Main Cast :: Kim Jaejoong, Jung Yunho

Couple :: Of course Yunjae.

Suport cast :: Jennifer (OC)

Genre :: Romance

Disclaimer :: THIS STORY IS MINE. jangan mengcopas tanpa izin.

warning! :: OOC, OC, AU, M-PREG, TYPOS, JANGAN BACA KALO GAK SUKA!


a/n :: aah... sorry for the typos. Kebiasaan yang paling susah kurubah adalah menghilangkan typos yang berhamburan :'(


Happy read

.

Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Dua anak manusia bergender sama, yaitu laki-laki. Sama-sama tampan, (walaupun Jaejoong lebih mengarah ke cantik). Sama-sama populer di kampus, sama-sama playboy dan sama-sama berasal dari keluarga yang... yeah.. bisa di bilang kaya.

Jung Yunho dan Kim Jaejoong sudah berteman sejak 5 tahun lalu, sejak keduanya masih duduk di bangku kelas 2 SMA. (I mean it, You know... Just friend. a close friend. BFF!) –Tidak ada perasaan lain atau hubungan lain selain hubungan sebatas teman—tadinya

Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama layaknya teman pada umumnya. bermain bersama, bercanda, bahkan menggoda wanita bersama.

menggoda wanita?

yeah... they were stright. Maksudku benar-benar stright, penyuka lawan jenis dan bukan gay (lagi-lagi... tadinya). Ini terbukti Yunho dan Jaejoong yang—tadinya—sudah memiliki kekasih tercinta berjenis kelamin wanita. Kekasih Yunho bernama Go ahra. Seorang mahasiswi jurusan seni di kampus mereka. Hubungan mereka baru beranjak satu minggu. Diawali dengan Go Ahra yang menyatakan perasaanya pada Yunho, membuat namja tampan bermata musang itu menerimanya begitu saja. Apakah karena Yunho menyukai gadis itu? entahlah...

Sedangkan kekasih Jaejoong bernama Jennifer, atau biasa di panggilnya Jenny. Jenny adalah gadis berdarah campuran Inggris-Korea. Wajah cantik yang kebarat-baratan itulah yang menarik perhatian Jaejoong. hingga membuat namja cantik itu menyatakan perasaanya pada Jennifer satu tahun lalu. Ini berarti hubungan mereka sudah beranjak satu tahun.

Tadinya hidup Yunho dan Jaejoong berjalan damai dan tentram bersama kekasih mereka masing-masing. Hubungan Jaejoong dan Jenny tampak semakin mesra, dan hubungan Yunho bersama Go ahra...emmm...entahlah. Yunho tampak acuh tak acuh, tuh!

Apa lagi yang kurang dari kedua namja ini? Tampan, kaya, populer dan memiliki kekasih cantik-cantik. Seharusnya mereka bisa menikmati hidup mereka, seharusnya semua berjalan dengan semestinya. hingga suatu kali, terjadi peristiwa naas yang membuat dunia mereka terbalik dan membuat semuanya berubah secara besar-besaran. #lebay

.

.

Di suatu pagi yang... mendung.

Dugh Dugh Dugh

Bisa dikatakan tidak sopan, karena seorang namja cantik yang pagi-pagi sudah membuat suara bising di rumah besar milik keluarga Jung. Namja cantik yang tidak lain bernama Kim Jaejoong itu tengah mengetuk—ani—menendang pintu salah satu kamar di rumah mewah itu. Apa kalian bertanya kenapa dia tidak mengetuk dengan tangan?

itu karena si pemilik kamar amat sangat susah di bangunkan. Tidur si pemilik kamar bak tidur seekor beruang hibernasi di musim dingin. Tentu saja Jaejoong tidak mau jika tangannya lecet atau bengkak hanya karena mengetuk pintu kayu itu terlalu lama.

Dugh Dugh Dugh Dugh

"YA! YA! MAU MATI YA?" Akhirnya pintu kamar terbuka beserta umpatan dari si pemilik kamar.

"APA?!" Jaejoong mengangkat dagunya tinggi seolah menantang Yunho.

"Eh? Jaejoong? kenapa pagi-pagi kesini? dan berapa kali lagi aku harus mengganti pintu kamarku yang rusak karena selalu kau tendangi." Gerutu Yunho, namun suara tidak setinggi tadi.

"Salahkan tidurmu bak mayat." Ketus Jaejoong. Yunho menggaruk pipinya sambil berdecak. Ia menguap, karena masih sangat mengantuk.

"Lalu ada perlu apa kau kesini? setahuku ini hari minggu dan sekarang masih jam setengah 7 pagi. Apa kau tahu hari ini jatah tidurku sampai jam 12 siang?"

Kini berganti Jaejoong yang berdecak. "I'm pregnant." Ujarnya datar dan cepat.

"Ha?"

"I'm pregnant" Ulang Jaejoong.

Yunho mendengus. "Jae, kau membangunkan aku pagi-pagi buta begini untuk mengajakku bercanda dengan mengatakan hal konyol seperti ini? Come on man, this is not funny. Aku benar-benar masih mengantuk."

"This is not a joke, Jung!" Tekan Jaejoong. Yunho memandang lurus ke mata Jaejoong yang memancarkan keseriusan.

"Tunggu sebentar." Yunho kembali kekamarnya untuk melihat sesuatu. lalu kembali lagi menghadap Jaejoong. "Hari ini bukan hari ulang tahunku atau hari ulang tahunmu. lalu kenapa kau membuat candaan seperti ini? kau sedang tidak mengerjaiku, kan?" Yunho memicingkan matanya menatap Jaejoong. wajar ia bersikap waspada, karena Kim Jaejoong senang sekali menjahilinya.

Jaejoong tidak membalas perkataan Yunho. ia hanya diam sambil menatap serius mata Yunho, seolah menyampaikan pada sahabatnya bahwa ia sedang tidak bercanda.

"Are you serious?" Yunho bertanya sedikit kagok.

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

Yunho kembali menatap lekat Jaejoong berharap Jaejoong akan tiba-tiba tertawa dan mengatakan ini semua candaanya. Tapi apa yang dia lihat dari ekspresi Jaejoong adalah ekspresi yang menampakkan keseriusan.

"Oh my..." Yunho menutup mulutnya tidak percaya.

.

.

Yunho yang sedang duduk di tepian ranjang, memandang tidak percaya 2 benda di tangannya. pertama, adalah test pack, kedua adalah kertas hasil pemeriksaan dokter.

"Kau benar-benar hamil." Yunho membenarkan.

"Itu yang kukatakan tadi." Imbuh Jaejoong yang saat ini sedang bersender di jendela kamar Yunho.

"Apa Jennifer yang melakukan ini kepadamu?"

"Pabbo! dia itu yeoja. yang ada malah aku yang menghamili dia." Geram Jaejoong.

"Lalu siapa yang melakukanya?"

"Kau?" Jawab Jaejoong cepat. kali ini ia tidak melihat Yunho. melainkan membuang pandangan ke luar jendela.

"Aku?"

Jaejoong kembali menatap Yunho. "In the hotel, 3 weeks ago." Jaejoong mencoba memutar kembali ingatan Yunho.

"Astaga." Pekik namja bermata musang itu pelan. Ia baru ingat kejadian itu. Dimana ia dan Jaejoong menghabiskan waktu bersama di sebuah club hingga mereka mabuk. Dan entah bagaimana mereka bisa terlibat ciuman panas hingga berakhir di hotel. keduanya tidak terlalu mengingat bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang mereka ingat hanyalah nafsu yang tiba-tiba memuncak saat melihat satu sama lain, malam itu. Dan semuanyapun terjadi begitu saja. Paginya keduanya terbangun dalam keadaan telanjang bulat. Yunho dan Jaejoong histeris, namun mereka sepakat untuk menyembunyikn sekaligus melupakan kejadian malam itu, seolah tidak pernah terjadi, dan berhasil. Setelah kejadian itu hubungan di antara mereka kembali normal, tanpa rasa canggung sedikitpun.

"Ta.. Tapi..bagaimana bisa?" Suara Yunho melemah. ia terlalu shock karena dua hal hari ini. pertama, Jaejoong hamil. Kedua, anak dalam kandungan Jaejoong adalah darah dagingnya.

"Aku juga bertanya seperti itu pada diriku sendiri. Bagaimana bisa namja tulen sepertiku hamil. tapi, bagaimanapun aku membantah tetap hasil itulah yang kudapat." Jaejoong berkata dengan suara bergetar. Sejujurnya ia sangat terpukul dengan kejadian ini. secara tidak langsung harga dirinya sebagai pria tulen jatuh karena memiliki kelebihan layaknya seorang yeoja. Kalau tahu begini, kenapa ia tidak terlahir sebagai seorang yeoja sekalian?

"Akhir-akhir ini aku selalu muntah-muntah di pagi hari. Awalnya aku pikir aku hanya masuk angin atau demam biasa. Tapi hal itu sudah berlangsung selama satu minggu. Apa lagi akhir-akhir ini aku sering menginginkan sesuatu dengan berlebihan. Aku sedikit aneh, karena gejala yang kualami ini sama dengan gejala hamil yang dirasakan sepupuku. Akhirnya dengan berani aku membeli alat tes kehamilan dan hasilnya positif. Aku shock. Tapi aku tidak mau percaya begitu saja, aku pun pergi ke dokter dan hasilnya tetap sama. Aku hamil!" Tutur Jaejoong nada sedih.

Yunho terdiam. ia bingung harus mengatakan, kabar yang mengejutkan ini membuat otaknya berputar-putar dan tak mampu berpikir.

"Lalu, bagaimana denga jennifer?" cicit Yunho. entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulut Yunho.

"Aku tidak tahu. Kau tahu aku sangat mencintainya. Aku takut dengan tanggapannya saat mengetahui bahwa aku hamil. Dia pasti berpikiran bahwa aku menjijikan, aneh dan... hiks hiks." Tangis Jaejoong pecah menghentikan ucapannya sendiri. Selama lima tahun berteman dengan Jaejoong, baru kali ini Yunho melihat Jaejoong menangis sambil terisak seperti itu. Bahkan waktu sang eomma meninggal, Jaejoong tidak pernah menangis terisak seperti ini.

Tidak tahan mendengar tangis Jaejoong, Yunho bangkit dari duduknya lalu menghampiri Jaejoong lalu merengkuh sahabatnya kedalam pelukannya.

"It's oke Jae, kumohon jangan menangis. kita akan mencari solusinya. aku akan membantumu melewati semua ini. Uljima." Bujuk Yunho sambil mengelus punggung sahabatnya yang bergetar karena tangis. Yunho sadar, ini juga kesalahannya. Bagaimanapun ia harus bertanggung jawab.

.

.

Jaejoong baru saja tiba di pent house mewahnya yang hanya dihuni olehnya sendiri. tidak ada orang lain selain dirinya. Ayahnya sedang berada di jepang dan satu minggu sekali pulang, dan ibunya sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Di Seoul, Jaejoong hanya memiliki sepupu yang bernama Kim Junsu.

Jaejoong duduk di sofa ruang tengahnya. Ia membuang nafas berat seolah sangat lelah. Sepulangnya dari rumah Yunho, pikirannya bertambah kacau. Ia benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. semua ini terlalu mengejutkan untuknya.

Sepasang tangan memeluk lehernya dari belakang.

"Morning baby. How you doin today?" Suara lembut seorang yeoja menyapa telinganya.

"Jenny? kapan kau datang?"

"Tadi pagi-pagi sekali. dan kau tidak ada disini." Gadis berwajah western itu mengerucutkan bibirnya. sambil melangkah memutari sofa untuk duduk di samping Jaejoong.

"Sorry. Ada sesuatu yang harus kulakukan tadi."

"Ada apa dengan wajahmu? kau tampak lelah. dan kenapa matamu bengkak?" Tanya Jenny sambil mengelus wajah Jaejoong. Mata karamelnya meniti wajah Jaejoong. Jaejoong baru ingat kalau dia tadi menangis hebat di pelukan Yunho. aah tidak mungkin dia mengatakan pada Jennifer yang sebenarnya

"Aah, mungkin aku hanya kurang tidur. Kau benar, entah kenapa aku sangat lelah." Keluh Jaejoong dengan wajah dibuat-buat.

"Kalau begitu istirahatlah, aku akan membuatkanmu kopi hangat. Dan... hari ini, aku yang memasak untukmu."

"Hmm." Jaejoong tersenyum sambil mengangguk lalu mendaratkan ciumannya di kening Jenny, kemudian beranjak ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya di ranjang.

.

.

Beberapa saat kemudian Jennifer masuk kekamar Jaejoong dengan membawa nampan berisi makan siang untuk Jaejoong dan secangkir kopi hangat. Yeoja itu meletakkan nampan di meja nakas lalu duduk di tepi ranjang untuk membangunkan Jaejoong.

"Wake up darl, Kau harus makan." Jenny mengoyang pelan tubuh Jaejoong yang bergelung dengan selimut. Pelan-pelan Jaejoong membuka matanya dan beralih menatap kekasihnya. Jennifer dapat melihat wajah kekasihnya yang nampak lebih pucat dari tadi, dan hal itu membuatnya sangat khawatir.

Jaejoong bangkit dari ranjang dan duduk bersandar di kepala ranjang. Jenny mengambil makanan Jaejoong lalu berinisiatif untuk menyuapkannya kepada kekasihnya. Namun baru saja sendok mencapai depan mulut Jaejoong. Namja itu langsung menutup mulutnya lalu berlari dengan cepat kekamar mandi. Selanjutnya Jenny bisa mendengar suara muntahan dari kamar mandi.

Jenny dengan panik ikut menghampiri kekasihnya. "Sayang, apa kau baik-baik saja? buka pintunya Jae, kumohon!" Dengan panik Jenny mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. setelah beberapa kali memanggil akhirnya pintu kamar mandi terbuka, menampilkan wajah kekasihnya yang tampak lebih pucat.

"Jae!" Panik Jenny saat Jaejoong terkulai lemas di pelukannya.

.

.

Kedua mata bulat itu bergerak-gerak lalu terbuka perlahan. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah kekasih cantiknya Jenny yang tertidur di sisinya sambil menggenggam tangannya erat. Jaejoong menolehkan kepalanya ke jendela kamar. aah... ternyata hari sudah malam, terbukti dengan jam di dinding sudah menunjukan pukul 20.30.

Jaejoong mengusap wajahnya kasar. sebenarnya sudah berapa lama ia tertidur?

dia pandangi wajah kekasihnya yang tertidur lelap disisnya. pasti Jenny sudah menjaganya sedari tadi. tangannya bergerak mengelus wajah mulus gadisnya. air mata menggenang di pelepuk matanya.

"Mianhe." Lirih Jaejoong pelan. Ia tahu secinta apapun ia pada Jenny, mereka tetap tidak bisa bersama lagi sekarang. Mimpi yang mereka ukir bersama tidak akan bisa terealisasikan. siapa yang harus di salahkannya atas apa yang menimpanya saat ini? Yunho? Tidak, ia juga tidak bisa menyalahkan sahabatnya itu. Bagaimana pun mereka melakukannya atas dasar sama-sama mabuk.

air mata Jaejoong jatuh bersamaan saat ia mengecup bibir gadisnya dengan pelan. Jenny akan terluka jika tahu semuanya, dan ia tidak mau sampai Jenny tahu semuanya. ia terlalu menyayangi kekasihnya untuk melukainya.

Jaejoong bangkit dari ranjang dan berusaha tidak membuat suara sedikitpun yang bisa membangunkan kekasihnya. ia mengambil ponselnya diatas meja nakas, lalu berjalan keluar kamar sambil mencari nomor seseorang di ponselnya lalu segera menelpon orang itu.

"Yunho, aku ingin bertemu."

.

.

"MWO?! KAU GILA?" Bentak Yunho. Mata musangnya membelalak lebar menatap sahabatnya yang berdiri bersedekap dada sambil memandangi pantai didepan mereka. Angin pantai berhembus mengantarkan hawa dingin menerpa tubuh kedua namja ini.

Otak Yunho masih berputar-putar setelah mendengar kata-kata Jaejoong barusan. kata-kata gila menurutnya.

"Tidak ada pilihan lain. aku harus menggugurkannya." Lirih jaejoong, ia masih tetap memandangi pantai yang di selubungi gelapnya malam didepannya.

"Kau gila! apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?

Berganti Jaejoong yang kini menatap Yunho dengan nyalang. "Apa yang kau harapkan untuk kulakukan sekarang? Apa kau pikir aku akan merawatnya? Aku ini namja Yun... aku ini NAMJA! BRENGSEK!" Kini berbalik Jaejoong membentak Yunho. Ia meraih kerah kemeja Yunho seperti mengajak berkelahi. Rahang Jaejoong mengeras, giginya bergemeretak sangking emosinya. Satu yang harus kalian tahu, walaupun Jaejoong terkenal dengan parasnya yang cantik, tapi tetap saja ia laki-laki! seimut apapun dia bertingkah, tetap saja nalurinya adalah naluri laki-laki. tidak dapat di pungkiri hal itu.

"Apa yang kau harapkan dari seorang namja tulen sepertiku? hamil? mengurus bayi? KAU GILA!, HUH?"

Bugh

Jaejoong mendaratkan pukulan di rahang Yunho.

"Kau yang membuatku seperti ini!"

Bugh

Pukulan lagi

"Kau yang menyebabkan aku seperti ini, BRENGSEK!" Teriak Jaejoong keras bersamaan dengan Yunho yang tersungkur di tanah. Nafas Jaejoong memburu karena emosinya yang meluap. Semenjak hamil Jaejoong mudah emosi dan stres. Hanya kehadiran Jenny bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

Yunho meludahi darah dari mulutnya. Lihatlah, kurang bukti apa lagi kalau Jaejoong itu memang namja? buktinya, Jaejoong bisa membuat mulut Yunho berdarah hanya dengan dua pukulan di rahangnya.

"Tapi kau bisa mati." Lirih Yunho. Ia tidak terlalu memperdulikan rahangnya yang sakit akibat tinjuan Jaejoong.

"Aku tidak peduli! asal aku tidak mengidap sindrome aneh ini, mati pun aku mau!" Kata-kata Jaejoong membuat Yunho terdiam.

"Aku tidak mau tahu! Besok, kau temani aku ke dokter untuk menggugurkan kandungan ini!" Ujar Jaejoong akhirnya sebelum masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan Yunho yang masih terduduk di tanah di tempat itu.

Yunho memandang sendu mobil Jaejoong yang berjalan menjauh dari tempat itu. kemudian ia menghapus darah dari bibirnya.

"Sial!"

.

.

Keesokan harinya Jaejoong memaksa Yunho mengikuti rencananya.

Kini Yunho dan Jaejoong sedang berada dalam mobil yang akan membawa mereka ketempat Jaejoong akan menggugurkan kandungannya.

Yunho yang sedang menyetir tampak gelisah sedari tadi. Tangannya meremas stir mobil sambil matanya terkadang melirik Jaejoong yang nampak tenang duduk di sisinya. seakan Jaejoong benar-benar yakin dengan keputusannya.

"Jae, apa kau yakin akan melakukan ini?"

"Jangan memulainya lagi Yun." Jawab Jaejoong cuek mengabaikan kekhawatiran yang terpancar jelas dari raut wajah Yunho.

.

.

mereka tiba di sebuah rumah tempat Jaejoong akan menggugurkan kandungannya. Jaejoong dan orang yang akan menggugurkan kandunganya sudah membuat janji akan melakukannya di rumah orang itu. Memang orang yang akan menggugurkan kandungan Jaejoong bukanlah seorang dokter. bisa dibilang, orang itu adalah seorang tabib yang biasa menangani hal-hal semacam ini.

Setibanya Yunho dan Jaejoong di rumah itu, mereka langsung disambut oleh seorang laki-laki paruh baya. tidak mau berbasa-basi membuang waktu, Tabib itu segera membawa Jaejoong ke sebuah ruangan yang mirip ruang rawat di rumah sakit. Sedangkan Yunho diminta menunggu di luar ruangan.

Yunho nampak seperti orang stres. berakali-kali ia mengacak rambutnya atau mengusap wajahnya kasar hingga penampilannya nampak berantakan. Entah kenapa malah ia yang merasa ketakutan, padahal Jaejoong yang merasakannya bukan dirinya.

Beberapa saat berselang suara erangan kesakitan terdengar dari dalam kamar tersebut, dan membuat Yunho makin panik. Ia berlonjak-lonjak tak jelas sambil menjambak rambutnya. menurut cerita yang ia dengar, seseorang bisa saja mati jika menggugurkan kandungan dengan cara seperti ini.

"Andwe. Jaejoong tidak boleh mati... dia tidak boleh mati." Desis Yunho dengan nada bergetar. tanpa pikir panjang lagi Yunho langsung mendobrak pintu kamar itu, dan masuk begitu saja.

"Yun, apa yang kau lakukan?" Lirih Jaejoong, kaget melihat Yunho tiba-tiba masuk. Tanpa menghiraukan pertanyaan Jaejoong, Yunho langsung mearik Jaejoong yang sedang terbaring di ranjang untuk pergi dari sana.

"Yun, apa yang kau lakukan?" Teriak Jaejoong marah saat Yunho terus menariknya keluar dari ruamah itu.

Bahkan Yunho langsung memaksanya masuk kedalam mobil lalu mengunci mobilnya dari dalam, kemudian pergi dari tempat itu tanpa peduli dengan makian dan umpatan yang diteriakan Jaejoong.

.

.

"Hentikan mobilnya! Kubilang hentikan Jung Yunho." Teriak Jaejoong memberontak di dalam mobil. Tapi Yunho malah terus menjalankan mobilnya dengan kencang.

"Hentikan mobilnya, Brengsek!"

ckkkiiiiiittt

Yunho menginjak pedal rem mendadak. menghentikan mobil di pinggir jalan. Ia beralih menatap Jaejoong dengan mata musangnya, nyalang.

"Apa kau sudah gila? kau benar-benar ingin mati, huh?!"

"Apa pedulimu? aku hanya tidak ingin mengandung anak ini. Hal ini memalukan, apa kau tahu? Cepat putar balik mobilnya, aku ingin kembali kesana!" Teriak Jaejoong.

Yunho mencengkram kedua bahu Jaejoong. "Sebenarnya apa yang ada di otakmu Jae? Kenapa kau ingin menggugurkan bayi yang tidak berdosa ini? Bukan hanya membunuh bayi ini, tapi kau bisa saja membunuh dirimu sendiri."

"Aku tidak peduli. Bayi ini hadir ditempat yang salah. Aku bukan yeoja! cepat putar balik mobilnya, bodoh!" Ronta Jaejoong lagi kali ini beserta air mata berurai.

"Jae kumohon—

"Baiklah kalau kau tidak mau mengantarku, biar aku pergi sendiri." Jaejoong keluar dari mobil lalu bermaksud pergi ketempat tadi dengan berjalan kaki. Yunho ikut keluar dari mobil lalu segera menyusul Jaejoong dan menahan tangan Jaejoong.

"Jae, kenapa kau begitu keras kepala? kumohon, bayi itu tidak bersalah. aku yang salah. kau bisa memakiku sepuasnya, bahkan memukulku. Tapi kumohon, jangan lakukan hal-hal yang membahayakan dirimu."

Jaejoong menampik kasar tangan Yunho. Mata bulatnya yang sembab menatap lurus mata Yunho. "Lalu apa yang harus kulakukan? kau ingin aku merawat kandunganku dan melahirkan anak ini? lalu bagaimana dengan appa? bagaimana dengan masa depanku? dan... dan bagaimana denga jenny? hiks..hiks ini benar-benar memalukan, hiks... kau tahu seberapa menjijikkannya diriku saat ini. Aku namja, tapi... kenapa aku bisa hamil? hiks.. hiks" Jaejoong terisak hebat. apa yang terjadi pada dirinya saat ini adalah pukulan terberat dalam hidupnya, ia tidak sanggup menanggungnya.

"Jae, tatap aku." Yunho mencengkram lembut pipi Jaejoong dengan kedua tangannya. Memaksa kedua mata bulat itu menatapnya lagi.

"Semuanya akan baik-baik saja. Kau tidak sendiri, aku berjanji akan menanggung semua ini bersamamu, aku akan membantumu melewati semua ini. Percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja." Yunho menghapus air mata Jaejoong dengan kedua ibu jarinya. Jaejoong tidak terisak, bahkan raut mukanya yang sangat pucat mengernyit seperti menahan sesuatu.

"Yun." Cicitnya pelan.

"Ada apa?"

Jaejoong menunduk kebawah diikuti Yunho. seketika jantung Yunho rasanya jatuh dari tempatnya saat melihat cairan anyir berwarna merah pekat menggenang di bawah kaki Jaejoong.

"Astaga Jae!" Pekikan kalut Yunho terdengar, saat tiba-tiba tubuh Jaejoong merosot jatuh.

"Jae, kumohon bertahanlah."

.

.

"Untunglah tuan Jaejoong selamat. Tak dapat dipercaya ternyata kandungannya selamat dan berhasil melewati masa kritis akibat pendarahan. Tuan Jaejoong butuh istirahat yang banyak, kelihatannya ia sedang stres berat. Anda harus menjaga agar dia tidak terlalu memikirkan hal yang bisa membuat dia tertekan, atau ia akan kehilangan bayinya."

Yunho mengeratkan genggamannya di tangan Jaejoong yang terasa mendingin. Wajah yang biasanya terlihat berseri itu, kini terlihat sayu dan pucat pasi. Sungguh saat ini yunho sangat ketakutan jika sesuatu terjadi pada sahabatnya. Ia sangat menyayangi Jaejoong.

Ia akui permasalahan yang menimpa mereka saat ini bukanlah masalah yang mudah di atasi. yang pasti yang paling terpukul adalah Jaejoong. Sahabatnya itu harus menerima kenyataan bahwa ia seorang namja yang bisa hamil layaknya seorang yeoja. Begitu juga dengan Yunho, ia shock saat mengetahui yang berada dalam kandungan Jaejoong adalah anaknya, darah dagingnya. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain membantu Jaejoong melewatinya. saat Jaejoong bilang akan menggugurkan kandungan, sesuatu dalam dirinya menyuruhnya untuk menghentikan niat gila itu. Entah kenapa, sebagian dirinya tidak rela jika Jaejoong menggugurkan kandungannya.

"Eungh" Erangan Jaejoong sontak menghentakkan Yunho dari lamunannya.

"Jae, kau sudah sadar?" Tanya Yunho buru-buru, saat melihat Jaejoong membuka matanya perlahan-lahan.

"Apa dia sudah pergi?" Lirih Jaejoong dengan suara parau. ia terlalu banyak berteriak dan menangis beberapa hari ini.

"Dia?" Yunho bingung denga 'Dia' yang Jaejoong maksud. Jangan-jangan...

"Dia masih hidup disini, ternyata bayimu masih betah berada diperutmu." Mendengar penuturan Yunho, Jaejoong langsung membuang pandangannya dari Yunho.

"Kenapa dia masih bertahan? Kenapa tidak mati saja." Perkataan Jaejoong membuat Yunho terkejut. kenapa Jaejoong setega ini pada makhluk yang tidak berdosa.

"Jae, kenapa kau bicara seperti itu? kenapa kau jadi setega ini? apakah ini Jaejoong yang selama ini kukenal? Jaejoong yang sangat menyukai anak-anak dan berharap mempunyai anak yang banyak nanti, apa seperti ini aslinya?"

"Lalu apa yang harus kulakukan? aku tidak kuat menanggung semuanya, Yun, aku tidak kuat menghadapi penolakan dan cacian dari orang yang aku sayangi, aku takut menghadapi cibiran dari mereka, Yun." Jaejoong kembali menangis, ia tidak pernah secengeng ini sebelumnya. tapi semua yang terjadi padanya sungguh di luar batas kemampuannya. Yunho menarik dagu Jaejoong agar mau menatapnya.

"Jae, dengarkan aku. Mereka pasti mengerti. Ini bukan salahmu, walaupun mereka menolak, aku akan tetap menerimamu, jika mereka mencacimu, aku akan menghiburmu bagaimanapun caranya, aku akan selalu berada di sisimu, membantumu melewati semua ini. Jadi jangan pikirkan yang lain, pikirkanlah kesehatanmu dan bayimu." Yunho meletakan tangannya di atas perut Jaejoong yang masih rata.

"Disini, ada sebuah kehidupan Jae. Jangan pandang dia sebagai musibah atau malapetaka untukmu. pandang dia sebagai keajaiban dan anugerah untukmu. Tuhan memberikan keajaiban dalam perutmu, sudah sepantasnya hal ini patut kau syukuri, bukan malah mengutuknya. Bahkan disaat kau ingin menggugurkan kandunganmu, bayimu tetap bertahan didalam sana sekritis apapun keadaannya. Apakah kau tidak berpikir, bahwa ini berarti ia sangat ingin terlahir sebagai anakmu?" Jaejoong terdiam, ia meraba perutnya sendiri sambil menangis dalam diam. Ia sadar, ia memang kejam.

Yunho meraih tangan Jaejoong lalu menggenggamnya erat. "Jaejoong-ah, kita akan menghadapi semua ini berdua. aku berjanji akan selalu berada di sisimu. Percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja."

Jaejoong hanya diam sambil menatap Yunho yang penuh keseriusan dengan nanar. "Gomawo, yun." lirihnya.

.

.

Disinilah saat ini Jaejoong berdiri, didepan pintu apartemen kekasihnya. Setelah 3 hari mendekam dirumah sakit karena kondisinya yang lemah, akhirnya ia diperbolehkan untuk pulang. Tempat yang pertama kali di kunjunginya saat keluar dari rumah sakit adalah rumah Jenny kekasihnya.

Tidak lama menunggu, pintu apartemen itu terbuka setelah beberapa kali ia memencet bell.

"Jaejoong-ah, honey, kau kemana saja? aku mencarimu beberapa hari ini." Jenny, gadis itu langsung menghambur memeluk Jaejoong dengan erat.

"I miss you honey!"

Jaejoong hanya tersenyum lalu balas memeluk kekasihnya. "Bisa kita masuk Jen? diluar dingin." Ujar Jaejoong dengan nada bergurau, jenny tersenyum lalu menarik tangan kekasihnya untuk masuk kedalam apartemen.

Jenny menyuruh kekasihnya duduk di sofa ruang tengah. "Kau mau minum apa? aah... pasti coklat hangat? biar aku buatkan..." Jenny berniat ke dapur, namun Jaejoong menahan tangannya.

"Tidak usah. duduk disini saja, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

"K-kau kenapa? kau tampak serius sekali. kau membuatku takut." Kata Jenny sambil menurut duduk di samping Jaejoong. Gadis itu merasa ketakutan tanpa sebab. Seperti takut akan kehilangan laki-laki yang dicintainya itu.

Jaejoong tersenyum kemudian meraih tangan Jenny, tiba-tiba ia melepas cincin dari jari manis Jenny. "Kumohon jangan mengharapkan aku lagi, maaf."

"J-jae, a..apa yang kau lakukan?" Mata karamel itu memandangnya bingung.

"Carilah laki-laki yang lebih baik dariku. Kau pantas mendapatkan yang lebih dariku."

"Jae, apa maksudmu? jangan menakutiku seperti ini." Mata Jenny sudah berkaca-kaca. Tapi Jaejoong menolak menatap mata gadis itu.

"Kita putus... Maaf." Setelah berkata seperti itu Jaejoong beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu keluar.

Dengan cepat Jenny memeluk Jaejoong dari belakang. merangkap pria itu dengan erat.

"Kumohon jangan mempermainkan aku, jangan lakukan ini padaku Jae. hiks.. hiks.. kau tahu aku tidak bisa tanpamu." Jenny menangis di punggung Jaejoong.

"Jenny, jangan begini. Lupakan saja semuanya."

"TIDAK!" Teriak Jenny tegas.

Jaejoong menghela nafasnya pelan lalu berbalik menghadap Jenny. "Lupakanlah aku Jen, aku bukanlah laki-laki yang sempurna untukmu."

Jenny menggeleng-gelengkan kepalanya menolak kata-kata Jaejoong. "Mungkin awalnya akan terasa sulit untuk membiasakan diri tanpaku, tapi perlahan kau pasti bisa. kau itu wanita tegar Jen, aku tahu itu. Percayalah, kau tidak akan menyesal kehilangan orang sepertiku. Suatu saat kau pasti bersyukur karena telah berpisah dariku."

"Apa salahku?" Lirih Jenny.

"Tidak ada, Justru aku yang bersalah padamu. Kumohon lupakan aku, carilah laki-laki sejati yang baik, dan hiduplah dengan bahagia."

"Jangan pergi Jae." Erang Jenny saat Jaejoong melepas paksa tangan Jenny dari pinggangnya. Isakan gadis itu makin hebat.

"Jaejoong!" Teriaknya kencang lalu jatuh terduduk saat melihat pintu apartemen yang tertutup. Ia menangis kencang. kenapa harus hal seperti ini harus terjadi saat semuanya sedang terasa manis.

.

Sedangkan diluar apartemen, keadaan Jaejoong tidak jauh berbeda dengan Jenny. Ia tersandar didepan pintu apartemen mantan kekasihnya sambil tertunduk dalam tangis. Jae teringat pembicaraannya dengan Yunho dirumah sakit beberapa hari yang lalu. Pembicaraan yang membuatnya terpaksa memutuskan hubungannya dengan Jenny dan ikut Yunho mengasingkan diri ke pulau Jeju selama masa kehamilannya.

"Mianhe jenny. Saranghae." Lirihnya, lalu menghapus air matanya dan segera pergi dari sana.

.

Ketika kita dipaksa untuk meninggalkan cinta

tidak ada kata lain yang pantas diucapkan selain kata menyakitkan.

.

.

Hal pertama yang ia lihat saat membuka pintu rumahnya adalah hal yang paling Yunho benci, yaitu melihat Jaejoong yang berurai air mata.

"Aku... Jenny... putus.." Kata-kata yang terputus-putus itulah yang menyapa indra pendengaran Yunho.

Yunho memandang Jaejoong miris, lalu merengkuh laki-laki yang beberapa centi lebih pendek darinya, kedalam pelukan hangatnya. Ia tahu ini sangat berat untuk Jaejoong, tidak ada yang bisa dilakukannya lagi selain memberi ketenangan pada Jaejoong lewat kata-kata dan pelukan.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Ada aku disini." Yunho saja bingung kenapa dia malah mengucapkan hal itu? entahlah... ia merasa sesuatu yang besar akan terjadi di antara mereka. Sesuatu yang akan mengubah hubungan diantara mereka.

sesuatu yang disebut...

.

.

cinta!


.

END Or TBC?

end ajalah ya...

.

i'm sorry, really... aku gak bisa nahan untuk menulis cerita baru.

ini ff m-preg perdanaku, jadi semoga kalian suka. aku nggak tahu, hamil itu gimana, jadi jika ada yang salah, aku minta maaf ne~

di lanjutkan atau end disini? itu terserah anda readers.

kalo anda memilih lanjut cerita ini hanya cerita pendek yang gak akan sampai berchap-chap.

Show me you're choice, please~

.

Ps :: Untuk reader ff MWIM, My Sleepless namja, dan born to love you... nyusul ya~ ^^ #kabur