Voyeurism.

Kebiasaan dimana sang pengidap akan melihat aktivitas orang lain. Biasanya pengidap merasa hidupnya membosankan, ceroboh dan lebih suka melihat kehidupan orang lain.

Voyeurism © sayestoyaoi

Cast: Kim Jongdae – Kim Minseok

Summary: Xiumin tau itu salah melihat kebiasaan tetangganya sendiri tetapi cara 'dia' berolahraga, makan, dan bernyanyi membuatnya menyadari kalau ia lebih 'tertarik' kepada dia daripada kehidupannya. Chenmin.

.

.

Sebenarnya Xiumin sangat tahu betapa salah kebiasaannya ini. Maksudnya jarang sekali kau menemukan orang seperti Xiumin, yang suka melihat kehidupan orang lain dan merasa hidupnya begitu membosankan.

Sebagai pembelaan dirinya untuk menghadapi konflik batin, ia menyakinkan diri sendiri bahwa tidak ada salahnya melihat kehidupan orang lain. Kita semua kan pernah melihat kehidupan orang lain lewat mata kita, sekali-kali saja. Masalahnya, Xiumin tidak melakukan itu sekali-kali.

Ia melakukannya berkali-kali. Dan ia juga tahu tetangganya sangat sadar dilihat oleh orang lain, bahkan saudaranya pernah mengunjunginya dan bahkan mengomplain. Xiumin hanya terdiam tentu saja, dan akhirnya ia memutuskan untuk menutup gordennya.

Namun hasratnya susah untuk ditahan, tangannya bergetar untuk membuka gorden tersebut lalu mengambil teleskopnya dan hanya melihat kehidupan pemuda itu. Alhasil ia membuat bermacam-macam kue dan memberikannya ke seluruh penghuni flatnya. Tapi tangannya tak berhenti gemetaran.

Akhirnya ia membuka gordennya hanya sedikit saja, dan di celah-celahnya ia meneropong ke flat disebelah jalan yang pemilik flatnya juga punya. Dan Xiumin hanya bisa menelan ludah kasar saat tetangannya itu berlari dengan kedua headset, mata meneropong jauh hanya memakai kaus oblong dan celana pendek.

Yang membuatnya takut adalah saat pemuda tersebut menatapnya dengan wajah yang tak bisa dideskripsikan dan akhirnya Xiumin jatuh terguling-guling di flatnya. Satu hal yang ia tidak tahu, pemuda di sebrang flatnya tertawa. Karena ia memang melihat pemuda manis itu jatuh terguling-guling di flatnya sendiri.

Xiumin belum berkesempatan untuk melihat aktivitas pemuda itu lagi. Ia sangat sibuk dengan pekerjaanya di panti asuhan, setiap bulan ada saja anak baru. Makanya ia berkerja dua kali lipat yaitu shift siang dan shift malam. Pulang-pulang kakinya sangat lelah dan lantai flatnya tampak begitu nyaman untuk ditiduri. Dan ia sama sekali tidak tahu, bahwa pemuda seberang flat yang ia sering intip, menyadari hal ini.

Entah kenapa pemilik panti asuhan menyadari kantung mata di bawah mata imut Xiumin, senyumnya yang tidak secerah dahulu dan tangannya yang selalu bergetar walau suhu di panti asuhan sekitar 39 derajat celcius. Dengan kesadaran seperti itu, ia mencetuskan Xiumin untuk cuti sebagai dua minggu; entah kenapa berhasil menyakinkan bahwa mereka baik-baik saja dengan hanya sembilan pekerja untuk mengurusi empat puluh anak kecil.

Xiumin pun pulang dan langsung pergi ketempat tidurnya. Dengan hati-hati ia menutup gorden dan mengikatnya. Tangannya gemetaran. Ia butuh pencapain tentu saja dan satu-satunya untuk mengalahi nafsu voyeurism adalah dengan nafsu seksnya.

Xiumin sudah lama tidak disentuh ataupun berpergian dengan orang lain selain teman-temannya. Dan kadang saat libur lama dan nafsu voyeurism-nya sudah tidak dapat ditahan ia akan mengambil vibrator usangnya dan dengan ludahnya ia masukkan.

Xiumin akan mengakui satu hal. Ia suka didominasi dan ia sedikit masochist. Fantasinya adalah mungkin terikat di tempat tidur, telanjang ke bawah dengan sebuah vibrator di lubangnya. Yah ia tahu ini salah tetapi ini satu-satunya cara. Jadi ia ambil handcuffs dan ia kunci di pergelangan tangannya. Lalu vibrator ia taroh di mulutnya dan ia masukkan ke lubangnya. Agak mengerang saat merasakan friksi yang diciptakan oleh benda buatan manusia itu.

"Haa.. Ahh.. ahh."

Xiumin merasakan betapa nikmatnya vibrator tersebut mengenai prostatnya berkali-kali. Ia sedang berada di level tiga. Tangannya masih bergetar. Ia butuh lebih. Xiumin memencet nomor lima, dan seketika getaran di lubangnya makin bergetar. Penisnya juga sudah mengeras.

Tangannya masih bergetar, walau sudah berkurang getarannya. Xiumin menyesal kenapa nafsu yang satu ini sangat besar sekali. Bisa gawat kalau nafsunya tidak dapat dikalahkan, ia bisa masuk penjara hanya karena mengintip orang lain.

Klik.

"AH. AH. Haah.. ahh."

Xiumin sudah berada di level tujuh. Kakinya menyampah kesana-kesini. Pinggulnya bergerak maju mundur untuk merasakan lebih banyak friksi. Perutnya mengalami hal-hal aneh, dan ia tahu ia sudah dekat. Ia tahu. Ia hanya butuh lebih banyak friksi.

"You look delicious."

Mata Xiumin seketika membuka, dan membulat ketika melihat tetangga yang ia sering intip melihatnya dengan hint nafsu di kedua matanya. Orbs hitam itu menjelajahi tubuh mungilnya dan berhenti di tiga hal, penisnya, putingnya dan bibirnya.

"Kenapa kau berada di – AH!" Xiumin mendesah saat tetangganya, alias Chen menaikkan level sembilan. Tubuhnya bergetar hebat.

"Shuush, diam. Yang mengontrol keadaan disini itu aku, bukan kau." Chen berkata menunjukkan seringaiannya yang dimata Xiumin terlihat begitu sadis. Xiumin rasa.. ia berada dalam masalah. Masalah yang sangat besar.

TBC

A/N: Just so you know, ini prolog and gue hanya pengen tau aja.. keep or delete?

RnR,juseyooo.