Where are You, Naruto?

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Family

Pairing : Namikaze Minato, Namikaze Kushina, Namikaze Naruto

Warning : Typos, Gaje, EYD rusak, IDE MAKSA, etc.

Happy Reading! Don't like, don't read!

Simple!


Tuk tuk tuk.

Jari-jari yang berhiaskan kutek berwarna biru muda itu mengetuk meja di bawahnya beberapa kali. Kedua pasang iris emeraldnya mengamati selembar kertas kosong yang ada di sampingnya dan juga sebuah list kue terkenal dari beberapa hotel ternama.

"Hmm."

Gadis itu bergumam pelan, sekali lagi. Kepalanya secara reflek miring ke kiri di ikuti dengan rambutnya yang berwarna pink. Ia memutar bola matanya bosan dengan helaan nafas yang berat.

"Aku sangat ingin membantumu, tapi-" tangannya kemudian mengambil cake list tersebut dan memaparkannya tepat di hadapan wajah teman masa kecilnya tersebut dengan ekspresi menyerah. "-mendapatkan seluruh bahan-bahan ini, tidak- bukan, masalahnya bukan pada bahan, tetapi rasanya. Aku tidak yakin."

Sasuke berdecak kecil mendengar penolakan gadis itu. Tidak biasanya. Maksudnya, oh, ayolah. Sakura tidak pernah menolak permintaannya sebelumnya, lalu kenapa sekarang tiba-tiba... Oh, hey, apakah gadis ini telah berhenti menjadi penggemar nomor 1-nya? Apakah gadis ini telah melupakan fakta bahwa ia dan gadis ini, jangan lupakan soal Naruto, telah melewati masa-masa seperti ini selama lebih dari 10 tahun?

Lalu kenapa sekarang, untuk pertama kalinya, gadis itu, tidak bisa?

"Lagi pula, Mikoto-san pasti mengharapkan sesuatu yang meskipun hal itu kecil atau tidak seberapa, asalkan yang membuatnya Sasuke, itu akan menjadi sangat berharga."

Naruto di bangku seberang mengangguk-angguk, tanda setuju pada pernyataan gadis di hadapannya. Sementara Sasuke masih terdiam, mungkin sedang berpikir mengenai saran dari gadis tersebut.

"Lalu, apa yang kalian berikan pada ibu kalian?" Tanya Sasuke sedikit penasaran. Naruto melongo selama sepersekian detik. Meskipun hal ini bukan yang pertama kalinya Sasuke seperti ini. Hal ini terjadi setiap tahunnya di hari ibu. Wajar saja, es batu yang satu itu benar-benar kaku.

"Dua tiket berlibur ke Italia, lengkap dengan voucher menginap dan tur selama seminggu."

Naruto nyaris terjengkang. "Itu sih gak sederhana Sakuraaaaaa." Teriak Naruto histeris. Meskipun hari ibu tidak dapat digolongkan sebagai hari libur karena tanggal di kalender memang tidak tercetak berwarna merah, tapi, anak ini mendapat uang segitu banyaknya dari mana?

"Memangnya aku bilang akan memberikan sesuatu yang sederhana?" Sakura balik menyerang Naruto, matanya memicing dan senyum kemenangan terlihat terukir di sana. Senyum kemenangan versi ejekan.

Naruto tertohok. Ia kalah telak. Gadis ini memang tidak pernah mengatakannya.

Sasuke berada dalam mode mengenaskan seperti Naruto. Menjelang liburan seperti ini sudah tidak mungkin lagi untuk mendapatkan tiket pesawat. Kalaupun dapat, mungkin harganya sudah hampir sebanding dengan harga apple iPhone yang baru saja dibelinya.

Yah, setidaknya ia tidak harus sampai menjual dirinya.

Naruto dan Sakura tiba-tiba saja merinding.

"Naruto?"

"Aku dan Daddy sudah mendiskusikannya semalam." Naruto menepuk-nepuk dadanya bangga.

Sasuke berdecak, kemudian melemparkan kentang goreng yang ada di hadapannya ke arah Naruto. "Aku tidak butuh intro." Ujarnya sarkastik.

Naruto bersiul nyaring. Mengabaikan perintah Sasuke dan malah mengemasi barang-barangnya. Sasuke mengernyit. "Kau mau kemana?" Sambungnya.

Naruto mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca dan menunjuk sebuah ferrari yang berhenti di sana dengan dagunya. "Yang mulia Namikaze Minato sudah menunggu. Hamba mohon diri."

Naruto membungkuk ala prajurit rendahan di hadapan kedua temannya tersebut, membuatnya terlihat seperti babu. Sakura hanya tersenyum kecil, kemudian melambaikan tangannya pada sosok yang kian menjauh tersebut.


Naruto membuka pintu ferrari tersebut sebelum meletakkan tasnya di bawah kakinya. Membungkuk sebentar sekedar untuk mengucapkan "Daddy, otsukaresama." Dengan nada yang ramah namun semangat."

"Otsukaresama." Balas Minato kalem. Ia kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan restaurant fast food yang selama sebulan terakhir ini telah menjadi homebase bagi anak semata wayangnya dan kedua sahabat masa kecilnya itu.

"Jadi, bagaimana? Sudah bilang ke Mommy?" Tanya Minato membuka percakapan. Manik shappire blue-nya menoleh sebentar ke arah Naruto, sekedar untuk melihat responnya yang berupa gelengan kepala.

"Belum. Aku bingung ingin mengatakan apa, jadi menunggu Daddy dulu. Hehe." Naruto menggaruk bagian pipinya yang tidak gatal dengan cengiran khasnya.

Minato mendengus geli mendengar jawaban Naruto. 'Dasar.' Pikirnya.

"Jadi..." Naruto melirik ayahnya di seberang, menunggu opini atau saran atau apalah, pokoknya sesuatu yang dapat memberinya ilham untuk pesan yang akan disampaikannya pada ibunya di hari ibu ini.

Ia memang tidak memberikan kue seperti apa yang akan dilakukan oleh Sasuke, atau kado mewah seperti apa yang akan diberikan Sakura. Ia hanya ingin memberikan sebuah pesan singkat yang mewakili perasaannya. Ia hanya ingin Mommynya yang galak itu tahu bahwa ia dan Daddynya saaaaangaatt menyayanginya, meskipun ia terkadang membuat tekanan darah Mommy tercintanya itu naik.

Minato melirik sebentar putranya yang sedang memasang ekspresi penuh harap tersebut, kemudian angkat suara. "Yang simple saja, seperti aku mencintaimu atau menyayagimu."

"Aku sedang tidak dalam kondisi untuk meminta Mommy menjadi kekasihku."

Minato refleks tertawa. Naruto benar-benar orang yang berpikiran sempit dalam beberapa hal. Persis seperti Kushina. "Memangnya cinta hanya ditujukan untuk kekasih, hmm?" Tanya Minato bijak.

Naruto terdiam memikirnya pertanyaan tersebut, kemudian dengan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya. Minato tersenyum kecil.

"Lalu, apa lagi?"

"Sesuatu yang lainnya, seperti Naruto akan terus berada di sisi Mommy dan menjadi kebanggaan Mommy. Atau Naruto akan selalu ada untuk Mommy."

"Oke, oke." Naruto kembali mengangguk mendengar saran dari yang mulia-nya dan melanjutkan kalimat yang diketikkannya tersebut. "Woooo.. Sudah selesa. Yayy!" Serunya heboh. Ia kemudian menekan tombol send dengan penuh semangat dan hati yang berdebar-debar, tentu saja.

Minato hanya menggeleng kecil sambil tersenyum melihat hal tersebut, sebelum akhirnya memutar stir mobilnya dan mengarahkannya ke bagasi.

Minato tadinya akan menekan bel terlebih dahulu sebagai tanda bahwa ia telah pulang sebelum Naruto berlari dengan semangat 45 dan membuka pintu sambil berteriak, "We're home."

Demi apapun juga yang ada di dunia ini. Kushina merasa ia baru saja melihat bayangan malaikat pencabut nyawa di hadapannya. Tepat sepernano detik yang lalu, ketika Naruto mendeklarasikan kepulangannya dan sialnya waktunya persis sama dengan waktu ketika ia menenggak cola dari pizza yang dipesannya.

Kushina terbatuk dengan keras beberapa kali, berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang telah dirampas malaikat maut. Minato yang melihat keadaan istrinya tersebut segera menghampiri Kushina dan menepuk-nepuk punggung istrinya tersebut.

"Ck, anak itu..." Geram Kushina sambil memperhatikan Naruto yang sedang tersenyum senang berlalu. "Selalu saja membuat meeting dadakan dengan malaikat maut." Umpatnya pelan.

Minato terkekeh. "Memangnya kau dulu tidak?" Godanya. Kushina mendengus pelan. Kemudian mengambil tas kerja Minato dan membawanya menuju kamar.

"Oh ya, tadi sepertinya Naruto sedang mendiskusikan sesuatu yang serius dengan Sakura dan juga Sasuke."

"Hmm?" Kushina berjalan mendekati Minato, membantunya melepas dasi dan juga kancing kemejanya, kemudian menaruhnya di keranjang. "Tentang apa?"

Minato mengangkat bahunya tanda tak tahu, namun tersenyum. "Kenapa tidak melihat ponselmu saja?" Tanyanya balik. Kushina mengernyit.

"Kenapa?"

"Mungkin ada sesuatu yang bagus di sana."

Kushina mencubit punggung tangan Minato dengan keras, membuat pria yang menyandang status sebagai suaminya tersebut meringis. Ia kemudian membuka laci dari meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya dan mengambil smartphone-nya. Ada satu e-mail dari Naruto di sana.

Kushina menaikkan sebelah alisnya heran, kemudian menekan layar dari smartphone-nya tersebut hingga menampilkan isi pesannya.

From: Namikazenaruto

Subject: Mother's Day

Attachment: Happy mother's day Mommy. I love you. Naruto will always be right by your side no matter what happen.

Kushina tersenyum kecil membaca kalimat pendek tersebut. Meskipun singkat, namun cukup untuk membuat hatinya menghangat ditengah musim yang dingin ini.

"Kau tahu, ia sampai frustasi memintaku membantunya mencari kalimat yang tepat."

Kushina menoleh ke arah Minato, kemudian melemparkan senyum termanisnya khusus untuk yang mulia tercintanya itu. "Thank you, very much."

"The pleasure is all mine, darl." Minato mengecup kening Kushina sebentar, kemudian mengusap kepalanya penuh sayang. "Balas dong, pesannya."

Kushina mengangguk paham, kemudian menekan tombol reply. Tadinya sih, ia hanya ingin mengucapkan terima kasih, namun sebuah insiden yang terjadi beberapa bulan lalu sontak melintasi otaknya memberikannya ide jahil. Ia menyeringai lebar sambil mengetikkan beberapa kalimat tersebut, kemudian menekan tombol send.

"Ah, kau ini benar-benar tidak berubah." Ujar Minato sweatdrop. Ia hanya bisa menggeleng pelan membaca isi pesan tersebut sebelum Kushina mengirimnya kepada Naruto. Membuat manusia yang merupakan refleksi dari suaminya tersebut berteriak histeris dan bersujud memohon pengampunan di depan pintu kamarnya.


Suara siulan terdengar meluncur dari bibir tipis Naruto ketika pria berambut pirang dan bermata biru itu —yang oleh teman-temannya sering dipanggil bule nyasar— mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Ia baru saja selesai memakai bajunya ketika ponselnya berdering menandakan ada sebuah e-mail yang masuk. Naruto menoleh sebentar ke arah meja tempat ia meletakkan handphone-nya, berpikir apakah itu penting untuk membacanya sekarang atau tidak mengingat ia sedang dalam perjalanan 'tidur sebelum makan malam'nya.

Berhubung tempatnya dekat dengan tempat tidur, dan membaca e-mail bukanlah hal yang sulit... Dengan pikiran seperti itu, Naruto mengambil ponselnya dan membuka e-mail yang baru saja masuk tersebut. Dari mommy tercintanya!

Oh, hey, Naruto nyaris berteriak.

Naruto dengan semangat 45 segera membuka email tersebut, kedua bola matanya berbinar ketika ibu jarinya menekan layar ponselnya sekedar untuk membuka kuncinya.

'Apa ya? Apa ya? Apa ya?' Pikirnya was-was.

E-mail tersebut dibuka. Iris shappire-blue Naruto menangkap setiap kata yang ada di sana dan menamkannya dalam otaknya. Wajahnya memucat dan keringat dingin meluncur dari pelipisnya. Ia menelan liurnya dengan susah payah. Kejadian ini, terjadi beberapa tahun yang lalu... Lalu kenapa harus sekarang, Kushina mengungkapnya? Apakah karena ini adalah pertama kalinya Naruto memberi hadiah berupa pesan? Apakah mommy-nya tersebut marah?

Tidak dapat memikirkan kemungkinan yang lain, Naruto segera berlari keluar dan bersujud memohon pengampunan di depan pintu kamar ibunya, meninggalkan handphone-nya yang masih membuka pesan tersebut begitu saja setelah melemparnya ke atas ranjang.

From: NamikazeKushina

Subject: Reply

Attachment: Stop talking about shit, Naruto. Ketika Mommy lagi ada di kantor polisi dan butuh pulsa, kamu di mana?

The End


A/N: Helloo, coming back with another random theme after hiatus during the year. This fic is special for mother's day. I knew it was too late tho, but, aaaaaahh, I really wanted to write this one so bad. And fyi, the idea came from a true story. I mean, I sent her a text like the one in the story and the answer is something like that. How cruel: v

But still, I'm happy with that. Well, thank you for taking your time to read this fic so much. I love you guys. See you in my next fic. Hoho / thengotkicked.