Title : The Gifted Hands

Pairing : Kim Jaejoong, Jung Yunho

Other Cast : Park Yoochun

Rating : T

Genre : Romance, little angst (maybe)

Author : jejetoiunamae

Annyeong. Iseng-iseng aja nulis eh jadilah seperti ini. Nikmati aja ya kalo emang bisa di nikmati, saya cuma minta komentar dari kalian readers yang sudah mau membaca bagaimana ff abal saya ini. Walaupun abal tolong jangan copas sembarangan ff ini, kepedean banget kya ada aja yang mau copas... :)

Ini saya terinspirasi dari filmnya kim bum "The Gifted Hands", pokonya ceritanya agak ngikutin tapi gak full sama kya filmnya. Langsung ajalah~~ DON'T LIKE DON'T READ!

~Chapter 1~

Summary : Seorang namja cantik bernama Kim Jaejoong memiliki kelainan (penyakit) Psychometry. Dia bisa melihat kisah atau kehidupan di masa lalu seseorang atau keadaan di sekelilingnya hanya dengan menyentuhnya. Orang-orang di dekatnya menjauhinya, bahkan ibu kandungnya sendiri pun juga menjauhinya. Kematian ibunya yang dia anggap salah satu kesalahannya membuat perubahan sikap dan perilakunya menjadi sosok yang pendiam, penyendiri. Diasemakin di anggap gila dan aneh oleh orang-orang di dekatnya. Dia membenci dirinya yang seperti itu. Dia hanya ingin kehidupan normal. Di saat dia merasakan kesepian seperti ini datanglah seorang pangeran penyelamat hidupnya. Yang membuatnya bisa tersenyum bahagia dan merasakan hidup kembali. Siapa kah pangeran nya itu?

The Gifted Hands

Di tengah malam yang sunyi tepatnya di gang kecil terlihat seorang namja cantik yang meringkuk menahan sakit karena perlakuan kasar dari orang-orang jahat yang sebenarnya adalah teman sekolahnya. Namja cantik yang kita tahu bernama Kim Jaejoong itu terus di kroyok dan di hina habis-habisan oleh tiga temannya.

"YA! Dasar aneh! Untuk apa kau terus menutupi wajahmu seperti itu dengan jubah jelekmu. Kau ingin mencoba untuk menakuti kami eoh?" Salah satu dari ketiga orang itu menarik Jaejoong kasar sampai Jaejoong kembali berdiri.

"Jadi dari tadi kau mengikuti kami?" Ucap orang itu lagi sambil melayangkan geplakan pada Jaejoong.

Jaejoong hanya diam membisu tanpa ada niat menjawab dan malah menunjukan tatapan horror dan geram pada ketiga orang yang menyekapnya. Emosinya sudah benar-benar di puncak, tak bisa lagi di tahannya. Ingin sekali Jaejoong meninju ketiga orang yang sedari tadi terus memperlakukannya seenak jidat mereka tanpa memikirkan perasaan sakitnya.

"Waaahh lihatlah dia berani sekali menatapmu seperti itu." Salah satu dari ketiga orang itu memenunjuk ke arah Jaejoong.

"WAE? KENAPA KAU MENATAPKU SEPERTI ITU? KAU BERANI PADAKU?" Bentak orang itu yang masih mencengkram kuat tangan Jaejoong bahkan lebih kuat lagi karena kesal di berikan tatapan seperti itu. Dan baru saja orang itu mau memberikan hadiah pukulan lagi pada Jaejoong tapi harus tertahan karena ada suara lain yang datang dari arah yang berlawanan.

"YA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Namja asing bermata musang itu menaikkan volume suaranya, dan semakin mendekat ke arah Jaejoong dan ketiga orang tersebut.

"Aishh.. Penggangu..." Orang itu yang semula mencengkram tangan Jaejoong begitu saja melepaskan cengkramannya lalu meludah kesembarang tempat, respon kekesalan karena menurutnya namja bermata musang yang bernama lengkap Jung Yunho itu telah menggangu kesenangannya.

"YA! Jangan sok menjadi pahlawan." Salah satu dari ketiga orang itu ikut berargumen sambil memberi tatapan sombongnya pada Yunho.

"Kalau kalian berani satu lawan satu, jangan maen kroyokan seperti itu. BANCI!" Ucap Yunho sambil memberikan cengiran khas meledek.

"YAAAAAA! BERANINYA... HABISI DIA.." Ucap salah satu dari ketiga BANCI itu.

Dan perkelahian terjadi antara Yunho dan juga ketiga BANCI. Mereka (terkecuali Jaejoong) terus baku hantam satu sama lain, bayangkan saja seorang Jung Yunho harus melawan tiga orang sekaligus alias satu lawan tiga, dengan kekuatan bela diri yang di milikinya.

Sedangkan Jaejoong hanya melihat ketakutan, tubuhnya gemetar dan perlahan melangkah mundur, Jaejoong tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Ingin sekali menolong Yunho yang sudah baik hati menjadi pahlawan sesaatnya tapi kakinya terasa kaku untuk melangkah maju ikut berkelahi menghentikanYunho. Jaejoong malah berencana kabur karena menurutnya ini kesempatannya untuk melarikan diri, tanpa pikir panjang Jaejoong membalikan badannya dari langkah mundurnya lalu berlari.

Sesaat Jaejoong merasa ada perasaan tidak enak karena begitu saja meninggalkan orang yang sudah menolongnya tanpa berterimakasih. Akhirnya Jaejoong berhenti berlari dan kembali membalikan badannya, terlihat Yunho sepertinya menang melawan ketiga BANCI itu. Tampak dari kejauhan ketiga BANCI itu seperti dari gelagatnya terus menerus mengatakan kata "ampun" sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Setelah itu ketiganya pergi melarikan diri mungkin karena takut di pukul mati oleh Yunho.

Di rasanya sudah selesai lalu Yunho melihat ke segala arah mencari sosok cantik yang di tolongnya tadi, tapi tak di temukannya sosok cantik yang tidak lain tidak bukan adalah Kim Jaejoong. Yunho hanya bisa menghela nafasnya, karena pemikiran untuk berkenalan dengan Jaejoong sepertinya akan musnah begitu saja. Yunho baru akan melangkah pergi dan langkahnya terhenti karena mendengar suara seseorang, sontak Yunho mengintrupsi suara tersebut dengan membalikan badannya ke arah suara seseorang yang di dengarnya.

"Gomawoyo." Yunho kaget dengan seseorang yang ada di hadapannya itu. Sosok cantik yang sedari tadi sedang yunho cari sekarang ada di hadapannya, Kim Jaejoong sedang menatapnya dan mengucapkan terima kasih padanya.

"Aaa.. Kau masih disini rupanya, tadi aku pikir kau sudah pergi." Yunho berbicara agak gugup sambil tersenyum kecil pada Jaejoong. "Oohh aku Jung Yunho. Siapa namamu?" Tanpa pikir dua kali Yunho langsung mengulurkan tangannya ke arah JaeJoong memperkenalkan diri.

"..." Tak ada jawaban dari Jaejoong. Jaejoong malah memperlihatkan tatapan yang sulit di artikan dan berlari begitu saja dari hadapan Yunho.

"YA! MALAIKAT CANTIK.. MALAIKAT CANTIK..." Yunho berteriak bermaksud memanggil sosok cantik tadi bernama Kim Jaejoong yang tiba-tiba berlari meninggalkannya, tapi sepertinya Jaejoong malah semakin kencang berlari tanpa mempedulikan panggilan yang Yunho berikan. "Aigooo.. Apa aku terlihat seperti orang jahat? Kenapa kau berlari ketika aku mengajakmu berkenalan?" Ucap Yunho sedih sambil memanyunkan bibirnya lucu.

++++++++++++++++++++YUNHO POV+++++++++++++++++++

Semenjak kejadian malam itu, aku terus memikirkannya. Sosok cantik misterius, seorang namja cantik yang belum aku ketahui siapa namanya. Aku rasa aku telah jatuh cinta padanya, mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama? Sepertinya iya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Sosok cantik, dingin, mata bulatnya yang indah yang bisa menyedotku ke dalam pesonanya, hidung mancungnya, kulit putih pucatnya, dan jangan lupakan bibir merah merona yang di milikinya aniya bibir cherry lebih tepatnya.

Padahal kejadian itu sudah dua hari lamanya tapi aku tetap saja memikirkan sosok cantik itu, bahkan sosok cantiknya ada di dalam tiap mimpiku juga. Ya Tuhan! Kapan aku bisa bertemu lagi dengannya? Sungguh aku ingin lebih mengenal dan dekat dengannya.

Entah kenapa aku melihat dari mata bulatnya seperti ada yang di sembunyikannya, malaikat cantikku itu sepertinya kesepian. Jika memang benar malaikat cantikku kesepian, aku semakin ingin melindunginnya. Kalau perlu aku ingin menjadi orang yang special untuknya.

"Tuan muda, sudah sampai." Aku tersadar dari lamunanku memikirkannya, karena suara supirku Lee Ahjussi yang memberitahuku kalau sudah sampai di sekolah baru tempat aku belajar mendekati kelulusanku.

"Ne, ahjussi. Pulanglah, tidak usah menungguku. Jika aku pulang nanti akan aku beritahu." Lee Ahjussi hanya tersenyum kepadaku lalu aku segera keluar dari Mobil Audi Hitam ku dan tidak lupa menutup pintunya.

Setelah supirku pergi aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam sekolah megah tersebut. Lalu aku mencoba mencari dimana ruangan guru berada, setelah beberapa lama mencari dan bertanya-tanya akhirnya aku menemukannya.

Well. Kenapa di tahun mendekati kelulusan aku harus menjadi murid baru di sekolah ini? Jawabannya, NaeAbouji. Karena bisnisnya ayahku selalu berpindah tempat tinggal, dari kota ini ke kota lain, dari negara ini ke negara lain. Jadi aku selaku anaknya mau tidak mau harus mengikuti kehendak ayahku yang seperti itu. Jujur aku marah, lelah, dan curiga. Aku marah dan lelah karena hampir setiap saat aku harus bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Dan aku curiga sebenarnya apa bisnis yang ayahku kerjakan sampai harus bepindah-pindah tempat begitu? Tapi aku mencoba sabar dan senang walaupun harus di paksakan, karena sekarang hanya ayahku satu-satunya keluarga yang aku miliki. Ibuku telah meninggal empat tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan yang sampai saat ini terus menghantuiku.

Tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu masuk kelasku, aku menunggu guru yang ada di dalam kelas itu memanggilku, menyuruhku masuk dan memperkenalkan diri sebagai murid baru sekolah ini. 'Perkenalan diri lagi.' Batinku. Tidak lama kemudian guru itu memanggilku masuk dan menyuruhku memperkenalkan diri.

"Annyeonghaseyo. Jung Yunho imnida. Bangapseumnida. Mohon bantuannya teman-teman." Aku memperkenalkan diriku sesingkat mungkin di hadapan teman-teman baru ku. Setelah sesi perkenalan diri, guru ku mengizinkan aku duduk di tempat duduk yang masih kosong lalu aku duduk di pojok belakang karena hanya di sana yang masih tersisa.

++++++++++++++++++YUNHO POV END++++++++++++++++++

Di lantai paling atas gedung sekolah, tampak terlihat sosok cantik yang sedang merebahkan dirinya d bangku panjang sambil menatap kosong ke langit biru yang terlihat cerah di pagi hari. Perlahan tapi pasti sosok cantik yang bernama Kim Jaejoong itu mengarahkan tangannya ke udara seakan ingin menggapai sesuatu.

"Eom-mma..." Jaejoong semakin dan semakin mengarahkan tangannya ke udara, jika bisa dia ingin sekali terbang ke atas sana bertemu dengan ibunya.

"Eomma bogosippeo..." Terdengar suara parawnya yang di lanjutkan dengan isakan yang mendominasi kesedihannya.

++++++++++++++++++JAEJOONG POV+++++++++++++++++

Aku benar-benar sudah tidak sanggup dengan kehidupan ini. Rasanya aku ingin Tuhan memusnahkanku dari dunia yang kejam ini. Sudah tidak ada siapapun lagi yang aku miliki. Keluarga, teman, bahkan ibu kandungku seseorang yang paling berarti untukku, semua meninggalkanku hanya karena mereka menganggapku 'aneh'. Ya aku sendiri juga merasakannya, aku merasa aku aneh, aku berbeda dari manusia lainnya. Sebenernya siapa aku? Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, yang aku tahu penyakit ini sama dengan penyakit yang ada pada Ayahku dan aku pikir nasibku juga sama seperti Ayahku.

Seperti biasa aku menghabiskan tiap jam kosong atau jam istirahat di tempat ini. Aku merasa nyaman dengan tempat ini, sunyi jadi aku bisa sendirian tanpa adanya pengganggu. Tidak terasa sudah satu jam aku disini. Aku harus kembali ke kelasku, aku tidak bisa bolos setiap jam pelajaran, bagaimana pun aku harus terus belajar. Akhirnya aku turun ke bawah, melewati lorong gelap di sekolah ini. Aku berjalan cepat dan menunduk, aku tidak ingin sampai terlambat masuk ke kelas. Tanpa sadar aku menabrak seseorang di depanku.

"Ah mianhaeyo." Aku mendengar suaranya yang meminta maaf padaku. Bukankah aku yang tidak sengaja menabraknya kenapa jadi dia yang meminta maaf? Geuman, aku seperti mengenal suara ini. Perlahan aku pandang orang di depanku dan sesaat orang itu balik memandangku. Mata kami saling bertemu, sepertinya tatapannya hanya terpaku olehku. Aku mengingatnya. Namja ini? Namja bermata musang, dua hari yang lalu pernah menolongku. Iya tidak salah lagi, ini dia..

"NEO?" Ucapnya agak berteriak. Namja bermata musang itu sepertinya terkejut melihatku, ternyata dia juga masih mengingatku.

"N-nde?" Aku berpura-pura bersikap biasa padanya, mungkin begini lebih baik. Entah apa yang aku pikirkan aku belum yakin apa namja bermata musang ini orang baik atau bukan.

"Kau masih mengingatku? Aku Yunho, Jung Yunho. Orang yang malam itu pernah menolongmu." Dia terlihat senang sekali dari ekpresinya, senyumannya terus mengembang selagi mengajakku berbicara.

"..." Aku hanya diam, karena aku bingung harus menjawab apa.

"Ternyata kau sekolah di sini juga ya? Aku tidak menyangka kalau kita bisa bertemu lagi. Tuhan benar-benar mengabulkan doaku agar bisa bertemu lagi denganmu. Waahh kita memang berjodoh. Hahaha." Yunho terus saja berbicara tanpa menyadari aku sama sekali tidak menanggapinya. Tapi benarkah Yunho sesenang itu karena bisa bertemu lagi dengan ku? Yunho? Bolehkah aku memanggilnya seperti itu?

"Gwaenchanayo?" Tampak Yunho menepuk bahu ku pelan mencoba menyadarkan ku dari lamunanku.

"Ooh gwaenchana. A-aku harus ke kelas." Ucapku sekilas dan langsung melangkah pergi darinya. Tetapi baru satu langkah Yunho sudah menghalangi jalanku.

"Ya! Kau mau mencoba melarikan diri untuk yang kedua kalinya. Sekarang jawab aku siapa namamu?" Yunho semakin menekanku dengan pertanyaannya, sama seperti malam itu Yunho bertanya siapa namaku tapi aku bukan menjawabnya malah lari begitu saja. Mungkin karena itu, kali ini Yunho terlihat seperti memaksaku agar mau menjawab pertanyaannya.

"Kenapa kau diam saja? Apa aku terlihat seperti orang jahat? Aku hanya ingin berteman denganmu, sungguh." Walaupun Yunho sudah menegaskannya pada ku, hanya ingin berteman denganku. Tetap saja aku hanya diam menatapnya, bibirku keluh sekali untuk mengucapkan namaku. Aku ingin mencoba pergi lagi darinya tapi Yunho buru-buru memegang lenganku. Reflek karena kaget aku malah mencengkramnya kuat.

"Y-ya! Waa-eeguraeyo? G-gwaenchanayo?" Aku melihat sorot matanya. Yunho seperti khawatir atau malah ketakutan? Entah apa yang membuatku melakukannya, aku semakin mencengkram kuat tangannya yang memegang lenganku tadi. Penyakit ini mulai lagi. Apa harus dengan Yunho? Apa aku harus melakukaannya pada Yunho?

"Waeguraeyo?" Aku melihatnya kebingungan karena melihatku yang seperti ini.

Ya beginilah aku, orang-orang yang melihatku seperti ini pasti akan menganggapku 'aneh'. Mereka takut melihatku yang seperti ini, mereka merasa aku bisa mencelakai mereka, mereka takut aku akan membunuh mereka dengan tanganku sendiri.

Yunho terus menatapku bingung. Dan aku merasakannya, apa yang sedang di alaminya selama ini. Yunho di hantui oleh kematiaan ibunya. Bayangan empat tahun yang lalu, ibunya yang di temukan tergeletak di toilet dengan busa yang keluar dari mulutnya seperti ada yang meracuni. Di kala itu Yunho masih berumur 13 tahun, Yunho benar-benar merasa terpukul karena kehilangan orang yang paling di cintainya. Yunho mencoba untuk melupakan kejadian pahit itu, tapi semakin Yunho ingin melupakan kejadian itu semakin Yunho dihantuinya. Akhirnya Yunho memutuskan akan mencari tahu apa penyebab kecelakan yang membuat ibunya mati.

"Kau kehilangan orang yang paling kau cintai yaitu ibumu. Ibumu mati karena kecelakan yang sampai saat ini kau belum tau penyebanya. Kau menemukan ibumu tergeletak di toilet dengan busa yang keluar dari mulutnya seperti ada yang meracuni." Terlihat Yunho benar-benar terkejut dengan perkataanku, Yunho langsung menepis cengkramanku dan melangkah mundur perlahan. Mata sipitnya mencoba terbuka selebar mungkin, dan mulutnya juga agak terbuka. Darah dari hidung ku pun mulai mengalir, aku merasakan agak pusing di kepalaku.

"Ee-ommoni... Ee-ommoni.. Apa yg terjadi denganmu? Kenapa bisa begini? Apa yang kau lakukan? Siapa yang melakukannya?" Bayangan empat tahun lalu itu terlintas lagi di pikiranku. Kalimat yang aku lontarkan pada Yunho adalah kalimat yang sama yang pernah di lontarkan Yunho pada ibunya dulu. Yunho semakin melangkah mundur sambil terus menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat pucat dan bercucuran keringat.

"Apa yang kau katakan? Kenapa bisa? Kau tau?" Aku hanya diam menatapnya sambil mengelap sekilas darah yang mengalir dari hidungku dengan telapak tanganku.

"APA YANG KAU KATAKAN? KENAPA BISA? SEMUANYA, SEMUANYA SAMA." Yunho berteriak pada ku, mencoba meluapkan emosinya padaku sepertinya. Biarlah, ini memang kesalahanku. Tidak seharusnya aku mengatakannya pada Yunho. Yunho pasti merasa sangat sedih.

"Neooo.. Sepertinya aku telah salah menilaimu." Yunho memberikan tatapan sinisnya padaku lalu pergi dengan langkah yang lunglai. Mungkin sekarang Yunho jadi membenciku karena perbuatanku ini. Bagus! Kalau begitu Yunho tidak akan lagi mendekatiku apalagi mau berteman denganku. Dan akan bertambah lagi orang yang menganggapku aneh.

++++++++++++++++JAEJOONG POV END+++++++++++++++

Terlihat di balik bilik toilet sekolah namja bermata musang a.k.a Jung Yunho sedang membasuh wajahnya di depan wastafel. Tubuhnya gemetar dan tampak ketakutan, Yunho mengatur nafasnya yang terasa tidak stabil karena kejadian tadi. Keringat pun terus bercucuran dari pelipisnya bercampur dengan bekas air yang tadi di basuhkan ke wajahnya. Tiba-tiba rekaman kejadian empat tahun lalu kembali membayanginya. Kematian ibunya, ibunya yang di temukan tergeletak di toilet dengan busah yang keluar dari mulut.

Tubuhnya semakin gemetaran, namja itu terus menggelengkan kepalanya dan berteriak meluapkan rasa takutnya. Karena luapan emosinya tanpa sadar namja itu memukulkan telapak tangan kirinya ke arah kaca wastafel, darah segar pun merembes dari telapak tangan kirinya.

+++++++++++++++++++YUNHO POV+++++++++++++++++++

Aku benar-benar tidak percaya dengan semua ini. Darimana dia bisa tahu masa lalu ku? Kejadian menyedihkan itu, yang sampai saat ini masih terus menghantuiku. Kami sama sekali tidak saling mengenal. Aku baru mau mengenalnya, ingin menjadikannya temanku. Tapi dari mana dia tahu? Bagaimana bisa dia mengetahuinya? Tidak. Aku tidak bisa diam terus seperti ini, aku harus menemuinya dan aku ingin mengetahui jawaban langsung dari mulutnya. Darimana dia mendapatkan informasi itu?

Ku langkahkan kakiku keluar dari toilet. Sekarang pikiranku berkecamuk, yang hanya tertuju padanya namja cantik itu. Aku terus mencarinya ke semua ruangan yang ada di sekolah ini, tapi aku tidak dapat menemukannya. Sekarang bukan hanya tidak tahu siapa namanya, aku juga tidak tahu namja cantik itu kelas berapa dan dimana kelasnya. Haruskah aku mengecek satu persatu semua kelas yang ada di sini? Itu tidak mungkin, ada berapa banyak kelas di sekolah ini, yang ada hanya membuang-buang waktu saja. Di tambah ini sudah masuk jam pelajaran selanjutnya.

Aku benar-benar sudah tidak mempedulikan lagi jam pelajaran selanjutnya telah di mulai, bahkan luka yang aku dapatkan di telapak tangan kiriku belum sempat aku obati. Sekarang aku hanya ingin bertemu dengannya dan menyelesaikannya. Aku melanjutkan berjalan sambil memeriksa satu persatu kelas yang aku lewati, melihat sekeliling melalui kaca jendela kelas. Dan sampainya aku di pojokan ruang perpustakan aku melihat ada 3 orang namja yang sedang berkerubung, entah apa yang sedang mereka lakukan.

"YA! Sudah kubilang jangan kabur!" Aku melihat salah satu dari mereka mencengkram kuat pundak seorang namja yang sepertinya aku kenal, karena wajahnya terhalang oleh badan teman yang menghalanginya aku agak mencoba melangkah mendekat ke arah mereka.

Aku melihat namja yang pundaknya di cengkram itu pun berbalik. Dan setelah itu, ternyata benar seorang yang sepertinya aku kenal adalahnamja cantik yang sedang aku cari sedari tadi. Namja cantik itu balik mencengkram tangan lawannya. Sorot matanya yang menakutkan, seperti yang sama di lakukannya denganku tadi, tubuhnya juga gemetar.

"W-wae?" Aku terus memperhatikan mereka. Aku penasaran apa yang akan di lakukan si namja cantik itu pada lawannya. Apa dia akan memukul? Atau menendang? Apa yang akan di lakukannya?

"Playboy, pembual dan pembunuh... Itulah dirimu, benar kan? Setahun yang lalu kau pernah membunuh mantan kekasihmu sendiri, kau memutuskannya secara sepihak karena wanita itu hamil dan wanita itu mati menggantung diri di depanmu. Lalu kau hanya diam tak bergerak menghentikan perbuatannya. Selang beberapa menit wanita itu mati di depanmu, dan setelah kau melihatnya mati kau malah kabur begitu saja tanpa menolongnya." Mwoya? Apa yang barusan di katakannya? Apa namja cantik itu juga mengetahui yang di alami oleh lawannya tersebut?

"Nn-neooo... Apa maksudmu? Apa yang kau katakan?" Aku masih tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi di antara mereka.

"Ya! Kau pernah melakukannya? Jinjja?" Tanya teman lawannya. Tampak teman lawannya tersebut tidak percaya dengan apa yang di dengarnya dari si namja cantik itu.

"ANIYO.. ITU TIDAK BENAR.. ANIYO..." Lawannya segera menepis tangan si namja cantik. Terlihat dari wajahnya yang ketakutan, sekarang lawannya itu terlihat seperti pencuri yang tertangkap basah. Apakah benar yang di katakan namja cantik itu? Jika memang benar, bagaimana bisa? Bagaimana namja cantik itu bisa tahu tentang AKU dan juga ORANG ITU? Siapa dia sebenarnya?

Tanpa aku sadari namja cantik itu sudah menghilang karena aku tidak melihatnya lagi disana. Sial! Aku kehilangannya lagi. Sekarang aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Aaa.. apa aku coba bertanya pada kedua orang disana? Ya! Tidak ada salahnya aku mencoba bertanya pada mereka berdua. Akhirnya aku berjalan ke arah dua orang lawan si namja cantik tadi.

"Mianhaeyo. Ada yang ingin aku tanyakan pada kalian"

"Mwo?" Jawaban singkat terlontar dari salah satu diantara mereka .

"Namja tadi yang bersama kalian itu siapa ya? Kalau boleh aku tahu siapa namanya?" Aku agak ragu mengajukan pertanyaan seperti ini pada mereka. Apa mereka mau memberitahuku? Apa malah mencurigaiku?

"Nde? Untuk apa? Kau bertanya soal namja aneh itu? Kim Jaejoong? Tsk..." Aku rasa jawabannya yang ini agak kurang sopan, kelihatannya dia sangat membenci namja cantik tadi. Geuman.. Kim Jaejoong? Apa Kim Jaejoong nama namja cantik itu?

"Ne. Jadi namja tadi bernama Kim Jaejoong?" Aku mencoba bertanya ulang pada mereka hanya sekedar memastikan.

"Betul sekali. Sebenarnya untuk apa kau bertanya soal namja aneh itu? Apa jangan-jangan dia punya masalah juga denganmu? Haha.. Pantas saja, seluruh murid dan guru di sekolah ini tidak ada yang menyukainya apalagi dekat dengannya." Aku terkejut dengan jawabannya padaku. Sebegitu buruknya kah seorang Kim Jaejoong di mata mereka semua? YA! Kim Jaejoong siapa kau sebenarnya?

"Kajja." Dua orang itu sudah pergi dari hadapanku tapi entah kenapa aku masih belum bisa tenang. Aku semakin penasaran padamu Kim Jaejoong. Aku ingin jawaban langsung darinya. Aku sudah mengetahui namanya, mungkin ini akan lebih memudahkanku lagi untuk melanjutkan pencarian. Mencari tahu siapa kau? Orang seperti apa dirimu? Dan membongkar semua kebenaran yang ada padamu..

++++++++++++++++++YUNHO POV END+++++++++++++++++

Terlihat namja bermata musang yang bernama Jung Yunho itu berjalan dengan terburu-buru. Apa yang akan di lakukannya? Sepertinya Yunho masih mencari Jaejoong nya, karena Yunho hanya ingin tahu jawaban langsung dari mulut Jaejoong. Selagi Yunho mencari di sekitar lantai satu gedung sekolah, terdengar suara Han Seongsengnim memanggilnya.

"Yunho~ah kau tidak masuk kelas?"Tanya Han Seongsengnim sambil berjalan mendekati Yunho.

"Han Seongsengnim?" Yunho kaget dengan kedatangan gurunya itu. Berarti Yunho yang membolos akan ketahuan sebentar lagi.

"Omo! Kenapa dengan tanganmu? Berdarah? Kau terluka?" Selagi mendekat ke Yunho, tidak sengaja Han Seongsengnim melirik ke arah telapak tangan kiri Yunho yang terluka bekas rembesan darah pukulan kaca tadi.

"Gwaenchanayo Seongsengnim." Jawab Yunho sekenanya sambil agak tersenyum kaku.

"Kau ini, tidak apa-apa bagaimana? Lihatlah berdarah, bahkan darahnya sampai mengering seperti ini. Kau tidak langsung mengobatinya? Aishhh.. Kajja kita ke ruang kesehatan mengobati lukamu." Han Seongsengnim jadi bawel karena mengkhawatirkan Yunho. Gurunya itu begitu panik setelah melihat Yunho terluka. Han Seongsengnim adalah seorang guru yang di tugaskan kepala sekolah untuk memperhatikan murid barunya ya Jung Yunho, jadi Yunho sebagai tanggung jawabnya. Han Seongsengnim, guru yang tadi memperkenalkan Yunho pada teman-teman di kelas barunya, juga mengajar Matematika di kelas Yunho.

Yunho hanya tersenyum kaku setelah di ajak paksa oleh gurunya itu ke ruang kesehatan mengobati lukanya. Sepertinya pencariannya untuk hari ini akan tertunda. Apa Yunho akan melanjutkannya besok atau di lain hari? Entahlah...

"Yup, selesai sudah." Ucap Han Seongsengnim. Han Seongsengnim baru saja menyelesaikan mengobati luka Yunho, membersihkan darah yang mengering di telapak tangan kiri yunho lalu memberinya obat merah dan memberikan plester.

"Han Seongsengnim." Yunho mencoba memulai pembicaraan, tiba-tiba ada yang ingin Yunho tanyakan pada gurunya itu.

"Ne?" Jawaban singkat Han Seongsengnim sambil mengalihkan tatapannya ke Yunho.

"Apa kau mengenal murid yang bernama Kim Jaejoong?" Entah apa yang membuat Yunho ingin bertanya soal ini.

"Kim Jaejoong? Wae?" Ucap Han Seongsengnim agak bingung dengan nama murid yang di beritahukan Yunho.

"Aniyo. Hanya ingin tahu saja." Yunho berharap Han Seongsengnim jangan sampai curiga kalu bertanya soal ini.

"Apa Kim Jaejoong yang kau maksud murid kelas 3B?" Sekarang Yunho yang kebingungan dengan pertanyaan Han Seongsengnim. Yunho saja tidak tau kelas Jaejoong dimana.

"Mollayo. Aku hanya tahu namanya, aku tidak tahu dia kelas berapa dan di kelas mana." Jawab Yunho jujur.

"Setahuku hanya ada satu murid yang bernama Kim Jaejoong disini, ya Kim Jaejoong di kelas 3B itu."

"Kelas 3B?" Yunho mengucapkannya ulang, bermaksud memastikan lagi.

"Ne. Ada apa? Apa kau ada masalah dengannya?" Sepertinya Han Seongsengnim terlihat penasaran dengan pertanyaan Yunho tersebut.

"Aniya."

"Sebaiknya kau harus menjaga jarak dengannya Yunho~ah, dia bukan orang baik sepertinya. Dia bisa mencelakaimu. Karena banyak yang sudah menjadi korbannya, bahkan ibu kandungnya sendiri. Kau sudah melihatnya kan? Sudah bertemu dengannya kan? Dia terlihat aneh, di bilang gila tapi sepertinya dia masih waras, tapi perilakunya itu yang sangat menakutkan..." Yunho hanya diam memperhatikan gurunya itu menjelaskan padanya. Apa yang di maksud gurunya?

Yunho semakin tidak mengerti, memang Jaejoong terlihat berbeda tapi sepertinya seorang Kim Jaejoong tidak mungkin orang yang jahat. Yang berani mencelakai siapa saja, sangat tidak mungkin. Pertama yang Yunho liat dari namja cantik a.k.a Kim Jaejoong adalah kesepian. Yunho melihat sepertinya Jaejoong menyembunyikan sesuatu dari semua orang.

"Aku rasa dia punya kelainan, aku pernah membaca buku tentang Psychometry dan aku pikir yang di alami Kim Jaejoong itu sama dengan isi buku yang pernah aku baca." Ucap sang guru lagi menambahkan.

"Psychometry?" Yunho tampak bingung dan agak kaget. Karena Yunho baru mengenal nama seperti itu. Apa itu? Yunho juga tidak tahu tapi sepertinya Yunho akan mencari tahu.

"Ne, Psychometry." Jawab Han Seongsengnim meyakinkan.

T B C

Ok, chapter 1 cukup sampai disini... Eotteyo?

Semoga pada suka. Thank you~ Gamsahamnida~ Arigatou~ ^^