CT belongs to Yoichi Takahashi

Sanae's Gift belongs to Chappy Ruki Oguri

Takut. Itulah yang aku rasakan sekarang. Melihat Tsubasa yang tumbang di tengah pertandingan membuatku ketakutan setengah mati. Tsubasa,apa kau baik-baik saja?
Kini aku sedang berada di luar kamar inap di sebuah rumah sakit di Sydney,Australia bersama dengan pemain timnas Jepang dan juga anak-anakku.
"Ibu,apa ayah baik-baik saja?" Tanya Hayate,putra pertamaku.
"Iya, sayang. Ayah akan baik-baik saja. Sekarang Hayate dan Daibu doa ya untuk ayah." Kataku sambil tetap menampilkan senyuman. Berusaha tidak membuat mereka khawatir tentang kondisi ayahnya.
Hampir satu jam kami dilanda kecemasan menunggu Tsubasa yang sedang diperiksa dokter.
Kali ini Tsubasa terlalu memaksakan diri. Ah,bukan! Dia hanya tidak ingin tim Jepang kalah. Itulah Tsubasa. Dia selalu ingin maksimal di setiap pertandingan. Tidak peduli kondisinya sendiri seperti apa.

.

Di pertandingan ini kaki Tsubasa cedera. Namun Misaki membawa seorang temannya yang berasal dari China untuk mengobatinya. Memang tidak berdampak lama pengobatan akupuntur yang diberikan teman Misaki itu. Namun Tsubasa tetap meminta untuk dilakukan meskipun karier sepakbolanya berakhir di pertandingan ini.

10 menit kemudian dokter keluar dari ruangan Tsubasa.
"Bagaimana kondisi,Tsubasa?"
"Syukurlah dia tidak apa-apa. Tapi dia perlu waktu untuk pemulihan kakinya."
"Dia tetap bisa bermain bola kan?"
"Seperti yang kukatakan dia perlu waktu untuk pemulihan kakinya untuk dia bermain lebih baik."
Aku lega mendengar Tsubasaku baik-baik saja.
"Apa aku boleh melihatnya?" Tanyaku
"Tentu. Silakan.."

.
Wajah Tsubasa terlihat lelah. Aku menggenggam tangannya erat.
Malam mulai larut.
"Sanae,apa kau mau menunggu Tsubasa malam ini?"
"Ah. Iya."
"Baiklah. Untuk Hayate dan Daibu biar tidur bersamaku malam ini."
"Terimakasih,Ishizaki."
Aku segera menuju ke anak-anak.
"Sayang,untuk malam ini kalian tidur dengan paman Ishizaki ya? Ibu akan menjaga ayah."
"Baik Bu."
Mereka anak-anak yang penurut.
Satu per satu dari mereka pergi. Kali ini di ruangan putih ini hanya ada aku dan Tsubasa. Aku duduk di sebelah ranjangnya. Aku genggam tangannya dan aku cium. Tanpa sadar air mataku mengalir. Aku sungguh tidak tega melihat Tsubasa dengan kondisi seperti ini.
Aku membelai rambutnya. Wajahnya. Dan mencium keningnya. Lalu berbisik di telinganya.
"Cepat sembuh,sayang. Banyak orang menantimu."
Aku melihat jam dinding rumah sakit. Jam 12 malam. Ternyata sudah sangat larut.
Aku mendengar alarm dari ponselku.

Tanggal 28 Juli. My husband's Birthday.

Kemudian tersenyum. Menatap kembali wajah Tsubasa. Selamat ulang tahun yang ke 25,Tsubasa. I love you.

.
Jam 1 pagi. Tsubasa masih menutup matanya dan aku masih setia menunggunya. Belum tidur kalau-kalau Tsubasa bangun dan butuh bantuanku. Dan masih tetap menggenggap tangannya.
Namun tiba-tiba aku merasakan tangannya bergerak. Kepalanya juga.
"Tsubasa!"
"Ngghh.. Di-di mana aku?"
"Kau ada di rumah sakit. Kau tadi pingsan saat pertandingan. Apa yang kau rasakan sekarang?"
"Masih sedikit pusing."
"Jangan banyak bergerak. Tiduran saja."
Kemudian ruangan ini menjadi hening. Tsubasa sdh sepenuhnya sadar.
"Kau mau makan/minum,Tsubasa? Biar aku ambilkan."
"Ah. Tidak. Aku tidak lapar."
"Sejak kapan aku di sini,Sanae?"
"Sekitar 4 jam yang lalu."
"Kenapa kau tidak kembali ke hotel?"
"Aku ingin menjaga Tsubasa."
"Sudah makan?"
"Sudah."
Kenapa aku dan Tsubasa jadi canggung begini?

.

.
Kini Tsubasa duduk.
"Maaf ya,Sanae. Karna aku, kau harus menungguiku seperti ini."
"Hey,aku kan istrimu. Kenapa harus minta maaf? Ini juga salah satu tugasku."
"Ahahaha. Iya. Maaf ya,istriku."
"Tsubasa-"
"Hmm?"
"Selamat ulang tahun."
"Eh? Sekarang tanggal brp?"
"28 Juli."
"Benarkah? Ah. Aku sampai lupa."
Aku tersenyum.
"Aku punya 3 hadiah untukmu."
"O ya?"
Aku mengangguk.
"Tutup matamu dan hitung sampai dg 5."
Dia mulai memejamkan matanya dan menghitung.
"Satu.."
Aku beranjak dari kursiku dan duduk di ranjangnya.
"Dua.."
Aku melihat wajahnya. Sungguh tampan. Wajahku merona sendiri.
"Tiga.."
Aku mulai mendekat ke wajahnya.
"Empat.."
Semakin dekat. Mungkin ini salah satu pesona Tsubasa yang membuatku begitu menginginkannya dari dulu.
Sekarang hembusan nafasnya bs aku rasakan.
"Lima!"
Dan dengan segera aku mengeksekusi jarak antara bibirku dan bibirnya.
Ya. Hadiah pertama dari tiga hadiah untuk ulang tahun Tsubasa.
Ciuman terbaik dari istrinya.
Aku rasa dia agak terkejut dengan apa yang aku lakukan. Namun dengan cepat Tsubasa paham dan mengikuti gerakan bibirku pada bibirnya. Melingkarkan tangan kekarnya pada pinggangku. Membawaku lebih mendekat padanya. Memejamkan mata. Menikmati setiap pautan mesra dan penuh cinta. Akupun melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Agar aku bisa lebih menikmati ciumannya.

Cukup lama aku menciumnya. Di sela-sela itu kadang kami saling bertatapan satu sama lain. Melakukan kontak mata. Kemudian kembali memejamkannya untuk menikmati setiap sentuhan cinta satu sama lain.
Akhirnya perlahan aku melepaskan pautan bibir kami. Membuat jarak kembali antara aku dan dia. Kami saling bertatapan.
"Selamat ulang tahun,tampan. I love you."
Dia tersenyum.
Aku kecup kembali keningnya.
"Terimakasih hadiahnya."
Aku masih melingkarkan tanganku padanya. Kening kami saling bersentuhan.
"Dari dulu sampai sekarang, di saat cedera seperti ini kau selalu ada menemaniku, merawatku, dan terus menyemangatiku. Aku tidak salah mencintaimu, menjadikanmu cintaku, istriku,ibu untuk anak-anakku. Terimakasih Sanae."
Kami saling bertatapan. Aku tersenyum padanya.

.

.
"Hadiah keduanya?"
Kini aku mulai kembali ke posisi dudukku semula.
"Hadiah kedua akan kuberikan kalau kakimu sudah sembuh."
"Ah,berarti akan sangat lama aku mendapatkannya."
"Tidak akan lama jika kau mengikuti semua saran dokter."
"Baiklah kalau begitu. Beri aku waktu satu minggu untuk menyembuhkan kakiku."
"Tidak masalah. Aku akan menunggu."
Kami diam sejenak. Pukul 2:30.
"Kau belum tidurkan dari tadi,Sanae?"
"Eh?"
"Naik ke atas ranjangku. Kita tidur berdua."
"Tidak boleh. Aku di sini saja."
"Tidak apa-apa. Aku akan memelukmu sampai matahari terbit."
Wajahku merona. Namun dengan segera aku menyamankan diri untuk tidur satu ranjang dengannya.
Dia mulai memelukku erat.
"Selamat tidur,cantik."
Aku tersenyum dan mulai menjelajahi alam mimpi.

- only story (905 word)-

.

.

Ciymii's Curcol

Enaknya Fin atau to be continue ya? Wkwkwkw-

Sudah lama tidak publish cerita di ffn.

Per Juli saya akan aktif kembali di ffn. Mengedit-edit cerita di FB dan memopad biar bisa dipublish di sini. Ououou...

Jadi tunggu kehadiran saya. Wkwkwk

Kasih tau komentar kalian lewat review ya biar saya semangat balik lagi di ffn.

Sankyuuuu~~~