aish pria seperti apa dia? kenapa Umma bisa jatuh cinta padanya dan aku harus menjadi anaknya? Menyebalkan!"

*SUNHWA SENIOR HIGH SCHOOL*

"Anyeoonngg, permisi bisakah kau mengantarku ke ruang kepala sekolah?"

"Nuguya?"

"Ah nde, namaku Kim Jaejoong aku adalah murid baru disini"

"Mendaftar untuk kelas berapa?"

"Kelas 3"

"Ah jadi kau kakak kelasku"

"Eh?"

"Apa kau bawa bekal?"

"B-bekal?"

"Uhm! Bekal"

"Bawa"

"Kalau begitu kemarikan bekalmu dan aku akan mengantarmu ke ruang kepala sekolah"

"M-mwo? Apa harus begitu?"

"Tentu saja"

"SHIM CHANGMIIIIIIIIIINNN KEMBALIKAN SARAPAN PAGIKUUUUUUUUUU"

"Omo bebek ngamuk datang lagi! Yah, aku pergi dulu ne bye cantik"

"YAH! JANGAN LARI KAU RAMBUT JAMUR!" teriaknya sambil memegangi kedua lututnya dengan napas tersengal.

"A-anyeong" sapa Jaejoong sesaat setelah namja manis itu selesai mengatur napasnya.

"Anyeong, kau siapa?"

"A-aku murid baru disini, bisa kau tunjukan padaku dimana ruang kepala sekolahnya?"

"Bisa! Kajja, ish awas kau Shim! Tidak akan kuampuni!" kesalnya sambil menarik paksa lengan Jaejoong dan membawanya keruang kepala sekolah.

Setelah menemui kepala sekolah, Jaejoong bersama wali kelasnya yang baru bergegas menuju kelas yang akan ia tempati.

"Anyeong haseyo namaku Kim Jaejoong, bangapsumnida mohon bimbingannya" sapanya ramah saat memperkenalkan diri di depan kelasnya yang baru.

"Jaejoong~shi, kau bisa duduk disamping Kim Junsu, bangkunya ada disana" tunjuk sang guru

"Nde seongsenim"

Ia berjalan menuju kursinya, sepanjang ia berjalan ia mendengar teman-temannya berbisik yang sudah pasti tentang dirinya, beberapa hal yang ia tangkap adalah 'dia pria? Benarkah? Kenapa sangat cantik?' atau 'kenapa dia tidak memakai rok? Aku tidak yakin dia pria, apa dia operasi' or 'wajah yang sangat alami, aku akan membuatnya menjadi pacarku' dan yah begitulah seterusnya.

"Hi Jaejoong~ah, kita bertemu lagi eu kyangkyang"

"Uhm! Anyeong Junsu~ah Joongie tidak sempat berterima kasih saat kau mengantarkan-ku ke ruang kepala sekolah tadi, mianhe"

"Tidak masalah, lagipula aku sibuk mencari si rambut jamur!"

"Rambut jamur?"

"Hum, namja yang selalu senang mencuri bekal sarapan pagi dan siangku"

"Hummm apa namja yang tinggi tadi?"

"Nde, si tiang jenius itu"

"Tadi dia juga meminta bekal Joongie, dia bilang akan mengantarkan Joongie ke ruang kepala sekolah asal bekal makan siang Joongie diberikan padanya"

"Aish anak itu, lihat saja akan kulaporkan pada Kyu!"

Jaejoong tersenyum menanggapi celotehan teman barunya yang menurutnya sangat lucu itu, suaranya serak bagai lumba-lumba yang sedang berteriak dan kedua pipi chubby serta senyumnya sangat menggemaskan, sepertinya ia akan nyaman berteman dengan namja montok itu.

Setelah melewati jam pelajaran pertama lalu dilanjutkan dengan jam kedua dan akhirnya waktu jam pulang, sejauh ini Jaejoong merasa nyaman dan senang bersekolah di sekolah barunya, semua teman-temannya juga sangat baik kepadanya, awalnya ia berfikir bahwa orang-orang Seoul tidak akan menerima dirinya yang notabene berasal dari desa. Di SUNHWA Senior High School, tidak ada satupun siswa yang menggunakan motor, semuanya bermobil kalaupun ada yang memakai motor pastilah motor sport yang sangat mahal.

"Suie Joongie pulang dulu neee"

"Ne Joongie sampai besok"

Perjalanan antara sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh, hanya 15 menit dan itu membuat Jaejoong berfikir bahwa ia akan pergi berjalan kaki besok, seperti yang ia lakukan saat di Chungnam, pergi sekolah bersama teman-teman dengan berjalan kaki sangat menyenangkan.

"Aku pulaaaaaaannggg"

"Jaejooooooooonngggg"

Saat dirinya baru masuk kedalam rumah, tiba-tiba seseorang datang dan memeluknya begitu saja.

"Kyaaaaaaaa lepaskan! Kau siapa eoh? ahjussi mesuuuuuuuummm peluk-peluk Joongie sembarangan!" teriaknya sambil mencoba melepas pelukan namja yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

"Jaejoong~ah kau sudah besar sekarang hum? 17 tahun aigooo keponakan-ku sudah menjadi remaja rupanya"

PLUK~

Mendadak wajah cantik Jaejoong berubah horor saat namja bertubuh sedikit gemuk itu memukul butt-nya. Langsung saja ia mendorong namja yang sudah ia cap pervy dan mengelus buttnya sendiri.

"KYAAAAAAAAAA! AHJUSSI SIAPA KENAPA PEGANG-PEGANG BUTT JOONGIE?"

"Hehehe mian mian, habisnya kau begitu menggemaskan dan….aigooo sangat cantik, yah kau lupa padaku? Ok baiklah mungkin kau lupa karena terakhir kita bertemu saat kau masih berumur dua tahun"

Jaejoong masih menatap sinis kearah namja berambut mirip Micky TVXQ jaman Rooftop Prince itu.

"Aku paman-mu, Jung Yuchun adik dari 'Appamu' kau ingat?"

Jaejoong berusaha mengingat-ingat sesuatu, meski hasilnya nihil

"Kau lupa kan? yeah whatever, kajja kemarilah…apa kabarmu hum?"

"Shiruh, aku takut dengan ahjussi nanti ahjussi pegang-pegang butt Joongie lagi"

"Ahahaha ayolaaahh kau pikir aku suka dengan anak kecil? Sudah kemarilah…aku merindukanmu kau tahu, yah kudengar Umma-mu sudah meninggal aku turut berduka mendengarnya, mian aku tidak sempat datang ke pemakaman karena aku baru pulang dari Amerika"

Mendengar pernyataan tulus dari sang ahjussi mesum membuat Jaejoong sedikit melunak, wajah horornya berganti sedih saat mengingat kembali tentang sang Umma.

"Nde, tidak ada satupun keluarga disini yang datang ke pemakaman Umma"

"Benarkah? 'Appamu' tidak datang?"

Jaejoong menggeleng.

"Hfffttt dia memang seperti itu, kau bersabarlah"

"Selamat datang tuan besar"

Saat sedang asik mengobrol, suara pelayan Lee mengiterupsi pembicaran paman dan keponakan itu.

"Oi, hyung kau pulang cepat eoh? apa untuk menyambut kedatanganku?" sapa sang adik sambil berjalan menemui kakak lelaki yang sudah hampir 5 tahun tidak ditemuinya.

"Kapan kau datang?" jawab sang kakak sambil membalas pelukan adik bungsunya.

"Aku baru tiba 30 menit yang lalu"

"Kau kemana dulu? Bukankah pesawat dari US sampai jam delapan pagi tadi"

"Kau tahu aku pergi kemana kenapa masih bertanya hyung?"

Mendadak pandangan kakak sulungnya berubah menatap Jaejoong yang berdiri diam masih lengkap dengan seragam sekolahnya. Pria itu menatap Jaejoong tajam, membuat si cantik itu sedikit tidak nyaman.

"Hm baguslah kalau kau sudah pulang, kau bisa membantuku di perusahaan kalau begitu"

"Ahahaha, hyung kau lupa kalau aku tidak suka bekerja di belakang meja sepertimu"

"Lalu? Kau akan bekerja dimana?"

"Aku suka musik hyung kau ingat? Lulusan universitas musik terbaik di US seperti-ku tidak perlu susah mencari pekerjaan, aku kembali kesini-pun karena aku sudah mendapat panggilan kerja"

"Benarkah? Dimana?"

"Aku ditawari menjadi arranger music diSM Entertaiment, jadi yeah sepertinya aku akan bekerja disana, kudengar SM adalah perusahaan hiburan ternama di Korea"

"Hm, SMEnt memang salah satu pusat industri Korea kau akan sukses jika bekerja disana"

"Benarkah? Lalu apa kau tahu banyak tentang perusahaan itu hyung?"

Pasangan adik kakak itu nampak terlibat percakapan seru, saat melihat itu Jaejoong merasa ia tidak seharusnya berada disana, akhirnya dengan langkah perlahan Jaejoong meninggalkan 'Appa' dan orang yang mengaku pamannya itu untuk kembali kedalam kamar.

BLAM~

"Hfffttt…Appa terlihat sangat ramah dan baik kepada semua orang, tapi kenapa terhadapku Appa sangat dingin? Apa dia tidak menginginkan aku tinggal disini?" keluhnya sesaat setelah ia menutup pintu kamar mewahnya.

_HANDSOME APPA_

*SUNHWA SENIOR HIGH SCHOOL*

"Besok jangan lupa berikan surat undangan itu pada orang tua kalian ne, siapapun bisa jadi perwakilan baik Umma ataupun Appa"

"Hei Joongie, wae? Kenapa wajahmu kusut sekali eoh?" tanya Junsu meski guru mereka masih bercuap-cuap di depan kelas.

Jaejoong dengan muka yang sulit dijelaskan menatap surat edaran dari sekolah mengenai perlombaan atletik bersama orang tua. Si cantik itu menghela napasnya keras dan membanting kepalanya ke meja.

"Yah Joongie~ya wae geure?" panik Junsu.

"Junsu~ya, eottoke? Aku yakin Appa-ku tidak akan bisa datang sabtu nanti hiksss" ucapnya sambil mengangkat kepalanya pelan.

"Waeo? Apa Appamu sedang diluar kota?"

Jaejoong menggeleng.

"Lalu?" tanya Junsu lagi.

"Molla, hanya saja Appaku itu sedikit sulit, ah kau tidak akan mengerti Su"

"Aish kau ini, tinggal kau berikan saja surat itu padanya apanya yang sulit?"

Jaejoong menolehkan kepalanya kearah Junsu, mata doe itu berkedip-kedip indah.

"Bukan itu masalahnya~"

"Lalu apa masalahnya~?"

Jaejoong diam, ia menatap jendela dan menumpukan tangan kanannya dibawah dagu, sambil menatap kosong beberapa siswa yang sedang latihan basket.

"Hubunganku dengan Appa tidak seperti hubungan anak dan Appa lainnya"

"Eh? Maksudmu?"

"Appa bersikap dingin padaku, ia bahkan seolah menganggapku tidak ada"

"Waeo? Apa kau melakukan hal yang salah?"

"Ani, justru Appa-ku yang salah! Dia meninggalkan Umma dan aku saat aku masih berumur dua tahun, waktu Umma meninggal-pun dia tidak datang!"

Junsu nampak mengangguk mengerti, meski kedua alisnya bertaut.

"Halmonim menyuruhku tinggal bersama Appa setelah kematian Umma, awalnya aku tidak mau tapi hanya tinggal dengan Appa hidupku bisa membaik, aku juga bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah, Umma-ku itu hanya penjual roti biasa, sebagaimana lakunya usaha roti kami tetap akan terasa sulit kalau harus menyekolahkan aku sampai universitas"

"Joongie, hidupmu seperti dalam drama saja"

Kembali Jaejoong menghela napasnya, setelah berteman dengan Junsu selama hampir 2 minggu 100% dia yakin bahwa teman imutnya itu tidak mengerti tentang apa yang baru saja ia jelaskan.

"Bagaimana kalau Appa tidak bisa datang? Salah satu sarat kelulusan adalah menghadiri acara perlombaan atletik, kalau Appa tidak datang itu berarti aku tidak akan lulus hiksss"

Junsu diam, ia bingung harus melakukan apa sampai ia mempunyai ide yang menurutnya bisa sedikit membantu.

"Hummmm Joongie~ah, bagaimana kalau aku bantu kau bicara dengan Appamu?"

"Eh? Bisakah?"

"Kita coba saja, nilai atletik ini sangat penting untuk kelulusanmu masa Appamu tidak mau membantu"

"Kyaaaaaaaaa Suie~yaaaaaa gomawoooo, aku beruntung sekali bisa mendapatkan teman sepertimu kau baik sekali Su"

"Ehehehe ne ne, kalau begitu nanti pulang sekolah aku kerumahmu ne?"

"Uhm! Gomawo Suie"

"Ndeeee aku senang bisa membantumu, ah iya nama Appamu siapa Joongie?"

"Jung Yunho, nama Appaku Jung…Yunho"

TBC

Mind to review? gomawo :D