A/n: I know I've made a big fault. But I do not have place to publish this fiction in Indonesian, so yeah.

Disclaimer: I own the plot. I do not own the characters, they belong to their own management and parents.


Summer Additional Learning

by

Oh Yeonmi


Aku tidak tahu bagaimana aku bisa setuju untuk berakhir seperti ini, di ruangan kelasku sendiri bersama Kai dan seorang pembimbing laki-laki dari kelas unggulan. Kalau bukan karena ibuku, aku akan menolak perintah dari sekolah untuk melakukan program seperti ini di saat seharusnya aku bersantai di rumah. Kudengar si pembimbing berambut merah marun yang baru datang ke kelas berdeham keras, mungkin dia batuk?

"Do Kyungsoo dan Kim Jongin?" Dia bertanya sambil merapikan letak kacamata bulatnya.

"Iya," ucap Kai dengan antusiasnya. Mengingat ia yang memaksa wali kelas agar memasukkan ia ke program belajar tambahan di musim panas ini. Dia memang nerd yang aneh. Aku hanya mengangguk malas sambil mengecek ponselku. Kulihat ada chat baru dari Sehun yang memamerkan foto dirinya dengan Luhan di pantai di daerah Mokpo. Seharusnya aku berada di sana sekarang bersama yang lain! Aku segera membalas chat-nya dengan rengekan karena tidak bisa datang ke sana.

Aku merasakan perasaan tidak enak, seperti ada yang menatapku. Aku melihat Kai yang sedang menatap papan tulis, mungkin si pembimbing itu sedang menuliskan sesuatu. Aku lanjutkan bercengkrama dengan Sehun di aplikasi chatting. Aku mendengar langkah sepatu mendekat kearahku, lalu kulihat sepasang sepatu disampingku. Kulihat sampai ke atas dengan perlahan, kemudian terlihat wajah si pembimbing itu melototiku dan menyilangkan tangan di dadanya.

"Berikan ponselmu." Paksanya setelah menadahkan tangannya kepadaku.

"Tidak." Jawabku dengan pasti. Ini ponselku, ya ini hakku, dong. Pelototannya makin membesar dan mau tidak mau, aku pun menjadi ngeri melihatnya.

"Berikan!"

"Tidak mau."

Dan sebuah tangan mengambil paksa ponselku dari tangan kiriku. Aku rebut ponselku kembali dari tangan kanannya. Dia ambil kembali ponselku dengan kedua tangannya dan aku tidak mau kalah, jadi aku menarik ponselku dari pegangannya.

"Berikan atau aku adukan kamu kepada ibumu." Suara tegas itu terasa menggelegar di telingaku dan membuatku terkejut. Membuatku tidak sengaja melepaskan peganganku terhadap ponselku. Aku menatapnya dengan syok.

"Bagus. You are a good boy, Do Kyungsoo," si pembimbing itu mengacak-acak rambutku. Aku masih memasang wajah syokku. Ia terlihat berkutat sebentar dengan ponselku dan kulihat ponselku mati. 'Oh, crap.'

"Saya akan menyita ponsel ini, Tuan Do. Saat jam belajar sudah selesai, saya akan mengembalikan ponsel ini." Ia menyimpan ponselku di dalam kantung baju seragamnya. Rasanya ingin berteriak seperti orang gila, itu barang paling berharga yang kumiliki.

"Baik, sekarang kita mulai pelajaran untuk hari ini, Matematika."

Apa?

Bersambung…