The Mysterious Sins Collector


"Len! Ohayou!" Sapa gadis berambut honey blonde sebahu yang tengah memakai gaun tidur berwarna peach sambil menuruni tangga di rumah tersebut.

"Ohayou Rin, sarapannya sudah siap." Jawab Len sambil menata meja makan.

"Hari ini sarapannya apa?" Tanya Rin sambil menarik sebuah kursi dan duduk di sana.

"Scrambled egg, oh ya, aku ingin bertanya sesuatu." Jawab Len sambil menata sendok dan garpu yang akan digunakan di meja.

"Apa itu?" Tanya Rin sambil mengambil piring yang berisi sarapannya hari ini.

"Dari dulu kaukan sudah tahu kalau aku ini Oliver, kenapa kau tetap memanggilku Len?" Tanya Len sambil ikut duduk dan memakan sarapannya.

"Hum? Jawabannya mudah, karena kau memakai tubuh Len dan sebenarnya akan repot kalau aku memanggilmu Oliver.. Lagipula, sifatmu mirip dengan Len, jadi yah, kau tahulah.." Jawab Rin panjang lebar, tapi tentu saja itu tidak memuaskan sang penanya namun Lenpun sungkan untuk bertanya kembali, itu privasi orang bukan?

Sarapan dilalui dengan tenang tanpa satu orangpun yang membuka mulut mereka untuk berbicara. Rin yang makan lebih dulu akhirnya selesai dan membereskan piring serta menaruhnya di bak cuci piring.

"Len, sin apa lagi yang akan kita cari kali ini?" Tanya Rin sambil melihat ke arah pemuda berambut honey blonde yang tengah membereskan piring yang tadi ia gunakan.

"Tidak perlu." Jawab Len singkat sambil berdiri dari tempatnya duduk tadi dan berjalan ke arah bak cuci piring meletakan piringnya tadi ke dalam bak cuci piring tersebut.

"Eh? Kenapa? Bukankah masih perlu satu sin lagi yaitu wrath?" Tanya Rin sedikit terkejut akan jawaban pemuda yang sekarang berdiri di sampingnya.

"Tidak perlu, coklat yang kita punya sudah bisa membangkitkan Okaa-chanmu." Jawab Len sambil mencuci piring-piring kotor tersebut.

"Kalau begitu ayo cepat! Makin cepat makin baik!" Seru Rin bersemangat karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan sosok ibunya yang telah lama ia rindukan.

"Baiklah, ayo ikut aku." Ujar Len sambil mengisyaratkan Rin untuk mengikutinya.

Maka dengan cepat Rin mengikuti pemilik rambut berwarna honey blonde dan mereka berdua berjalan menuju ruang bawah tanah melalui sebuah tangga yang Rin tidak ketahui ataupun tidak menyadarinya, namun gadis itu enggan bertanya dan memilih untuk diam saja, setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka di sebuah ruang bawah tanah yang gelap gulita tanpa pencahayaan sedikitpun.. Dengan cepat Len menekan saklar lampu yang berada tepat disampingnya, seketika cahaya dari lampu tersebut menerangi ruangan itu dan tampaklah bagi Rin, sebuah lingkaran sihir yang terdapat sebuah gambar bintang besar di tengah-tengahnya, disekeliling gambar bintang tersebut ada tiga garis yang mengelilingi gambar bintang tersebut dan diantara garis-garis tersebut ada huruf-huruf yang Rin tidak mengerti sama sekali, seperti bahasa jaman dulu.

"M-magic rune?" Tanya Rin tidak percaya akan pengelihatannya.

"Iya, tentu saja, nah mari kita mulai ritualnya." Jawab Len santai sambil berjalan mendekati magic rune alias lingkaran sihir itu.

Dengan cepat Rin berjalan ke arah magic rune tersebut dan berhenti di garis paling ujung, alias garis ketiga. Len meletakan coklat-coklat sins tersebut di setiap sisi bintang tersebut dan coklat yang terakhir ia letakan di tengah-tengah bintang itu.

"O uno qui mortuus est, quoniam isti surge eget..." ucap Len pelan dan tiba-tiba cahaya kebiruan muncul dari magic rune tersebut dan cahaya tersebut makin lama semakin terang dan menyilaukan.

Setelah beberapa menit, cahaya kebiruan tersebut menghilang, begitu pula dengan coklat-coklat yang tadi dan digantikan oleh sosok wanita dengan rambut cream sedikit ke merah mudaan panjang sepunggung dan mengenakan sundress putih yang tengah terduduk persis di tengah-tengah magic rune tadi.
Yang tak lain adalah ibu dari Rin, Aria atau yang sering dipanggil IA.

"Kaa-chan?" Panggil Rin tidak percaya sambil melangkah ke dalam magic rune tersebut dan berhenti tepat di depan orang yang selama ini dia rindukan.

"Rin? Apakah itu kau? Aku sangat merindukanmu!" Ujar IA sambil bangkit dan memeluk putrinya itu.

"Aku sangat merindukanmu Kaa-chan!" Isak Rin sambil memeluk erat wanita yang telah lama tidak ia lihat.

Sementara IA tidak membalas perkataan Rin tapi ia memeluk gadis itu dengan erat dan menangis dalam diam.

"Sudah jangan menangis Rin.." Ujar IA sambil meghapus air mata yang telah mengalir dengan deras dari kedua sudut mata Rin.

Rin hanya mengangguk dan mengulas senyum tipis. IA yang melihat itu hanya tersenyum penuh kewibawaan seorang ibu dan memeluk Rin lagi.

"Kaa-chan selalu menya-" Tiba-tiba saja tubuh IA berubah menjadi monster coklat yang mengerikan.. Bola matanya entah menghilang kemana, sehingga yang ada hanya lubang matanya saja, mulutnya terkoyak lebar, dari ekspresi mukanya, dia benar-benar merasa tersiksa.

"Maafkan aku Rin.." Ujarnya dengan suara serak sambil memeluk Rin dengan kuku tangannya yang menjadi sangat panjang.

Rin hanya bisa menatapi ibunya yang telah lama ia tak jumpai dengan tatapan horor, wajahnya sangat mengerikan, kuku tangannya menjadi sangat panjang, dari pinggang sampai kakinya sudah tidak berbentuk seperti coklat lumer, dan semua anggota tubuhnya telah berubah menjadi coklat.

"O-oliver! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Rin dengan air mata yang telah mengalir dari kedua matanya, ya dia ketakutan dan sedih melihat ibunya seperti itu.

"Kenapa? Aku memang segaja kok." Jawab Oliver yang telah keluar dari tubuh yang ia pinjam - tubuh Len, sehingga tubuh itu langsung jatuh dan menghilang atau lebih tepatnya menjadi debu.

"K-kau!" Seru Rin sambil menatap Oliver dengan marah.

Oliver, pemuda yang beberapa tahun lalu membuat kontrak dengan Rin masih tampak sama, dengan rambut blondenya yang acak-acakan, topi sailornya dan juga pakaian sailornya itu. Mata kirinya masih ditutupi oleh perban putih.

"Aku selama ini hanya memanfaatkanmu Rin." Ujar Oliver dengan santai dan menatap Rin dengan dingin.

"Maksudmu?!" Tanya Rin lagi sambil mencoba melepas dirinya dari pelukan - cengkraman ibunya itu.

"Kau tahu? Kau adalah sin ketujuh, yaitu wrath dan semua sin itu mempunyai semacam kekuatan untuk saling mengetahui tempat masing-masing, kebetulan kau datang padaku dengan sendirinya karena rasa dendam yang amat sangat kepada ayahmu dan juga ibu tirimu, maka kugunakan saja kau." Jawab Oliver sambil tersenyum mengejek.

"Jadi.. Selama ini.. Harusnya dari dulu aku tidak pernah mempercayaimu.." Ujar Rin sambil menatap ke arah Oliver dengan sangat marah.

"Ya begitulah.. O viri peccatoris procidit..." Ucap Oliver sambil tersenyum sinis.

Tiba-tiba cahaya yang meyilaukan menyelimuti tubuh Rin dan setelah beberapa menit cahaya itu menghilang dan yang tersisa di sana hanya sebuah coklat berbentuk bara api, sementara ibunya Rin telah menghilang dan coklat-coklat sin tersebut telah kembali ke posisi awal mereka sebelum membangkitkan IA. Tiba-tiba saja lampu ruang bawah tanah tersebut mati.

"Sekarang telah lengkap coklat sins itu.. Hah..Manusia memang bodoh dan itu takkan berubah.." Ujarnya yang kemudian menghilang di telan kegelapan.


Fin! Dengan tidak elitnya XD


Author curcol time!

Ehem.. Jadi ya, sepertinya chap kali ini abal dan maksa sekali.. Jadi saya mohon maaf sebesar-besarnya jika mengecewakan readers semua DX

Dan setelah sekian lama (?) Akhirnya fanfict ini tamat! Saya mau mengucapkan terimakasih pada : Usagi Yumi, Alfianonymous22 , Namikaze Kyoko, Shiroi Karen, Icchi-chan, Volvariella Aoi, Kuroshi Chalice, Akanemori, Reviel, Azakayana Yume, Aiharra, Kuro Rei-chan, Raruki Nee-chan, Chitanda Kyouko, Kagamineken,LyraIdamaria, Nakane Chiru, Rin . Nightmare, Marycat13, PeenPenponn, yang udah bersedia review, follow dan fave fict abal nan gaje saya ini. Akhir kata sampai bertemu di fict yang lain! XD