Title : Joonmyeon's Diary (Journal I mean)

Author : Christian Wu

Rated : K maybe M later (?)

Genre : General, Romance

Warning : Typo, Yaoi, AU.

Disclaimer : EXO is not mine *sobs* this story is!

Pairing : Krisho and more to come!

.

.

.

Korea Selatan, Seoul.

27 Mei 2012

Aku tidak tahu mengapa aku setuju melakukan ini. Sehun memaksaku untuk menulis sebuah jurnal, aku lebih suka menamakannya jurnal dibandingkan diary yang biasa ditulis oleh kaum hawa, karena aku tidak tahan dengan aegyo-nya itu. Tidak, bukan aku tidak menyukainya. Dari aegyo-aegyo yang pernah dilakukan oleh kedua adik kecilku –Kai dan Sehun– kali ini aegyo milik Sehun-lah yang dapat meluluhkan pertahananku.

Ya aku akui, aku memang memiliki kelemahan dengan hal-hal yang lucu. Seperti kedua adikku ini, aku sangat menyayangi mereka. Sayang mereka tidak mendapatkan banyak kasih sayang dari mendiang ayah dan ibu kami. Iya, kami adalah anak-anak yang yatim piatu. Awalnya memang berat, apalagi bagiku, aku harus menanggung semua pekerjaan rumah, mengurus adik-adikku, bekerja untuk membiayai mereka. Tapi aku bersyukur mereka bersamaku, mereka begitu menyayangiku – meskipun aku sering dikerjai oleh mereka – dan mereka banyak membantu bebanku untuk mengurus pekerjaan di rumah.

Oh iya, aku tidak pernah menceritakan alasan Sehun menyuruhku menulis sebuah jurnal. Dia bilang ini adalah salah satu cara agar aku tidak kesepian. Adik termudaku ini mengatakan padaku bahwa dia sering melihat tatapan mataku yang begitu kesepian meskipun aku sedang bersama mereka. Apakah hal itu benar? Entahlah, aku tidak merasa kesepian. Aku memiliki mereka dan aku masih memiliki teman-teman yang menyayangiku layaknya saudara.

Kai –entah kenapa ia lebih senang dipanggil Kai daripada Jongin- memaksa untuk membantuku mencari uang untuk sekolahnya. Tentu saja aku menolak keras hal itu, namun bukan Kai namanya bila ia tidak keras kepala. Kami sempat tidak berbicara selama seminggu karena argumen itu, aku tidak mau Kai menanggung beban berat ini. Cukup diriku saja yang mengalami hal ini, mereka bertiga berhak mendapatkan kebahagiaan.

Namun pada akhirnya aku menyerah dengan keputusan bulat yang telah ia ambil. Dengan syarat ia harus sudah pulang sebelum jam 9 malam. Kai menyengir dengan gembira dan segera memelukku. Ia berjanji tidak akan melukai dirinya sendiri atau melakukan hal-hal bodoh yang akan berakibat fatal baginya. Ia bekerja sebagai penari jalanan di depan cafe EXOtic, tempatku bekerja. Kai memang memiliki bakat menari yang hebat, orang- orang menjulukinya dengan 'Dancing Machine' dan ia lebih dikenal dekat oleh kami dengan nama panggilan 'Kkamjong'. Salahkan warna kulitnya yang gelap, berbeda sekali dengan Sehun dan aku. Sebagai balas dendam, Kai menjuluki aku dengan nama 'Snow White'. Yah, aku memang memiliki kulit yang putih dan halus (kata Umma dan Appa), mata yang besar namun tidak sebesar mata Kyungsoo, bahkan aku dikatakan mirip wanita. Beberapa teman priaku pernah menyangka bahwa aku adalah wanita karena kulitku yang putih dan halus bahkan melebihi wanita dan juga tubuhku yang tidak terlalu berotot namun berlekuk ini. Kadang aku berpikir, jika para wanita banyak yang iri akan keadaan fisikku ini, bagaimana aku akan mendapatkan kekasih? Ah, sudahlah. Biarlah waktu yang menentukan itu.

Baiklah, sepertinya akan kusudahi di sini dulu. Aku sangat mengantuk. Besok aku harus bangun pagi untuk menyiapkan bekal untuk ketiga adikku. Annyeong~

Joonmyeon

.

.

.

3 hari kemudian

.

.

.

"Joonmyeon-ge, boleh aku minta waktu sebentar saja? Sekalian aku memesan yang biasa."

Pemuda berambut hitam kelam itu menatapnya dengan –apakah itu tatapan memelas yang dia lihat?-

Joonmyeon sedikit terkesiap karena tatapan pemuda itu. Setahunya pemuda itu adalah pemuda yang terlihat sangar namun ternyata seorang yang sangat lembut dari dalam. Tatapan mata pemuda itu biasanya terlihat menakutkan layaknya seekor serigala yang tidak ingin teritorinya dimasuki oleh siapapun. Joonmyeon ingat, dia saja sedikit takut saat melayaninya. Namun pemuda itu hanya duduk dengan santai sambil melihat menunya dan tersenyum dengan lembut terhadap Joonmyeon, di mana hal tersebut membuat cengo dirinya.

.

"Aku ingin pesan 1 Cream Cappuchino saja, err..

Joonmyeon-ssi."

Suara pemuda itu diluar dugaan Joonmyeon, 'astaga, anak ini lebih pantas dibilang sebagai panda dengan kantung mata dan suaranya itu.', pikir Joonmyeon.

Pemuda itu mengira Joonmyeon tidak suka dengannya, dengan cepat ia menambahkan, "Maaf jika penampilanku menakutkan atau membuatmu tidak nyaman. Aku tidak pernah bermaksud untuk menakuti orang-orang di sini juga. Hanya saja, aku memang suka warna hitam dan yah.. Mataku memang seperti ini dari aku lahir", jelasnya.

"Ah, bukan begitu. Maaf aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja, err.. aku pikir kau orang yang baik. Dan aku suka matamu. Jadi, tidak apa-apa."

Pemuda bermata panda itu tersenyum dengan malu, "Begitukah? Terima kasih kalau begitu. Kau orang pertama yang berani berbicara padaku begitu panjang dengan menatap mataku"

Joonmyeon hanya tertawa gugup, 'Kasihan sekali dia. Padahal dia seperti orang yang baik-baik saja'

"Baiklah, aku akan segera kembali dengan pesananmu. Terima kasih tuan-"

"Ah, itu.. Panggil saja aku Tao, Joonmyeon-ssi. Aku tidak nyaman dipanggil seperti itu, lagipula aku lebih muda darimu."

Joonmyeon menatap pemuda yang bernama Tao itu sebentar lalu tersenyum,

"Baiklah, Tao."

Dan dengan itu, Joonmyeon pergi meninggalkan Tao untuk memberi daftar pesanannya kepada barista cafe tersebut.

.

"Joonmyeon-gege.. Apa kau baik-baik saja?"

Joonmyeon berkedip terkesiap, dia lupa dia sedang melayani Tao. Ia menggeleng-gelengkan kepala untuk membuatnya lebih fokus.

"Ah, maaf Tao. Aku melamun tadi, ini pesananmu"

Tao tersenyum jahil, "Aku ini memang tampan ge. Kau tidak perlu menatapku terang-terangan begitu"

Joonmyeon mendengus kecil, "Kau memang tampan Tao, jika kau tidak terlihat seperti panda. Kau malah terlihat lucu dibandingkan tampan"

Pemuda yang lebih muda darinya itu terkekeh mendengar jawaban yang sudah biasa ia dengar dari Joonmyeon. Ia menyesap Cream Cappuchino-nya perlahan lalu
meletakkannya lagi ke atas meja kayu bundar kecil dihadapannya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa kecil cafe itu untuk menyamankan posisi duduknya.

"Apakah jam kerjamu sudah berakhir Joonmyeon-ge?", tanya Tao sambil mengisyaratkan Joonmyeon untuk duduk.

"Yah, sebenarnya sudah berakhir sejak 10 menit yang lalu. Tapi aku yakin kau tidak akan mau dilayani oleh siapapun kecuali aku jadi..", Joonmyeon membiarkan kalimatnya menggantung karena ia tahu Tao mengerti apa yang ia bicarakan.

Tao menyengir tanpa berdosa sambil menggaruk pelipisnya, "Kau tahu saja ge."

Joonmyeon hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Tao memang sulit untuk berteman karena penampilannya itu, belum lagi Panda kecil itu merasa malu untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Apa yang ingin kau bicarakan Tao? Tidak biasanya kau memulai pembicaraan. Pasti ada sesuatu"

Tao hanya memalingkan mukanya ke jendela besar disampingnya sambil berdeham pelan.

"Yah, kira-kira begitulah", namun tak lama ia menghela nafas dengan panjang. Ia menatap Joonmyeon dengan ragu dan setelah beberapa saat ia menghela nafasnya lagi, ia terlihat kesulitan dalam mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

Joonmyeon menatapnya dengan heran dan khawatir. Bagaimanapun juga Tao sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, setelah 3 bulan mereka mengetahui nama masing-masing mereka menjadi lebih akrab dan sering berbincang-bincang. Terkadang Tao juga memaksa untuk mengantarkan Joonmyeon pulang. Pemuda berambut merah itu sering menolak Tao untuk melakukan hal tersebut, ia akan baik-baik saja tanpa perlindungan Tao atau adik-adiknya –meskipun mereka memaksa Joonmyeon harus dilindungi-, namun Tao merasa bahwa Joonmyeon adalah orang yang berharga baginya, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada Tao. Joonmyeon merasa terharu mendengar hal itu, ia pernah menjahili Tao jika Tao memiliki perasaan terhadapnya yang hanya dibalas dengan, "Kau bukan tipeku ge. Meskipun harus kuakui kau itu cantik untuk ukuran seorang lelaki.", yang dengan senang hati Joonmyeon balas dengan pukulan di kepala Tao.

"Ada apa Tao? Apakah.. terjadi sesuatu yang buruk terjadi padamu? Kau kehilangan motor mewahmu itu atau motor mewahmu itu kehilanganmu?", tanyanya sambil mencarikan suasana.

Tao mendelik kesal mendengar itu.

"Enak saja. Jika ada yang berani menyentuh motorku itu aku tak akan segan-segan untuk memburunya sampai dia terkencing-kencing di celananya. Tidak ada yang boleh macam-macam dengan motorku!" , timbalnya sambil menyilangkan lengan-lengan berototnya di depan dada dan memberikan tatapan menusuk pada jendela besar di sebelahnya itu.

'Jika tatapan dapat membunuh, jendela itu pasti sudah pecah saat ini', Joonmyeon tertawa geli karena pikirannya itu. Hal itu membuat pemuda di hadapannya semakin kesal, terlihat bahwa Tao sekarang sedang mengerucutkan bibirnya.

"Joonmyeon-ge~... Ayolah, aku sedang serius!", katanya dengan kesal.

Pemuda yang lebih tua dari keduanya itu berusaha untuk menahan tawanya dengan tangannya. Tao memang terlihat sangar, tapi ia sangat bisa untuk melakukan hal-hal lucu dan menggemaskan tanpa ia sadar.

'Ataukah itu dengan sengaja?', pikirnya lagi.

"Baiklah, baiklah. Maafkan aku. Jadi, sebenarnya ada apa?', tanyanya setelah ia berhasil untuk tidak tertawa kali ini.

Tao menghela nafas untuk ketiga kalinya dan kembali menatap Joonmyeon dengan ragu, masih dalam posisi kedua tangannya tersilang didepan dadanya. Jaket kulit hitamnya mengeluarkan suara-suara decitan kecil setiap kali Tao melakukan sedikit gerakan.

"Err.. itu, bisakah aku emm.. menginap di rumahmu?"

Hening.

Suara orang-orang yang berbincang atau sedang tertawa dan aroma kopi dalam cafe itu saja yang menyelimuti.

Joonmyeon hanya menatap Tao sambil berkedip-kedip seperti orang bodoh. Pertanyaan Tao itu sungguh diluar dugaannya. Ia pikir Tao akan meminjam uang atau
meminta bantuanya dalam masalah cinta atau apapun kecuali hal ini! Ini sungguh di luar dugaannya.

Tao yang sedari tadi menunggu jawaban dari Joonmyeon hanya bisa menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Ia tahu pertanyaannya itu sedikit aneh dan.. rancu.

"Aku tidak bermaksud hal-hal lain jika itu yang kau pikirkan Joonmyeon-ge. Hanya saja, aku sedang tidak ingin berada di rumah saat ini. Tapi jika kau tidak mengizinkan, itu tidak apa-apa"

Joonmyeon tersadar dari pikirannya ketika ia mendengar suara lembut Tao yang terdengar ragu dan gugup. Ia berkedip sekali sebelum ia akhirnya membuka suara,

"Ah.. itu. Aku tidak apa-apa dengan hal itu Tao. Hanya saja, aku tidak menduga kau akan menanyakan hal seperti itu. Aku pikir kau sedang kehabisan uang atau kau sedang mengalami masalah cinta."

"Enak saja kau ge. Aku ini tidak miskin jika itu yang kau maksud dan aku sedang tidak menyukai siapa-siapa. Bukankah kau sering menanyakan hal itu padaku?", balas Tao dengan tatapan datar.

Pemuda yang lebih tua darinya itu tertawa pelan sambil mengusap pelan rambut merahnya lalu bangkit dari sofa kecil yang didudukinya dan berjalan menuju pintu yang di atasnya bertuliskan 'STAFF ONLY'.

Pemuda berambut hitam kelam yang tadinya bersandar kini duduk dengan tegak, takut jika ia menyinggung Joonmyeon atas perkataannya tadi.

"Joonmyeon-ge?", katanya dengan sedikit keras dan panik.

Joonmyeon membalikkan wajahnya kearah Tao dengan salah satu tangannya sudah di gagang pintu,

"Aku akan segera kembali Tao, aku hanya akan mengganti bajuku. Kau tunggulah di luar, kita akan berjalan bersama ke rumahku". Dan ia segera masuk ke ruangan itu dan menutup pintu tersebut.

Tao hanya berkedip dengan ekspresi wajah yang dungu. Sedetik kemudian, ia menyengir dengan salah tingkah dan segera menyimpan uang bayaran untuk Cream Cappuchino-nya. Setelah itu, ia beranjak keluar dari cafe itu dan menunggu Joonmyeon.

Joonmyeon keluar dari ruangan staff itu dengan mengenakan jaket cardigan dark blue navy dan putih, celana jeans dark blue juga sneakers hitam bercorak tengkorak di pinggirnya. Cuaca menjadi lebih dingin menjelang sore hingga malam, ia tidak ingin mengambil resiko cuti karena sakit flu. Pemuda berstatus pelayan tetap cafe EXOtic itu menghampiri meja yang tadi diduduki oleh Tao. Ia mengedip lucu dan tertawa pelan sambil mengambil uang yang ditinggalkan Tao. Pemuda yang lebih muda darinya itu selalu meninggalkan uang berlebih saat membayar pesanan biasanya itu. Sisa dari uang itu ia berikan secara paksa untuk Joonmyeon. Tao mengetahui kesulitan biaya keluarga Joonmyeon, keesokan harinya setelah mengetahui persoalan itu Tao selalu memberikan uang besar agar kembaliannya dapat diberikan kepada Joonmyeon.

.

"Aku tidak memberikan ini dengan percuma ge. Ini uang tips untukmu. Jangan berpikir yang aneh-aneh", elak Tao.

Joonmyeon membulatkan matanya saat melihat seberapa besar uang 'tips' yang diberikan oleh pemuda bermata panda itu.

"Apa kau bercanda Tao? Ini terlalu besar untuk dijadikan uang tips! Aku tidak mau menerimanya!"

"Itu tidak besar ge. Lagipula kantung dompetku masih ada yang sering mengisi, jadi kau tidak perlu khawatir begitu ge. Kantung dompetku ini perlu sekali-kali untuk dikempiskan", kata Tao dengan santai.

.

Joonmyeon hanya tersenyum lembut mengingat perkataan Tao saat itu. Ia selalu berpikir beruntung sekali jika ada yang menjadi kekasih Tao. Hati anak itu begitu tulus dan juga polos. Ia akhirnya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar cafe EXOtic, sebelumnya ia berpamitan dulu kepada bosnya.

"Aku pulang dulu Kibum-hyung! Sampaikan salamku untuk Donghae-hyung!"

Kim Kibum, bos dan pemilik cafe EXOtic itu menyunggingkan sebuah senyuman kepada Joonmyeon sambil terus mengelap cangkir-cangkir kopi yang telah selesai dicuci. Meskipun ia seorang bos, ia lebih suka untuk terlibat langsung dalam menjalankan cafe-nya yang cukup terkenal itu.

"Hati-hatilah di jalan Joon,"

Joonmyeon menggangguk sambil mengeluarkan ponselnya dan menyalakannya. Setelah memastikan tidak ada yang miliknya yang tertinggal, ia segera berjalan menghampiri Tao.

"Maaf membuatmu menunggu Tao. Ayo, kita kerumahku sekarang"

Tao yang sedang menggenggam sebuah ponsel ditangannya tidak segera berbalik menatapnya. Joonmyeon mengerutkan sebelah alisnya dan menepuk pundak Tao dengan pelan. Baru dengan itu, Tao memalingkan wajahnya dari ponselnya itu dan menatapnya dengan wajah bersalah.

"Ah tidak apa-apa ge. Aku tidak lama menunggu", kembali ia menatap ponsel miliknya.

Joonmyeon kembali heran dengan tingkah Tao.

"Kenapa Tao? Kau tidak apa-apa kan?"

"..."

"Tao?"

"Err.. itu. Sepertinya aku akan menginap di rumahmu lebih dari yang seharusnya"

Joonmyeon menatapnya bingung, " Mwo? Memangnya ada apa?"

Tao hanya menyengir kecil, "Gege yang menyarankanku"

'Gege? Apakah maksudnya aku? Tapi aku tidak- tunggu. Aku lupa Tao ini berasal dari Cina', Joonmyeon menepuk jidatnya merasa bodoh. Lalu ia menatap Tao,

"Tidak apa-apa Tao. Aku sudah bilang padamu, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Jangan sungkan untuk mampir ke rumahku. Lagipula Kai dan Sehun akan senang jika mereka tahu kau akan menginap dalam waktu yang lama", jelas Joonmyeon sambil menepuk-nepuk pundak Tao.

Tao tersenyum, wajahnya seperti anak kecil yang baru saja diberi hadiah.

"Jinjja? Gomawo Joonmyeon-ge!", ujar Tao dengan aksen Korea-nya yang sedikit aneh sambil memeluk Joonmyeon.

Pemuda yang lebih tua darinya hanya tertawa sambil membalas pelukan Tao.

"Ayo kita segera berangkat. Sepertinya akan hujan", ajak Tao sambil menarik tangan milik Joonmyeon.

'Dia benar-benar seperti anak kecil. Sama seperti Kai dan Sehun', pikir pemuda cantik itu sambil tersenyum.

.

.

.

.

.

XOXO


A/N : Annyeonghasseo~ semoga kalian menikmati chapter pertama ini ;) maaf kalo ada typos ya. Mau di lanjut? Ato simpen ajh nih?

Review yah, siapa tau author mau lanjutin ini cerita :p #dibogem

.

.

Christian_Wu