Disclaimer: REMAKE dari novel yang berjudul After the Wedding karya KIM JI-OH, Saya juga akan mengubah bagian-bagian yang saya pikir perlu, semua cast(s) juga bukan milik saya, saya cuma meminjam mereka :D

Warning: GS | Beware of Typo

Couple: KyuMin

Rated: T+

No Bash!

.

.

.

After the Wedding

Bab Pertama

Suaminya

Sebuah pepatah Inggris mengatakan bahwa rumah adalah istana seorang pria. Lalu, apakah itu membuat istri menjadi seorang ratu? Atau malah membuatnya menjadi hantu yang bergentayangan tanpa tujuan di istana?

.

.

.

"Jadi? Belum juga…?"

"Iya. Yah, begitulah."

"Apa sih masalahnya? Dokter bilang kalau kau tidak ada apa-apa, kan? Aneh. Hei, suamimu…"

"Kenapa suamiku?"

"Lihat suamimu. Ia kan Casanova, seperti kuda jantan yang senang berkeliaran. Siapa tahu ia semangka tidak berbiji…"

"Ti, tidak. Hei! Bicaramu keterlaluan sekali, sih… cepat tarik kembali ucapanmu!"

"Kau marah? Aku bisa saja menarik kembali ucapanku, tapi suamimu memang tidak becus. Tidak tahu di untung! Ia membiarkanmu yang masih muda berdiam diri di rumah. Memangnya kau perhiasan mahal?"

[Tut tut…]

"Suara apa itu?"

"Hah? Itu nada sela. Sepertinya ada telepon masuk. Nanti kutelepon lagi, ya. Sampai nanti."

"Oke, nanti hubungi aku lagi, ya."

[Tut…]

"Hal…"

"Kau bicara dengan siapa, sih? Lama sekali!"

"Ah, maaf, suamiku. Teman, ia baru kembali dari Amerika setelah tinggal dua tahun di sana…"

"Cukup. Hari ini aku pulang terlambat. Jangan menghabiskan waktu dengan telepon-teleponan, lebih baik kau baca buku. Bikin kesal saja."

"…"

"Sudah dulu!"

[Tut…]

Sambungan telepon terputus.

Suara suaminya rendah dan kasar. Tidak marah, tapi dipenuhi kekesalan, sembari menyuruhnya membaca buku daripada menghabiskan waktu dengan menelepon.

Sungmin merasa sedikit lebih tenang mengetahui bahwa hari ini suaminya akan telat pulang lagi. Ia meletakkan gagang telepon dengan tangan gemetar.

"Haah."

Sungmin menghela napas panjang sambil mengeluarkan suara cukup keras. Sekali, dua kali, tiga kali…

"Huuh…"

Sebagai penutup, ia menghela napas dengan sangat panjang mengeluarkan segala beban dalam dirinya secara paksa. Akhirnya, tangannya tidak gemetar lagi.

Lucu. Pernikahan mereka hampir memasuki tahun ketiga, tapi tangan Sungmin selalu gemetar tanpa alasan setiap kali merasakan keberadaan suaminya. Suaminya juga tahu ia memiliki gejala seperti ini, dan bingung akan hal ini, tapi sekarang laki-laki itu tidak peduli, malah sering menertawakan Sungmin sambil menaikkan sudut bibirnya sedikit.

Seorang Casanova dan berperilaku seperti kuda jantan yang senang berkeliaran…

Teman Sungmin, yang baru kembali ke Korea selatan setelah dua tahun tinggal di luar negeri, berkata seperti itu saat pertama kali melihat suami Sungmin di pesta pernikahan Sungmin. Temannya teringat akan makhluk setengah manusia setengah kuda yang muncul dalam dongeng-dongeng Yunani. Suami Sungmin gagah dan tampan, juga memiliki otot seperti kuda. Sangat cocok.

Sungmin bangun terhuyung-huyung dari sofa, mengambil pakaian dalam dari lemari, lalu melangkah ke kamar mandi, bibi yang bekerja di rumahnya sudah pulang setelah menyiapkan makan malam. Sekarang, Sungmin sendirian di rumahnya yang besar. Ia duduk bersandar di samping bathtub dan menyelakan keran air. Suara air sangat bising. Rintihan tanpa suara juga… sangat bising.

Sungmin, yang memainkan air dengan tangannya yang lelah, tiba-tiba mengarahkan pandangannya ke cermin besar yang digantung di atas wastafel. Ada seorang perempuan di sana. Tubuhnya dipenuhi tanda kemerahan. Jari Sungmin menelusuri tanda itu dengan ragu-ragu.

Leher… ada sebuah tanda yang disebabkan oleh seseorang dengan sengaja, padahal leher Sungmin sangat kecil dan kurus.

Dada.. tanda berwarna keunguan yang terasa sakit sampai 'menusuk tulang'.

Sungmin masuk ke bathtub berisi air panas yang masih beruap setelah memakai shower cap.

"Ah!"

Kali ini ia lupa memasukkan busa sabun ke dalam air. Ia hanya bisa tersenyum lemas, lalu mengambil kontainer berisi gel buatan Prancis yang mahal. Ia membuka tutupnya dan menuangkannya ke dalam air panas.

Cuur. Pung. Pung.

Aroma memabukkan bunga yang hanya tumbuh di Himalaya ini memenuhi ruangan. Sungmin, yang sudah dimabukkan oleh aroma itu, keluar dari kenyataan yang menyakitkan, dan kembali ke peristiwa tiga tahun silam dengan tatapan menerawang.

.

.

.

Tiga tahun silam…

Flashback Start

"Hei, di sini!"

"Oppa."

"Bawa, kan?"

"Iya!"

Kakak lelaki Sungmin sangat pintar, tapi sering melupakan sesuatu, sehingga hari ini Sungmin harus mengantarkan amplop berisi dokumen ke kantornya. Saat itu adalah awal musim panas, pepohonan di kota besar yang diselimuti debu mulai mengeluarkan daunnya yang berwarna hijau sampai orang-orang berkata, "Ah, musim semi!"

"Sekarang sudah mulai panas, tapi terima kasih sudah datang. Mau minum yang segar-segar di kantor?"

"Oke."

Saat kakaknya mengajaknya ke kantor, Sungmin tidak berpikir apa-apa, hanya mengikutinya sambil bertingkah lucu.

Kenapa aku begitu? Kenapa? Sungmin bodoh.

"Bagaimana dengan pekerjaan Oppa? Setiap subuh Ibu selalu berdoa ke kuil, padahal kondisi pinggangnya sangat parah. Oppa, Ibu berbuat seperti itu untuk Oppa, jadi jangan sampai perusahaan ini hancur. Mengerti?"

"Iya, dasar. Kau lebih cerewet dari Ibu. Kau pikir Oppa siapa? Pasti berhasil. Usaha ini pasti sukses!"

"Huh, Oppa bisa menjadi seperti sekarang ini juga karena orang tua Oppa! Sukses atau tidak kan urusan nanti, yang penting sekarang Oppa harus giat bekerja."

"Hahaha… dasar, dasar."

"Hehehe."

Sungmin sudah pernah datang ke kantor kakaknya beberapa kali. Kantor kakaknya masih sama, mungil dan bersih. Tak ada satu pun karyawan perempuan di sana, padahal sudah hampir empat bulan berlalu sejak sang kakak bergabung bersama tiga atau empat temannya untuk memulai sebuah venture company. Sungmin, yang tidak sabar bertemu karyawan kakaknya yang semuanya adalah senior dan junior kakaknya, bertemu dengan orang itu untuk pertama kalinya. Seorang peria yang sedang duduk di sofa hitam yang tampak murah. Cho Kyuhyun.

"Pasti Anda sudah lama menunggu, Direktur Cho. Ini dokumen yang saya ceritakan. Adik saya baru saja mengantarkannya. Nah, Sungmin, beri salam. Direktur Cho Kyuhyun akan berinvestasi di sini. Ini Sungmin, adik saya. Dia mahasiswi tahun ketiga Universitas SM jurusan sculpture."

"Waaah, investor? Ibu pasti akan sangat senang mendengar berita ini. Aku Lee Sungmin. Terima kasih banyak. Pilihan Anda tepat. Oppa berencana membuat perusahaannya berhasil secara global…"

"Saya Cho Kyuhyun. Senang bertemu denganmu."

Sungmin ingin menunjukkan kebahagiannya karena akhirnya ada juga orang yang bersedia berinvestasi ke perusahaan kakaknya— ia juga ingin membangga-banggakan kakaknya. Namun,sebelum Sungmin sempat mengucapkan satu kalimat utuh, Kyuhyun memperkenalkan diri dan memberi salam dengan nada formal, sekaligus menghentikan celotehannya Sungmin.

Seharusnya Sungmin sadar saat itu.

Kyuhyun bukan orang yang mau berbicara atau mendengar hal-hal yang tidak penting. Walaupun Kyuhyun memotong Sungmin dengan tidak sopan, Sungmin tidak bisa menyalahkan ketidaksopanan Kyuhyun.

Karena Kyuhyun tampan.

Sepertinya karyawan yang lain sedang berada di luar, sehingga di kantor hanya ada kakaknya dan Kyuhyun yang sedang duduk berhadapan sambil membicarakan bisnis. Sungmin mengambil minuman kaleng dingin di kulkas kecil yang diletakkan di sudut kantor, ia lalu duduk di meja kakaknya, dan mulai chatting dengan teman kampusnya. Sebenarnya, ia sama sekali tidak menaruh perhatian pada apa yang teman-temannya bicarakan. Jantungnya berdebar kencang bak remaja yang sedang dalam masa puber saat mencuri pandang ke arah Kyuhyun dari balik komputernya.

Sungmin dan kakaknya sama-sama memiliki wajah mungil. Mereka memiliki kulit yang sama putihnya dan mata yang sama besarnya. Namun, kakak Sungmin memiliki kepala yang lebih besar dari kebanyakan lelaki lainnya, sedangkan Sungmin normal tentunya. Entah ada apa di dalam kepala besar milik kakaknya itu, tapi Sungmin yakin kalau kakaknya pintar adalah karena ukuran kepalanya itu. Terkadang, Sungmin juga ingin pintar seperti kakaknya.

Sungmin sebenarnya dari tadi diam-diam mencuri pandang ke arah Kyuhyun, tidak bisa menemukan satu pun 'kekurangan' pada Kyuhyun. Rambut ikal honey-nya tertata rapi, penampilannya menunjukkan bahwa ia bukan orang biasa. Satu-satunya hal di wajahnya yang memperlihatkan perasaannya, adalah garis keriput di antara kedua alis hitamnya yang hampir berbentuk lurus.

Aku terlalu terang-terangan melihat ia, ya?

Tiba-tiba Kyuhyun menoleh dan langsung melihat ke arah Sungmin. Wajah Sungmin langsung memerah karena malu. Orang berkulit putih memang sulit menyembunyikan perasaan mereka. Kyuhyun, yang melihat pipi Sungmin memerah seperti apel, tersenyum.

Ia tersenyum!

Sungmin menyembunyikan kepalanya di balik komputer, sibuk menahan tawa sendirian. Kyuhyun benar-benar terlihat menawan saat menambahkan senyuman di wajah stoicnya itu, yang biasanya bak roti tawar tanpa olesan apapun— kenapa aku jadi teringat makanan? Sungmin pun melirik kotak chat yang mana beberapa di antaranya menanyakan keberadaannya muncul di layar dengan tersusun rapi.

Sungmin~~~ dimana kau?

Kau, errooor~

Error? Behenti~ Minnie~~!

Keluar, Lee Sungmin!

Bukannya membalas, Sungmin malah sibuk mendinginkan pipinya yang panas dengan kedua tangannya. Sungmin akan tetap senang walau teman-temannya keluar dari layar komputer dan meledeknya jika melihat bagaimana pipinya memerah.

"Mau es batu?"

Hah?

Kapan ia datang? Kyuhyun duduk di tepi meja sambil menatapnya. Sungmin tidak menjawab, malah sibuk menoleh ke sana kemari untuk mencari kakaknya.

"Ketua tim Lee Yesung sedang ke stasiun kereta bawah tanah untuk fotokopi. Padahal, aku sudah memberi tahu dokumen-dokumen apa saja yang kubutuhkan hari ini…"

Melihat Kyuhyun yang tampak tidak menyukai ketidaksiapan Yesung, Sungmin berkata tanpa ekspresi kepada Kyuhyun.

"Oppa sangat pintar. Ia orang yang dapat merencanakan masa depan. Ia sangat pandai berbisnis. Ia juga ceria sehingga banyak orang yang menyukainya. Oppa memang memiliki beberapa kekurangan, tapi itu kan wajar. Kalau tidak, berarti nanti ia tidak menarik lagi, dong. Betul, kan?"

"Tidak menarik kalau tidak punya celah? Itu esensi dari perkataanmu, kan?"

"Apa? Iya… mungkin."

Biasanya, Sungmin bisa menjelaskan maksudnya dengan jelas dan tepat, tapi kata 'esensi' yang digunakan Kyuhyun terasa asing baginya. Sungmin adalah orang yang selalu di kelilingi tanah liat dan tumpukan marble—ia bahkan tidak pernah membaca 'Prinsip Politik Lee Geuk Chan'. Jadi, tentu saja ia tidak bisa berkata apa-apa saat Kyuhyun berbicara tentang esensi. Kyuhyun bukan tipe orang yang bisa sabar untuk duduk dan mendengar, atau membicarakan hal yang tidak beresensi, mereka berdua tidak cocok. Kenapa baru sekarang…

Sungmin bodoh. Sebentar lagi pasti ia akan mengajakmu makan malam bersama. Tolak. Jangan…

"Kau ada janji malam ini?"

Sungmin tentu tidak terkejut walaupun petir menyambar tepat di sampingnya. Pria ini bilang apa, sih? Apa aku salah dengar? Sungmin telah berlatih menggoda lelaki di sekitar rumahnya sebagai latihan pendewasaan diri, dan biasanya ia tidak pernah bersikap sebodoh ini, namun sepertinya ini bukanlah hari 'biasa'— ini adalah hari 'spesial'.

"Apa? Tidak. Aku tidak ada janji."

"Kalau begitu ayo makan malam bersama. Kau suka apa?"

Apa pria ini begitu yakin bahwa takkan ada yang menolak jika diajak makan dengannya? Cho Kyuhyun mencuri kesempatan dengan cara bicaranya yang sangat datar. Sungmin mengedip-ngedipkan mata, hendak mengatakan sesuatu.

"Makan malam bersama? Cuma berdua?"

"Berdua!"

Pria tampan itu mengajak makan malam bersama sambil tersenyum, seakan itu akan menjadi hal yang sangat menyenangkan, sehingga Sungmin tak bisa menolak dengan dingin dan berkata 'tidak bisa' atau 'tidak mau' kepadanya. Selain itu, ia merasa berutang pada Kyuhyun karena pria itu akan berinvestasi di perusahaan kakaknya. Mungkin tidak ada salahnya makan malam sekali dengannya.

"Anda masih sangat muda, tapi sudah menjadi direktur sebuah perusahaan. Kapan anda mulai berbisnis?"

Sungmin mengetahui bahwa Kyuhyun setahun lebih muda dari kakaknya, saat mereka menikmati masakan blowfish di daerah Shinsa-dong. Sungmin heran seorang pria yang berumur 27 tahun sudah menjadi pemimpin sebuah perusahaan—pastilah Kyuhyun membuka usaha sendiri seperti kakaknya. Namun, kyuhyun malah terlihat kaget saat mendengar pertanyaan itu, dan memandang Sungmin dengan penasaran.

"Katanya bisnisku dimulai sejak tahun 1962," Kyuhyun menjawab, sambil berpura-pura berpikir keras untuk mengingat-ingat tahun pendirian perusahaannya. Sementara Sungmin—karena tidak bisa berhitung—terlihat bingung. Perusahaan direktur muda ini sudah berusia 30 tahun lebih? Apa maksudnya, sih?

"Sungmin-sshi, apa Anda tidak membaca berita di Koran?"

"Iyaa. Aku tidak tahu kenapa orang-orang mau membaca Koran. Tidak ada gambar berwarna, tidak ada gambar lucu, yang ada hanya angka dan grafik."

Kyuhyun, yang sudah memperkirakan jawaban itu, hanya bisa tersenyum getir, sedangkan Sungmin masih meneruskan celotehannya tentang berita ekonomi di Koran yang 'tidak berguna'. Kenapa berita ekonomi menggunakan banyak istilah dalam bahasa inggris yang sulit… tidak banyak orang yang dapat mengerti seluruh isi berita… dan lain-lain.

"Sungmin-sshi pasti akan mengenalku kalau bersabar sedikit untuk membaca berita ekonomi selama empat hari."

"Benar?"

"Ehm, karena aku salah satu orang yang senang bermain di bagian itu."

Sungmin, yang sedang menikmati blowfish segar dipotong tipis-tipis sampai terasa meleleh di mulutnya, tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Kyuhyun.

"Benar Anda sering masuk Koran?"

"Kadang juga di TV."

"Berita ekonomi?"

Kyuhyung mengangguk. Sungmin harus mengakui bahwa orang di depannya adalah sosok yang luar biasa.

Sejujurnya, Sungmin hanya membaca artikel gosip artis dan jadwal acara TV di Koran. Ia bahkan tidak pernah menonton berita TV. Ia sudah cukup sibuk belajar dan mengerjakan tugas, hingga waktu 24 jam terasa kurang baginya.

"Apakah Anda generasi kedua keluarga konglomerat?"

"Yah, bisa dikatakan begitu."

"Aduh! Berarti aku pasti terlihat menyedihkan sekali, deh. Masa aku tidak mengenal orang seterkenal Anda."

"Haha. Tidak apa, kok. Aku Cuma merasa sedikit sedih."

"Sedih?"

"Biasanya, aku tidak pernah menceritakan diriku sedetail ini kepada orang lain. Aku berusaha lebih keras dari biasanya, tapi ternyata reaksi Sungmin-sshi tidak terlalu hangat, aku jadi sedih."

Orang yang mendengar perkataan Kyuhyun pasti akan merasa bersalah, apalagi Kyuhyun mengatakannya dengan penuh kerendahan hati.

Sungmin mulai memandang pria di depannya dengan perasaan baru. Ia sepantaran dengan Oppa, tapi kenapa ia sangat berbeda dengan Yesung-Oppa? Sosok Kyuhyun sekarang benar-benar terlihat berbeda.

"Anda banyak mempunyai teman wanita, ya?"

Sungmin bertanya seperti itu, karena berdasarkan pengalamannya, pria hebat pasti sudah ada yang punya.

"Teman? Aku tidak berteman dengan perempuan. Apa Sungmin-sshi punya banyak teman lelaki, ya?"

Oooh. Kenapa percikkan apinya malah melayang ke arahku?

"Tentu saja aku punya banyak teman!"

Sebenarnya Sungmin memang memiliki banyak teman lelaki. Mulai dari teman lelaki di tempat les seninya saat ia SMP, teman SMA, teman di organisasi kampus, sampai teman yang ditemuinya di acara kencan buta. Namun sayang, hanya sedikit yang berlanjut menjadi hubungan serius.

Sungmin menceritakan semuanya kepada Kyuhyun, yang hanya bisa tercengang mendengar kecepatan Sungmin berbicara. Sejak itulah, Kyuhyun mulai meledek Sungmin itu cerewet. Mereka masih belum tahu bagaimana ke depannya, tapi yang pasti reaksi Kyuhyun saat itu sangat bersahabat.

"Aku iri kepada Ketua Tim Lee."

"Yesung-Oppa? Kenapa?"

Terlalu tiba-tiba. Kyuhyun berkata dengan mulutnya sendiri bahwa ia generasi kedua keluarga konglomerat, wajah tampannya bisa memutar balikkan dunia, tapi kenapa ia iri pada Oppaku?

"Ia takkan pernah bosan karena ada adik cantik yang berceloteh terus di sampingnya."

"Huh, Direktur Cho, Anda tidak punya adik?"

Ia takkan berkata begitu kalau ia punya adik. Haah, Oppa malah sering mengusir adiknya ini, karena ia bilang telinganya sakit mendengar celotehanku. Tunggu, tadi ia bilang aku cantik? Orang ini?

Sungmin terbelalak setelah mendengar pujian tidak terduga itu, dan terus menatap Kyuhyun. Kyuhyun lalu mengatakan sesuatu yang membuat mata Sungmin makan terbelalak.

"Sepertinya tidak apa kalau kita bicara lebih santai. Tadi kulihat kau juga bicara dengan sangat santai pada kakakmu."

Oppa memang lebih tua delapan tahun dariku, tapi kami kan memiliki hubungan darah. Sedangkan orang ini hanya orang asing.

"Direktur Cho boleh kok bicara lebih santai padaku. Aku kan lebih muda."

Sungmin tidak menganggap perkataannya ini sebagai sebuah penolakan—ia berpikir, sudah sewajarnya ia memperlakukan Kyuhyun dengan sopan. Tapi dari sisi Kyuhyun, ini terdengar sebagai sebuah penolakan. Timbul satu kerutan vertikal baru di tengah dahi Kyuhyun.

.o.

"Terima kasih karena sudah membelikan makan malam yang enak."

Sungmin mengucapkan terima kasih dan memberi salam dengan sopan saat mereka keluar dari restoran. Sungmin membungkukkan badan dengan dalam, karena ia menganggap Cho Kyuhyun rekan yang sangat penting bagi bisnis kakaknya.

Sampai saat itu, Sungmin masih menganggap pria ini sebagai rekan kakaknya, bukan seorang pria tampan. Namun, pikiran itu segera berubah dalam waktu kurang dari setengah jam.

"Mau kutraktir minum teh? Tidak apa, kan? Kalau sibuk…"

"Walaupun sibuk, aku harus tetap pergi untuk minum teh yang dibelikan Sungmin-sshi."

Sungmin memang menawarkan lebih dulu, tapi sebenarnya ia hanya ingin mengikuti saran kakaknya. Setidaknya kau harus membelikannya teh kalau makan bersamanya. Itu baru namanya sopan. Namun, kakaknya juga menyuruh Sungmin untuk tidak terlalu mendesak, karena Direktur Cho adalah orang yang sibuk.

Jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan dengan hati-hati.

Peringatan dari Yesung-Oppa juga melintas di kepala Sungmin. Ia bertanya-tanya apakah caranya mengajak Kyuhyun sudah tepat. Sepertinya tidak ada yang aneh. Masih belum.

"Aku mau pesan lemonade. Direktur Cho, di bagian belakang menu ada alkohol dan cocktail, jadi silakan pilih sesuka Anda. Aku yang traktir, kok."

"Lemonade di sini enak? Aku tidak bisa minum alkohol, jadi aku pesan lemonade saja."

Di luar perkiraan.

Sungmin mengira, orang dengan badan yang berotot seperti Kyuhyun pasti suka minum. Tipe pria keren yang senang menikmati ketenangan sambil minum alkohol sendirian. Kyuhyun adalah pria yang terlihat seperti itu, tapi ternyata ia tidak bisa minum.

Entah mengapa, lemonade hari ini tidak terlalu enak. Namun, Kyuhyun tetap terlihat elegan saat memegang gelas lemonade itu dan menyeruputnya perlahan, seperti sedang meminum minuman beralkohol dari Skotlandia.

Kenapa tangan pria bisa secantik ini?

Pujian itu keluar dengan sendirinya saat Sungmin melihat tangan Kyuhyun yang sedang memegang gelas lemonade. Tangan Kyuhyun memang besar dan terlihat kuat seperti tangan kebanyakan pria, tapi tidak ada kerutan kasar di sana, bahkan kukunya terlihat sangat bersih dan rapi. Singkatnya, jarinya yang panjang dan tangannya yang lembut pasti dapat menarik perhatian semua orang. Tangan orang yang hidup bak bangsawan yang tidak mengenal kesulitan.

"Tangan Anda sangat indah."

Sepertinya pujian tulus dari Sungmin terdengar seperti aku makhluk luar angkasa di telinga Kyuhyun, karena Kyuhyun hanya bisa memandangi Sungmin saat mendengarnya.

"Aku serius, kok. Begini-begini, aku mahasiswi jurusan seni, lho. Kemampuan mengobservasiku dapat di andalkan."

"Ah, begitu, ya."

Begitu, ya? Apanya? Apanya yang 'begitu, ya'? Tangannya yang indah? Atau kemampuan mengobservasiku yang bagus karena aku mahasiswi jurusan seni?

Ketidakjelasan jawaban Kyuhyun malah menambah ketertarikan Sungmin padanya. Apalagi, semua jawaban yang dilontarkan oleh Kyuhyun selama makan malam selalu seperti itu: "benar", "begitu, ya", "iya", dan lain-lain. Sepertinya jawaban membingungkan itu membuat Sungmin semakin memperhatikan perkataan dan sikapnya. Mungkin memang begitulah cara Kyuhyun berbicara, atau mungkin Kyuhyun memang tidak pedulian.

Sungmin juga tak dapat melupakan begitu saja kejadian sebelumnya. Sungmin menceritakan semua hal tentang dirinya saat makan dan minum lemonade bersama, tapi Kyuhyun sendiri hampir tidak bercerita apa-apa. Sungmin terus berkicau sendirian, tapi anehnya, ia merasa mereka berdua sudah berbagi cerita yang cukup panjang.

Senyum tipis Kyuhyun kadang terlihat, tatapan matanya antusias saat mendengar cerita Sungmin. Selain itu, kerutan di ujung mata Kyuhyun membuat matanya yang kuat menjadi lebih lembut saat tersenyum.

Berbincang-bincang tidak harus selalu mengeluarkan suara, kan? Bagi Sungmin, dapat menghabiskan waktu bersama Kyuhyun sudah lebih dari sebuah perbincangan yang panjang. Dengan kata lain, Cho Kyuhyun sudah mencuri hati Sungmin.

Untungnya, bukan hati Sungmin yang sudah tercuri, karena saat Kyuhyun mengantarkan Sungmin sampai ke depan rumahnya, laki-laki itu mengatakan sesuatu kepada Sungmin.

"Kau ada waktu hari Jumat?"

"Lusa?"

Tugas kuliah yang harus dikumpulkan sampai selasa minggu depan sudah menumpuk di depan mata, tapi skala prioritas di hati Sungmin mulai goyah.

Makan malam paling hanya dua jam, perjalanan ke kantor Oppa paling lama makan satu jam. Tidak apa kan, kalau menghabiskan waktu maksimal tiga jam dalam sehari?

Sungmin sudah menetapkan hati, tapi ia mengulur-ulur waktu dulu sebelum menjawab. Perempuan punya harga diri. Tidak boleh buru-buru… tidak boleh.

"Kau sibuk?"

"Iya."

"Sangat sibuk?"

"Ada tugas yang harus dikumpulkan. Sepertinya aku akan sangat sibuk sampai hari Selasa."

Aku kan tidak bohong, kenapa jadi kaku begini, ya? Apa aku seharusnya mengiakan saja?

Tidak ada penyesalan yang terlihat di wajah Kyuhyun. Laki-laki itu hampir berjalan menjauh saat Sungmin berkata dengan terburu-buru.

"Bagaimana kalau Rabu minggu depan?"

Lee Sungmin. Apa benar kau tadi perempuan yang bicara tentang harga diri? Dasar!

"Rabu. Hmm, bisa, kok. Berarti syaratnya berubah, ya?"

"Apa?"

"Orang yang mengajak harus mentraktir, lho. Benar, kan?"

Sepertinya tawar-menawar yang dilakukan dalam bisnis juga tidak lepas dari cara bercanda Cho Kyuhyun. Sungmin kesulitan menahan tawa karena ekspresi Kyuhyun yang tidak berubah dan tetap terlihat serius saat bercanda.

"Jangan mengharapkan makanan ratusan ribu won, ya."

Cho Kyuhyun sangat tampan. Ia terlihat memabukkan saat sedang tersenyum. Seperti sekarang. Tepat seperti saat ini. Ketampanannya saat tersenyum membuat orang kehilangan akal.

"Kalau begitu, sampai ketemu Rabu minggu depan."

Sungmin ingin memberikan salam perpisahan, tapi tiba-tiba semua terasa gelap, karena Kyuhyun yang berbadan yang lebih besar darinya menutupinya. Karena Kyuhyun mengecup keningnya.

"Cho Kyuhyun baru saja menandai Lee Sungmin. Aku akan menunggu datangnya Rabu minggu depan."

"Hah? Tanda?"

Kyuhyun pergi begitu saja meninggalkan Sungmin yang masih kebingungan karena kecupannya, dan melambaikan tangannya tinggi-tinggi kepada Sungmin.

Beberapa hari kemudian, Kyuhyun berkata bahwa ia hanya mengecup kening Sungmin karena takut mengagetkan Sungmin yang masih muda. Ia juga bilang, ia tahu Sungmin akan menjadi miliknya sejak pertama kali bertemu dengannya.

Janji makam malam selalu bertambah. Akhirnya, mereka selalu bertemu setiap akhir pekan—Kyuhyun sering mengunjungi rumah Sungmin, dan tanpa disadari, Sungmin telah menjadi tunangan seorang Cho Kyuhyun.

End of Flashback

Present Time…

Sungmin hanya bisa menghela napas panjang saat mengingat kembali perasaan memabukkan itu. Kenapa bisa seperti itu? Suaminya memang selalu seperti itu. Kyuhyun takkan peduli pada perasaan orang lain jika sudah menetapkan hati. Mana mungkin seorang gadis muda dapat menghadapi lelaki yang jatuh hati pada pandangan pertama dan mendekati gadis tersebut dengan agresif? Jujur saja, tidak. Sang gadis seketika akan terhipnotis oleh lelaki itu. Gadis itu mengira akan hidup bahagia.

Sungmin bersandar, menggambar bathtub yang terbuat dari marmer itu dengan air. Keseharian monoton yang membosankan terus berlalu. Sungmin menyandarkan kepalanya di lengannya yang ia letakkan di pinggiran bathtub.

"Brrrrr…"

Sungmin menggertakkan bibirnya bak sedang mengejek dirinya sendiri. Ia takut tinggal di rumah besar ini sendirian. Kapan suaminya itu pulang? Sebenarnya Sungmin takut jika Kyuhyun ada di rumah, tapi ia juga tidak suka kalau Kyuhyun tidak ada. Walaupun Kyuhyun tidak banyak bicara dan tidak pengertian, Sungmin berharap ia dapat bersandar kepada Kyuhyun saat ini.

"Kyuhyun… Cepat pulang."

Kepulangan Kyuhyun tidak akan membawa keceriaan, tapi Sungmin takut sendirian dan merasa sesak berada di rumah yang sepi. Sungmin masih ingat bahwa Kyuhyun marah saat meneleponnya, dan ia hanya bisa berharap Kyuhyun bukan orang yang memendam dendam. Saat ini, Sungmin lupa tangannya selalu bergetar jika berada di samping Kyuhyun.

Tanpa disadari, Sungmin tertidur karena air bathtub yang hangat. Ia terlelap beberapa jam dengan posisi tidak nyaman.

TBC/END?

Halo, semuanya, ini pertama kalinya bagi saya mem-publish fanfiction di fandom ini. Salam kenal...

Bagi yang pernah membaca novel aslinya, pasti tahu dimana saja saya mengubahnya, menurut saya memang harus disesuaikan. Oke, apa kalian mau fanfic ini berlanjut atau tidak? Katakan itu melalui review.

-Serina

Word(s): 3,597