I'll be here.. by your side

No more fear.. no more crying..

.

.

.

Gotta be you
Pairing : Yewon slight!kyusung, wonli
Genre : Yaoi, romance, angst
Summary : Siwon merasa lelah dan ingin mengakhiri semuanya justru di saat Yesung 'jatuh' dan sangat membutuhkan dirinya

Inspired by : One Direction – Gotta be You

Warning : BL, Crack pair, typo(s), alur maksa, etc.

A Yewon Fanfiction © 2013 by Fairy_Siwoonie

.


HAPPY READING


.

Yesung mengerjapkan matanya secara perlahan, sedikit mengeryit ketika merasakan kepalanya kembali berdenyut nyeri, rasa sakit yang sama seperti yang selalu ia rasakan hampir di setiap ia terbangun dari tidurnya. Benar-benar menyebalkan.

Baru setelah merasa nyeri di kepalanya sedikit berkurang, Yesung kembali membuka matanya untuk kemudian menemukan seseorang duduk di sampingnya. Membutuhkan waktu beberapa detik sebelum akhirnya Yesung dapat melihat wajah sosok tinggi itu dengan jelas.

"Kyu?" Panggil Yesung lirih.

Kyuhyun mengangkat kepalanya, menunjukkan raut wajah yang Yesung sendiri tidak tau bagaimana harus mengartikannya.

"Kenapa kau berbohong padaku?" Tanya Kyuhyun dingin.

Yesung mengangkat alisnya, "Berbohong apa?"

"Kau sakit, Yesung-ah! Dan kau justru berbohong padaku dengan mengatakan kau baik-baik saja! Kau anggap apa aku ini?!" Seru Kyuhyun meluapkan emosi yang sepertinya sudah ia tahan sedari tadi.

Yesung melebarkan matanya, semakin terkejut ketika menyadari bahwa kini dirinya berada di kamar rumah sakit. Ia tidak perlu bertanya lagi, Kyuhyun pasti sudah tau semuanya.

Bibir Kyuhyun kembali terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, namun ia mengurungkannya dan lebih memilih untuk berbalik membelakangi Yesung.

Yesung seolah kehilangan kata-katanya beberapa saat. Ia hanya terdiam di sana dan menatap nanar pada sosok di depannya. Yesung tau Kyuhyun marah. Ia dapat melihat dengan jelas bahu Kyuhyun naik turun, menunjukkan bahwa namja berambut cokelat itu kini tengah mati-matian menahan emosinya.

Perlahan Yesung melangkah turun dari bed-nya dan berjalan menghampiri Kyuhyun yang masih berdiri membelakanginya. Ia lalu memeluk Kyuhyun dari belakang dan membenamkan wajahnya di punggung namja yang lebih tinggi darinya itu.

"Mianhae, Kyu," Ucap Yesung dengan suara pelan.

Kyuhyun tidak menjawab. Napasnya masih terdengar tidak beraturan.

"Aku sungguh baik-baik saja, Kyu. Aku hanya tidak mau membuat kalian khawatir," Ujar Yesung lagi.

Kyuhyun melepaskan pelukan Yesung dengan kasar membuat tubuh namja manis itu sedikit limbung.

"Lalu kau pikir kami akan bahagia kalau kau menyembunyikan penyakitmu ini, huh? Apa kami sama sekali tidak ada artinya untukmu?!" Seru Kyuhyun dengan wajah merah padam.

"Justru karena kalian sangat berarti untukku!" Yesung balas berteriak, namun kali ini air mata mulai terlihat membuat jalannya di kedua pipi chubby itu, "Aku hanya tidak ingin membebani kalian terlalu jauh! Aku hanya ingin mati tanpa menyusahkan siapapun!"

Bugh!

Kyuhyun memberikan pukulan yang cukup keras di wajah Yesung, membuat namja bermata caramel itu jatuh terjerembab ke lantai.

"Kau benar-benar egois, Kim Jongwoon! Kau masih bisa mengatakan kami sangat berarti untukmu setelah kau menyembunyikan sesuatu sepenting ini, huh?!"

"Ya! Aku memang egois! Aku menyebalkan! Aku selalu berbuat semauku! Lalu kau mau apa? Kau juga mau aku pergi darimu? Baiklah, aku akan pergi. Aku tidak akan pernah mengganggu kalian lagi!" Seru Yesung dengan suara parau.

Yesung menangis di depannya, dan Kyuhyun tidak pernah bisa bertahan dengan itu. Tidak akan pernah. Begitu juga saat ini.

"Yesung-ah.." Panggil Kyuhyun seraya berlutut di depan Yesung.

"Aku akan pergi kalau kalian mau.. hiks.." Isak Yesung dengan kepala tertunduk.

Kyuhyun meraih tubuh Yesung dan memeluknya, membiarkan air mata namja manis itu membasahi bagian depan kemejanya.

"Kau bodoh, Yesung-ah. Bagaimana mungkin orang yang menganggap kau adalah salah satu bagian terpenting dari hidupnya menginginkan kau pergi? Kau tau kami akan melakukan apapun untuk menahanmu tetap bersama kami.."

Yesung tersenyum hambar di sela isakannya, "Apa Dokter tidak mengatakan sekarang sudah terlambat untuk melakukan apapun? Yang bisa ku lakukan hanya menghabiskan sisa waktuku dengan sebaik mungkin,"

"Maafkan aku, Yesung-ah. Maafkan aku. Seharusnya aku bisa menjagamu dengan lebih baik.." Ucap Kyuhyun dengan suara sedikit bergetar.

Yesung kembali tersenyum. Ia tau Kyuhyun sangat menyayanginya. Apa yang dilakukan oleh namja itu tadi pun pasti juga karena Kyuhyun terlalu menyayanginya. Ia bahagia. Sungguh. Namun di sisi lain, ia juga merasa sedih. Ia tidak tau apakah ia masih berhak mengharapkan hal ini atau tidak, namun ia sungguh ingin Siwon berada di sini sekarang. Ia ingin Siwon yang memeluknya dan memberinya kekuatan untuk bertahan.

"Aku sudah menyuruh Siwon untuk datang ke sini," Ujar Kyuhyun membuat Yesung tersentak dan langsung melepaskan dirinya dari pelukan Kyuhyun.

"Apa?"

"Saat kau pingsan tadi, aku mengirim pesan pada Siwon dan menyuruhnya untuk datang ke sini. Dia juga harus tau semuanya,"

"Kau sudah memberitahu Siwon tentang penyakitku?"

"Aku akan memberitahunya kalau dia sudah sampai di sini,"

"Aku mohon padamu, Kyu. Jangan katakan apapun pada Siwon.." Pinta Yesung seraya meremas bagian depan kemeja Kyuhyun.

Kyuhyun menatap Yesung bingung, "Kenapa? Siwon itu kekasihmu, Yesung-ah.."

"Aku mohon. Aku tidak mau Siwon mengetahuinya, Kyu. Aku mohon jangan beritahu siapapun,"

"Termasuk Appa dan Umma? Mom dan Dad?"

Yesung menganggukkan kepalanya, "Aku sungguh tidak ingin membuat mereka sedih. Setidaknya untuk saat ini, jangan beritahu siapapun,"

"Aku tidak bisa, Yesung-ah! Mereka semua harus tau! Mereka berhak untuk mengetahuinya! Apa kau tidak tau mereka sudah menganggapmu seperti anak mereka sendiri?!" Seru Kyuhyun.

"Ini permintaan terakhirku padamu, Kyu. Setelah ini aku berjanji aku tidak akan meminta apapun lagi darimu. Aku mohon hiks.." Yesung kembali menundukkan kepalanya dan terisak.

"Aku mohon jangan mengatakan hal seperti itu, Yesung-ah! Kau boleh meminta sebanyak apapun yang kau mau dariku. Tapi jangan meminta yang seperti ini. Aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi ini semua sendirian.." Ujar Kyuhyun seraya menangkup wajah Yesung dan menghapus air mata di kedua pipi chubby itu.

"Bukankah ada kau di sini? Aku tidak sendirian,"

"Tapi aku tidak bisa, Yesung-ah. Mereka pasti akan marah besar!"

Yesung menggeleng pelan, "Aku mohon, Kyu.."

Terdengar Kyuhyun menghela napas frustasi. Yesung memang benar-benar keras kepala.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat. Kau harus pindah ke rumahku,"

Yesung melebarkan matanya, "Apa? Aku tidak mau! Kau pasti akan mengatakan semuanya pada Appa dan Umma!"

"Lalu kau pikir aku akan membiarkamu tinggal sendirian dengan kondisi seperti ini, huh?!" Bentak Kyuhyun dengan suara keras, "Tinggal bersamaku, atau aku akan mengatakan hal ini pada mereka semua, termasuk Siwon," Lanjutnya dengan nada final.

Yesung terlihat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk pelan.

"Katakan pada Siwon bahwa aku baik-baik saja. Kita pulang sekarang," Ujar Yesung seraya beranjak bangkit.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Kyuhyun berjalan memasuki rumahnya seraya menarik sebuah koper besar yang berisi pakaian dan barang-barang Yesung dengan tangan kanannya, sementara tangannya yang lain menggenggam tangan namja manis yang berjalan di belakangnya tersebut.

Ketika sampai di ruang tamu, mereka mendapati Mr. dan Mrs. Cho serta Siwon sudah menunggu mereka di sana.

"Jongwoon-ah, benar kau baik-baik saja?" Tanya Mrs. Cho seraya menghampiri Yesung dengan wajah cemas, "Wajahmu terlihat sangat pucat. Apa benar kau tidak apa-apa?"

Yesung tersenyum lebar, "Aku baik-baik saja, Umma," Jawabnya seraya mencium pipi wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri itu.

"Apa kau benar baik-baik saja?" Kali ini Siwon yang bertanya, membuat Yesung mengalihkan perhatiannya pada namja yang masih menyandang status sebagai kekasihnya tersebut.

"Yesung sakit karena terlalu sering memakan fast food," Jawab Kyuhyun sebelum Yesung sempat memberikan jawaban, "Seperti yang kita tau, Yesung tidak bisa memasak sendiri, jadi mulai hari ini Yesung akan tinggal di sini agar Umma bisa memperhatikan makanannya,"

"Bukankah dulu Appa sudah mengatakan lebih baik kau tinggal bersama kami atau bersama keluarga Siwon, Jongwoon-ah? Sekarang kau merasakan akibat dari kekeraskepalaanmu, kan?" Ujar Mr. Cho.

Yesung kembali tersenyum, "Aku hanya tidak ingin merepotkan kalian, Appa. Aku juga ingin menjaga rumahku,"

"Kau tau kami tidak akan pernah merasa direpotkan olehmu, Jongwoon-ah,"

"Aku juga ingin belajar hidup mandiri, Umma," Jawab Yesung.

"Anni. Pokoknya mulai sekarang kau harus tinggal di sini. Umma tidak akan membiarkanmu sakit lagi. Umma akan memasakkan makanan kesukaanmu setiap hari. Kau sudah makan?" Ujar mrs. Cho seraya menuntun Yesung untuk duduk di sofa.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

"Apa kau benar-benar sakit?" Tanya Siwon membuat Yesung yang tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari menghentikan kegiatannya. Saat ini mereka berdua tengah berada di dalam kamar tamu rumah Kyuhyun, sementara sang pemilik rumah sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi.

"Apa aku terlihat seperti sedang berpura-pura?" Yesung balik bertanya.

Siwon menatap Yesung sebentar sebelum kemudian mengangkat bahunya, "Aku tidak tau," Jawabnya membuat hati Yesung mencelos sakit.

Yesung memilih diam dan kembali menyibukkan dirinya menata barang-barangnya. Lagi-lagi matanya terasa panas.

Siwon menatap Yesung dari belakang. Memang benar, namja yang sudah ia kenal selama bertahun-tahun itu terlihat lebih kurus sekarang. Ia juga tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari bahwa Yesung sering tampak pucat belakangan ini. Hanya saja, keangkuhannya terlalu besar untuk mengakui itu.

Siwon beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Yesung, membawa tubuh namja manis itu ke dalam pelukannya, membuat sang kekasih tersentak kaget.

"Kau tau aku sangat menyayangimu, Yesung-ah?" Siwon bertanya tanpa melepaskan pelukannya.

Masih dengan wajah shock, Yesung menganggukkan kepalanya.

"Kau tau Kyuhyun, Mom, Dad, Umma dan Appa juga sangat menyayangimu, kan?"

Yesung kembali mengangguk.

"Tapi kau tau, Yesung-ah, tidak peduli sebesar apa seseorang mencintai, mereka pasti memiliki rasa lelah. Kau bisa kehilangan semua orang yang mencintaimu kalau kau terus seperti ini," Ujar Siwon masih dengan nada lembut, namun tetap saja, itu terdengar sangat menyakitkan untuk Yesung. Apa Siwon benar-benar harus mengatakan itu sekarang?

"Mianhae," Ucap Yesung lirih, berusaha menahan tangisnya yang siap pecah kapan saja.

"Kau harus merubah dirimu kalau kau tidak mau kehilangan mereka. Kau tidak bisa terus menjadi anak yang egois dan manja seperti ini,"

Yesung menggigit bibir bawahnya. Apa sekarang dirinya benar-benar seburuk itu di mata Siwon?

Siwon melepaskan pelukannya setelah sebelumnya mengecup lembut puncak kepala Yesung.

"Kau sudah dewasa, Yesung-ah. Kau tau apa yang seharusnya kau lakukan dan apa yang tidak seharusnya kau lakukan," Ujar Siwon sebelum kemudian beranjak keluar dari kamar Yesung.

Yesung semakin menundukkan wajahnya, membuat cairan bening yang sejak tadi ia tahan langsung menetes dari sepasang manik sewarna caramel miliknya.

"Aku sedang mencoba, Siwon-ah.."

.

.

~ 예 원 ~

.

.

"Anyeonghaseyo~~" Seru Yesung seraya berlari memasuki rumah Siwon.

Terlihat seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Mrs. Choi berjalan menuruni tangga rumah mewah tersebut.

"Mom!" Panggil Yesung seraya menghambur memeluk Mrs. Choi.

Mrs. Choi tersenyum seraya membalas pelukan namja manis yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu, "Jongwoon-ah, sudah lama sekali kau tidak ke sini,"

Yesung tersenyum, "Mianhae, Mom. Tugas sekolahku sangat banyak akhir-akhir ini," Jawabnya berbohong.

"Dimana Siwon? Apa dia tidak pulang bersamamu?" Tanya Mrs. Choi begitu menyadari Yesung datang sendirian.

Yesung menggeleng, "Aku sengaja tidak memberitahunya. Lagipula tadi Siwon juga mengatakan dia harus pergi ke suatu tempat,"

Mrs. Choi mengangkat alisnya, "Sengaja tidak memberitahunya?"

Yesung kembali tersenyum lebar, "Mom mau membantuku, kan?"

"Membantu?"

"Aku ingin membuat kue kesukaan Siwon. Mom mau mengajariku, kan?" Pinta Yesung seraya memasang puppy eyes andalannya.

Mrs. Choi tertawa, "Apa ini hari yang spesial, huh?" Tanyanya sembari mengacak rambut Yesung, "Tumben sekali seorang Kim Jongwoon yang manis ini mau memasak,"

"Anni. Aku hanya ingin membuatnya saja. Dulu Siwon pernah mengatakan dia ingin merasakan kue buatanku, Mom. Mau membantuku, kan?"

"Tentu saja. Kajja!" Jawab Mrs. Choi seraya menarik tangan mungil Yesung dan membawanya ke dapur.

.

.

.

Jam yang menggantung di atas pintu dapur terlihat menunjukkan pukul lima sore ketika Yesung dan Mrs. Choi selesai membuat kue untuk Siwon.

"Apa Siwon akan menyukainya?" Tanya Yesung seraya memandangi kue cokelat pertamanya itu.

Mrs. Choi mengacak rambut Yesung gemas, "Siwon pasti akan menyukainya. Kue ini terlihat manis seperti dirimu. Apalagi kau membuatnya dengan penuh cinta," Ujarnya membuat pipi Yesung memerah.

"Aku pulang!" Terdengar sebuah suara berteriak dari arah ruang tamu. Dan bukan hal yang sulit untuk Yesung menebak siapa pemilik suara baritone itu.

"Aku akan memberikan ini untuk Siwon," Ujar Yesung seraya mengangkat kuenya dan membawanya berlari ke ruang tamu.

"Siwon, kau—" Langkah Yesung terhenti begitu mendapati bahwa Siwon tidak pulang sendirian, melainkan bersama seorang yeoja yang sudah sekitar seminggu yang lalu menjadi teman barunya.

Siwon pun sepertinya juga tak kalah terkejut ketika menemukan Yesung berada di rumahnya. Terlebih ia tadi juga tidak mengatakan pada kekasihnya itu bahwa ia akan pergi dengan Sulli.

"Ah, ternyata Yesung juga ada di sini," Akhirnya suara Sulli memecah keheningan yang sempat mendominasi ruangan itu beberapa saat.

"Siwon-ah, kau bersama siapa?" Tanya Mrs. Choi yang baru keluar dari dapur.

"Anyeong, ahjumma. Aku Choi Sulli, teman baru Siwon dan Yesung," Jawab Sulli memperkenalkan diri.

"Aah, teman baru di sekolah, ya? Ayo duduk," Ujar Mrs. Choi mempersilahkan.

"Sulli datang untuk melihat lukisanku, Mom," Sahut Siwon.

"Suka melukis juga, ne?" Mrs. Choi kembali bertanya pada Sulli.

Sulli mengangguk seraya tersenyum, "Benar, ahjumma,"

Siwon melirik Yesung yang kini menundukkan kepalanya. Dan namja bermata obsidian tersebut bukan orang bodoh yang tidak bisa menyadari bahwa kekasihnya itu sekarang pasti sedang merasa cemburu. Hanya saja, ia memiliki rencana lain kali ini.

"Ah iya, tadi Jongwoon membuat kue untuk Siwon, kalian mau mencicipinya?" Ujar Mrs. Choi seraya menunjukkan kue di tangan Yesung.

"Tentu—"

"Anni," Jawab Siwon memotong ucapan Sulli, "Aku bisa memakannya nanti, Mom. Sulli tidak mungkin pulang terlalu malam, jadi kami akan melihat lukisannya dulu," Lanjutnya seraya melirik Yesung sekilas, dan ia berhasil menangkap kekecewaan dari sepasang manik caramel di hadapannya itu.

"Ah, baiklah kalau begitu. Mom harus ke perusahaan untuk mengantarkan berkas Dad yang tertinggal, jadi Mom tidak bisa menemani kalian,"

"It's okay, Mom," Jawab Siwon.

"Siwon-ah, nanti jangan lupa antar Jongwoon pulang, ne? Mom tidak mau terjadi apa-apa pada Jongwoon, arraseo?"

Siwon berdecak, "Arraseo,"

Mrs. Choi tersenyum, "Good boy," Pujinya, "Baiklah, Mom pergi dulu, Jongwoon-ah. Kalau Siwon tidak mau mengantarmu pulang, katakan pada Mom, okay?"

Yesung mengangguk sembari tersenyum.

Mrs. Choi mencium pipi Siwon dan Yesung bergantian sebelum kemudian keluar dari rumahnya.

Kini hanya tinggal Yesung, Siwon dan Sulli yang berada di ruangan itu.

"Bisa kita melihat lukisanmu sekarang?" Tanya Sulli pada Siwon.

"Tentu saja. Kajja!" Jawab Siwon seraya menarik tangan Sulli menuju kamarnya, tanpa sedikitpun menoleh pada Yesung yang masih berdiri di tempatnya.

Yesung masih menundukkan kepalanya, menatap kue berbentuk hati di tangannya yang mulai gemetar. Kemarin Siwon memeluknya, memintanya untuk berubah dan membuatnya merasa masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya, tetapi sekarang? Bagaimana bisa Siwon bersikap seperti ini padanya?

Tes.

Yesung tersentak mendapati cairan kental yang tiba-tiba menetes di punggung tangannya. Ia meraba hidungnya dan semakin panik begitu mengetahui cairan berwarna merah itu berasal dari sana. Dengan tangan yang semakin gemetar, ia meletakkan kuenya di atas meja kemudian berlari keluar dari rumah Siwon.

Yesung terus berlari menjauh dari rumah Siwon dengan air mata yang mengalir di pipinya. Tangannya yang ia gunakan untuk menutup hidungnya pun mulai berlumuran darah. Namun ia hanya terus berlari tanpa terbesit sedikit pun niat untuk meminta bantuan. Hatinya terlalu sakit mengingat bagaimana tadi Siwon memperlakukannya.

Langkah kaki Yesung mulai terhuyung ketika ia merasakan sakit yang begitu hebat mendera kepalanya. Pandangannya semakin kabur saat tiba-tiba ia merasakan seseorang menarik tangannya dari belakang.

"Yesung?!"

"Kyu.."

Bruk.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Siwon menatap frustasi benda hitam berbentuk persegi di tangannya. Ini sudah yang ke sepuluh kalinya ia mencoba menghubungi Yesung, namun ia sama sekali belum mendapatkan jawaban dari namja manis itu. Ia juga sudah mencoba mengirim pesan, tetapi Yesung tidak membalasnya.

Tadinya ia hanya ingin melihat sejauh mana Yesung bertahan jika ia bersikap seperti itu. Namun ternyata kekasihnya itu sama sekali belum berubah. Ia tetap menjadi Yesung yang kekanak-kanakan dan egois. Lalu apa gunanya ucapan Siwon tadi malam?

Siwon kembali mencoba, panggilan kesebelas, terdengar nada sambung beberapa saat sebelum kemudian panggilannya terjawab.

"Yesung—"

"Ini Kyuhyun," Jawab seseorang di seberang.

Siwon mengerutkan keningnya, "Dimana Yesung?"

"Yesung bilang dia sedang tidak ingin berbicara denganmu. Lebih baik kau bicara langsung dengannya besok," Ujar Kyuhyun sebelum kemudian mematikan teleponnya tanpa memberikan Siwon kesempatan untuk menjawab terlebih dulu.

Siwon mendengus kesal, "Apanya yang mencoba berubah? Dia masih sama saja,"

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Pagi itu, Yesung berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Suasana masih terlihat sepi mengingat saat ini jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi, masih tersisa tiga puluh menit sebelum kelas dimulai. Namun langkahnya terhenti di pintu kelasnya begitu menemukan Siwon dan Sulli sudah lebih dulu ada di kelas itu.

Lagi-lagi rasa nyeri itu menderanya, jauh lebih menyakitkan daripada ketika sesuatu yang terus tumbuh di kepalanya itu menyiksanya. Kali ini berbeda, rasa sesak di dadanya membuat setiap napas yang ia hela terasa begitu menyakitkan.

Setakut apapun ia mengakuinya, namun sepertinya senyuman namja tampan itu kini memang bukan hanya untuk dirinya. Atau mungkin justru bukan miliknya lagi. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia mendapatkan senyuman setulus itu dari namja yang dicintainya tersebut. Ia sungguh merindukannya. Dan kali ini Tuhan mengijinkannya untuk melihat senyuman itu lagi, namun kali ini berbeda, senyuman itu bukan lagi untuknya.

Yesung memejamkan matanya sejenak, membiarkan cairan hangat menetes dari pelupuk matanya. Ia baru saja berbalik dan memutuskan untuk pergi ketika menemukan sosok Kyuhyun berdiri di hadapannya.

Yesung tersenyum getir, "Temani aku," Pintanya seraya menggenggam tangan Kyuhyun dan menarik namja berkulit pucat itu untuk pergi dari sana.

.

.

.

.

"Berhenti menyiksa dirimu sendiri, Yesung-ah," Ujar Kyuhyun seraya menyandarkan punggungnya pada pagar atap sekolah.

Yesung tersenyum kecil, "Aku hanya sedang membiasakan diri,"

Kyuhyun menoleh, menatap namja manis yang kini menunduk di sampingnya, "Membiasakan diri melihat Siwon bersama orang lain?"

Yesung mengangguk, "Setelah aku pergi nanti, aku pasti akan selalu melihat Siwon dari langit. Dia tidak mungkin terus sendirian, kan? Lagipula, sepertinya Sulli adalah yeoja yang tepat untuk Siwon,"

"Berhenti berbicara seakan kau akan segera meninggalkan kami seperti itu, Yesung-ah!"

"Bukankah itu kenyataannya, Kyu? Kau boleh membencinya, tapi itu adalah sesuatu yang tidak bisa kau ubah. Kau tidak mendengar apa kata dokter kemarin? Waktuku semakin dekat.."

"Dokter bukan Tuhan! Aku tidak percaya padanya. Kau akan terus bersama kami sampai kita tua nanti!"

Yesung mendekatkan dirinya, memeluk lengan Kyuhyun dan menyandarkan kepalanya pada bahu namja yang lebih tinggi darinya itu, "Kau mau berjanji untukku, Kyu?"

Kyuhyun diam, membiarkan Yesung melanjutkan ucapannya.

"Setelah aku pergi nanti, berjanjilah kau akan memastikan Siwon bahagia. Selama ini aku hanya terus memikirkan diriku sendiri tanpa mau peduli dia bahagia atau tidak. Aku terus memaksanya menuruti semua kemauanku. Aku tidak pernah mau mengerti keinginannya. Aku sangat bersalah padanya,"

"Kau bodoh, Yesung-ah. Kau pikir apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

"Aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi, Kyu. Aku tidak bisa membuatnya bahagia. Dan itu sunggu menyiksaku. Aku tidak akan bisa pergi ke surga dengan dosa sebesar itu,"

Air mata Kyuhyun menetes, namun ia sama sekali tidak berniat menghapusnya. Ia melingkarkan tangannya, merengkuh bahu namja yang mulai bergetar dalam pelukannya.

"Dan satu lagi, kau dan Siwon harus membahagiakan orang tua kita. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk membalas kebaikan mereka, jadi aku akan meminta Tuhan untuk membalasnya melalui kalian. Dan kau juga harus berjanji kau akan hidup bahagia,"

Kyuhyun mengeratkan pelukannya tanpa berniat membalas ucapan Yesung. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Namun Yesung benar, sebenci apapun ia pada kenyataan itu, ia tetap tidak akan pernah bisa merubahanya.

"Aku merindukan Appa dan Umma-ku.." Ujar Yesung lagi, membuat dada Kyuhyun terasa semakin sesak.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Sore itu, Yesung tengah asyik membuat kue di dapur ketika tiba-tiba Kyuhyun menghampirinya.

"Wow! Sejak kapan seorang Kim Jongwoon bersahabat dengan peralatan memasak, huh?" Ejek Kyuhyun seraya duduk di meja dapur.

"Lebih baik kau pergi kalau hanya ingin menggangguku," Sahut Yesung tanpa sedikit pun melirik ke arah Kyuhyun.

Kyuhyun tertawa kecil, "Darimana kau belajar membuat kue kesukaan Siwon itu?"

"Kemarin Mom mengajariku membuatnya, tapi aku tidak sempat memberikannya pada Siwon. Dan malam ini Siwon mengajakku bertemu, aku ingin memakan kue ini bersamanya," Jawab Yesung sembari tersenyum.

"Kau yakin kali ini Siwon akan datang?"

Yesung mengangguk pasti, "Siwon bahkan berjanji tidak akan datang terlambat,"

Kyuhyun bangkit dari kursinya dan menghampiri Yesung, mengacak lembut rambut sahabatnya itu sembari tersenyum, "Aku senang melihatmu bahagia seperti ini,"

"Ya, meskipun aku tidak bisa terus bersama Siwon, tetapi aku akan sangat bahagia kalau Tuhan mau memberiku kesempatan untuk menghabiskan sisa waktuku bersamanya,"

"Ya, aku bahagia kalau kalian berdua bahagia," Balas Kyuhyun seraya merangkul bahu Yesung.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Yesung memandangi sungai yang terus mengalir dengan tenang di depannnya. Tempat ini adalah tempat ia resmi berpacaran dengan Siwon tiga tahun yang lalu. Tak ada satu pun yang mengetahui tempat ini selain Siwon dan dirinya. Ia juga tidak memberitahu Kyuhyun, karena ia dan Siwon telah sepakat untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat rahasia bagi mereka berdua.

Hari itu adalah hari yang paling indah dalam hidupnya. Ia tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana ketika hari itu Siwon memberinya ciuman untuk pertama kalinya di tempat ini, membuat tubuhnya seakan tersengat listrik dengan tegangan yang sangat tinggi. Ia bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana rasanya.

'Aku mencintaimu, Yesung-ah. Mulai hari ini, aku harus menjadi orang yang paling kau cintai. Aku tidak mau berbagi dengan siapapun, termasuk Kyuhyun, Mom, Dad, Appa ataupun Umma. Arraseo?'

Yesung tertawa kecil. Itu sama sekali bukan kalimat yang sempat ia bayangkan akan terucap dari bibir seorang Choi Siwon yang begitu angkuh. Hari itu, Kyuhyun bahkan harus ikut turun tangan untuk membantu Siwon mengungkapkan isi hatinya.

Kalau bukan karena Kyuhyun membohongi Siwon dengan mengatakan bahwa ia dan Yesung sudah resmi berpacaran, Siwon pasti tidak akan membuang harga dirinya yang terlalu tinggi itu dan memaksanya pergi ke tempat ini untuk meminta klarifikasi atas ucapan Kyuhyun.

Yesung menatap jam di pergelangan tangan kirinya yang tanpa ia sadari sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dimana artinya kali ini Siwon kembali terlambat dua jam dari waktu yang telah ia janjikan. Ia hanya tersenyum kecil, menunggu sama sekali bukan sesuatu yang asing untuknya. Ia sudah sering menerima ini sebagai balasan dari keegoisannya yang suka memaksa Siwon untuk menemuinya kapanpun ia mau.

.

.

.

.

"Aku rasa ini bukan ide yang bagus, Siwon-ah," Ujar Sulli seraya menyodorkan secangkir cokelat panas untuk Siwon, "Kalau kau ingin Yesung berubah, bukan seperti ini caranya,"

"Aku tidak tau aku harus menggunakan cara apa lagi, Sulli-ya. Aku sudah berusaha memberitahunya baik-baik, tetapi dia sama sekali tidak berubah," Jawab Siwon kesal.

"Tapi apa yang kita lakukan selama ini melukainya, Siwon-ah. Apa kau tidak bisa melihatnya? Dia terlihat sangat sedih setiap kali kau bersamaku,"

Siwon menundukkan kepalanya. Ia melihatnya, sungguh.

"Choi Siwon!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang memasuki rumah Sulli, membuat kedua orang yang tengah duduk di ruang tamu itu sontak mengangkat kepalanya.

"Kyuhyun?" Siwon melebarkan matanya. Namun belum sempat ia menghilangkan keterkejutannya, namja yang ia sebut namanya itu langsung menarik kerah bajunya dan memberikan pukulan telak di wajahnya.

"Aku tidak percaya kau bisa melakukan hal seperti ini, Siwon-ah! Kau brengsek!" Seru Kyuhyun dengan mata berkilat, menunjukkan bahwa saat ini ia benar-benar marah.

"Apa yang kau bicarakan, Kyu?" Tanya Siwon bingung seraya memegangi wajahnya yang terasa panas.

"Kau boleh tidak mencintainya lagi, Choi Siwon, tapi aku tidak akan pernah membiarkanmu menyakitinya!" Kyuhyun kembali berteriak, membuat Siwon mulai mengerti kemana arah pembicaraan Kyuhyun.

"Aku sudah mengatakan padamu, Kyu, aku mencintai Yesung, tapi aku lelah dengan keegoisannya! Aku lelah dengan sifatnya yang tidak pernah berubah! Aku ingin dia merasakan apa yang selama ini aku rasakan!"

Bugh!

Siwon kembali mendapatkan pukulan yang cukup keras sebagai balasan dari ucapannya barusan.

"Kau bodoh, Choi Siwon! Kau bodoh! Apa kau buta, huh? Apa kau tidak bisa melihat bahwa dia sudah berubah?!"

"Dia tidak berubah! Dia tetap Yesung yang sangat egois dan selalu mementingkan perasaannya sendiri!"

Kyuhyun tertawa ambigu, "Apa kau pernah menyadari kalau dia sering pergi diam-diam saat melihatmu bersama Sulli?"

Siwon melebarkan matanya, "Apa?"

"Yesung yang dulu pasti akan sangat marah padamu, Siwon-ah, tapi apa yang dia lakukan sekarang? Dia justru memberimu kesempatan untuk bersama Sulli. Apa Yesung yang egois bisa melakukan itu?"

Siwon menggelengkan kepalanya, "Yesung tidak mungkin melakukan itu. Kau tidak perlu membohongiku untuk membelanya, Kyu,"

Bugh!

Sekali lagi, Siwon mendapatkan pukulan keras di wajahnya hingga tubuhnya jatuh menubruk sofa di belakangnya.

"Bisakah kau berhenti menyakitinya, huh? Dia sedang sekarat, Choi Siwon! He's dying!" Teriak Kyuhyun emosi, membuat Siwon dan Sulli sontak melebarkan matanya.

"A-apa maksudmu?"

"Yesung melarangku untuk memberitahumu tentang hal ini, tapi aku rasa seseorang perlu membuka matamu. Yesung mengidap kanker otak stadium akhir, Choi Siwon. Hidupnya tidak akan lama lagi, dan apa yang kau lakukan sekarang hanya mempercepat kematiannya!"

Siwon semakin melebarkan matanya, "Ti-tidak mungkin! Kau pasti hanya bercanda! Yesung tidak mungkin menderita penyakit seperti itu! Dia baik-baik saja!"

Kyuhyun kembali tertawa, "Apa kau buta, huh? Apa kau tidak melihat tubuhnya yang semakin kurus? Apa kau tidak bisa melihat wajahnya yang pucat? Apa kau pikir Yesung yang keras kepala itu bisa kubawa ke rumahku dengan mudah hanya dengan alasan yang aku katakan kemarin?" Tanyanya bertubi-tubi.

Siwon menggeleng pelan, entah ia sedang memberikan jawaban atau justru tengah menyangkal apa yang Kyuhyun ucapkan, ia sendiri mungkin juga tidak tau.

"Dia memohon padaku untuk tidak memberitahumu karena dia tidak mau membuatmu khawatir, Siwon-ah! Dia menyembunyikan penyakitnya sendirian karena dia tidak mau menjadi beban untuk kita! Tapi apa yang kau lakukan, huh? Kau sudah terlalu dibutakan oleh keegoisanmu!"

Siwon bangkit dan meraih kerah baju Kyuhyun, "Katakan kau bohong, Kyu! Katakan bahwa kau hanya sedang membelanya! Katakan, Cho Kyuhyun!"

"Kau tau, Siwon-ah, aku juga berharap semua ini hanya kebohongan! Aku tidak siap jika harus kehilangan Yesung secepat ini! Tapi sekeras apapun aku berusaha untuk menyangkal, kenyataan tidak akan pernah berubah! Yesung kita akan mati, Choi Siwon!"

Air mata mulai membuat jalannya di kedua pipi Siwon, pemandangan yang belum pernah Kyuhyun temui seumur hidupnya.

"Kau tau, Siwon-ah, sore tadi aku kembali melihat senyumannya yang sempat hilang beberapa hari belakangan ini. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum bahagia sejak pertengkaran terakhir kalian. Tapi sore tadi, dia kembali tersenyum dan mengatakan padaku kau mengajaknya bertemu. Dia bahkan belajar membuat kue kesukaanmu. Dia ingin membuat kenangan sekali lagi sebelum nanti dia benar-benar pergi.." Air mata Kyuhyun ikut menetes.

"Yesung sungguh mencintaimu, Siwon-ah. Dia berusaha melakukan apapun untuk membuatmu bahagia di sisa hidupnya. Dia melakukan apapun meski itu menyakiti dirinya sendiri," Lanjut Kyuhyun dengan suara lirih.

"Kemarin Yesung kembali masuk rumah sakit, tetapi saat kau menghubunginya dia memohon padaku untuk mengatakan padamu bahwa dia sedang tidak ingin berbicara denganmu. Paginya, dia kembali memohon padaku untuk membiarkannya tetap pergi ke sekolah karena dia tidak ingin membuatmu cemas. Tapi kau tau apa yang dia dapatkan, huh? Dia justru melihat kekasihnya tertawa bersama orang lain.."

Siwon tidak bereaksi, namun cairan hangat itu tidak berhenti mengalir dari obsidian-nya.

"Kau adalah dunianya, Siwon-ah. Tapi kau justru terus mencoba menghancurkannya.."

"A-aku.."

"Dia pergi sejak jam enam sore, padahal kau mengajaknya bertemu jam tujuh. Dia mengatakan kau sudah berjanji tidak akan terlambat jadi dia tidak ingin kau menunggunya terlalu lama. Tapi apa yang kau lakukan, huh? Kau membohonginya. Kau justru berada di sini di saat dia kedinginan menunggumu di luar sana.."

Dada Siwon terasa semakin sesak.

"Aku mempunyai firasat buruk. Aku takut kau tidak menepati janjimu lagi. Aku mencarinya di semua tempat yang biasa kalian datangi, tapi aku tidak menemukannya dimanapun. Dia tidak menjawab telepon dan pesanku. Aku pergi ke rumahmu, tapi Mom mengatakan kau tidak ada di rumah. Aku sedikit lega, karena aku pikir kau benar-benar bersama Yesung. Tapi kemudian aku bertemu dengan Donghae dan dia mengatakan dia melihatmu bersama Sulli,"

"Dia pasti masih menungguku di sana.."

"Kau tau dia tidak akan pernah pergi sebelum kau datang,"

"Jangan katakan pada Yesung bahwa aku sudah tau semuanya!" Ujar Siwon sebelum kemudian berlari meninggalkan rumah Sulli.

.

.

.

.

Napas Siwon seolah tercekat begitu iris sewarna obsidian-nya menemukan sosok manis itu di sana, duduk di bangku panjang dengan kotak transparan berisi kue di sampingnya. Dan ia merasa seakan ada ribuan jarum yang menusuk hatinya begitu melihat air mata mengalir di pipi chubby itu dari kejauhan. Siapa yang sebenarnya egois di sini?

Ini sudah lima jam terhitung dari waktu yang telah ia janjikan, dan Yesung masih tetap menunggunya di sana. Ia tau itu, selama apapun ia terlambat, Yesung pasti akan tetap menunggunya. Yesung memang tidak pernah memberinya kesempatan untuk menolak setiap kali membuat janji, tetapi kekasihnya itu akan tetap berada di sana sampai ia datang, tidak peduli berapa jam ia harus menunggu.

Siwon meraih ponsel dari dalam saku celananya sebelum kemudian men-dial sebuah nomor. Tak berselang lama, namja manis yang berada tak jauh darinya itu terlihat sibuk mencari ponselnya yang berdering.

"Siwon-ah?"

"Sepertinya aku tidak bisa datang, Yesung-ah. Maaf baru memberitahumu sekarang, tadi aku sangat sibuk. Tidak apa-apa, kan?"

Ia melihat raut terluka itu sekali lagi, sebelum beberapa saat kemudian sang namja manis kembali tersenyum, "Tidak apa-apa,"

"Apa kau masih di sana?"

Ia melihat Yesung menggeleng cepat, "Anni. Apa kau pikir aku bodoh mau menunggumu sampai selarut ini? Aku sudah pulang sejak tadi,"

"Baiklah, itu bagus," Ujar Siwon sebelum kemudian menutup teleponnya.

Dan dengan itu, Siwon kembali melihat malaikatnya menangis di sana. Yesung terlihat memeluk kedua lututnya dengan tubuh bergetar, membuat hati Siwon mencelos sakit. Apakah itu yang selama ini selalu Yesung lakukan? Apakah ia selalu berpura-pura baik-baik saja kemudian menangis di belakangnya?

Siwon tertawa miris. Bagaimana bisa ia menjadi orang yang begitu jahat? Bagaimana bisa ia berubah menjadi monster yang begitu mengerikan untuk orang yang dicintainya? Bagaimana bisa ia berpikir untuk meninggalkan Yesung disaat kekasihnya itu sangat membutuhkan dirinya?

Siwon keluar dari tempat persembunyiannya, melangkah perlahan menghampiri sang namja manis yang masih terus menangis di depannya.

"Yesung-ah.." Panggil Siwon membuat Yesung sontak mengangkat wajahnya, dan iris secerah caramel yang sembab itu langsung melebar sempurna begitu menemukan sosok Siwon berdiri di hadapannya.

Namun belum sempat Yesung menghilangkan keterkejutannya, tiba-tiba Siwon meraih wajahnya dan mempertemukan bibir mereka, membuat tubuhnya sekali lagi seolah tersengat listrik. Tubuhnya seakan membeku beberapa saat, ia sama sekali tidak memberikan reaksi bahkan ketika Siwon mulai melumat bibirnya.

Siwon terus melumat bibir Yesung meskipun namja manis itu sama sekali tidak membalasnya. Ia hanya ingin merasakannya. Ia sungguh merindukan rasa manis yang sempat ia abaikan beberapa bulan belakangan ini. Ia terus mengulum sembari mengutuk dirinya dalam hati. Bagaimana mungkin ia sempat berpikir untuk melepaskan diri dari rasa yang begitu indah ini?

Kini ia menyadari, rasa itu masih tetap ada di sana. Ia tak pernah benar-benar berhenti mencintai Yesung barang sedetik pun. Hanya keangkuhannya yang selama ini membutakan hatinya, membuat ia nyaris membuat keputusan yang pasti akan ia sesali seumur hidupnya.

Siwon melepaskan ciumannya, menemukan Yesung yang masih menatapnya dengan mata melebar. Air mata itu masih di sana, membasahi pipi chubby sang namja manis yang terasa begitu dingin.

"Kenapa kau masih di sini, ppaboya?" Tanya Siwon pelan, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Yesung.

Yesung terlihat gugup setelah mendapatkan kembali kesadarannya yang sempat hilang beberapa saat, "A-aku.. aku tidak bermaksud membohongimu, Siwon-ah. Sungguh. Aku mohon jangan marah padaku.."

Sekali lagi, Siwon merasakan perih di dadanya. Ia bisa mendengar dengan jelas ketakutan itu mendominasi suara Yesung yang terdengar parau. Apa selama ini ia sudah benar-benar keterlaluan? Bagaimana bisa ia membuat orang yang seharusnya selalu ia lindungi kini justru merasa takut padanya?

Siwon tersenyum lembut, memperlihatkan lesung pipinya yang begitu Yesung rindukan. Ia bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir kali Siwon tersenyum selembut itu padanya.

"Ayo kita pulang," Ujar Siwon seraya meraih tubuh Yesung dan menuntunnya berdiri.

Yesung menatap Siwon bingung, "Kau tidak marah padaku?"

Siwon menggeleng, "Aku tidak berhak marah padamu. Kajja!"

"Kau akan mengantarku pulang?"

Siwon kembali menggeleng, "Anni. Kau akan pulang ke rumahku," Ujarnya seraya berlutut di depan Yesung.

Yesung kembali menatap Siwon bingung, "Apa yang kau lakukan?"

"Naik ke punggungku. Tubuhmu dingin sekali, kau tidak akan bisa berjalan sampai rumahku,"

Yesung menggeleng cepat, "Anni! Aku bisa jalan sendiri,"

Bruk!

Siwon menarik pelan tangan Yesung, membuat namja manis itu jatuh tepat di punggungnya. Ia segera bangkit sebelum Yesung mencoba melepaskan diri.

"Pegangan yang kuat, jangan membuat dirimu jatuh," Ujar Siwon seraya mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Meskipun sebenarnya masih bingung dengan apa yang terjadi, tapi Yesung tetap melingkarkan tangannya memeluk leher Siwon.

"Kapan terakhir kali kau makan, huh? Tubuhmu ringan sekali,"

.

.

.

.

Sesampainya di rumah Siwon, mereka berdua langsung menuju kamar sang namja tampan. Lagipula sudah lewat tengah malam seperti ini pasti orang tua Siwon juga sudah tidur.

Setelah berada di kamarnya, Siwon mendudukan Yesung di pinggiran tempat tidurnya, kemudian mengambil sebuah baju dari lemari. Ia kembali menghampiri Yesung dan duduk di samping kekasihnya itu.

Yesung sontak melebarkan matanya ketika tiba-tiba Siwon melepaskan kancing baju yang ia kenakan.

Siwon tertawa pelan melihat raut wajah Yesung, "Bajumu sangat dingin, aku hanya tidak ingin kau sakit. Kau tau aku bukan namja yang seperti itu," Ujarnya seakan mengerti apa yang tengah dipikirkan namja manis itu.

Pipi Yesung langsung bersemu merah mendengar ucapan Siwon, "A-aku tidak berpikir seperti itu!"

Siwon tersenyum seraya melepaskan baju Yesung dan segera menggantinya dengan kemejanya yang sudah bisa dipastikan pasti akan kebesaran di tubuh kekasihnya itu.

"Celanamu.. ingin aku yang melepaskannya atau—"

"Aku bisa melepasnya sendiri!" Potong Yesung seraya langsung berlari ke kamar mandi, meninggalkan Siwon yang tertawa melihat tingkahnya.

.

.

.

.

Tubuh Yesung kembali membeku ketika tiba-tiba tangan Siwon memeluknya dan menarik tubuhnya mendekat. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia tidur bersama Siwon, namun setelah apa yang terjadi belakangan ini, entah mengapa pelukan itu kini terasa berbeda. Pelukan itu terasa begitu hangat dan membuatnya merasa sangat nyaman.

"Maaf membuatmu jadi kedinginan seperti ini.." Ucap Siwon seraya mengecup leher Yesung.

Yesung terkekeh geli, "Apa kau bercanda? Dengan pelukanmu yang sangat erat ditambah dengan selimut setebal ini, apa menurutmu aku masih bisa merasa kedinginan?"

Siwon semakin mengeratkan pelukannya, "Yesung-ah.."

"Hmm?"

"Kalau aku memberimu tiga permintaan, apa yang kau inginkan?"

Yesung membalikkan badannya dan menatap Siwon tidak mengerti, "Huh?"

Siwon terkekeh pelan seraya mencubit pipi chubby Yesung, "Hanya katakan apa yang kau inginkan, aku pasti akan mengabulkannya,"

"Kenapa tiba-tiba kau bersikap seperti ini? Apa terjadi sesuatu?"

Siwon menggeleng, "Aku hanya ingin meminta maaf padamu. Aku sudah menyakitimu, kan?"

Yesung langsung menggeleng cepat, "Anni. Aku yang seharusnya meminta maaf. Aku—"

Siwon meletakkan telunjuknya di bibir Yesung, membuat namja manis itu menghentikan ucapannya, "Hanya katakan apa yang kau inginkan!"

"Eum, baiklah," Ucap Yesung seraya berpikir sebentar, "Aku ingin memakan ice cream bersamamu,"

Siwon mengangkat alisnya mendengar permintaan pertama Yesung.

Yesung tertawa pelan, "Aku benar-benar ingin makan ice cream bersamamu, Siwonnie. Kau sudah berjanji akan makan ice cream bersamaku kalau aku memenangkan olimpiade bulan lalu,"

"Aah, arraseo. Lalu apa yang kedua?"

Yesung terlihat bepikir sekali lagi, "Eum, yang ini aku tidak akan memaksamu untuk mengabulkannya. Kau boleh menolak kalau kau tidak bisa,"

"Just tell me, Yesungie~~" Ujar Siwon gemas.

"Kau masih ingat, aku pernah memintamu melukis kita berdua? Tapi kau mengatakan padaku kau hanya akan melukis tentang alam, bukan manusia,"

Siwon tersenyum, ia tidak akan pernah melupakannya meskipun Yesung memintanya saat mereka masih sama-sama duduk di sekolah dasar. Ia masih sangat mengingatnya karena sejak saat itulah Yesung mulai menunjukkan ketidaksukaannya pada hobi melukis Siwon.

"Aku masih menginginkannya,"

"Aku lebih suka melukis alam darimana manusia," Ujar Siwon membuat raut wajah Yesung berubah sedih, "Tapi kali ini aku akan membuat pengecualian. Hanya untukmu," Lanjutnya membuat mata Yesung langsung berbinar.

"Jinjayo?"

Siwon mengangguk, "Aku akan membuatnya untukmu,"

Yesung tersenyum senang dan langsung memeluk Siwon erat, "Aku mencintaimu, Siwonnie~~"

"Aku juga mencintaimu, Yesungie~~" Balas Siwon seraya mencium kening Yesung, "Lalu yang terakhir?"

"Aku ingin memenangkan olimpiade akhir musim panas nanti,"

"Yah! Itu bukan keinginan yang bisa aku kabulkan, Yesung-ah,"

Yesung tersenyum, "Lupakan, aku tidak memintamu untuk mengabulkannya. Permintaan terakhir, aku hanya ingin kau selalu bersamaku,"

"Aku akan selalu bersamamu meskipun tanpa kau memintanya, chagi,"

Yesung sedikit mengangkat kepalanya lalu mencium pipi Siwon, "Gomawo," Ucapnya sebelum kemudian menyamankan dirinya di dalam pelukan Siwon.

"Sudah mengantuk, hm?" Tanya Siwon seraya mengusap lembut rambut Yesung.

Yesung mengangguk kecil sebagai jawabannya.

"Tidurlah, aku akan menjagamu," Ujar Siwon seraya mengecup puncak kepala Yesung sekali lagi.

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Pagi itu Siwon terbangun dan menemukan dirinya tengah memeluk Yesung yang masih terlelap. Ia tersenyum kecil, bersyukur pada Tuhan karena telah membukakan pintu hatinya sebelum semua terlambat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia benar-benar harus kehilangan Yesung sebelum sempat memperbaiki semuanya.

Siwon sedikit menundukkan wajahnya, kemudian memberikan ciuman lembut di bibir Yesung.

"Yesung-ah.." Panggil Siwon mencoba membangunkan Yesung.

"Yesung.." Panggil Siwon sekali lagi, kali ini dengan sedikit mengguncang tubuh Yesung. Ia tau Yesung adalah tipe orang yang sensitif, membangunkannya tentu bukanlah hal yang sulit.

Namun hingga Siwon mengulangi panggilannya beberapa kali, Yesung tetap tidak membuka matanya. Dada Siwon mulai bergemuruh, jantungnya berdegup kencang, tangannya yang masih berusaha mengguncang tubuh Yesung ikut gemetar.

"Yesung-ah!"

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Siwon dan Kyuhyun menatap sosok namja yang kini terbaring lemah di dalam ruang ICU itu. Tak pernah terbayangkan oleh keduanya bahwa mereka akan melihat Yesung dalam kondisi seperti ini. Hari ini adalah hari ketiga sejak Siwon menemukan Yesung tak sadarkan diri di kamarnya, namun sampai saat ini namja manis itu tak juga membuka matanya.

Orang tua Kyuhyun dan Siwon sempat memarahi Kyuhyun habis-habisan karena telah berani menyembunyikan hal sepenting ini dari mereka, biar bagaimanapun mereka sudah menganggap Yesung seperti anak mereka sendiri. Kenyataan bahwa Yesung akan segera meninggalkan mereka tentu saja bukan sesuatu yang mereka inginkan.

"Dia terlihat seperti malaikat, kan?" Ujar Siwon tanpa mengalihkan obsidian-nya dari sosok sang kekasih yang tampak nyaris tenggelam di dalam alat-alat kedokteran yang berkeliaran di tubuhnya.

Kyuhyun tersenyum, "Bukankan Yesung memang selalu terlihat seperti malaikat? Ya, meskipun terkadang dia juga sangat menyebalkan,"

Siwon ikut tersenyum, meskipun raut kesedihan masih terpampang jelas di wajah tampannya.

"Yesung kita sudah berubah, Siwon-ah. Kau masih ingat saat pertama kali kita bertemu dengan Kim Jongwoon kecil yang sangat manja itu?"

Siwon menganggukkan kepalanya, "Jongwoon yang baru datang langsung membuang mainan kita karena kita tidak mau menemaninya jalan-jalan, kan? Dia benar-benar menyebalkan,"

"Dan hanya beberapa bulan setelah itu, orang tua Yesung mengalami kecelakaan dan meninggal. Kita kehilangan Yesung yang selalu ceria selama hampir satu bulan. Orang tua kita bahkan harus bergantian menginap di rumahnya karena dia tidak mau diajak pindah rumah,"

"Hari itu, aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan melakukan apapun selama itu bisa mengembalikan Yesung pada kita. Aku berjanji akan selalu mengabulkan semua permintaannya asal dia mau berbicara lagi padaku. Kalau dia bisa tersenyum lagi, aku bersumpah aku tidak akan membiarkan senyuman itu meninggalkan wajahnya. Aku bersumpah aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya. Tapi kemarin aku.. aku justru menyakitinya dengan tanganku sendiri.."

Kyuhyun merangkul bahu Siwon dan mengusapnya pelan, seakan memberi kekuatan pada sahabatnya itu.

"Dia tidak akan menyalahkanmu, Siwon-ah. Dia sangat mencintaimu. Dia bahkan meminta padaku untuk memastikan kau bahagia setelah dia pergi,"

Siwon memejamkan matanya erat, menikmati setiap helaan napasnya yang terasa begitu menyesakkan.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Selama Yesung masih bernapas, kau masih memiliki kesempatan untuk menebus semuanya,"

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Siwon meraih jemari mungil Yesung, membawanya ke dalam genggamannya dan mengecupnya lembut. Ia mencoba memberi Yesung kekuatan, memberi keyakinan pada namja manis itu bahwa ia sangat mencintainya. Ia ingin membuat kekasihnya itu merasakan bahwa ia tidak mau kehilangannya.

Ia memang merasa lelah dengan keegoisan Yesung selama ini, namun sungguh, tak pernah sedetikpun ia membayangkan akan hidup tanpa namja manis itu di sisinya.

"Siwonnie.."

Siwon sontak membuka kedua matanya begitu mendengar suara baritone yang sangat ia kenal memanggil namanya. Senyuman langsung mengembang di wajah tampannya begitu menemukan iris caramel yang tersembunyi selama beberapa hari ini kini terbuka, menatapnya dengan begitu lembut.

"Aku akan memanggil dokter, Yesung-ah. Kau tunggu sebentar, ne? Jangan tutup matamu lagi!" Seru Siwon sebelum kemudian berlari meninggalkan ruang ICU.

.

.

.

.

"Kenapa terus melihatku seperti itu?" Tanya Yesung seraya mengerjapkan matanya. Ia baru saja dipindahkan dari ruang ICU setelah Dr. Kim menyatakan bahwa keadaannya membaik, dan saat ini ia tengah berada di kamarnya bersama Siwon.

"Menurutmu?" Siwon balik bertanya.

Yesung mengerucutkan bibir pucatnya, "Bukankah aku sudah mengatakan aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir?"

"Kau mau membuatku mengutuk diriku sendiri seumur hidup, huh?"

Yesung sedikit menundukkan kepalanya, "Kau tau, aku juga sangat takut saat pertama kali tau bahwa aku akan segera mati. Aku ingin memberitahumu, tetapi saat itu kau sedang marah padaku. Aku takut kau tidak percaya,"

Siwon merasa seolah tertohok sekali lagi. Ia kembali teringat, bagaimana bisa hari itu ia menuduh Yesung berpura-pura sakit hanya untuk mendapatkan perhatian darinya?

"Maafkan aku, Yesung-ah. Aku—"

"Apa kau akan menghabiskan seluruh hidupmu untuk meminta maaf padaku, huh?" Tanya Yesung memotong ucapan Siwon, "Bukankah lebih baik kau menepati janjimu?"

"Ah iya!" Siwon menepuk keningnya sendiri, "Aku punya sesuatu untukmu," Ujarnya seraya mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.

"Apa itu?" Tanya Yesung antusias.

"Tada~~" Seru Siwon seraya menunjukkan lukisan di tangannya pada Yesung.

"I-itu—"

"Ini aku, dan ini kau," Ujar Siwon sambil menunjuk satu persatu objek yang ada di dalam lukisannya.

Yesung langsung merebut lukisan itu dari tangan Siwon, "Kenapa aku punya sayap?"

"Karena bagiku kau adalah seorang malaikat," Jawab Siwon membuat pipi Yesung memerah, "Kau suka?"

Yesung mengangguk, "Bagaimana mungkin aku tidak menyukainya?"

"Ya, kau tau ini adalah pertama kalinya aku menggunakan manusia sebagai objek lukisanku,"

"Ini sangat indah, Siwonnie," Ujar Yesung seraya tersenyum, "Lalu janji yang satu lagi?"

Siwon mengangkat alisnya, "Janji yang satu lagi?"

Yesung mengangguk, "Ice cream. Sekarang,"

"Yah! Apa kau tidak melihat wajahmu pucat begitu? Kau tidak boleh makan ice cream, Yesung-ah!"

"Aku tidak akan meminum obatku kalau kau tidak mau membeli ice cream untukku sekarang juga," Ancam Yesung.

"Okay-okay, aku akan membeli ice cream untukmu sekarang juga. Kau senang?"

Yesung tersenyum puas, "Tentu saja!"

Siwon menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan, "Tunggu sebentar, ne? Aku akan segera kembali," Ujarnya seraya mengecup bibir Yesung sebelum kemudian keluar dari kamar itu.

.

.

.

.

Siwon menghentikan langkahnya di ujung koridor rumah sakit ketika matanya menemukan beberapa orang yang ia kenal berada di depan kamar tempat Yesung di rawat. Ia melihat Mrs. Choi dan Mrs. Cho terisak di dalam pelukan suaminya masing-masing. Ia juga melihat Kyuhyun duduk di kursi tunggu dengan kepala tertunduk. Ia tau, ada sesuatu yang tidak benar di sana.

Tiba-tiba pintu ruangan bercat putih itu terbuka, sang dokter muda yang baru keluar dari ruangan tersebut langsung dihujani dengan berbagai pertanyaan dari orang-orang yang sejak tadi menunggu kabar baik darinya.

Dan saat itu, ketika sang Dokter membungkukkan badannya seraya menggumamkan kata maaf, Siwon merasakan langit seolah runtuh menghancurkan dunianya. Mrs. Choi dan mrs. Cho langsung jatuh pingsan, Kyuhyun berteriak putus asa seraya meremas rambutnya sendiri, sementara ia hanya terdiam di sana.

Bruk.

Tube ice cream di tangan Siwon terjatuh ke lantai. Tubuhnya terpaku, ia merasa dunianya seolah berhenti berputar. Ia seakan tak mendengar suara apapun lagi. Yang ada hanyalah keheningan yang begitu menyakitkan.

Kenangan-kenangan itu seakan menari-nari di pelupuk matanya bersamaan dengan cairan bening yang perlahan mengalir dari sepasang manik obsidian miliknya, membuat dadanya terasa semakin sesak.

Ia bahkan masih belum mendapatkan kembali kesadarannya ketika tiba-tiba seseorang memeluknya, membisikkan sesuatu yang tak ingin ia dengar seumur hidupnya, "Dia pergi, Siwon-ah. Dia pergi.."

.

.

~ 예 원 ~

.

.

Siwon memejamkan matanya, menikmati hembusan angin musim gugur yang terasa begitu menyejukkan hatinya. Ia tak pernah menyukai musim gugur sebelumnya, namun entah mengapa kali ini ia merasa berbeda. Musim kesukaan namja yang dicintainya itu seakan membawa ketenangan tersendiri untuknya. Ia seolah bisa merasakan kehadiran Yesung di sana.

Selembar daun maple jatuh menyentuh punggung tangannya, membuat Siwon perlahan membuka kedua matanya, menatap sebuah nama yang terukir indah di atas batu nisan di hadapannya.

In loving memory of Kim Jongwoon
August 24
th 1994 – August 4th 2012
May he rest in peace

Siwon berlutut di samping makam Yesung sembari meletakkan sebuah tropi di sana.

"Apa kau juga menikmati musim gugurmu di sana?" Gumamnya seraya tersenyum lembut, "Aku memenangkan tropi olimpiade ini untukmu, jadi ini milikmu sekarang,"

Siwon menghela napas pelan, "Aku sangat merindukanmu, Yesung-ah. Kau juga merindukanku, kan? Kau bilang kau ingin melihatku bahagia, tetapi aku tidak akan pernah bisa bahagia tanpa kau di sisiku. Jadi berjanjilah kau akan menungguku di sana. Aku berjanji aku akan membuatmu bahagia,"

Tiba-tiba Siwon merasakan seseorang menepuk bahunya, membuat ia sedikit mendongak untuk kemudian menemukan Kyuhyun berdiri di sampingnya.

"Aku juga sangat merindukannya," Ujar Kyuhyun seraya menaruh bunga yang dibawanya di atas makam Yesung.

Siwon tersenyum, "Aku tau,"

Tentu saja, kematian pasti bukanlah sesuatu yang diharapkan setiap orang untuk menjadi akhir dari sebuah kisah. Tetapi kau harus tau, Tuhan lebih tau apa yang terbaik untuk ciptaannya. Tak ada seorang pun yang bisa menolak ketika Dia mulai menggariskan takdirnya. Dan percayalah, kisah ini belum berakhir sampai di sini. Masih ada rangkaian takdir yang harus mereka lalui sebelum akhirnya mereka akan menemukan sebuah akhir yang sesungguhnya.

.

FIN

[April 12th 2013]


A/N : Thanks buat readers yang sudah mau RnR walaupun aku jarang banget post FF di sini ^^

Ini Cuma sekedar birthday fic buat Siwon kok, sedih banget liat FFn sekarang sepi banget FF Yewon T_T

.

Oh iya, kalau ada yang mau kenal *plakk* follow aja fairy_siwoonie, mention for follback :)

Satu lagi, mohon doanya buat UN hari senin nanti ya kkk~

.

Anw, Happy Kyusung Day \^0^/