Disclaimer: Anime serta Manga Naruto adalah milik Masashi Kishimoto
Warning: Mengandung Gender Bender, Semi-Au, Time Travel, Miss Typoo, dll
!Author Notes!
Halo para pembaca yang saya hormati! Terimakasih banyak sudah mau menunggu dengan sabar chapter terbaru dari To The Past!
Tidak terasa fanfic ini sudah ada selama 3 tahun—sudah 1 tahun saya menulis ulang cerita ini dan saya merasa saya mengambil keputusan yang tepat, terimakasih banyak untuk para pembaca yang sudah selalu menemani saya sejalannya cerita ini di buat.
Oke, dari pada saya mulai curhat panjang lebar yang mungkin tidak di baca, seperti biasa saya ingin memberi tahu bahwa yang akan mendapatkan ending adalah: Sasuke, Gaara, Kakashi, Itachi, dan Kurama—oh! Dan ada tambahan lagi! Satu orang baru yang akan mendapatkan ending!
Siapakah dia? Ra-Ha-si-a! hahahha, selamat menikmati chapter terbaru To The Past!
(3 Hari sebelum kekacauan)
Namanya ada Han (tanpa nama belakang), ia adalah Jinchuriki dari sang kuda berkepala lumba-lumba berekor lima yang bernama Kokuo.
Dulu ia tinggal di sebuah gua terpencil di Iwagakure, memisahkan diri dari desa yang ia benci—atau lebih tepatnya ia membenci umat manusia, tanpa terkecuali. Roshi? Ia bukan lagi manusia semenjak ia menjadi Jinchuriki karena mari jujur: Jinchuriki tidak lagi bisa di anggap manusia, mereka adalah tumbal untuk menjadi wadah Biiju.
Namun sekarang ia mulai merubah pikirannya, semuanya berkat seorang pemuda berkulit gelap yang mengajak dirinya untuk bekerja sama—untuk berkumpul dengan sesamanya.
Maklum saja ia terkejut, selain karena sang pemuda bertingkah terlalu kekanak-kanakan untuk pemuda seumurannya, namun hubungannya dengan sang kerbau berekor delapan yang di segel di tubuhnya lebih mengejutkan lagi.
Namun pada akhirnya, Han memutuskan untuk mengikuti keinginan sang pemuda yang bernama Bee, selain karena ia penasaran dengan sesamanya, ia juga penasaran dengan sang kuda berkepala lumba-lumba yang di segel di dalam tubuhnya; apakah ia akan bisa memiliki hubungan yang sama dengan sang kuda seperti Bee dengan sang kerbau?
Sepertinya ya, selain sikapnya yang mirip dengan sang kuda: penyendiri, pendiam, dan lebih menyukai tempat yang sepi, sang kuda juga tidak sekejam ataupun sekeras kepala Kurama atau Shukaku, jadi tidak lama setelah ia menerima tawaran Bee; sang kuda akhirnya memperkenalkan dirinya dan memberi tahu namanya.
Kini ia dan Kokuo memiliki hubungan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, walaupun ia akui kedekatannya dengan Kokuo masih belum bisa mengalahkan Bee dan Gyuki maupun Naruto dan Kurama.
Han membuka matanya dan memeriksa sekelilingnya, ia sedang berada di gua dekat perbatasan Iwagakure, bermeditasi sendirian—seharusnya, namun ia bisa merasakan keberadaan seseorang yang sedang bersembunyi di balik bayangan gua.
"Jangan merasa terancam, aku bukan musuhmu" Seorang laki-laki berambut hitam panjang keluar dari balik bayangan gua, ia mengenakan jubah hitam panjang dengan motif awan berwarna merah, manik hitamnya menatap kosong dirinya.
Han diam saja, namun setelah memperhatikan sang pemuda baik-baik ia menaikkan sebelah alisnya "Uchiha…"
Sang pemuda bersurai hitam mengangguk, ia berjalan dengan perlahan ke dekatnya namun ia berhenti di saat seluruh tubuhnya sudah keluar dari balik bayangan, memberikan jarak aman di antara dirinya dan Han; ia tidak ingin membuat Han merasa tidak nyaman atau terancam "Aku datang ke sini… untuk menanyakan sesuatu"
Han diam saja, ia membetulkan posisi duduknya sebelum melipat kedua tangannya di depan dadanya, menunggu sang pemuda Uchiha berbicara.
"Aku memiliki sebuah ingatan—yang aku yakin bukan milikku, di ingatan tersebut aku bisa melihat dirimu… atau lebih tepatnya sang kuda berkepala lumba-lumba adalah satu-satunya Biiju yang bisa memberontak saat ingin di kendalikan" Itachi, sang Uchiha, berbicara dengan perlahan, mencoba menyusun kata-katanya menjadi semudah mungkin di mengerti oleh Han karena ia tahu; Han tidak memiliki ingatan mengenai masa depan "Apakah kau tahu mengapa? Atau munkin kau bisa menanyakannya kepada sang kuda…"
'…Kokuo?' Han melirik sang kuda yang berada di sampingnya (dalam alam bawah sadarnya), sang kuda terlihat sedang berfikir.
"Sejujurnya, aku sendiri tidak tahu…" Kokuo menggunakan tubuh Han untuk berbicara langsung dengan Itachi, manik biru mudanya melirik ke kiri; ia mencoba mengingat "Memangnya kenapa?"
Itachi menghela nafas pendek, ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan jawabannya semudah itu namun ia tidak bisa tidak merasa kecewa "Kau seharusnya sedang berada dalam pengaruh sharingan, dan seekor Biiju yang tidak memiliki wadah tidak memiliki cara untuk membebaskan diri dari pengaruh sharingan"
"Yang benar adalah: Bijju yang tidak memiliki wadah tidak bisa membebaskan diri, namun begitu juga Jinchuriki yang tidak bekerja sama dengan Biiju yang ada di dalam tubuh mereka" Kokuo menggeleng dengan pelan, ia bisa merasakan Han sedang menatap bingung dirinya 'Ya, kau dan aku memang tidak memiliki hubungan yang cukup baik waktu itu, namun setidaknya hubungan kita lebih baik dari pada Jinchurki lainnya yang tidak bekerja sama dengan Biiju mereka'
"Namun pada saat itu Han sudah tiada, hanya ada tubuhnya saja yang di bangkitkan kembali menggunakan edo tensei" Itachi mengingat-ingat mimpinya beberapa hari yang lalu, ia bisa dengan jelas melihat tanda-tanda bahwa Han yang ada di ingatannya adalah mayat hidup.
Kokuo terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Itachi, namun tiba-tiba saja ia mengingat sesuatu "Ayah…"
"Hm?" Itachi menaikkan sebelah alisnya dan menatap Han (Kokuo yang mengendalikan tubuh Han.
"Mungkin ini ada hubungan dengan ayahku, sang sage of the six path" Kokuo menatap dinding gua, seperti sedang mengingat sesuatu "Aku…"
"Kokuo" Hagoromo berjalan dengan perlahan mendekat ke arah sang kuda berkepala lumba-lumba yang sedang menyendiri di ujung alam bawah sadarnya "Mengapa kau sangat suka menyendiri"
Kokuo yang pada saat itu masih kecil memutar tubuhnya, kelima ekornya ia lipat sehingga menyelubungi seluruh tubuhnya "Aku tidak suka keributan… atau keramaian…"
"Apakah kau tidak kesepian?" Hagoromo tersenyum kecil melihat Kokuo menggeleng, ia membelai salah satu ekor milik Kokuo sebelum ia mengeluarkan tongkatnya "Kalau memang itu kemauanmu… untuk menyendiri…"
"Aku tidak terlalu ingat, namun ayah memberikanku sesuautu… atau melakukan sesuatu" Kokuo menggeleng dengan pelan sebelum ia meninggalkan tubuh Han dan kembali ke alam bawah sadar sang pemuda jangkung, merasa tidak nyaman membicarakan ayahnya yang sudah tiada.
Han terdiam, ini adalah kali pertamanya ia melihat Kokuo mau berbicara dengan seseorang secara langsung atau meminjam tubuhnya, namun mengingat topik pembicaraan mereka yang menyangkut pencipta sekaligus ayahnya, namun Han mengerti bahwa Kokuo juga sebenarnya tidak terlalu suka membicarakan ayahnya, kemungkinan besar karena sang kuda berkepala lumba-lumba merindukan sosok sang pencipta, seperti seorang anak yang merindukan ayahnya.
"Mengapa kau tiba-tiba ingin tahu…" Mencoba mencairkan suasana, Han memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.
Itachi tidak langsung menjawab, ia menyenderkan tubuhnya ke sebuah batu yang ada di sampingnya, ia terlihat sedang berfikir keras mengenai jawaban Kokuo.
"Mengapa aku memiliki ingatan ini…"
"Hm?"
"Mengapa aku memiliki ingatan masa depan"
Han terdiam, apa yang di katakan oleh Itachi ada benarnya, bagai mana bisa ia memiliki ingatan masa depan?
"Aku bukanlah seorang Jinchuriki seperti Bee dan Naruto, aku juga tidak memiliki Rinnegan seperti Nagato" Itachi sebenarnya sudah di buat bingung semenjak ia tiba-tiba saja memiliki ingatan masa depan, apa yang membuat dirinya memiliki ingatan masa depan? Mengapa bukan adiknya saja yang (menurut mimpi yang ia dapatkan) merupakan reinkarnasi dari Indra? Mengapa bukan Madara yang juga merupakan reinkarnasi dari indra? Mengapa dirinya?
"Sepupu Naruto juga seharusnya tidak memiliki ingatan masa depan, karena yang aku dengar dari Naruto: mata tersebut bukanlah miliknya, melainkan milik Madara" Han mengetahuinya dari Kokuo, sang kuda berkepala lumba-lumba sudah menceritakan apa saja yang akan terjadi di masa depan (seingat Kokuo) "Mungkin kau harus menemui Naruto secara langsung dan bertanya kepadanya…"
Ide yang bagus menurut Itachi, terakhir kali ia bertemu dengan Naruto; ia tidak sempat berbagi informasi panjang lebar karena mereka sedang di kejar waktu dengan kedatangan Sasuke dan Jiraiya.
Itachi hanya bisa berharap Kisame tidak akan keberatan bila ia meminta partnernya melanjutkan misi tanpa dirinya.
(2 Hari sebelum kekacauan)
Bee melipat kedua tangannya di depan dadanya, manik miliknya yang di tutupi oleh kaca mata hitam bergerak secara perlahan dari Fuu ke Yugito yang merupakan rekan kerjanya untuk sementara "Kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik tidak?"
Yugito memutar bola matanya, ia tidak menyukai tuduhan rekan Jinchurikinya yang berkulit gelap, terutama mengingat bahwa Bee lah yang seharusnya menjawab pertanyaan tersebut "Jangan meremehkan aku, selama Fuu tidak semenyebalkan dan seberisik dirimu: aku bisa berkerja dengan baik"
"Iya, aku setuju-ssu, selama Yugito tidak semenyebalkan dirimu, Fuu bisa bekerja sama dengan Yugito-san!" Fuu bertolak pinggang, ia juga terlihat tidak menyukai tuduhan Bee.
"Ouch… kalian kejam sekali yo!" Bee berpura-pura tersinggung, ia meletakkan sebelah tangannya di dadanya dan berlagak seperti dadanya habis di tusuk oleh jarum, namun kedua perempuan yang ada di depannya terlihat tidak perduli, begitu juga dengan monster berekor yang di segel di dalam keduanya, bahkan Gyuki juga tidak perduli.
"Sudah, tidak usah basa-basi, cukup beritahu kami apa yang harus kami lakukan" Yugito mendecak kesal, mulai merasa kesal dengan sifat tidak jelas Bee, sekarang ia tahu apa rasanya menjadi Gyuki yang harus bersabar dengan sifat wadahnya, membuat dirinya merasa simpatik dengan sang kerbau berekor delapan dan Matatabi merasa beruntung bahwa ia di segel di dalam tubuh Yugito.
"Heh, baiklah: ini tugas pertama kalian berdua" Bee menyeringai, ia mengeluarkan sebuah gulungan dari kantung celananya dan melemparnya ke Yugito yang di tangkap dengan mudah oleh sang wadah dari Matatabi "Isi gulungan tersebut adalah informasi palsu mengenai kita—para Jinchuriki, kalian di tugaskan untuk membuat seakan-akan informasi tersebut berasal dari Orochimaru—atau lebih baiknya lagi bila informasi tersebut jatuh ke tangan sang ular"
"Kambing hitam lagi?" Fuu tersenyum, ia adalah salah satu Jinchuriki yang ikut serta dalam menjalankan misi kambing hitam sebelumnya, ia tidak keberatan melakukannya lagi karena misi tersebut sangatlah menyenangkan—kecuali di saat ia harus menyamar dan menunggu.
"Tidak, hanya menanamkan informasi palsu, baka yarou" Bee menyeringai, ia juga sebenarnya menyukai misi mereka yang sebelumnya, selain ia bisa bertemu dengan Naruto; ia juga bisa menikmati pemandian air panas di Konoha, bisa di bilang misi tersebut sudah seperti sebuah hiburan untuknya.
"Itu saja? Mudah sekali" Yugito tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, misi pertamanya sebagai seorang Jinchuriki sangatlah membosankan dan ia merutuki nasibnya yang tidak sempat berpartisipasi dalam misi sebelumnya.
"Aku akan pergi ke Sunagakure untuk menemui wadah dari Shukaku sebelum ia pergi ke Konoha untuk menandatangani kerja sama antara Suna dan Konoha" Bee membalik tubuhnya sebelum pergi meninggalkan kedua rekan Jinchurikinya untuk melaksanakan tugasnya.
"Ayo kita bekerja sama-ssu!" Fuu tersenyum lebar ke arah rekan sementaranya, ia melompat-lompat senang sebelum berjalan duluan yang di ikuti oleh Yugito.
Di waktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda, dua orang tengah berbicara di sebuah gua yang gelap dan pengap.
"Ini hanya perasaanku saja atau Pain berubah?" Zetsu mengerutkan keningnya, akhir-akhir ini ia sering melihat sang pemuda bersurai merah bertingkah lebih waspada dari biasanya—ia bahkan hampir mengira bahwa Pain (Nagato) mulai menjauh dari dirinya.
Lawan bicaranya, sang pemuda bertopeng spiral, terdiam, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dan menyenderkan tubuhnya ke dinding gua yang ada di belakangnya, manik hitam yang bisa terlihat dari balik lubang topengnya melirik pintu keluar gua "…Aku tidak mendeteksi keanehan di dalam Pain… namun Itachilah yang aku khawatirkan"
Sang pemuda setengah tanaman (?) menatap bingung temannya "Itachi? Ada apa lagi dengan dirinya? Bukannya Kisame bilang ia hanya… paranoid?"
Sang pemuda bertopeng mendecak kesal, manik hitam kelam di balik topengnya berkedut beberapa kali karena perasaan tidak suka yang muncul di saat ia mengingat sang pemuda bersurai hitam panjang yang sedang menjalankan misi untuk mencari tahu informasi mengenai wadah dari ekor empat "Karena itulah aku khawatir, ia jadi semakin rajin mengumpulkan informasi dan jutsu untuk Sasuke…"
Zetsu terdiam, ia tahu bahwa rekannya yang satu ini memiliki rencana tersendiri untuk sang adik dari Itachi dan ia juga memiliki rencana tersendiri dengan pemuda yang ada di depannya, namun sang pemuda bertopeng tidak mengetahuinya, karena ia bekerja bukan untuk pemuda yang ada di depannya, ia hanya menggunakan sang pemuda bertopeng, sama seperti Madara.
"Dan terlebih lagi Kisame… informasi yang ia berikan sedikit kurang lengkap… menurutku" Tobi mendecak kesal, ia tahu bahwa Kisame tidak mungkin berbohong atau menghianati dirinya, namun entah mengapa ia punya perasaan tidak enak mengenai sang pemuda serba biru dengan rekan satu kelompoknya, terutama di saat ia melihat bahwa keduanya semakin dekat dan terlihat lebih bersahabat dari sebelumnya; ia bahkan sempat melihat Kisame membawakan obat untuk sang Uchiha, ia takut Kisame bersimpatik dengan Itachi dan mencoba menyelamatkan sang pemuda bersurai hitam.
Ia tahu sifat Kisame, sang pemuda setengah hiu sangatlah loyal dan menjunjung tinggi kejujuran, Tobi bahkan bisa membayangkan bahwa Kisame rela mati demi menjaga rahasianya dan informasi mengenai rencana mereka.
Namun karena sifat tersebutlah ia jadi sedikit khawatir, apa yang terjadi bila ada seseorang yang bisa berhasil memenangkan loyalitasnya?
Karena sejujurnya, ia sendiri pernah berbohong kepada sang pemuda serba biru, sesuatu yang sangat di benci oleh Kisame dan ia harus berhati-hati agar sang pemuda bersurai biru tidak mengetahuinya.
"Untuk sekarang, kau lebih baik fokuskan dirimu dengan memperhatikan gerak-gerik Itachi, bukan Pain" Tobi melambaikan tangannya, seperti mengusir Zetsu untuk menjalankan perintahnya, sebelum berjalan meninggalkan gua untuk bertemu secara langsung dengan Nagato, ia yakin sang pemuda bersurai merah sedang berada di markas "Biar aku yang urus soal Pain"
Zatsu mengangguk dan mulai menghilang seperti di serap oleh tanah untuk menjalankan tugasnya.
Tobi berjalan secara perlahan ke ruangan milik sang pemuda bersurai merah di dalam gua tersebut, namun ia langsung berjalan sambil melompat-lompat girang di saat ia melihat seorang pemuda bersurai putih keluar dari ruangannya yang mau tidak mau harus Tobi lewati untuk sampai ke ruangan sang ketua.
"Hidan-senpai~ selamat pagi" suara yang keluar dari mulutnya langsung berbeda seratus persen di saat ia berbicara dengan Zetsu.
"Ugh, tidak usah teriak teriak" Hidan mengerang dengan keras, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sehingga membuat rambutnya yang berantakan menjadi lebih berantakan, jelas sekali ia baru saja bangun.
"Senpai baru bangun? Inikan sudah siang!" Tobi melompat-lompat dengan girang, seperti ia baru saja memakan makanan dengan kadar gula yang berlebihan.
"KAU TADI BILANG SELAMAT PAGI! JADI MASIH PAGI!" Hidan yang memang memiliki kesabaran setipis kertas akhirnya tidak tahan dan berteriak, sebelum ia memijat kepalanya "Pagi-pagi kepalaku sudah sakit, Jashin-sama… apakah salahku"
"Ini juga salah mimpi sialan itu" Hidan mendumal pelan sebelum berjalan ke arah sebaliknya dari Tobi sambil terus menggerutu mengenai 'mimpi buruk' yang ia dapatkan dan mempertanyakan kesalahannya kepada tuhannya.
"Dadah senpai~" Tobi melambai dengan antusias yang di balas dengan umpatan oleh sang pemuda bersurai putih yang menyuruhnya mati tertindih batu berukuran jumbo.
Tobi kembali melanjutkan perjalanannya ke ruangan milik Nagato, namun kali ini sambil melompat-lompat dan bersenandung kecil, membuat pemilik ruangan yang ia lewati protes.
(1 hari sebelum kekacauan)
"Gaara, Apakah kau sudah siap? Kita sudah mau berangkat" Suara seorang perempuan terdengar dari balik pintu keluar sang pemilik kamar yang di panggil.
"Tunggu sebentar, aku akan turun kalau sudah siap" Gaara menjawab panggilan kakaknya, ia menunggu suara tapak kaki kakaknya menghilang sebelum ia kembali mengalihkan perhatiannya ke arah orang yang ada di sampingnya "Tadi kau ingin mengatakan apa?"
Sang pemuda bersurai krem menyeringai, ia berhenti menulis dan menyimpan buku notesnya kembali ke dalam kantung celananya "Hanya ingin memberitahu dirimu mengenai rencana selanjutnya"
Gaara mengangguk, namun maniknya bergerak secara perlahan untuk mengecek kembali penampilan lawan bicaranya yang menurutnya cukup unik, sama dengan sifat sang pemuda berkulit coklat gelap tersebut.
Ini adalah kali pertamanya Gaara bertemu dengan Jinchuriki selain Naruto dan ia tidak tahu mau berfikir apa melihat betapa uniknya pemuda yang ada di depannya. Sejujurnya ia sedikit tidak percaya bahwa pemuda yang ada di depannya ini adalah Jinchuriki dari sang kerbau berekor delapan, biiju terkuat nomor dua setelah sang rubah (Ia langsung menghapus apa yang ia katakan sebelum Shukaku bisa mendengarnya, sang tanuki bisa marah nanti) dan masih memiliki sifat yang sangat kekanak-kanakan, seperti anak kecil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa.
Terlebih lagi di saat ia di beri tahu bahwa Bee adalah adik dari Raikage.
Dunia ini memang penuh dengan berbagai macam orang dan Gaara mulai merasa bahwa ia tidak sendirian, ia bukanlah satu-satunya yang unik dalam berbagai macam arti.
"Kau akan pergi ke Konoha bukan? Berarti kau akan bertemu lagi dengan Naruto" Mendengar nama sang gadis bersurai kuning di sebut oleh Bee, Gaara langsung terdiam seribu bahasa dan bahkan mendadak jadi sangat kaku—dan kalau Bee tidak salah lihat; Gaara terlihat… gugup.
"…Ya…" Gaara menjawab dengan pelan, hampir terdengar seperti bisikan yang untung saja bisa Bee dengar.
"Ia akan menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang harus kau lakukan selanjutnya, gunakan kesempatan itu untuk bertukar informasi, baka yarou!" Bee berjalan meninggalkan Gaara dan melompat keluar dari jendela yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi, namun ia sempat melambai "Good Luck"
Gaara tidak bergerak sama sekali, otaknya masih bekerja untuk memproses nama temannya (Ia merasa sangat senang untuk bisa memanggil sang gadis sebagai temannya).
'Oi! Sampai kapan kau mau melamun hah?! Bangun!' Suara Shukaku membangunkan Gaara dan karena kaget, sang pemuda bersurai merah bahkan melompat dan mencoba mencari asal suara sebelum menyadari siapa yang baru saja berbicara.
'Ah… maaf' Gaara menggeleng dengan pelan sebelum mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya untuk menemui kakaknya dan berangkat bersama. Jujur, ia sebenarnya belum terbiasa dengan sang tanuki berbicara dengan normal kepada dirinya, bukan dalam bentuk cemo'ohan atau keinginan membunuh, walau di sisi lain ia merasa cukup senang karena berkat sang tanuki tidak lagi ada keinginan untuk kabur dari tubuhnya (dengan alasan yang ia sendiri tidak terlalu mengerti) ia bisa tidur di malam hari atau bahkan tidur siang.
Shukaku mendengus, ia menonton dengan bosan wadahnya berbicara dengan saudara-saudaranya sebelum ketiga berangkat sama-sama.
Sejujurnya Shukaku sedang tidak mood untuk bertemu dengan Kurama, ia masih tidak rela menerima kenyataan bahwa sang rubah baru saja menyelamatkan nyawanya—dan wadahnya secara tidak langsung dengan memberikan dirinya ingatan masa depan.
Menurut Informasi yang sempat Kurama berikan, hanya ia sajalah yang membutuhkan ingatan masa depan karena ia terlalu keras kepala dan tidak akan mau menerima alasan apapun dan kemungkinan dirinya akan memberi bantuan kepada wadahnya sangat lah kecil.
Walaupun ia kesal, Shukaku tidak bisa membantah apa yang Kurama katakan, ia tidak akan membantu wadahnya walau di bujuk sebagai manapun, ia akui ia memang sangat keras kepala.
Karena ia memiliki ingatan masa depan; Shukaku jadi mulai berfikir mengenai wadahnya sekarang.
Wadahnya yang kini kembali menjadi manusia berumur tiga belas tahun, wadahnya yang belum menjabat sebagai Kazekage dan masih di takuti oleh penduduk desa, wadahnya yang belum pernah merasakan ikut perang.
'Ada apa?' Gaara yang menyadari dirinya sedang di perhatikan oleh sang tanuki kebingungan, ia memang tidak bisa melihat secara langsung sang tanuki karena hubungannya dengan Shukaku belum sebaik Bee ataupun Naruto; namun terkadang perasaan dan emosi sang tanuki bisa masuk ke dalam pikirannya.
'Sesampainya kau di Konoha nanti, jangan lupa meminta wadah dari Kurama untuk membetulkan segel milikmu' Merasa belum bisa berbagi pendapatan atau membicarakan sesuatu yang… personal, Shukaku tidak memberi tahu apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan 'Memang benar kau bisa kembali tidur namun terkadang kau tidak sengaja menarik diriku keluar, kalau aku tidak berhati-hati yang ada aku tidak sengaja akan tertarik'
Gaara mengangguk, menyetujui usulan sang tanuki karena selain ia bisa tidur dengan lebih tenang, usulan Shukaku bisa membuat dirinya… menghabiskan waktu lebih lama dengan sang gadis bersurai kuning yang merupakan wadah dari Kurama. Ia tidak sempat berbicara panjang lebar dengan sang gadis sebelumnya dan ia ingin menggunakan kesempatan untuk bisa ke Konoha untuk memenuhi keinginannya.
Shukaku memicingkan matanya dan menatap curiga wadahnya, tentu saja ia merasakan—dan bisa membaca isi pikiran wadahnya, ia juga menyadari reaksi Gaara setiap kali ia mendengar nama wadah dari Kurama 'Aku mendeteksi niat terselubung di dalam dirimu'
Gaara langsung batuk-batuk karena tersedak ludahnya sendiri mendengar apa yang Shukaku katakan, membuat kedua kakaknya menatap khawatir dan bingung dirinya sebelum ia menggeleng dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Shukaku jadi semakin curiga, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dan mendecak kesal, ia tidak tahu mengapa wadahnya bereaksi seperti itu dan ia penasaran, terutama karena ini menyangkut wadah dari Kurama, kakaknya yang (Sejujurnya) masih tidak terlalu ia sukai.
(2 Jam sebelum kekacauan)
Naruto merenggangkan tubuhnya, ia menguap sebentar sebelum bangun dari tempat tidurnya dan mematikan alarm jamnya yang masih bordering. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul tujuh pagi sebelum mengusap matanya.
Dengan perlahan Naruto berjalan ke arah lemari pakaiannya dan mengambil pakaian baru dan handuk untuk pergi mandi.
Entah mengapa atau hanya perasaannya saja, namun Naruto merasa sangat kosong dan apartmentnya sangat sepi, tidak ada suara lain selain langkah kakinya dan nyanyian alam, ia tidak bisa mendengar sapaan di pagi hari dari kedua pengawalnya.
Berfikir keduanya sedang pergi sebentar, Naruto tidak terlalu khawatir karena nanti juga keduanya muncul secara tiba-tiba.
Naruto masuk ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dan mulai menggosok giginya, manik biru cerahnya menatap pantulan kaca yang memperlihatkan dirinya. Ia terlihat kelelahan dan bahkan Naruto bisa melihat kantung mata menghiasi wajahnya, ini hanya perasaannya atau ia merasa sangat kelelahan hari ini? lebih lelah dari biasa atau seharusnya.
Kemarin ia memang melakukan latihan yang cukup keras dengan Jiraiya sebelum sang pertapa katak pergi keluar Konoha untuk mencari informasi sebentar, namun biasanya ia langsung merasa baikan keesokan harinya karena ia memang mempunyai stamina yang tinggi.
Namun entah mengapa tubuhnya terasa sedikit sakit dan ia masih merasa kelelahan sekarang, bahkan seusai mandi ia masih merasa kelelahan dan tidak sesegar biasanya.
Naruto menggeleng dengan pelan dan mencoba fokus, ia membuat ramen instan untuk sarapan namun ia tidak menyentuh ramennya sama sekali, ia hanya duduk di kursi dan menatap kosong sarapannya, ia tidak ada nafsu makan sama sekali.
Ada apa ini?
'Kurama, kau sudah bangun? Entah mengapa aku merasa tidak enak badan…' Naruto menghela nafas pendek, ia menggeleng dengan pelan, ia mencoba menanyakan keadaan tubuhnya dengan sang rubah berekor sembilan.
Tidak ada balasan.
'…Kurama?' Naruto menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mendengar balasan apapun dari sang rubah, bahkan tidak ada erangan kesal dari sang rubah kalau ia belum bangun dan merasa terganggu.
Hening.
Mendadak, detak jantung Naruto berdetak lebih cepat, pelan-pelan perasaan khawatir dan takut mulai muncul 'Kurama? Kau masih tidur?'
Masih tidak ada balasan.
Naruto langsung membetulkan posisi duduknya dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam alam bawah sadarnya untuk menemui sang rubah berekor sembilan.
"Kurama?"
Hanya kekosongan yang menyapanya di alam bawah sadarnya.
To Be Continue
(Omake)
A Peek To The Future! (Kurama's route)
Naruto menghela nafas pendek, ia membetulkan posisi duduknya sebelum pelan-pelan membuka matanya.
Pemandangan yang menyapanya adalah kegelapan—kekosongan, seperti ia sedang berada di ruang hampa dan hanya ada warna hitam sepanjang mata memandang, ia mengerjapkan matanya beberapa kali namun pemandangan yang ada di depannya masih tetap kekosongan.
Hingga akhirnya ia mencoba bergerak dan menyadari bahwa ia sedang bersender di sebuah benda—atau lebih tepatnya mahluk hidup? Karena ia bisa merasakan bahwa 'dinding' yang sedang ia sender adalah perut seekor rubah berukuran jumbo yang memiliki sembilan buah ekor… atau yang biasa ia panggil Kurama.
Naruto tertawa pelan, tentu saja pemandangan yang ada di depannya adalah kekosongan, ia sedang berada di alam bawah sadarnya.
"Apa yang lucu…" Mendengar suara bariton sang rubah membuat Naruto terdiam sebentar sebelum sebuah senyuman kecil terlukis di wajahnya, sang rubah kini sedang menatap bingung dirinya dan kalau saja ia sedang menjadi manusia maka ia sedang menaikkan sebelah alisnya.
"Hanya kaget, di saat aku membuka mataku, yang menyapaku adalah kegelapan" Naruto menggeser tubuhnya hingga ia berada di dekat kepala Kurama yang sedang sang rubah rebahkan di tanah karena sang rubah sedang duduk melingkari dirinya "Sebelum akhirnya sadar bahwa aku sedang berada di alam bawah sadarku"
Kurama berkedip beberapa kali sebelum menghela nafas pendek, ia menggerakkan satu ekornya agar bisa Naruto gunakan seperti selimut, manik merah darah miliknya menatap lekat-lekat Naruto sebelum ia berbisik dengan pelan "Sudah lama kau tidak mengunjungi aku secara langsung"
Naruto tertawa pelan, tangannya bergerak untuk mengelus moncong Kurama, senyuman yang terlukis di wajahnya tidak pernah menghilang "Benarkah? Padahal kita baru saja menghabiskan waktu bersama seharian penuh dua hari yang lalu"
Kurama mendecak kesal, ia membuang mukanya "Diriku yang sebenarnya"
Senyuman yang terlukis di wajah Naruto berubah dari senyum manis menjadi senyum jahil, mengerti apa maksud dari yang sang rubah katakan, membuat Kurama semakin kesal dan mengerang pelan.
"Ooh… jadi itu toh" Naruto menyeringai sebelum ia menarik moncong Kurama agar sang rubah merebahkan kepalanya di pangkuannya dan lalu memberikan kecupan di sisi mulut Kurama "Kau cuma harus bilang saja padaku~"
Kurama mengerang pelan bukan karena ia marah namun karena ia merasa malu, namun ia langsung memberikan tatapan tajam sebelum membalas kecupan Naruto dengan menjilat pipi sang gadis—namun karena ukurannya yang jumbo maka alhasil ia menjilat seluruh wajah sang gadis, membuat Naruto tertawa.
Naruto memeluk dengan erat moncong Kurama sebelum ia menyenderkan kepalanya di tubuh Kurama dan menutup mulutnya, ia berniat membetulkan posisi tubuhnya namun mendadak ia mengerang pelan dan memegang perutnya yang terasa sakit mendadak.
"Ugh… di tendang lagi…" Naruto meringis karena kesakitan, ia melepaskan pelukannya terhadap moncong Kurama dan kini kedua tangannya melingkari perutnya.
"Heh, tidak bisa diam seperti dirimu" Kurama menyeringai, ia menggosokkan mocongnya ke perut Naruto sebelum ia merasakan sebuah pergerakkan dari dalammnya, membuat seringaian di mulutnya melebar.
Naruto cemberut mendengarnya, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dan menatap Kurama dengan pandangan kesal "Salah siapa coba?"
Kurama tertawa mendengar tuduhan sang gadis, sebelah tangannya bergerak dengan perlahan untuk menyenggol perut Naruto dengan satu jarinya "Kalau kau tidak mau dari awal ya kau tinggal bilang saja, kau sendiri yang ingin bukan?"
Naruto menjulurkan lidahnya, merasa kesal karena tidak bisa membantah tuduhan sang rubah.
Kurama terkekeh melihat sifat sang gadis yang masih kekanak-kanakan padahal sudah dewasa, ia menggerakkan jarinya untuk menusuk dengan pelan pipi Naruto sebelum mengacak-acak surai kuning sang gadis .
"Kau harus tanggung jawab" Mendadak Naruto malah berbicara secara random, membuat Kurama tertawa dengan keras.
"Kau kira kita sudah bersama berapa lama hah?" Kurama melirik sebuah kalung berwarna hijau yang tergantung di leher sang gadis sebelum manik merah darahnya bergerak secara perlahan ke tangan sang gadis—atau lebih tepatnya cincin yang melingkari jari sang gadis.
"…Oke, kau menang" Naruto mendecak kesal, sebelum ia menghela nafas pendek lalu membelai moncong Kurama.
"Dasar suami yang menyebalkan… dan menggemaskan"
A Peek To The Future! (?'s route)
Namaku adalah Uzumaki Naruto.
Dulu aku adalah laki-laki berumur 17 tahun yang terbunuh di saat peperangan dan akhirnya di hidupkan kembali ke masalalu dengan sedikit perbedaan bahwa aku kini adalah perempuan.
Aku tengah mencuci pakaian, di mulai dari memisahkan yang mana pakaian berwarna dengan yang mana pakaian berwarna putih polos, walau pada kenyataannya pakaian berwarna putih yang aku atau kekasihku kenakan sangatlah sedikit dan bisa di hitung jari; aku lebih suka mengenakan pakaian berwarna orange sedangkan kekasihku lebih menyukai warna biru.
Aku membalik tubuhku di saat aku sedang berjalan ke ruangan untuk mencuci dengan keranjang berisi pakaian kotor yang sudah di pisahkan dan tersenyum sebelum tertawa melihat seseorang dari pintu geser yang terbuka lebar dan memperlihatkan taman belakang "Apa yang kau lakukan"
Aku tertawa melihat kelakuan unik kekasihku sebelum sebuah ide muncul di kepalaku, aku meletakkan keranjang berisi pakaian kotor yang tadi sedang aku bawa sebelum berlari dan melompat tepat ke arahnya.
Ia kaget bukan main namun refleksnya bergerak dengan sangat cepat sehingga ia berhasil menangkap diriku sebelum tubuhku membentur dirinya dan bisa berakhir dengan aku dan dirinya terjatuh dengan tidak elegan.
Namun sepertinya ia melupakan sesuatu, yaitu bahwa di belakangnya terdapat kolam berenang plastic berukuran cukup besar yang baru ia pasang dan sudah penuh dengan air.
Ia tidak sengaja menyenggol kolam berenang tersebut dan mulai kehilangan keseimbangannya, ia mencoba mempertahankan keseimbangannya namun aku dengan sengaja memeluk dirinya dan mendorong tubuhnya hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah kolam berenang di belakangnya.
BYUR.
Kami berdua akhirnya jatuh ke dalam kolam renang tersebut, dengan diriku berada di atas tubuh kekasihku yang berusaha melindungiku agar tidak ikut-ikut membentur lantai kolam renang.
"Hahahahahahahah" Aku tertawa dengan keras sebelum berguling untuk turun dari atas tubuhnya, kedua tanganku memeluk perutku yang terasa sakit karena tertawa terlalu keras sambil menghindari air yang akan bisa saja masuk ke dalam mulutku dan membuat aku tersedak.
Aku melirik kekasihku, ia tidak bergerak sama sekali, dalam keadaan wajah di dalam air dan terbalik, seperti orang yang tenggelam dan sudah tidak bernafas sama sekali.
"Hei, aku tahu kau jatuh dalam keadaan menghadap keluar air, kau menahan tubuhku tahu" Aku memutar bola mataku dengan bosan namun ia tidak bergerak sama sekali "Hei, aku tahu kau tidak akan mati hanya karena jatuh dan menahan tubuhku"
Tidak ada balasan.
"Heei" Aku akhirnya mengalah, dengan setengah tidak rela aku mendekat ke arahnya dan menarik lengan pakaiannya namun tidak ada respon "Hei, kau ngambek—WAAAH"
Tiba-tiba saja ia bangun dan menarik tubuhku ke pelukannya, ia membenamkan wajahku dengan paksa ke dada bidangnya.
"UUGHHH! Hei hei! He-hentikaaan" Aku mencoba memberontak sebelum memukul dirinya, namun aku tersenyum dan akhirnya tertawa sambil mencoba melepaskan diriku dari dekapan mautnya.
"…Kalian berdua sedang apa…" Sebuah suara membuat kami berdua menghentikan aktivitas (?) kami dan menoleh ke asal suara untuk menemukan Sasuke sedang menatap bingung kami berdua.
"Berenang" Jawabku dengan singkat, padat, dan tidak jelas yang di lanjutkan dengan anggukan dari kekasihku.
"…Kalian berdua ini… ingat umur…" Sasuke menggeleng dengan pelan, sebelah tangannya yang tidak ia gunakan untuk memegang barang bawaan ia pertemukan dengan wajahnya, sepertinya ia sudah terbiasa dengan sifat random kami dan ia tidak menyukainya.
Aku tertawa sebelum pelan-pelan bangun dari posisiku yang menimpa kekasihku, aku memeras air yang membasahi rambutku sebelum menggulung kaus yang sedang aku gunakan untuk mengeringkan pakaianku.
Tiba-tiba saja kekasihku sudah berdiri di samping diriku, menyembunyikan diriku dari pandangan sang Uchiha.
"Hei, kau kira aku orang mesum yang ingin mencuri kekasihmu?" Sasuke tersinggung sebelum ia melihat tatapan mata kekasihku bergerak dari barang bawaan sang Uchiha yang sedang ia pegang sebelum kembali ke dirinya "Hei, ia sahabatku; harusnya aku yang melindungi dirinya dari dirimu"
Aku tertawa sebelum masuk kembali ke rumah untuk melanjutkan mencuci pakaian dan mengeringkan tubuhku "Jangan lama-lama berantemnya, nanti kau masuk angin! Dan kau ingin minum apa Teme? Biar aku buatkan"
Aku terkekeh pelan mendengar keduanya terlalu sibuk berantem untuk mendengar apa yang baru saja aku katakan.
Sepertinya hari ini akan ramai seperti biasa, tipikal kesaharianku semenjak aku menerima permintaan kekasihku untuk menjadi miliknya dengan sebuah cincin yang melingkar di jariku sebagai buktinya.
!Review Reply!
Icatisa: Mereka berdua memang memiliki agenda tersendiri, namun masih tidak di ketahui niat asli mereka sebenarnya baik atau tidak… namanya juga hantu, sulit di tebak. Silakan membaca Author notes chapter 8 untuk keterangan lebih lanjut dan bisa di baca Author notes di chapter ini dan sebelumnya.
Uzumaki Nugroho: Terimakasih sudah mau bersabar menunggu dan terimakasih juga atas dukungannya.
chaa namikaze: saya juga pegal menulis… duduk di depan computer dan meja di penuhi catatan dan tugas… Hahaha *miris* terimakasih banyak atas dukungannya.
Jasmine DaisynoYuki: Hmm yang pasti yang mengamati sudah seperti seorang stalker hahahhaha. Mereka berdua memang yang paling banyak menyimpan rahasia ya…
Xxx.M.A. : Beruntunglah anda… menjadi perempuan tidaklah mudah, mari berdoa anda tidak menerima nasib seperti Naruto yang kelaminnya berubah… hahahhaha.
sharutonamikaze: Who knows, mereka dari awal memang punya agenda tersendiri.
TsukiNoChandra: …waduh, kok bisa ketahuan… itu dapat ide pas tidak sengaja lagi menonton video iklan lama Indonesia karena pekerjaan… hahahahha, lebih tepatnya campuran dari iklan itu dengan iklan mie instan… hahahahha.
KazuIzumi: Terimakasih banyak, saya senang mendengar anda menyukainya.
ed,edogawa: Saya belum tentu lebih tua dari anda jadi di panggil kakak… hahahha.
boku wa megitsune: Sayangnya saya tidak memiliki akun lain selain di sini, pernah membuat aku Wattpad namun hanya untuk menjadi pembaca saja.
Guest (1): Untuk yang Gaara ada di chapter 21.
Rini: Terimakasih atas pujiannya, saya akan update kalau saya punya waktu luang dan ide.
ambdrus: Mungkin? Atau mungkin hanya Indra yang paranoid.
KMF-FARA: Terimakasih banyak sudah repot-repot mau membuat akun untuk me-review.
AySNfc3: Entahlah, belum di bahas soal itu. Entahlah, Naruto belum sempat bertemu dengan yang lain untuk diskusi lagi. Kalau soal itu coba di ingat lagi, sebelum penyerangan Konoha, apa yang sedang mereka berdua lakukan.
Park RinHyun-Uchiha: Wah wah, anda niat sekali hingga marathon… hahahha. Terimakasih banyak atas pujiannya dan saya senang anda menyukai cerita ini. keduanya memang punya agenda tersendiri. Terimakasih sekali lagi atas pujian dan dukungannya.
Kaila wu: Antara kepanasan atau ada hal lain yang menyebabkan dia memerah.
Guest (3): Terimakasih banyak atas pujiannya.
Fujoshi Desu xD: Sayangnya soal lagu saya lebih menyukai mendengarkan lagu yang berisik seperti Electro Swing, EDM, dan Dubstep. Yang biasa saya dengar di saat menulis adalah lagu dari akun youtube bernama Monster Cat, namun untuk chapter ini saya menulis sambil menonton Kiev Major dan menonton teman main Dota (jadi coach dan mendengar teriakan serta pembicaraan mereka yang sering kali menjadi inspirasi untuk membuat Omake… terutama di saat mereka mulai berantem… hahahha). Untuk lagu OST Naruto yang biasa saya dengarkan adalah New Song dan GO. Aah, saya lumayan suka namun saya lebih suka lagu yang… berisik dan bertema rock untuk mengusir kantuk di saat menulis.
Rakun-kun: Hm? Saya tidak menemukan tulisan bahwa Gaara di berikan ingatan masa depan di chapter manapun…
ra eun: Mungkin karena anda tidak terlalu menyukai cerita yang serius, who knows, namun Omake bukanlah prioritas saya jadi mohon maaf bila tidak semua Omake bisa di bilang bagus…
Tamaniosama: Andai saya punya waktu dan tenaga yang cukup untuk melakukannya… Hahaha, sayangnya saya punya kesibukan lain selain menulis.
Saya ingin minta maaf bila chapter ini terlihat… pendek, namun ini persiapan untuk masuk ke Arc baru…
Diingatkan sekali lagi, Omake tidak nyambung antara satu dengan yang lain (Untuk yang (Peek on the future)
Sekian dan terimakasih, sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Review Please