Fan Fic Princess Hours

" Kau. Dengar Shin, aku tak percaya kau peduli pada rakyatmu. Bagaimanapun, Jae Kyeong selalu kau buat terluka dan menderita, jadi aku tak memiliki bayangan sedikitpun bagaimana kau membahagiakan rakyat. Kau tidak bisa dipercaya." Yeol terus saja berdiri di ambang pintu.

"Apa kau datang hanya untuk mengatakan hal tidak berguna seperti ini?" ujar Shin dingin.

"Bahkan aku mengatakan tentang Jae Kyeong, kau berpikir itu bukan hal penting. Aku sekarang percaya bahwa kau saat itu berada di hotel bersama Hyo Rin untuk bersama. Kau memalukan dan egois." Yeol tanpa sadar menyinggung sumbu pertengkaran Shin dan Jae Kyeong. Yeol sendiri terlanjur melepaskan kalimat yang dia rasa telah keluar dari batas yang seharusnya dibicarakan.

"Maaf, mungkin sekarang suasana sedang buruk untukmu, tak seharusnya aku membicarakan hal seperti ini." Yeol ingin berhenti dan menyudahi harinya dengan Shin saat ini, tapi diluar kendalinya Shin mencegahnya untuk berhenti.

"Tidak. Sekarang aku tidak sedang dalam kondisi apapun, aku terbisa diserang dan terbisa menyerang. Tapi sekalipun aku tak pernah tahu bagaimana kesialan menimpa hidupku. Aku mungkin hancur karena berita omong kosong itu, tapi aku berharap itu terjadi di mata dunia bukan pada kedua mata Jae Kyeong." Shin merasa semakin dekat dengan puncak emosi yang hendak mendobrak menjadi teriakan.

"Aku tak bisa baik-baik saja kalau Jae Kyeong mempercayai hal itu. Aku sudah berbicara di manapun bahwa aku terjebak dan entah siapa yang membuatnya onar. Aku benar-benar tak menyadari ada Hyo Rin di kamar yang sama. Kami sama-sama lelah dan berpisah dengan baik, yang aku lakukan hanya mengucapkan salam perpisahan malam itu." nada kalimat terdengar bergetar pertanda Shin lebih dari terguncang.

"Tapi kau tak bisa membuktikan apapun."

"Karena aku tidak bisa menemukan siapa sutradara masalah ini. Kalau aku mendapatkannya, akan kubuktikan pada Jae Kyeong."

"Kalau pelakunya mati, sampai kapanpun kau tak bisa membantah perselingkuhan itu."

"Kau berharap itu? Apa kau berharap kau cepat mati?" Shin meninggikan nada bicaranya, tangannya mengepal dan siap melayang .

"Aku lebih pintar untuk mencari jalan lain untuk mendapatkan wanita yang kucintai. Taktik bodoh seperti itu bisa menurunkan harga diriku." Jawab Yeol seolah dirinya terselimuti rasa percaya diri.

"Aku cukup tahu kemampuanmu, dan aku tahu kau tidak akan melakukan hal ini kendati perasaanmu sangat besar pada istriku."

Yeol terdiam mendengar kaliamt terakhir yang terucap.

"Jangan sebut Putri Mahkota seperti itu. Itu kedengaran tidak pantas." Yeol terdiam karena Shin menekankan Jae Kyeong adalah istrinya. Mendengarnya, Yeol seolah menerjang ribuan bayangan dirinya berkali-kali dalam kegelapan.

"Aku tak pernah memanggilnya seperti itu, aku selalu menyebutnya dalam hati. Aku benar-benar pengecut karena tak pernah membiarkannya mendengar kata ini, dan kau yang pertama mendengarnya."

Setelah kalimat itu selesai, sebutir benda bening meluruh dari kelopak matanya, Shin tahu Yeol juga telah melihatnya menangis untuk kali pertama.

...

Yeol mematung di ambang pintu seolah dirinya sebongkah es berwujud manusia. Seharusnya Yeol merasa aneh dengan suasana secanggung ini, tapi Yeol malah semakin menikmati. Entah karena bisa melihat Shin tersungkur ke dasar, atau karena hal lainnya. Air mata Shin seolah air soda. Tak ada yang berarti sama sekali.

Sebaliknya Shin menganggap ini hal bodoh selanjutnya. Tidak cukup membuang harga diri, wajahnya pun sudah tidak bisa lagi diselamatkan bahkan di hadapan sepupunya sendiri. Shin tak mengelak telah gagal.

"Kau tak perlu seemosional itu." Yeol akhirnya memecah pertama kali.

"Aku sedikit hanyut dalam perasaan. Yang aku ingat, ini kali pertama aku gagal mempertahankan air mataku untuk seorang wanita." Jawabnya lirih.

"Aku tak pernah tahu kau benar-benar sudah... menyukainya. Apakah, itu terlalu besar, Shin?"

"Aku tak bisa mengukurnya begitu saja. Aku tak tahu sampai mana batasnya. Aku hanya bisa merasakan ini terus bertumbuh dan mekar, tapi menghujamku saat Jae Kyeong seperti ini." Ucap Shin sambil mengerutkan dahi.

"Kenapa kau tak pernah mengatakan hal ini?" Yeol seperti tidak tahan untuk terus bertanya pada Shin, Yeol tak bisa memahami arah pikiran Shin berjalan.

"Karena aku tak tahu bagaimana cara memulainya. Jae Kyeong, aku tak bisa mengatakan hal baik padanya meski aku sangat ingin."

"Aku..mencintainya."

Semua seperti sudah terlampiaskan pada kata cinta yang terbuang ke udara, hanya saja Shin menyesal ini antara Yeol dan dirinya. Shin sudah tak ingat lagi bagaimana ia menangis.

"Kau.." ucapan Yeol terpotong, seseorang telah mencuri kesempatan Yeol berbicara.

"Mencintaiku?"

Hanya Jae Kyeong yang memiliki suara seperti itu.

...