Maaf karena hiatus cerita ini sempet stuck setahun. Oh my… ga terasa udah selama itu ya. ckck… terima kasih pada pembaca setiaku yang udah rela menunggu dan membuatku nerima banyak email dan review meminta cerita ini dan my sleepless namja lanjut dan berakhir dengan prgnant lanjut duluan


PREGNANT?!

Wanita itu meremas tangannya dan berusaha meredam isakannya sebisa mungkin. Hatinya kini sangat perih. Aah tidak hanya kali ini, tapi sudah dua bulan ini perih itu tak mau pergi dari belahan jiwanya pergi, meninggalkan lubang kosong di hatinya yang begitu menyesakkan.
Raut muka gadis berwajah western itu tampak meringis pilu. Air mata terus jatuh dari mata emeraldnya menandakan ada sebuah beban dihatinya yang teramat besar dan membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menangis.
Laki-laki didepannya menatapnya miris. Ia tahu semua ini sangat berat untuk wanita yang amat sangat mencintai hyungnya. Yang ia tahu terakhir kali melihat wanita itu dan hyungnya bersama, semua tampak baik-baik saja. Mereka terlihat semakin mesra dan begitu mencintai satu sama lain.
"Junsu, kumohon… Bawa dia kembali padaku." Lirih Jenny dengan raut wajah memelas, setelah tadi ia menceritakan tentang kebersamaan terakhirnya bersama Jaejoong dan sikap aneh kekasihnya sebelum mengakhiri hubungan mereka.
"Walaupun dia tidak ingin kembali bersamaku… setidaknya aku ingin bertemu dengannya dan bertanya tentang alasan sebenarnya ia meminta berpisah."
"Aku hanya ingin tahu apa sebenarnya salahku… hiks hiks… itu saja… hanya itu." Jenny kembali tertunduk. Kali ini ia tidak bisa meredam tangisnya.
Terus terang saja Junsu merasa kasihan melihat Jenny. Ia juga bingung kenapa hyungnya malah mencampakan Jenny tanpa alasan yang jelas, padahal dulu Jaejoonglah yang mati-matian mengejar Jenny.
Junsu yang tadinya duduk didepan Jenny, beralih duduk di samping wanita itu, lalu merangkulnya dan mengelus pundaknya.
"Aku akan membawanya untukmu noona." Ujar Junsu lembut.

Mata hari bersinar cerah di pagi itu, suara deburan halus ombak yang terdengar dari kejauhan merupakan melodi tersendiri yang melengkapi bagi Yunho. Ia selallu suka wangi laut, ia juga merasa pasti menyenangkan berenang disana di pagi cerah ini dan merasakan hangatnya sinar matahari membakar kulitnya. Aah, mungkin nanti setelah ia pulang ia akan mengajak Jaejoong berenang disana. Karena saat ini ia harus mengatar Jaejoong ke dokter kandungan.
Sudah sekitar sejam yang lalu Yunho sudah berpakaian rapi dan menunggu Jaejoong di mobil. Tapi sampai sekarang bahkan ia sama sekali belum melihat batang hidung Jaejoong muncul di depan pintu rumah. Bahkan yunho sempat melap mobilnya tadi untuk mengisi waktunya menunggu Jaejoong, tapi tetap saja namja cantik itu belum kelihatan. oke, Yunho tahu Jaejoong membutuhkan waktu lama dalam berdandan tapi kali ini sudah terlalu lama. hingga beberapa saat Yunho mendengar triakan kencang yang membuatnya terkejut dan tergesa-gesa berlari kedalam rumah mencari Jaejoong.
Brak
"Jae!" Teriak Yunho panik sembari mendobrak pintu. Yunho kaget saat melihat keaadaan kamar yang begitu berantakan. Satu isi lemari Jaejoong kini berhamburan diruangan itu. Dengan cepat Yunho berlari menghampiri Jaejoong saat dilihatnya temannya itu terduduk menangis dengan gulungan selimut yang membungkus tubuhnya.
"Jae, apa yang terjadi?" Panik Yunho. Jaejoong mengangkat kepalanya dari lutut dan melihat yunho dengan mata sembabnya. Rambutnya yang sudah agak panjang itu terlihat acak-acakan.
"Aku mendapatkan bencana Yun."
"Maksudmu? cepat katakan apa maksudmu!" Buru Yunho. Jantungnya berdebar dengan perasaan panik. Ia takut membayangkan kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi pada Jaejoong atau kandungannya.
"Aku sudah jelek sekarang." Lirih Jaejoong merana.
Yunho mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apa?"
"Aku tidak tahu kalau hamil akan sejelek ini."
"Aku tidak mengerti. Jelaskan padaku!" Buru Yunho masih dengan rasa bingung.
Tiba-tiba Jaejoongberdiri perlahan. "Jangan tertawa, atau aku akan membunuhmu!" Yunho membuat tanda silang didadanya.
Dengan ragu-ragu dan malu Jaejoong menurunkan selimutnya yang membungkus tubuh pria itu.
Yunho tak mengira ini membuatnya terkejut. Tapi saat Jaejoong menunjukannya ia sampai harus meremas tangannya sambil menutup bibirnya kuat-kuat agar tawanya tidak keluar.
"bukankah ini menggelikan? semua baju-bajuku tidak ada yang muat di bagian perut. Bahkan lenganku yang biasanya berotot kini tenggelam dalam gumpalan lemak." Keluh Jaejoong terdengar penuh nestapa.
Demi apapun Yunho ingin sekali tertawa. Baju yangJaejoonng pakai terlihat sempit dibagian perut karena perut Jaejoong kini sudah membesar seiring kandungannya yang sudah beranjak 5 bulann lebih, hingga kaos yang Jaejoong pakai hanya menutupi setengah perutnya.
"Jae, hal yang wajar perutmu membesar, kehamilanmu sudah beranjak 5 bulan." Yunho mencoba menenangkan Jaejoong.
Dengan wajah cemberut Jaejoong menatap dirinya di kaca full body. "Apa hamil harus sejelek ini?" Jaejoong mencebilkan bibirnya sebal.
Yunho tersenyum maklum melihatnya. Ia meraih kedua pundak Jaejoong lalu menarik lelaki itu menghadapnya. "Ini fase yang indah dalam kehamilan Jae, kau sama sekali tidak jelek malah terlihat… perfect"
Jaejoong merona saat mendengar Yunho mengatakannya dengan lembut. Apa lagi Yunho menyebutnya sempurna. Ia tau ia laki-laki yang tak pantas menampilkan ekspresi seperti itu, tapi ia melakukannya karena refleks dan tak dapat menahan merah dan panas yang menjalari pipinya.
"Kau benar, semua bajumu sudah tidak ada yang muat lagi. Kita harus mendapatkan baju yang lebih besar untukmu. Pakai mantelmu! kita harus membeli baju baru."

.
"Yun apa maksudmu membawaku ketempat seperti ini." Pandangan Jaejoong mengitari seluruh ruangan toko dengan pandangan aneh. Apa ada sesuatu yang salah di otak temannya? bukannya Yunho bilang akan membelikannya baju baru? lalu kenapa sekarang mereka berdiri di bagian baju khusus ibu hamil? Rasanya waaupun bisa hamil itu tak bisa mengubah jenis klaminnya yang jelas seorang namja, Yunho pasti bercanda.
"Kita tidak akan mendapat baju yang cocok untukmu di bagian laki-laki. Hanya baju inilah yang cocok untukmu."
"Kau gila!" Jaejoong memandang Yunho histeris.
"Jae~"
"Tidak, aku menolak. aku tidak mau!" Tekan Jaejoong, ia berpikir saat memakai baju wanita harga dirinya sudah tercoreng. ia merasa miris dengan hidupnya. Jaejoong ingin pergi dari sana, tapi seorang wanita berseragam menghadangnya.
"Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Kata pelayan wanita itu.
"Yun, dia menyebutku 'nyonya' ?!"Jaejoong histeris membuat Yunho tertawa geli.
"Bisakah kau mencarikan baju yang cocok untuknya?" Pinta Yunho kepada pelayan itu.
"Kami memiliki koleksi terbaru yang cocok untuk nyonya yang cantik ini, mari ikut saya!" Pelayan wanita itu mempersilahkan.
"Yun dia bilang aku 'cantik' ?!" Bisik Jaejoong semakin tak percaya. Yunho mengabaikan pertanyaan Jaejoong. Yunho meraih tangan Jaejoong dan memaksanya mengikuti pelayan itu.'
Pelayan itu menawarkan beberapa pakaian hamil kepada mereka. Jaejoong menggeleng berkeras tak mau dan Yunho mengangguk menyetujui.
"Cobalah baju-baju ini."
"Aku tidak mau. Kalau mau gila, gila sendiri saja sana!"
"Jae~
"Lebih baik aku memakai baju lamaku, dari pada memakai baju wanita."
"Bajumu sudah sempit dan bayimu akan sesak."
"Kalau begitu carikan aku baju laki-laki yang besar saja." Keukuh Jaejoong. ia benar-benar keras kepala.
"Kau malah akan terlihat jelek."
"Benarkah?"
Yunho mengangguk. ia tahu Jaejoong orang yang sangat memperhatikan penampilannya dan benci jika harus terlihat jelek.
"Lagipula ini hanya sementara Jae, hanya selama kehamilanmu. Sesudah itu kau tidak perlu memakainya lagi." Yunho berusaha meyakinkan Jaejoong. "Malah kau akan dipandang aneh jika kau yang hamil memakai baju lelaki."
Jaejoong memikirkan benar kata-kata Yunho, hingga kemudian ia pasrah mengangguk menuruti keinginan Yunho. Dengan raut kesal ia merampas beberapa baju dari tangan pelayan dan pergi memasuki ruang ganti.

.
Yunho tahu memang Jaejoong itu pada dasarnya cocok jika menjadi perempuan karena selain ia tampan, wajahnya juga termasuk cantik untuk kalangan pria. Tapi Yunho tidak pernah melihat secara langsung Jaejoong memakai pakaian wanita hingga saat melihatnya ia hanya bisa terpaku, seperti saat ini.
"Kalau kau tertawa, kau akan mati." Ancam Jaejoong saat ia meminta pendapat Yunho setelah mencoba bajunya.
"Kenapa kau diam?" Tanya Jaejoong saat Yunho tak kunjung berkomentar. Temannya itu hanya melihatnya tanpa berkedip.
kesal tak ada respon Jaejoong berpikiran lain. "Sudah kuduga ini semua konyol." Jaejoong ingin kembali berganti baju, namun suara Yunho mencegahnya.
"Jangan!… maksudku… kau terlihat—
Jaejoong menunggu Yunho meneruskan kalimatnya, jika itu adalah sebuah ejekan Jaejoong bersumpah akan meninjunya. "cantik." Jaejoong terpaku dibuatnya saat mendengar kata-kata yunho yang terdengar ragu-ragu.
Yunho berani bersumpah demi anaknya yang ada dikandungan Jaejoong. Temannya itu terlihat cantik. Apa lagi dengan rambut Jaejoong yang kini sudah panjang sebahu membuatnya terlihat alami seperti seorang wanita jika tanpa jakun itu.
"K-kau ada-ada saja." Jaejoong segera berlari masuk kembali keruang ganti.
Sekali lagi rona merah itu menjalar di pipinya. Jaejoong bingung kenapa malah ia tersipu? bukankah ia selalu benci jika dibilang cantik. Ia pasti akan mengamuk setiap kali ada orang yang menyebutnya begitu, lalu kenapa ia malah bersikap seperti perempuan?

.
Yang dilakukan Yunho dan Jaejoong setelah membeli baju adalah berjalan-jalan ditaman kota sambil menikmati es krim. Yunho tampak seperti seorang suami yang baik yang mengawal istrinya yang sedang hamil. Semua orang yang ada disana mencuri-curi pandang ke arah mereka membuat Jaejoong risih. Apakah orang-orang itu memandangnya aneh karena ia adalah seorang namja hamil, atau baju hamil ini yang membuatnya terlihat menggelikan?
"Yun sudah kubilang ini ide yag buruk. Kau memaksaku memakai baju ini dan sekarang lihatlah, semua orang memandangku aneh."
"Hei, percayalah mereka hanya terpesona dengan penampilanmu saja, sudah kubilangkan kau malah terlihat—
"Ya ya ya… tidak usah mengatakannya lagi, aku akan meninjumu" Jaejoong memotong cepat, ia tidak mau Yunho membuatnya kembali merona.
"Kau sadis sekali, sedari tadi mengancamku, seorang ibu hamil tidak boleh seperti itu." Jaejoong mendelik, dan Yunho cepat-cepat bungkam.
"Apa kau haus? aku akan membelikanmu minuman. Kau tunggu di bangku itu saja!" Jaejoong mengangguk kemudian menuju bangku yang ditunjuk Yunho lalu duduk disana, sedangkan Yunho pergi mencari minuman.

Jaejoong mengedarkan pandangannya kesekeliling taman. Di sore hari taman itu dipenuhi dengan anak-anak kecil bersama orang tua mereka, karena memang disana terdapat taman brmain untuk anak. Dan mata Jaejoong terpaku pada sesuatu yang cukup menarik. Bibirnya ikut menyinggung kan sebuah senyum saat melihat seorang perempuan tengah mengajarkan balitanya berjalan. Dengan perlahan kaki mungil itu bisa melangkah tiga kali kemudian jatuh terduduk. Ibu dari anak itu tertawa kemudian mengangkatnya dan mencium pipi gmbil anak itu berkali-kali sedangkan sang ayah sepertinya sedang merkam momen bahagia itu dengan handycamnya. Keluarga mereka tampak bahagia sekali.
"Hei, kenapa melamun." Tegur Yunho yang baru kembali dari membeali minuman. Ia menyerahkan sekotak jus kepada Jaejoong.
"Aku hanya sedang memperhatikan keluarga itu. Mereka tampak bahagia sekali, apa kita juga akan seperti itu?" Yunho ikut melihat ke arah pandang Jaejoong dan menemukan yang Jaejoong maksud.
"Apakah menyenangkan saat melihat senyum pertamanya saat lahir, saat mengajarkannya berjalan, saat mendengar kata pertama yang keluar dari bibirnya dan menyaksikan ia tumbuh. Aku jadi tidak sabar menunggunya." Jaejong mengelus perutnya lembut. Yunho memandang temannya dengan senyum lembut. Ia senang akhirnya Jaejoong sudah sepeenuhnya menerima keadaan. Tapi satu yang mengganggu pikiran Yunho, setelah Jaejoong melahirkan apa yang terjadi pada mereka? akankah ia tetap bisa bersama Jaejoong?

.
"Good Morning!"
"Morning!" Sapa Balik namja cantik itu pada Yunho yang baru muncul didapur. Dengan telaten Jaejoong mulai menyusun hasil masakannya ke dua piring lalu menuangkan air panas ke cangkir kopi dan susu miliknya.
"Biar kubantu." Tawar Yunho yang tak ingin Jaejoong kesusahan saat harus bolak-balik degan perut besar membawa makanan ke meja makan.
"Thanks" Ucap Jaejoong dengan senyum. Yunho menata makanan diatas meja makan kemudian keduanya duduk disana dan memulai sarapan.
"Sepertinya kau sedang senang hari ini?" Goda Yunho saat melihat wajah cerah Jaejoong sedari tadi.
Namja cantik itu senyam-senyum sendiri didepan makanannya. "Moodku hanya sedang bagus hari ini."
"Benarkah?"
"Hmm.." Ia menyeruput susu khusus untuk ibu hamil dengan perlahan. Ia tidak ingin air mendidih itu membakar lidahnya. Setelah sarapan Yunho yang bertugas mencuci piringnya, dan Jaejoong hanya mengamati Yunho.
"Apa yang akan kau kerjakan hari ini?"
Yunho melap tangannya dengan serbet lalu mencari sesuatu di lemari dapur. "Tidak ada yang istimewa, hanya menghadapi dokumen yang memusingkan dan meeting yang membosankan."
"Apa kau bisa pulang cepat hari ini?"
"hmm?" Yunho berbalik dan mengangkat satu alisnya, apakah ada sesuatu yang penting hingga temannya itu memintanya pulang lebih awal.
"Aku ingin memasak sesuatu yang istimewa sore nanti."
"Apa kita sedang merayakan sesuatu?" Yunho bertanya tak biasanya Jaejoong memasak sesuatu yang istimewa semenjak mereka tinggal di Jeju. Jadi wajar ia penasaran dengan tujuan Jaejoong.
"Tidak ada. Hanya ingin memasakan sesuatu yang bergizi untukmu. Kau selalu memikirkanku selama ini hingga badanmu jadi kurus begitu jadi sebagai balasannya aku akan membuat makanan untukmu."
Yunho tersenyum kemudian mengambil tasnya yang tadi sempat ia letakkan di kursi meja makan. "Terima kasih kalau begitu. aku akan pulang cepat." Jaejoong tersenyum menyambut kata-kata Yunho.
"Aku pergi!"
"Hati-hati"

.
Tidak banyak perkerjaan rumah yang dilakukan Jaejoong setelah Yunho pergi kerja. Karena sebelumnya Yunho sudah melakukan semua untuknya. Hanya mencuci saja yang tidak dilakukan Yunho hari ini, jadi ia memutuskan untuk melakukannya. Setelah mengumpulkan pakaian kotor dari kamarnya, Jaejoong pergi ke kamar Yunho untuk mengambil baju kotor Yunho. Di lihatnya kamar Yunho telah rapi, hanya beberapa kertas dan buku masih berserakan di atas meja kerja laki-laki itu, jadi Jaejoong membenahinya.
Saat mengangkat salah satu tumpukan buku Jaejoong menemukan sebuah kaset DVD di bawahnya. Ia pikir itu adalah film romantis karena covernya bergambar laki-laki dan perempuan yang saling berpelukan di pinggir pantai. Ia sudah lama tidak menonton film jadi tidak ada salahnya ia meminjam itu dari Yunho, toh temannya juga tidak akan keberatan.
Setelah selesai mencuci pakaian, Jaejoong pergi ke dapur mengambil semangkuk es krim dan beberapa cemilan untuk menemaninya nonton. Ia pergi duduk di sofa panjang di depan tv yang ada di living room. Laki-laki itu mulai menonton filmnya sembari sesekali menyuap es krim kedalam mulutnya. Baru masuk ke adegan awal Jaejoong sudah mengeryitkan kening, ia rasa film bukan seperti ini ini lebih kepada hasil rekaman amatir atau apapun istilahnya yang jelas film ini aneh. Belum beberapa menit Jaejoong tiba-tiba terpekik dan hampir tersedak sendok es krimnya.
"What the…"
Memang benar yang ia tonton film barat dan benar juga ini film romantis, tapi ini kelebihan romantis hingga begitu explicit. Ini film bercinta versi barat alias Blue film, kau tahu?
Jaejoong bangkit dari duduknya dan cepat-cepat ingin mematikan DVD nya. Ia sedang hamil, ia pikir tak baik untuk anaknya jika ia menyaksikan film blue ia tak ingin anaknya menjadi mesum seperti Yunho. Belum sempat ia mematikannya Jaejoong terhenti saat wanita dalam film itu mulai mendesah karena dikerjai oleh pasangannya. Volume yang ia pasang cukup kuat hingga suara desahan penuh nafsu itu menggema seantero ruangan.n
bukannya mematikan dvd-nya malah matanya terus terpaku pada adegan di film yang menampilkan adegan dewasa. Tanpa sadar desahan-desahan dari tv membuat Jaejoong terus memakukan pandangannya pada layar tv, dengan kondisi mulut setengah terbuka dan mata yang tidak bekedip.
"Aaahh… uunngh… ahh fuck me hard~"
Gluk
Jaejoong menelan berat ludahnya, bulir-bulir keringat mulai muncul di kening dan nafasnya mulai terdengar berat. Shit.. sesuatu dalam dirinya mulai bangkit tapi matanya masih saja memandangi layar. Adegan menunjukan seorang pria yang sedang menyetubuhi wanitanya dengan berbagai gaya.
"Aah aah.. yes baby fuck me~"
suara desahan itu makin intens sepertinya perempuan dalam film itu akan mencapai orgasme diikuti nafas Jaejoong yang jugae memburu seperti orang habis berlari.
"Ooooouugh… god. it feels sho eeemmh…akh..good" Desahan perempuan itu kian terdengar hot hingga Jaejoong meremas kuat bajunya. Sedangkan sesuatu dibawah sana sudah mengeras.
"Yeaaahh aah ahh.. i'm coming"
Tepat saat sesuatu dalam dirinya hampir meledak suara telpon rumah berbunyi nyaring membuatnya hampir melempar remotnya karena kaget.
"Shit!"
Umpatan tidak bagus untuk ibu hamil dan Jaejoong melakukannya spontan karena terganggu. Ia hampir saja klimaks kalau tlpon sialan itu tidak berdering. Cepat-cepat Jaejoong mematikan TV nya lalu mengangkat telpon yang ada di samping sofa. Masih dengan nafas terengah karena menahan gejolak birahi yang membuncah ia mengangkat telponnya.
"Yeobseyohh!" Jaejoong menyambut telpon hampir terdengar mendesah.
"Hai Jae.. emm aku minta maaf, aku tidak bisa pulang cepat karena ada pekerjaan mendadak mungkin agak malam baru bisa. maaf!" Yunho mengutarakan tujuannya menelpon.
"Ha? emmh… itu tidak masalah, aku akan menunggumu!"
"Jae ada apa dengan suaramu? apa kau baik-baik saja?" Diseberang sana Yunho tampak khawatir. bagaimana tidak saat ini ia mendengar nafas Jaejoong yang terdengar memburu seperti habis berlari dan nadard suaranya yang aneh.
"Ya ya.. eumm.. i perfectly fine. Hanya melakukan beberapa gerakan, tubuhku terasa kaku." Jae mencoba mencari alasan. tidak mungkin jika ia mengatakan yang sebenarnya kepada Yunho bahwa ia habis menonton film porno dan tengah horny berat saat ini.
"Okay.." Yunho merasa tidak yakin. "Kalau begitu sampai jumpa di rumah." Tutup Yunho.
"Yeah sampai jumpa!" Jaejoong meletakkan gagang telpon perlahan ketempatnya sembari menggigit bibir. Ia meraba selangkangannya dan mendapatkan sesuatu masih keras ditempat itu.
"Shits.. apa yang harus aku lakukan?" Miris Jaejoong, tangannya mengelus kejantannanya dari luar. Ingin mengerjakannya sendiri tapi ia merasa malu pada bayinya.
"Ini semua gara-gara kau Yunho~" Setengah menangis Jaejoong menggigit bantal sofa kuat-kuat dan merasakan kepalanya mulai berdenyut sakit karena sesuatu yang tertahan. God, ia sangat menginginkannya, tapi bagaimana?

.
PREGNANT 3
Yunho baru saja pulang kerja dengan membawa pudding buah untuk Jaejoong. Ia mendapati Jaejoong tengah membaca sesuatu di ruang tengah. "Hei, kau menungguku?"
"Tentu saja, kita akan makan malam bersama, ingat?" Ujar Jaejoong melipat bukunya dan meletakannya di pinggir meja.
"Maaf sudah membuatmu menunggu." Sesalnya kemudian menyerahkan kantong berisi sekotak puding buah pada temannya.
Jaejoong menyambutnya lalu membawanya keruang makan untuk disajikan.
Yunho melonggarkan dasinya lalu membuka kemejanya. Ia penat dan lelah, mungkin mandi terlebih dahulu bisa membuatnya kembali segar. Makan dalam keadaan badan bau dan berkeringat seperti ini sangat tidak nyaman. "Jae, aku ingin mandi sebentar apa tidak masalah? badanku sangat lengket." Izin Yunho.
Jaejoong hampir menjatuhkan piring puddingnya saat melihat Yunho tengah toples memperlihatkan ototnya yang terlatih, dada yang bidang dan kulit kecoklatan eksotis Yunho yang berkeringat tampak mengkilat. Jantungnya mulai berdetak kuat dan ada sesuatu yang menggelitik saat ia memakukan pandangannya pada tubuh Yunho.
Yunho mengkerutkan kening saat Jaejoong melamun tanpa respon dan hanya memakukan pandangan padanya.
"Jae!"
"O.. oke. aku juga a..kan menghangatkan kembali sup dagingya." Jawabnya sedikit terbata. Yunho menuju lantai atas untuk mandi sedang Jaejoong berusaha meredam hasrat anehnya dan mulai memanaskan sup-nya.

.
Yunho makan sangat lahap malam itu, selain masakan Jaejoong sangat enak ia juga sangat kelaparan. Namja cantik itu puas melihat temanya makan selahap itu, mulai sekarang ia akan rutin memasak untuk Yunho. Selesai makan mereka pindah ke teras belakang untuk duduk di pinggir kolam, Yunho dengan bir-nya dan Jaejoong dengan coklat hangatnya. Keduanya menikmati angin dan obrolan kecil mereka.
Jaejoong memandangi kakinya yang setengah tenggelam dalam kolam. "Aku penasaran apa kabar mereka yang di Seoul."
Yunho menoleh pada namja cantik yang duduk disisinya. Ini sudah lima bulan lebih dan Ia bisa lihat Jaejoong mulai merasa rindu. "Mereka baik-baik saja, kurasa"
"Mereka pasti merasa kehilangan. Appa, ibumu, Junsu, Yoochun pasti merindukan kita." Ucap Jaejoong sendu.
Yunho kembali melempar pandangannya pada bulan yang setengah tertutup awan di langit. "Kau benar, dan mereka pasti tengah mencari kita."
"Benarkah?" kini namja cantik itu yang menatap Yunho. Ia cemas, bagaimana jika ia belum melahirkan dan mereka menemukannya.
"Aku mendapat email dari temanku yang ada di jepang dan spanyol. Mereka bilang keluargaku menelpon mereka dan menanyakan keberadaanku. Tapi tenanglah, Aku menyuruh mereka mengatakan pada keluargaku bahwa pernah melihat kita disana."
"Setidaknya itu bisa mengalihkan perhatian keluarga kita untuk sementara waktu."
Jaejoong mengangguk mengerti, ia harap mereka masih bisa bersembunyi dengan aman sampai bayinya lahir. Ia tidak sanggup menhadapi bagaimana tatapan keluarganya.
Jaejoong tersentak saat ia rasakan tangan besar Yunho bergerak mengelus diatas perutnya "Aku berharap gadis kecil ini baik-baik saja." Ucapnya lembut. Sedang Jaejoong panik saat merasa bulu kuduknya berdiri sampai ubun-ubun. Ia terlalu sensitif terhadap sentuhan saat ini.
"Dan— Yunho menatap namja cantik itu dengan lembut. "Berharap kau selalu sehat sebelum atau sesuadah melahirkan nanti. Karena kalian berdua akan menjadi yang berharga dihidupku."
Rasa hangat menjalar dipipi Jaejoong, selain ucapan lembut Yunho tangan Yunho yang kini sudah beralih menyentuh pipinya mengirim gelombang panas pada pipinya. Aroma shampo dan tubuh Yunho tercium hidungnya pada jarak ini memacu kerja jantungnya dan hasrat yang berusaha ia batasi akan terlewat hingga pada titik dimana Jaejoong menggenggam tangan Yunho yang mengelus wajahnya dan memberanikan diri mengecup bibir Pria itu. Tidak dipedulikannya Yunho yang terkejut, yang ia tahu bagaimana kinerja bibirnya bergerak sesuai alunan gairah yang menguasainya saat ini hingga sesaat kemudian ia merasakan Yunho mengendalikan permainan bibirnya. Pria itu menekan kepala Jaejoong untuk memperdalam ciuman mereka yang seperti api melahap seluruh akal sehat keduanya.
"Oh Jae!" Ciuman Yunho beralih pada leher putih Jaejoong memberikan ciuman dan gigitan sensual didaerah sensitif itu. Jaejoong mulai berusaha menarik kaos Yunho dari bawah hingga terlepas sepenuhnya memperlihatkan otot bisep dan dada bidangnya yang indah yang tadi sempat membuatnya terpesona.
"Jae"
Yunho mengerang saat Jaejoong mendorong tubuh yunho untuk merebah dilantai dan beralih mencium telinganya dan lehernya.
"Kim Jaejoong!"
Jaejoong terkejut suara keras Yunho seakan merusak gendang telinganya dan lebih terkejutnya lagi ia ternyata menghayal bercinta denga Yunho. Shit! umpatnya dalam hati saat begitu besarnya keinginannya untuk bercinta hingga ia menghayal melakukannya dengan Yunho yang notabene adalah temannya.
"Kau melamun, dan kenapa kau berkeringat?" Yunho binguung cuaca malam ini dingin dan Jaejoong berkeringat.
Jaejoong menepis tangan Yunho yang ingin menyentuh keningnya. Ia cepat-cepat bangkit dari duduknya. "A..aku mengantuk. Aku tidur akan tidur duluan. Selamat malam." Ucapnya begitu saja meninggalkan Yunho yang keheranan melihat Jaejoong tiba-tiba gugup.
"Apa yang dipikirkannya?" gumam Yunho sembari mengangkat bahu.
Jaejoong bersandar dipintu kamarnya dengan detakan jantung yang kuat dan tidak teratur, nafasnya naik turun jika mengingat hayalannya tadi.
"Apa yang kupikirkan? andwe..andwe." Jaejoong menepuk-nepuk pipinya sendiri menyadarkan dirinya dari fantasi liar. Apakah efek menonton film porno sebesar ini? dan lucunya lagi ia tidak bernafsu melakukannya sendiri melainkan sangat bernafsu saat melihat Yunho.
"Aarrgh.." Jaejoong mengacak-ngacak rambutnya dan memutuskan untuk mencuci muka dikamar mandi dan bersiap untuk tidur dari pada harus membayangkan sesuatu yang bisa saja kembali membangkitkan gairahnya. God, dia menderita.

Yunho keluar dari rumah dengan gusar setelah sebelumnya sempat membanting pintu rumah. Ia mengacak rambutnya kemudian menendang dan meninju udara. Ia kesal. Sangat kesal. setelah pemeriksaan ke dokter kandungan hubungan Yunho dan Jaejoong makin membaik, bahkan mereka semakin memahami satu sama lain. Tapi belakangan tiba-tiba sikap Jaejoong berubah tanpa alasan yang jelas. Jaejoong tidak mau menatapnya, Jaejoong tidak mau berada didekatnya, Jika ia mulai menanyakan tentang alasan pemuda cantik itu menjauhinya, maka Jaejoong dengan seenak jidatnya ngeloyor pergi meninggalkan Yunho. Lebih parahnya Jaejoong seperti tidak menganggapnya ada bahkan selalu mengurung diri di kamar.
Dan hari ini puncaknya. Yunho yang tak tahan di abaikan mencoba memaksa Jaejoong berbicara. Ketika Jaejoong menolak, mereka terlibat adu mulut. Jaejoong berkeras mengatakan tak ada yang salah dengan sikapnya. Hingga Yunho tak sengaja mencengkram pundak Jaejoong terlalu kuat karena emosinya. Yunho terkesiap saat mendengar ringisan Jaejoong dan melihat wajah kesakitannya. Tak ingin membahayakan Jaejoong karena emosinya, Yunho keluar dari rumah meninggalkan Jaejoong yang diam-diam menangis.
Malamnya Jeju di landa badai. Hujan disertai angin membuat ombak di pantai meninggi. Sesekali petir di sertai kilat menyambar. Jaejoong benci dengan suasana yang menurutnya menyeramkan ini. Ia yang lagi-lagi malam ini tidak bisa tidur meringkuk di bawah selimutnya ketakutan mendengar suara gemuruh petir. Ia tahu ia laki-laki yang seharusnya tidak terlalu takut dengan hal-hal seperti ini. Tapi semenjak hamil perasaanya sedikit sensitif.
Jaejoong menggigit selimutnya selain ketakutan karena badai ia juga sedang menahan sesuatu yang bergemuruh hebat didalam dirinya beberapa hari belakangan ini. Sesuatu yang membuatnya tersiksa, ditambah lagi pertengkarannya dengan Yunho, membuatnya sedikit stres.
Clap
Great, lengkap sudah penderitaanya saat ini. Listrik tiba-tiba padam dan meninggalkan gelap pekat. cahaya satu-satunya berasal dari cahaya kilat yang malah membuatnya ketakutan.
suara pintu kamarnya yang terbuka membuat Jaejoong makin mengeratkan selimutnya. Ia bisa mendengar suara kaki yang mendekat di sela suara badai. Yang makin membuat Jaejoong bergetar ketakutan adalah saat ia merasakan seseorang berbaring di ranjangnya.
"Cepat tidur. Aku disini bersamamu." Suara berat yang Jaejoong ketahui milik Yunho, melegakan hatinya.
"Yunho?" Ia mencoba memanggil, namun sama sekali tak mendapat Jawaban. Jaejoong tahu Yunho berbaring membelakanginya. Pasti Yunho marah padanya. Tak seharusnya juga ia bersikap seperti itu pada Yunho yang telah banyak menolongnya. Jaejoong mengigit bibir menyesali perbuatannya. Yunho kecewa, tapi Ia sama sekali tidak bermaksud membuat Yunho seperti itu. Ada sesuatu yang tiak bisa dikatakannya pada Yunho. Tapi ia rasa malam ini waktunya menyerah, ia tidak tahan untuk memendamnya lebih lama.
dengan ragu-ragu Jaejoong merengsek mendekati Yunho. menempelkan wajahnya di punggung lebar sahabatnya. Seperti batu besar terangkat dari dadanya membuatnya lega bukan main saat hidungnya akhirnya menghirup wangi Yunho sedekat ini. Ia menghela nafas dalam membawa aroma Yunho masuk ke hidungnya hingga mengirim ketenangan ke otaknya. Aroma yang sudah diidamkannya beberapa hari ini membuatnya serasa melayang tinggi. Tidak puas dengan mencium, Jaejoong bergerak melingkarkan tangannya di pinggang Yunho.
Jaejoong bisa merasakan Yunho tersentak kaget, tapi ia tidak peduli dan makin mengeratkan pelukannya.
"Yunho-ah, asal kau tahu, aku mengabaikanmu beberapa hari ini karena terlalu malu untuk mengungkapkan sesuatu." Jaejoong tahu Yunho mendengarnya, hanya saja laki-laki itu enggan memberi respon, mungkin ia menunggu kelanjutan kalimat Jaejoong. "Aku… ingin sekali mencium wangi tubuhmu. Tapi aku takut mengatakannya padamu, aku tak mau kau menganggapku menjijikkan."
Yunho memutar posisi badannya dan balik merengkuh Jaejoong. "Bodoh! bukankah sudah kubilang bersandarlah padaku dan andalkan aku kapanpun kau butuhkan? Aku pikir kita sudah mulai saling memahami. Tapi ternyata kau masih menyembunyikan banyak hal dariku."
"Mianhe."

Sesaat mereka terlibat keheningan. Jaejoong merasa nyaman didekapan Yunho. Dan Yunho…. entahlah, Jaejoong tak dapat melihat ekspresi pria itu sekarang.
"Yun~"
"Ya?"
"Bisakah aku meminta satu hal lagi?"
"Katakanlah?"
"Emm… a-aku… aku…" Jaejoong mengutuk dalam hati kenapa ia malah gugup? padahal kata-kata itu sudah berhari-hari ia biasakan dilidahnya.
"Aku apa?"
"A-aku i-ingin….?"
"Ya?"
Jaejoong menahan nafas saat lampu tidur di meja nakas menyala, berarti listrik sudah hidup sekarang. Namun yang membuat Jaejoong terkesiap itu bukan karena lampu yang tiba-tiba hidup, tapi karena wajah Yunho yang entah bagaimana bisa sedekat itu dengan wajahnya. Kontan saja Jaejoong melepaskan diri dari Yunho beralih duduk di ranjang.
Yunho juga ikut duduk menghadap Jaejoong. "Cepat katakan apa yang kau inginkan, Jae. Jangan membuatku penasaran." Tuntut Yunho meminta Jaejoong segera memberitahukan padanya.
Jaejoong menghela nafas terlebih dahulu lalu membuangnya perlahan. Tanggung jika ia tidak mengatakannya sekarang. Lagian Yunho sudah terlanjur penasaran.
Jaejoong menatap lurus kedua mata Yunho.
"Aku ingin—
JGERRRRRR (-.-')
Suara Jaejoong teredam petir memekakan telinga.
"Apa?" Yang hanya bisa Yunho dengar dari ucapan Jaejoong hanya kata 'Aku ingin' saja.
Jaejoong ingin mengatakannya lagi, tapi suara hujan yang terlalu lebat di luar. Jadi ia memutuskan untuk mendekatkan bibirnya ketelinga Yunho dan membisikan apa yang ingin disampaikannya.
melihat Yunho terdiam, membuat Jaejoong tak enak hati dan malu. "Mianhe. Aku menjijikan sekali, kan?" Suaranya bergetar ketika mengatakan itu pada Yunho. sejujurnya ia sangat malu sekarang.
"Aku tidak tahu kenapa aku bisa ngidam pada hal yang seperti itu. Awalnya aku pikir ini hanya sementara saja, tapi semakin lama kupikirkan semakin membuatku tersiksa. Aku menghindarimu karena setiap berada didekatmu keinginan itu semakin menjadi."
"Apa kau yakin?" Tanya Yunho. Ia mencari keraguan di mata Jaejoong tapi yang ia lihat adalah kejujuran.
"Bagaimana denganmu?"
Bukannya menjawab pertanyaan Jaejoong, Yunho malah menarik tengkuknya dan mendaratkan ciuman di bibir cherry Jaejoong. Jaejoong tak menyangka mendapat perlakuan mendadak dari Yunho, kelabakan. Tapi ia tidak coba menolak, malah menikmati setiap lumatan yang diberikan Yunho pada bibirnya.
bibir Yunho bergerak lembut memangut bibirnya. Ini kah rasanya berciuman dengan namja dalam keadaan sadar? Yunho mendekapnya erat. Tubuh Yunho menekan tubuhnya begitu erotis membuat namja cantik semakin berserah pada birahinya.
"Cium aku kembali, Yunho. Aku ingin merasakan bibirmu lagi, aku menderita harus menahan ini berhari-hari."
pengakuan Jaejoong membuat Yunho terkejut dan kembali mencium namja cantik dengan cara yang tidak ia sangka sebelumnya. Keduanya lupa siapa mereka dan hubungan keduanya.
ciuman Yunho beralih kerahang, mengecupnya perlahan, hingga menjalar ketelinga.
"Saranghae. Jeongmall saranghae Jaejoongie." Nafas hangat yunho menerpa titik sensitifnya saat laki-laki itu berbisik ditelinganya. Jaejoong rasa telinganya sudah mendengar sesuatu yang lebih gila dari pada sesuatu yang dibisikannya pada Yunho tadi.
Yunho tak memberi kesempatan padanya untuk protes karena setelah mengucapkan itu, Yunho kembali melumat bibirnya, kali ini Yunho mengajak Jaejoong melakukan french kiss. lidah Yunho menyeruak masuk kedalam mulut Jaejoong mencoba membelit dan menghisap lidah Jaejoong. Tak terlalu lama ia mencium bibir Jaejoong karena saat ini Yunho beralih memberi kecupan dan jilatan di lehernya.
"Eungh Yunh~" Jaejoong mendongakan kepalanya membiarkan Yunho terus memberi kenikmatan dileher dan telinganya. Badan mereka memanas karena terbakar nafsu hebat. Yunho berbaring dan membawa Jaejoong ke atas tubuhnya. Ia tidak mau perut Jaejoong tertindih karena badannya nanti.
"Lakukanlah apa yang kau mau."
"Kalau begitu jangan memintaku berhenti di tengah-tengah." ujar Yunho. Kembali ia memasukan lidahnya ke mulut Jaejoong. Dan mereka kembali larut dalam permainan yang makin panas.
badai di luar semakin membangkitkan nafsu keduanya. Mereka tak akan berhenti sebelum mencapai kenikmatan surga dunia itu. Dan bisa di pastikan malam ini adalah malam yang panjang untuk keduanya. Untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar, mereka bercinta. Tanpa peduli dengan keluarga di Seoul yang sedang panik mencari mereka. Bahkan Jaejoong melupakan sepenuhnya Jenny yang sekarang mungkin sudah depresi.

.

T.B.C?

next story – Jaejoong dan Yunho tertangkap basah sama Jeany dan Junsu. Tak diduga Jeany malah menerima keadaan Jaejoong dan memintanya kembali karena cintanya yang begitu besar pada namja cantik itu. akankah Jaejoong kembali pada Jeany atau tetap bersama Yunho

next….

mohon review-nyaaah