Disclaimer : Anime serta Manga Naruto adalah milik Masashi Kishimoto

Warning : mengandung GenderBender, Semi-AU, Time Travel, Mild Sakura Bashing, Miss Typoo, dll

Tambahan : Untuk penggemarnya Sakura saya minta maaf, soalnya saya enggak ada ide lain siapa yang bakal jadi "Semi-Antagonis"nya, dan kebetulan saya kurang suka Sakura.


!Author's Notes! (Opening)

Selamat pagi/siang/sore/malam reader (tergantung anda membaca fic ini kapan) saya kembali ke fandom ini lagi~

Setelah sekian lama "Hiatus" sayapun kembali di karenakan mendapat ide (menurut saya cemerlang)untuk membuat fic ini.

Dan sekarang saya juga merubah status dari "Hiatus" menjadi "Semi-Active"

Yasudah dari pada saya ngoceh enggak jelas dan memanjangkan "Author's Notes" ini langsung saja ke ceritanya, sampai jumpa di "Author's Notes" selanjutnya~


Naruto terpaku, lebih tepatnya ia membatu.

Ia merasakan ada cairan yang keluar dari perutnya bersamaan dengan rasa sakit yang luar biasa.

Tiadak, sepertinya cairan tadi tidak keluar dari perutnya, melainkan dari luka yang sangat dalam.

Naruto mengarahkan pandangannya ke perutnya, disana terlihat dengan jelas pedang yang menancap di perutnya, mari kita ralat : menembus perutnya dari belakang.

Darah mengalir dari mulutnya yang tertutup rapat, kehabisan kata-kata dan tidak dapat berteriak ataupun mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan bahwa ia sedang kesakitan.

Ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan, orang yang ada di depannya, gurunya, membelakkan matanya, sepertinya ia kaget bercampur marah.

Ia mengalihkan pandangannya lagi, kali ini kebelakang dan akhirnya menemukan siapa yang telah menusuknya dari belakang, dan ia tidak mempercayainya.

Di belakangnya bukanlah orang yang ia sedang lawan berberapa menit yang lalu, melainkan sahabat—munkin lebih, orang tersebut adalah cinta pertamanya, Haruno Sakura.

Naruto merasakan cairan keluar dari matanya, ia tidak tahu mau berkata apa—bahkan menanyai alasan mengapa sahabatnya ini menusuknya.

"Maaf Naruto, aku akan bergabung dengan Sasuke" Sungguh menyakitkan hati, di tengah-tengah peperangan, di hutan tempat mereka_Kakashi, Naruto, Hinata, dan Sakura_ sedang beristirahat, sahabatnya sendiri membunuhnya hanya karena ingin bergabung dengan lawan?

"NARUTOOOOOOOOOO!" Hinata berteriak histeris, apa maunya Sakura sebenarnya? Apakah ia tidak kasihan dengan Hinata yang baru saja kehilangan kakak sepupunya yang berberapa jam yang lalu gugur dalam peperangan demi melindungi orang yang sedang ia tusuk sekarang?

Naruto terdiam, pelan-pelan kesadarannya sudah mulai menghilang, ia mengerang pelan saat pedang yang tertusuk di perutnya di cabut dengan kasar, hal terakhir yang ia dengar adalah teriakan Hinata (lagi), suara Kakashi yang juga setengah berteriak, dan suara Kurama yang berteriak—mengaum bergema di telinganya.

Akhirnya kakinya tidak bisa lagi menahan berat badannya sendiri dan pelan-pelan tubuhnya jatuh ke tanah, ia sempat melirik ke arah Sakura, tiddak ada perasaan menyesal atau perasaan apapun yang biasa orang rasakan saat membunuh sahabatnya sendiri, yang ada hanyalah wajah dingin dan tidak peduli.

Kali ini kesadarannya benar-benar hilang, yang ia rasakan sekarang….. hanyalah perasaan terluka yang sangat dalam.


((Naruto POV))

Aku membuka mataku dengan cepat, akibatnya mataku langsung terasa perih karena cahaya yang cukup terang terlihat secara tiba-tiba.

"Cih, dasar wanita bangsat" aku mendengar suara Kurama, ia sepertinya sedang marah besar.

Aku bangkit dari posisiku yang tiduran di tanah—aku sendiri tidak tahu ini tanah atau bukan, rasanya sih seperti tiduran di tanah, tetapi mana ada tanah yang serata dan tidak 'berdebu' seperti yang ku tiduri ini.

Entah tanganku yang ku gunakan untuk menopang tubuhku kehilangan tenaganya, akibatnya tubuhku yang tadinya setengah terangkat dalam keadaan duduk (aku ingin duduk setidaknya, tidak enak berbaring seperti tadi) kali ini jatuh, mengembalikanku lagi ke posisi semula dan pastinya aka nada efek benturan.

Saat aku sudah bersiap untuk menerima rasa sakit di bagian belakang kepalaku karena terbentur 'lantai' aku malah merasakan sesuatu yang empuk.

Kini aku bersandar di tubuh Kurama, tubuhnya yang empuk dan hangat menjadi penyanggah tubuhku sehingga aku bisa duduk sambil bersandar.

"Aku…. Di mana?" Aku mencoba melihat sekelilingku, sejauh mata memandang hanya ada warna putih tetapi entah mengapa aku merasa familiar dengan tempat ini, seperti dejavu.

"Apakah kau lupa tempat ini? Kau bertemu 'teman-teman' senasibmu" senasib? Apa munkin—tempat ia bertemu dengan para monster berekor yang telah berhasil di segel dan tentu saja jinchurikinya?

"Tenang saja Naruto, kami akan menggunakan seluruh sisa kekuatan kami agar kamu bisa hidup kembali, kamu tidak boleh mati!" aku merasakan seseorang memelukku, saat aku mendongak yang kulihat adalah Yugito, jinchuriki dari Matatabi.

"Semoga perjalananmu di masa yang baru bisa berjalan dengan lancar" Yugito melepaskan pelukannya dan membelai pelan pipinku lalu berjalan menjauh dariku

Saat aku mengalihkan pandanganku ke belakang yugito, aku bisa melihat jinchuriki yang lainnya berdiri dan tersenyum ke arahku, aku membalas senyuman mereka dan akhirnya pandanganku mulai kabur, aku merasakan tubuh Kurama yang empuk dan bulunya yang halus menahan tubuhku dan membuat tubuhku terasa nyaman.

Tiba-tiba mataku terasa berat dan pelan-pelan menutup dengan sedirinya; membawaku ke alam mimpi.

Naruto POV End


"NARUTOO? KAMU DI MANA?" salah seorang ANBU meneriaki nama Naruto sambil mencoba mencari keberadaannya di hutan luar konoha, suasana yang cukup menakutkan dan gelap tidak di hiraukannya.

"Ck, kita kehilangan jejaknya!" partnernya menggerutu sambil terus mencari keberadaan Naruto, mereka berdua di tugaskan oleh Hokage untuk mencari Naruto yang menghilang dari rumahnya semenjak 1 hari yang lalu.

"Eh? Sepertinya ada orang di situ" mereka berdua berhenti dan menengok ke arah bayangan seseorang yang sedang berenang ke tepian sungai, saat mereka mengecek cakra milik bayangan tersebut mereka dengan cepat menghampirinya.

"Naruto?" saat mereka melihat lebih jelas wujud Naruto mereka langsung membatu dan bila saja mereka tidak menggunakan topeng maka kita bisa melihat bahwa mereka berdua sedang menganga lebar.

"Uuuh... dingin... jahat sekali, aku di buang ke sungai" Naruto memeluk tubuhnya yang basah kuyup, tubuhnya menggigil kedinginan dan ia tengah menahan keinginan untuk bersin.

"Kenapa?" Naruto memandang bingung ke dua ANBU di depannya yang membatu dan hanya diam saja.

"Kamu Naruto?" Salah seorang ANBU menunjuknya dengan nada suara tidak percaya, Naruto hanya menatap bingung mereka berdua.

"Eh?" Tangannya yang memeluk tubuhnya merasakan sesuatu yang empuk di dadanya, ia juga merasa sedikit keberatan di kepalanya akibat rambutnya yang basah.

"EEEEEEEEHHH?" Naruto berteriak histeris setelah mengetahui bahwa tubuhnya telah berubah menjadi perempuan, begitu juga dengan rambutnya yang memanjang.


"Jadi... kamu tidak ingat bagai mana kamu bisa berakhir seperti ini?" Sandaime Hokage, atau yang biasa di panggil 'kakek' oleh naruto memandang bingung Naruto yang baru saja selesai mengeringkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya.

"Ya, saat aku bangun yang ku rasakan adalah tiba-tiba saja orang itu membuang tubuhku ke sungai, aku tidak ingat apa yang ia lakukan kepadaku sebelumnya" Naruto menggeleng pelan dan menghela nafas lelah, entah mengapa tubuhnya terasa berat dan lelah.

"Lebih baik kamu istirahat dulu, kamu pasti lelah setelah kejadian ini, besok kamu bisa ikut ujian masuk chuunin, apakah kamu sudah siap?" Sandaime tersenyum dan menyodorkan sebuah amplop berisi uang untuk Naruto.

"Um! Tentu saja! Akan aku buktikan walaupun aku sudah berubah begini aku akan tetap menjadi ninja nomor satu di desa-ttebayo!" Naruto menerima amplopnya dengan semangat.

Sandaime tersenyum, entah mengapa ia merasa senang mendengar Naruto baik-baik saja dan masih bersemangat seperti biasa dan tidak traume setelah kejadian ini.


Naruto membuka pintu rumahnya dan lalu menguncinya setelah ia masuk, ia berjalan dengan lunglai dan menjatuhkan tubuhnya di atas futon yang terbentang di tengah ruangan, ia menutup matanya dan mencoba menemui Kurama yang masih terkurung di dalam tubuhnya.

"Kurama... apa yang kamu lakukan terhadap tubuhku? Jahat sekali!" Naruto duduk di depan jeruji besi dan segel yang menyegel Kurama yang seperti biasa sedang duduk dan dan memandang dirinya dengan pandangan meremehkan.

"Humph! Ini agar kamu tidak mencoba menyukai perempuan tidak tahu malu itu! Aku mau kamu menjahuinya! Awas saja perempuan itu... akan aku bunuh sekarang juga kalau bisa!" Kurama mengerang pelan dan mempraktekkan seperti ingin menghancurkan sesuatu.

"Tetapi bagaimana dengan Hinata? Dia sudah menyukaiku sejak kecil! Kasihan dia! Aku sudah memimpikan akan memiliki anak bersama Hinata dan menjadi hokage setelah perang selesai!" Naruto menatap kesal Kurama, yang di tatap hanya membuang wajahnya dengan cuek dan tidak peduli.

Naruto menghela nafas dan berjalan ke arah segel yang ada di depannya, ia bersiap menyobek kertas segelnya tetapi sebelum ia benar-benar menyobeknya ia tersenyum lalu menoleh ke belakang.

"Ayah..." Naruto tersenyum melihat Yondaime Hokage atau biasa di panggil Minato, ayahnya.

"Entah mengapa aku masih berada di sini, tetapi sepertinya ini artinya waktu telah terulang kembali, aku masih penasaran kenapa ingatanku masih ada" Minato tersenyum dan memeluk kembali Naruto yang tadi berlari lalu memeluknya.

"Aku tidak keberatan memiliki anak perempuan, sebenarnya Kushina memimpikan ingin memiliki anak perempuan juga sih" Naruto membatu lalu menatap ayahnya sambil berkaca-kaca.

"Hei! Walaupun tubuhku berubah menjadi perempuan tetapi jiwaku tetap laki-laki-ttebayo" Naruto mendecak kesal dan memukul pelan pundak ayahnya yang sedang menahan tawa.

"Sepertinya kamu sudah berteman baik dengan Kyuubi, bahkan memberikan nama panggilan kepadanya" Kurama menggerang kesal dan membuang mukanya.

"Sepertinya waktuku sudah akan habis, aku akan tetap mempercayaimu untuk membawa kedamaian di dunia Naruto" Minato tersenyum dan menepuk pelan kepala Naruto, Naruto balas tersenyum sebelum melepaskan pelukannya dan membiarkan Minato menghilang menjadi kegelapan.

"Nah, ayo kita mengulang lagi pelepasanmu" Naruto menyeringai dan bersiap memmbuka segel di depannya, Kyuubi menyeringai dan bersiap untuk menahan cakranya.


Naruto menuangkan air panas ke dalam cup mie ramen yang ada di depannya sambil bersenandung kecil, ia menyeringai ketika mengingat ujian kemarin.

'Hehehe~ aku yakin ujian ini aku akan mendapat juara 1!' Kurama yang mendengarnya memutar bola matanya dengan bosan.

'Apa yang bisa kamu banggakan dari itu hah? Kau sudah pernah ikut ujian itu dan kau sudah belajar lebih banyak jutsu di banding yang lain, tentu saja kamu akan menjadi juara satu' Naruto menggelengkan kepalanya dan cemberut, ia menutup cup mie ramennya dengan kertas lalu berjalan ke arah lemari pakaiannya.

'Hei! Bukan salahku bila aku sudah mengetahuinya ya!' Naruto mengeluarkan setelan pakaian baru yang di belikan oleh Sandaime setelah ia mengetahui Naruto berubah menjadi perempuan : Kaus turtleneck, jaket berwarna orange, celana pendek berwarna hitam, dan sepatu ninja yang panjang berwarna orange.

'Terserah' Naruto menghela nafas pasrah, Kurama memang sangat tidak sopan dan terkadang keras kepala.

Ia berjalan ke arah meja rias miliknya dan meraih sisir yang ada di depannya, ia menyisir perlahan-lahan rambutnya yang panjang dan dengan serapi munkin mengikat rambutnya yang panjang menjadi twin tail.

"Yosh! Sekarang aku siap ke sekolah!" Naruto terlihat manis dengan pakaiannya, ia dengan semangat meninju ke atas dan tersenyum penuh semagat.

Apakah sekolah akan terasa sama baginya? Ah mari kita ralat—bagi teman-temannya saat mereka mengetahui bahwa seorang Uzumaki Naruto telah henshin menjadi perempuan? Apakah tim 7 akan berbeda dengan kehadirannya?

Jawabannya : Who knows... Lets wait for the next chapter


To Be Continue


!Author Notes!

Weeh~ terimakasih banyak sudah mau membaca ficku sampai selesai~

Kalau begitu bolehkah saya meminta review minna-san? Dan saya mohon jangan Flame okay?

jaa nee~ ciao ciao~