Hunkai Sekai

Happy Family

Sehun baru sadar. Sebuah suara menginterupsinya untuk segera bangun. Bukan,itu bukan suara alarmnya. Bukan juga suara ayam yang berkokok di pagi hari. Ia melirik jam sebentar. Ini masih jam 3 pagi. Oh ayolah bahkan ia baru pulang bekerja jam 12 malam. Suara itu terus terdengar. Semakin kencang bahkan. Ia menutup telinganya dengan bantal.

"Oeekk… oeeekk…"

Suaranya makin kencang. Sebenarnya anak siapa itu. Sehun membalikkan tubuhnya ke samping dimana seorang namja manis sedang tidur dengan pulasnya. Melihat wajah istrinya yang sedang tidur membuatnya tidak tega. Yah begini-begini Sehun juga masih punya perasaan. Dengan setengah sadar ia bangkit dari kasurnya.

"Ya Hunjong appa datang."

Sehun akhirnya berjalan menuju kamar di sebelahnya dan menggendong bayi itu, mencoba untuk menenangkannya.

"Jangan menangis lagi. Appa baru saja tidur 3 jam baby."ucap Sehun lalu duduk di sofa dan tanpa sadar tertidur sambil menggendong Hunjong.

Sinar matahari menerobos masuk sebuah jendela kamar bernuansa biru muda. Seorang namja tengah tertidur di atas sofa panjang berwarna putih di kamar itu. Ia masih terlelap disana dan tak menyadari bahwa anak di pangkuannya semalam sudah tidak ada.

"Tuan Oh sampai kapan kau mau tidur?"

Teriakan seseorang memecahkan ketenangan di kamar itu, lebih tepatnya ketenangan namja yang masih terlelap itu. Sehun mengerjap-ngerjapkan matanya. Demi Tuhan jika itu bukan suara istrinya,ia akan melempar pemilik suara itu dengan benda berat terdekat.

"Ya ya aku bangun."

Sehun sama sekali tidak bergerak dari tempatnya.

"Sehun bangunlah. Kau bisa terlambat ke kantor. Kau taukan kau harus memberi contoh yang baik sebagai direktur. Kau jangan sampai terlambat. Kau ada rapat kan hari ini?" oceh istrinya di pagi hari.

Namja manis itu mengguncang-guncangkan tubuh Sehun hingga Sehun terbangun. Sehun menatap protes namja di sampingnya namun namja manis itu tak menghiraukan tatapannya dan beranjak membereskan kamar. Sehun ingat betul bahwa ia baru saja tidur pukul 4:30 pagi. Selalu seperti ini. Rasanya sudah sangat lama ia kurang tidur. Sejak kapan ia begini? Sehun berpikir sejenak sambil melihat istrinya yang membereskan kamar.

"Jongin…."panggil Sehun pada istrinya.

Jongin mengerutkan keningnya. Mengapa Sehun tak memanggilnya dengan sebutan chagi atau apalah panggilan kesayangan untuknya. Tumben sekali.

"Ada apa Sehun?"

"Berapa umur Hunjong?"

Jongin menatap suaminya heran. "Setahun lebih. Memangnya ada apa?"

Sehun mendengus pelan. "Tak apa lupakan." Ia berjalan mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sehun menikmati tehnya di pagi hari. Ia duduk santai di ruang keluarga. Tiba-tiba Sehun tertarik untuk menyalakan televisi di depannya. Ia seperti sudah lama tidak melihat acara-acara music kesukaannya dulu. Ayolah Sehun belum terlalu tua meskipun sudah punya anak dan istri. Sehun masih 24 tahun. Ia juga masih ingin menikmati music disela-sela kesibukannya. Rock adalah music favoritnya. Jari-jarinya bergerak menekan-nekan tombol remote. Mencari acara yang tepat, dan saat ia baru saja menemukan acara favoritnya dulu tiba-tiba sebuah tangan menyambar remote yang di genggamnya. Sehun melihat Jongin yang mengganti channelnya menjadi acara khusus untuk bayi. Keningnya dikerutkan.

"Aku sedang ingin melihat acara yang tadi."

Sehun seperti anak sekolah dasar yang sedang merajuk. Namun perbedaannya terletak pada nada Sehun bicara yang dibuat sedikit tenang. Sebenarnya dia sedang menahan amarahnya. Anggap saja dia remaja yang masih kekanakan dan suka marah tak jelas pada hal kecil.

"Tapi Hunjong sangat senang dengan acara ini. Kau mau berebut acara televisi dengannya? Lihatlah Sehun kau sudah besar dan anakmu masih bayi."

Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya. Sehun menghela nafas lagi mencoba menghilangkan moodnya yang menjadi buruk. Sebenarnya sudah sejak tadi mood Sehun buruk, atau mungkin tanpa ia sadari setiap pagi moodnya menjadi buruk. Dia lebih memilih diam saja sekarang walaupun wajahnya masih ditekuk.

"Bukankah Hunjong sedang mandi?" Sehun melirik ke arah kamar mandi yang pintunya terbuka.

"Ya. Tapi dia akan senang jika mandi dengan mendengarkan lagu ini. Kau tidak tau kan? Sebaiknya kau meluangkan waktu untuk keluarga sesekali."

Meluangkan waktu untuk keluarga? Setiap pagi saja dia sudah dibuat pusing apalagi dia berada di rumah seharian. Mungkin dia langsung dirawat di rumah sakit setelah itu. Setiap hari minggu pun Sehun jarang berada di rumah, ia biasa bermain golf dengan rekan bisnisnya atau kalau tidak mereka akan pergi ke rumah orang tuanya atau mertuanya, dan saat disana tentu saja Sehun lebih memilih berbincang dengan ayahnya atau mertuanya.

Sekarang Sehun meluangkan waktunya untuk merenung saja walaupun lagu-lagu bayi mengalun kencang diantaranya. Ia berpikir lagi,sejak kapan ia begini? Bahkan sejak kapan Jonginnya jadi cerewet seperti itu? Seingatnya Jongin adalah sosok yang kurang peka dan kurang peduli pada lingkungannya. Sebenarnya itu dulu saat mereka belum menikah. Tapi sekarang? Sepertinya semua ini membuat Sehun sedikit jenuh dan stres. Bagaimana tidak? Jika ia mengulang kejadian dalam sehari ia dapat melihat waktu tidurnya yang hampir tidak ada dan omelan Jongin setiap harinya belum lagi tangisan Hunjong. Sehun melihat kearah cermin. Ia sedikit kaget karna wajahnya yang tampak lebih tua. Mungkin benar,ia stress dan ia kehilangan sedikit masa mudanya. Harusnya di umur Sehun sekarang ia sedang giat belajar atau bekerja dan mungkin masih berhura-hura dengan teman-temannya.

"Sehun sarapan sudah siap"

Lamunannya hilang seketika. Sehun berjalan lesu menuju meja makan.

"Ada apa denganmu? Akhir-akhir ini kau sedikit aneh." Jongin menatap Sehun yang memasang wajah malas sedari tadi.

"Hmm. Aku tidak apa."jawab Sehun ringan.

"Katakan saja jika kau ada masalah."

Sehun mencengkeram sendok di tangannya untuk meredam moodnya yang sedang buruk. Kau tau apa masalahnya? Tentu saja masalahnya terletak pada hidupnya sekarang! Sehun seperti ingin berteriak namun ia mendengus pelan. Sebenarnya ia sedikit sebal dengan istrinya yang tak berhenti mengomel sedari tadi.

"Sudah ku bilang aku tidak apa-apa kan."

Jongin menarik nafas dalam. Memberi jeda sebelum kembali berkata-kata.

"Baiklah kalau begitu aku yang memiliki masalah sekarang. Kau tau? Aku selalu menunggumu pulang hingga larut. Tidak bisakah kau pulang lebih cepat? Aku juga selalu memasak untukmu,aku tidak mau kau makan di luar. Dan kau lihat ini kantung mataku sudah seperti ini karna aku….."

"Kring… kring…. Kring…."

Suara telephone menginterupsi kata-kata Jongin. Sehun yang memang sudah jengah menoleh ke arah telephone hendak mengangkatnya namun Jongin mencegahnya.

"Dengarkan aku dulu! Jangan pedulikan telfonnya. Aku hanya ingin kau lebih…."

Dan begitulah seterusnya Jongin berucap panjang lebar disertai dengan suara dering telephone yang tidak berhenti juga. Sehun tidak tau harus mendengar yang mana karna semua tampak samar di telinganya. Dahinya berkerut menahan amarah dan semakin mencengkeram sendok digenggamannya. Ia benar-benar pusing sekarang. Semua seperti berputar-putar dan akhirnya…..

"Braaak"

Jongin terkejut dengan yang dilakukan Sehun.

"Sudah selesai bicara? Kalau sudah aku pergi." Sehun berdiri dan meninggalkan Jongin yang masih mematung ditempatnya.

TBC