Author note: Chapter 2~ Enjoy, and don't forget to review... :)

Extra warning: chap ini rate-nya naik ya, jadi T+ (Ada gak sih? Soalnya kalo dibilang M, kayaknya terlalu over deh. Tapi kalo T juga kayaknya gak pas. T+ aja deh *plak*), terus ada soft yaoi (soft banget kok, don't be worry!)

Ini balesan Erin buat reviewnya:

jesper.s: Mantep dah. Bakal Erin banyakin fic GrimmIchi.

Hikary Cresenti Ravenia: So sweet? So pastilah :D ini udah update yaa

NightRin Kur3na21: Ini udah update ya!

Hamote Kiika: *bales cium pipi* Nih, Erin udah bikinin hari-hari berikutnya Ichigo (alias Michi ;p).

Chooteisha Yori: Aaaah sori Ichi-mu sekarang jadi milik Grimmjow #plak Oke, ini dah di-update ya...

THANKS FOR ALL THE REVIEW, MINNA!

X...X

•••••

The Best Job I Ever Had

•••••

Disclaimer: Tite Kubo

(Bukan punya Erin *tears*)

X...X

Warning silahkan lihat di chapter sebelumnya. Arigatou.

X...X

Esok harinya, Ichigo datang ke kampus dan mengikuti kegiatan seperti biasa. Saat jam kuliah sudah selesai, ia menghadap dosennya, Kisuke Urahara di ruangannya.

X...X

"Eh? Ichigo-kun mau cuti kuliah? Kenapa?" Urahara bertanya pada Ichigo.

"Aku... ada masalah keluarga," jawab Ichigo, bohong tentunya. Keluarganya baik-baik saja tuh.

"Haaaah? Kemarin Isshin, ayahmu menelponku, dan kami ngobrol panjang lebar, dia tak bilang ada masalah dengan keluarga ataupun keadaannya. Ichigo-kun, kau bohong ya?"

'Ah, ayah ngapain pakai telepon Urahara-san segala sih! Aku jadi susah tutupin tentang kerjaan aku! Ugh!' Ichigo ngedumel dalam hati.

"A-ah, anu, maaf, aku tadi aku memang bohong, Urahara-san. Aku punya masalah lain."

"Apa? Ceritakan saja, saya bisa jaga rahasia."

"Itu... tentang keuanganku. Aku berutang, aku tak bisa melunasinya karena tempat aku kerja sampingan sudah tak ada dan sekarang aku sudah dapat pekerjaan baru, tapi pekerjaan ini menuntutku untuk berpindah-pindah lokasi, jadi, aku perlu cuti kuliah sementara waktu."

"Utang? Kenapa kau tak bilang? Aku bisa saja membantumu, Ichigo!"

"Tapi aku tak mau merepotkan orang lain!"

Urahara lalu membetulkan posisi duduknya.

"Ehem," Urahara berdeham. Lanjutnya, "Ichigo, coba aku jelaskan. Kamu berhutang? Kenapa?"

"Belakangan pengeluaranku banyak sekali karena harga sewa kos bulan ini tiba-tiba naik tanpa kusangka. Ditambah lagi aku harus membeli text book tambahan, pulsa, makanan, kebutuhan pokok, dan untuk lensa kontakku," Ichigo menjelaskan.

"Nah, apakah kamu tiap bulan dikirimkan oleh orang tuamu?" Urahara terus bertanya.

"Ya, aku dikirimkan, namun sepertinya tidak cukup," kata Ichigo dengan suara lirih.

"Kamu kan bisa memberitahu orang tuamu bahwa uangnya tidak cukup, jelaskan kondisimu. Pasti orang tuamu mau mengerti. Mereka tak akan menganggap uang tambahan itu sebagai beban kok," jelas Urahara.

"Tapi aku ingin mandiri! Makanya, sekitar 2 bulan lalu aku bekerja di bengkel sebelah kos, tapi sebulan yang lalu tutup. Aku bingung harus bagaimana lagi, tapi aku tak mau mencuri, lalu dengan terpaksa aku berutang pada preman-preman di sekitar sini. Ternyata, mereka tidak sabar, padahal uangku belum cukup untuk melunasi utang!"

Sampai di sini mata Ichigo sudah mulai berkaca-kaca.

"Aku harus bagaimana lagi... Urahara-san?"

"Ichigo, kamu ini seorang anak. Seorang anak berhak mendapat pendidikan. Orang tuamu sudah menyekolahkanmu dan sekarang kamu mau berhenti sekolah, walaupun hanya sementara waktu? Itu kan sama saja dengan menyia-nyiakan kesempatan dalam belajar. Masa kau berhenti hanya karena utang? Kuliah ini juga bisa jadi menentukan masa depanmu! Sayang kan kalau masa depanmu suram hanya karena utang? Ichigo-kun, kamu kan bisa minta tolong siapapun dari keluargamu atau teman karibmu untuk membantu melunasi utang," kali ini giliran Urahara berbicara panjang lebar.

"Ta-tapi..."

"Ichigo, kamu tidak sendiri. Kamu kan punya keluarga yang bisa menolongmu. Apa gunanya sebuah keluarga kalau tidak saling membantu? Hm?"

"Be-benar juga. Sebaiknya aku pikir dua kali untuk keputusan cuti kuliah ini. Terima kasih atas waktunya, Urahara-san. Aku pamit dulu."

"Iya, sama-sama. Hati-hati ya!"

X...X

Ichigo lalu pulang. Dia naik bus, dan sampai di kamarnya dia mengirimkan email pada Grimmjow dari HP-nya. Kemarin Ichigo sempat bertukar alamat email dengan Grimmjow.


To: Grimmjow Jaegerjaquez

Subject: Gomen!

Sore, Grimmjow, maaf aku baru kasih tau kalau hari ini aku tidak masuk kerja :( Kau masih berada di sirkuit Hueco Mundo kan? Tadi siapa yang menggantikan aku? Hari ini aku menghadap dosenku, dan dia bilang aku harus pikir 2 kali kalau mau cuti kuliah. Ya, memang sih perkataannya itu benar, sayang juga kalau aku berhenti kuliah walaupun sementara saja. Tapi, pada sisi lain aku juga tetap ingin bekerja denganmu, kamu baik, ramah, peduli pula. Aku senang bekerja denganmu. Aku bingung, harus bagaimana lagi? Maaf Grimm, aku sepertinya harus memilih berhenti bekerja padamu. Kalau aku ada salah apa, aku minta maaf ya.

Bye Grimmjow, I'll miss u

*(;Michi Kurosaki;)*


Ichigo lalu memencet tombol 'send' sambil menghela napas dengan berat hati.

X...X

Drrrt drttt!

HP Grimmjow bergetar.

"Hah? Email? Dari siapa?"

Mata Grimmjow terbelalak lebar.

"Michi? Tak biasanya ya."

Grimmjow memencet tombol 'open message', ketika ia membuka email itu, Grimmjow terlonjak karena kaget.

"Apa? Michi mau berhenti? Padahal, dia kan baru sehari! Aduh, apa gara-gara aku ya? Aku kan sudah nggak mesum lagi! Aduh, Michi kok begini sih! Udah ah aku bales email-nya."


To: Michi Kurosaki

Subject: Re: Gomen!

Michi, kenapa kamu mau berhenti? Duh, jangan2 akunya yang ada salah. Nanti kalau tdk ada Michi aku sama siapa dong? Para gadis lain itu tidak betah denganku. Oh ya, tadi itu tak ada yang menggantikan Michi. Aku tadi jadinya kesepian deh TT_TT. Cuma kamu yang bisa denganku. Kamu itu perfect banget, Michi. Kamu juga pikir 2 kali dong tentang keputusan ini. Please...

Don't leave me alone,

'-'•Grimmjow Jaegerjaquez•'-'


"Ah, balasan dari Grimmjow!" seru Ichigo.

Ichigo membuka pelan-pelan email itu.

"Aaa-aaa-ah Grimm tidak menginginkan aku pergi... Bagaimana ini? Kalau aku stop kuliah, ayah dan ibu pasti marah karena tak ada yang menjamin pendidikanku, tapi, kasihan Grimmjow juga! Dia pasti sendirian," kata Ichigo berusaha untuk menentukan keputusan.

'Tapi, kalau aku tidak bekerja dengan Grimmjow, hidupku bisa lebih ruwet kan? Utang menumpuk, dikejar preman. Ah, hidup malah tak tenang. Kalau kerja kan masih dapat uang, dibayari pula sama Grimmjow. Lebih baik aku stop kuliah saja ya?' Ichigo bertanya dalam hati.

Tak disangka, HP Ichigo berbunyi. Ada telepon masuk.

Trit trit! Trit trit! Grimmjow is calling!

"Grimmjow?" ujar Ichigo sambil menatap layar HP-nya.

"Ha-halo, ini Michi," sapa Ichigo dengan suara imutnya.

"Michi! Cepat! Kau ada di mana?"

"Hah, eh, kenapa, Grimmjow? Aku lagi di kos."

"Kos kamu di mana?"

"Sekitar 2 terminal bus dari Hueco Mundo, turun di depan Universitas Karakura, lalu jalan 3 blok dan belok kiri. Itu ada kosku. Tempatnya besar, temboknya biru," kata Ichigo menjelaskan letak kosnya.

"Hah? Jauh sekali? Ya sudah. Dekat situ ada tempat sepi tidak? Taman gitu?"

Grimmjow sekarang menelepon sambil mengejar bis.

"A-ada taman sih."

"Oke, aku ketemu kamu di sana ya! Tunggu 20 menit! Dah Michi!"

Telepon lalu ditutup.

"Grimmjow mau bertemu? AAARGH! Kostum Michi kan ada di sirkuit! Aduh mampus! Oh ya, kasih tau Byakuya-san aja ah, suruh dia nganterin!"

Ichigo kemudian memencet nomer HP Byakuya.

"Byakuya-san, ini Ichigo!"

"Ichigo? Kamu kenapa? Suaramu panik begitu."

"Grimmjow mau bertemu denganku, tapi aku baru ingat kalau wig dan segala macamnya itu ada di sirkuit! Byakuya-san masih di sana kan?"

"Iya aku masih di sirkuit. Ya sudah, biar kuantarkan," balas Byakuya.

"Kunci ruang ganti sama aku kan," timpal Ichigo dengan agak bingung.

"Aku punya kunci ruangan itu kok. Tenang saja."

"Baik terima kasih. Oh ya Byakuya-san, kalau bisa Anda ngebut ya. Grimmjow akan tiba sekitar 20 menit lagi!"

"Baik, baik. Kos-mu itu dekat jalan waktu kita bertemu kan?"

"Iya. Oh, antarkan ke pintu belakang ya, Byakuya-san."

"Pintu belakang?"

"Kalau Anda menemukan Universitas Karakura di seberang kos-ku berarti itu pintu depan. Pintu belakang tuh yang dekat taman kecil itu!"

"Oke, aku tahu kok, Ichigo-kun."

"Eh, kalau sudah sampai, telepon aku ya!"

"Iya, iya."

Lalu Ichigo mengakhiri pembicaraan tersebut. Ia hampir saja melempar HP-nya ketika seseorang mengetuk pintunya.

Tok tok tok!

"Ini Hanatarou, Ichigo-kun. Kamu ada tamu tuh!"

'Hah? Tamu? Grimmjow? Cih, tak mungkin! Ini kan belum ada 20 menit!' pikir Ichigo.

"Ba-baik Hanatarou."

Ichigo membuka pintunya, lalu menyuruh Hanatarou masuk. Hanatarou adalah keponakan dari empunya usaha kos ini, Kaien Shiba.

"Hanatarou, yang datang siapa?"

"Namanya agak susah... Siapa ya? Ja... jae... quez... Ah entahlah! Susah namanya!" jawab Hanatarou. Ichigo mulai memikirkan sebuah nama.

"Grimmjow Jaegerjaquez maksudmu?" tanya Ichigo.

"Ha! Itu dia, Ichigo! Rambutnya biru, terus ganteng lagi."

"Terus, terus dia ngomong apa sama kamu?"

"U-uh, kalau tidak salah tadi dia tanya, 'Michi Kurosaki-nya ada? Aku ingin bertemu.' Nah, karena aku merasa tak ada yang namanya Michi, aku jawab begini, 'Di sini tidak ada yang namanya Michi, tapi Ichigo Kurosaki ada.' Lalu dia bilang panggilkan saja Ichigo itu, yah lalu aku menyuruhnya menunggu di ruang tamu," ujar Hanatarou menjelaskan.

"Haduh... gimana ini? Pasti dia curiga!" seru Ichigo.

"Hah? Curiga kenapa?" Hanatarou ingin tahu, tapi malah jadi kesannya kepo.

"Memang, yang namanya Michi Kurosaki itu nggak ada. Itu aku! Tapi, aku menyamar jadi perempuan, nah nama itu yang aku pakai!"

"Apa? Ichigo, kau nyamar jadi perempuan? Ngapaiiinnnn?" tanya Hanatarou tapi jadinya kepo.

"Ah, itu bukan urusanmu, Hanatarou. Ya sudah, terima kasih telah memanggilku. Oh! Jangan bilang siapa-siapa kalau aku nyamar jadi perempuan ya," ucap Ichigo sambil menyambar HP-nya.

"Baiklah," jawab Hanatarou.

Hanatarou lalu meninggalkan kamar Ichigo, dan Ichigo bergegas ke ruang tamu.

X...X

Di ruang tamu...

"Hai," sapa Ichigo pertama kalinya sebagai Ichigo, bukan Michi.

"Oh, hai juga! Aku Grimmjow Jaegerjaquez, rider atasan Michi," kata Grimmjow menyapa juga sambil melambaikan tangan dengan senyum menyeringainya.

"Aku Ichigo Kurosaki. Anu... aku... eeeerr... kakaknya Michi!"

"Hoo, kau kakaknya. Mukamu kok mirip sekali ya dengannya? Seperti orang yang sama," kata Grimmjow lalu ia mengamati muka Ichigo dari dekat. Jarak antara wajah Grimmjow dan Ichigo sudah tinggal 2 cm. Muka Ichigo langsung merona. Ichigo merasakan mukanya terasa seperti terbakar, panas.

"A-a-ahahaha masa sih mirip! Ha-hahaa," ketawa Ichigo dengan maksa sambil berusaha menghindar dari Grimmjow.

"Iya, kau mirip sekali! Apalagi kalau lagi blushing! Serius!"

"Tidak mungk-" kalimat Ichigo terpotong.

Terpotong oleh ciuman dari Grimmjow.

"Wangimu juga mirip dengan Michi ya, wangi anak-anak," kata Grimmjow penuh nada menyelidik, tapi ia tetap enjoy dengan kissu itu.

"Hhnhhh, Grimm, ngg... Le-lepaskan aku!"

Detik ini Ichigo sudah panik luar biasa karena takut ketahuan. Seakan Grimmjow sudah sadar kalau dirinya itu adalah Michi. Setelah beberapa saat sesi kissu, HP Ichigo berdering. Langsung saja Ichigo melepaskan diri dari Grimmjow.

"Ha-halo!" Ichigo mengangkat telepon barusan.

"Aku sudah sampai nih!" Byakuya berbicara setenang mungkin, karena ia sempat melihat kissu antara Ichigo dan Grimmjow yang menggemparkan dari pintu belakang.

"Baik, aku ke sana sekarang," jawab Ichigo.

Lalu Ichigo mengakhiri pembicaraan tersebut.

"A-ah Grimmjow, aku ada urusan. Sudah dulu ya!" Ichigo pamit pada Grimmjow.

"Hmm baiklah," balas Grimmjow sambil melepas kepergian Ichigo dengan tak rela.

'Ichigo Kurosaki, huh? He's really interesting.'

X...X

"Byakuya-san! Tolong aku! Cepat, mana bajunya!" pinta Ichigo kepada Byakuya.

"Nih," kata Byakuya sambil menyodorkan baju-baju perempuan serta wig dan kelengkapannya.

"Terima kasih, Byakuya-san! Eh, kau melihat tidak tadi aku sempat kissu sama Grimmjow?"

"Ya, aku melihatnya."

"Jangan salah sangka! Bukan aku yang memulai, tapi Grimmjow!"

"Iya, iya. Sudah, cepatlah, Grimmjow menunggu Michi tuh."

Setelah itu, Ichigo buru-buru menuju kamarnya, dan dengan secepat kilat ia menggunakan wig, baju—seperti baju tidur, atasan berenda dan celana yang pendeknya sepaha—, memasang bola plastik, dan memakai sedikit blush-on di pipinya. Ichigo keluar dari kamarnya dan berjalan ke ruang tamu.

"Eh, hai, Grimmjow. Maaf, kamu menunggu lama ya? Apakah Ichigo-nii sudah bertemu denganmu?" tanya Ichigo, dengan suara imut ala Michi.

"Hai! Tidak apa-apa, belum lama ini. Ichigo orang yang menyenangkan, jadi tak terasa lama menunggumu! Hehehe," jawab Grimmjow dengan seringaiannya.

'Ha, kau kan tadi kissu denganku, makanya kau bilang Ichigo itu menyenangkan,' batin Ichigo dengan gaya sinis.

"Ya, Ichigo-nii memang menyenangkan bukan? Dia baik loh. Dan dia seorang pekerja keras."

"Oh begitu. Omong-omong Ichigo, dia ke mana?"

"Eh... i-itu dia sepertinya ditelpon temannya. Mereka mau jalan bareng! Ya, jalan bareng! Ha-ha-haha!"

Lagi-lagi Ichigo ketawa maksa sambil menggaruk kepalanya.

"Oh... Baiklah. Oh ya, tadi di telepon aku bilang kita akan ke taman ya? Aku bilang begitu karena aku mau membicarakan sesuatu, dan takutnya berisik. Tapi, kalau di ruang tamu ini saja, bagaimana?"

"Ya sudah. Tak masalah, menjelang malam begini para penghuni kos belum juga pulang kok. Sebelum mulai, kau mau minum dulu tidak?"

"Eh? Boleh. Aku mau jus ya! Jus jeruk atau apel boleh kok, ehehehe."

"Tunggu ya, aku ambilkan dulu."

X...X

Tak berapa lama, Ichigo kembali membawa dua botol jus di tangannya. Satu jus jeruk untuknya dan satu jus apel untuk Grimmjow.

"Nih," kata Ichigo seraya menyerahkan jus apel ke Grimmjow, lalu duduk di samping Grimmjow.

"Thanks, Michi."

"Yap, sama-sama. Apa yang ingin kamu bicarakan, Grimmjow?"

"Itu... masalah tentang keinginanmu berhenti," ucap Grimmjow sambil meminum jusnya.

"Eh..."

Ichigo menghela napasnya. Sambung Ichigo, "Hm, memang aku berpikiran untuk berhenti. Bukan karena aku tak betah atau apa. Aku enjoy kok, but there's another problem, Grimm. Kalau orang tuaku tahu aku cuti kuliah, bahkan berhenti, mereka pasti akan marah besar. Mereka mengirim aku pindah ke Karakura untuk menjamin pendidikanku. Kalau mereka tahu aku hanya main-main di sini, aku dalam bahaya!" jelas Ichigo.

"Begitu rupanya."

"Iya, tapi pada sisi lain aku lebih merasa takut kalau dikejar-kejar sama preman. Masalahnya, aku kurang bisa melindungi diri. Nyawaku dalam bahaya kan? Preman-preman kasar macam itu kan bisa saja mengeroyokku ramai-ramai dengan temannya kalau aku tak melunasi utang. Aku... takut, Grimm! Aku belum mau mati!" Ichigo benar-benar meluapkan pikirannya. Belum pernah dia seperti ini. Grimmjow kaget, karena 'gadis' di depan matanya menangis tanpa diduga. Ichigo tidak bersandiwara, dia betul-betul menangis.

"Hey Michi, please don't cry! Kalau kamu takut, kenapa tidak bilang-bilang? Kenapa baru sekarang? Kan kemarin kau bisa cerita."

"Aku... aku terlalu takut Grimm! Makanya aku tak bilang aku tiga hari yang lalu hampir mati dikeroyok preman, Grimm!" sergah Ichigo tetap menangis.

"Ssst... Sudah, tenang dulu. Mukamu jadi kusut loh," kata Grimmjow masih tetap berusaha menenangkan Ichigo sambil memeluk dan mengelus-elus punggungnya. Ichigo masih menangis sesenggukan dipelukan Grimmjow, sambil meremas bajunya Grimmjow sesekali. Setelah dirasa cukup tenang, Ichigo berusaha bangkit berdiri, merenggangkan pinggangnya, lalu duduk lagi.

"Ah, maaf, tadi emosiku meluap, Grimmjow. I feel better now, thanks."

"Tidak masalah kok, Michi. Aku mengerti keadaanmu. Tapi coba dengar deh, aku punya ide bagus! Tapi, entah kamu suka atau tidak..."

"Waaahhh, ceritakan idemu, Grimmjow!" ujar Ichigo dengan bersemangat.

"Nih, aku kan berusia setahun lebih tua dari pada kamu, berarti, aku bisa mengajarkan apa saja yang kamu perlu. Aku kan rider, aku juga tidak kuliah, tapi sebagai gantinya aku punya tenaga pengajar yang bertindak sebagai dosen. Kamu bisa belajar dengannya, Michi. Aku juga dapat ijazah S1 loh, walau tidak kuliah karena adanya pengajarku itu. Berarti, pendidikanmu terjamin kan? Kamu akan tetap bersamaku, dan aman deh dari kejaran preman. Aku juga akan membayarkan utang-utangmu, seperti yang aku katakan waktu itu. Kau ingat kan?"

"Iya, aku ingat kok."

"So, do you want to work with me again? Aku tidak memaksa sih. Kalau kamu mau, bagus, kalau tidak juga no problem."

Ichigo terdiam sebentar. Ia berpikir masak-masak tentang keputusan yang akan diambilnya.

"Sure, I will work with you, Grimmjow."

"Waahh! Yokatta, Michi! Terima kasih ya."

"Ah, aku yang harusnya berterima kasih, Grimm. Kalau aku tak bertemu denganmu, mana mungkin aku bisa survive..."

"Aha, I gotta go, Michi. Kita bertemu ya, besok di Hueco Mundo ya, seperti biasa. Dadah!" ujar Grimmjow lalu mengecup pipi Ichigo. Lagi-lagi reaksi Ichigo blushing.

"Oh ya, Michi, kalau boleh bawakan jus apel itu lagi ya! Jusnya enak banget!"

"Ba-baik," ucap Ichigo dengan gugup.

X...X

"Fuaaahh... Hari ini Grimmjow sudah dua kali menciumku! Kenapa rasanya senang ya? Padahal aku kan straight! Uuuuhhh!" seru Ichigo sambil memukuli kepalanya ketika ia sudah kembali ke kamarnya dan sedang bergulingan dengan kasur kesayangannya.

"Tau ah, mungkin aku lagi senang! Atau... aku yang memang menyukai Grimmjow? Habis, dia menarik banget sih!"

Berikutnya, Ichigo melepaskan wig, dan baju Michi, lalu menggantinya dengan kaos dan celana pendek biasa, ia juga membersihkan sisa blush-on, kemudian dia bergegas tidur.

X...X

"UAPAAA? Ichigo! Kamu mau berhenti? K-k-kok gi-gitu?"

Teriakan Urahara barusan hampir mengagetkan semua dosen di depan ruangannya.

"Ano, Urahara-san, jangan teriak begitu dong, tuh, kasihan dosen-dosen yang di depan," kata Ichigo sweatdropped.

"Yah tapi kamunya sendiri yang bikin saya kaget!"

Pagi itu memang Ichigo sengaja mendatangi Urahara, karena kalau nanti siang Ichigo kan sudah ada janji dengan Grimmjow.

"Iya, Urahara-san. Aku serius mau berhenti. Maaf ya. Tapi ini sudah keputusanku. Oh, jangan bilang-bilang ke orang tuaku, mereka pasti marah besar. Biar aku sendiri yang cerita ke mereka."

"Haaaa... Ya sudah, aku juga tak bisa mencegahmu juga, Ichigo."

Terjadi keheningan sesaat, dan keheningan tersebut dipecah oleh Urahara yang menyodorkan selembar kertas dan pen pada Ichigo.

"Ini berkas bukti bahwa kau betul-betul berhenti kuliah. Isi tiap kolom yang perlu kau isi dan bubuhkan tanda tanganmu di pojok kanan bawah."

"Baik."

Ichigo mengisi lembaran itu dengan teliti dan sungguh-sungguh. Ia tak sabar akan segera belajar bersama Grimmjow.

"Yak, selesai!" ucap Ichigo kegirangan.

"Sudah? Baiklah," kata Urahara lalu memberi stempel di kertas itu. "Mulai saat ini, kau sudah resmi keluar dari Universitas Karakura."

"Iya, Urahara-san. Terima kasih atas segalanya selama ini. Maaf kalau aku ada salah dan merepotkanmu. Sampai jumpa, Urahara-san."

"Iya, sampai jumpa juga, Ichigo-kun. Semoga sukses ya!"

"Ya, arigatou, Urahara-san!"

X...X

Setelah memutuskan untuk berhenti kuliah, Ichigo kembali lagi ke kosnya. Dia bersiap-siap untuk ke Hueco Mundo, karena hari ini Grimmjow ada balapan sesi kedua. Tak lupa Ichigo menggunakan jaket hoodie untuk menutupi rambutnya yang unik itu. Baju, wig, dan kosmetik yang kemarin dia pakai tak lupa pula dibawanya. Ichigo memutuskan untuk naik kereta saja, karena lebih menghemat waktu. Sesampainya di sana, cepat-cepat Ichigo menuju ruangannya, mengingat-ingat cara memasang wig dan memakai kosmetik, cara menyelipkan bola plastik. Dia membongkar lemari yang ada di dalam sana, dan mencari-cari baju yang cocok. Setelah membongkar lemari itu, Ichigo menemukan baju yang menurutnya cukup manis. Baju itu berupa atasan berkerah yang cukup ketat dan penuh stiker sponsor, stocking, serta rok yang serasi dengan atasannya. Namun, Ichigo sadar bahwa Yuzu pernah bilang kalau atasan yang terlalu polos itu terlihat membosankan, sehingga Ichigo mencari kalung-kalung untuk dipakainya. Dalam 40 menit persiapan Ichigo selesai, sekarang ia tinggal mendatangi Grimmjow.

Tok tok tok!

Ichigo mengetuk pintu ruangan Grimmjow.

"Grimmjow, ini Michi. Bolehkah aku masuk?"

Tak ada jawaban, namun terdengar suara ribut, seperti orang sedang marah-marah.

"Ya sudah, aku masuk ya."

Brak!

Bunyi itu yang pertama kali didengar Ichigo ketika membuka pintu. Ternyata Grimmjow sedang menggebrak mejanya dengan kasar. Rupanya ia sedang menelepon juga toh.

"Ya lalu kau maunya apa sih? Udah dibayar kok masih ngelunjak begitu? Kasihan dia woi! Dia sampai rela berhenti kuliah cuma buat menghindari kalian tau! Sadar diri lah!"

Keadaan hening sejenak. Grimmjow masih mendengarkan apa yang orang itu katakan padanya lewat telepon.

"Ya sudah! Nanti ku-transfer ke rekeningmu!" ucap Grimmjow dengan nada yang meninggi. Diakhiri oleh bantingan HP oleh Grimmjow.

"Anoo... Grimmjow, a-aku menganggu ya?"

"Mi-michi? Sejak kapan kamu di ruanganku?"

"Barusan saja. Kamu... lagi berbicara dengan preman-preman itu ya?"

"Eng... Kenapa kau tahu?"

"Perasaanku yang bilang begitu. Dan siapa lagi sih yang bukan berhenti kuliah untuk menghindari preman kalau bukan aku, hm?" tanya Ichigo balik.

"Hmm, ya, aku memang lagi bicara dengan bos mereka. Siapa tuh namanya... eeenggg... oh iya, Hitsugaya!"

Ichigo diam saja.

'Oh, sudah berapa banyak orang yang kubuat repot gara-gara utang ini saja? Grimmjow, Urahara-san, ayah, ibu, uuuhh banyak sekali!'

X...X

TBC... :)

Gimana chapter ini?

Review ya...

Thanks,

-Erin-