Chapter 1

New Born

Disclaimer : I don't own Naruto

Rate : T

Genre : Sci-Fi, Tragedy, Romance, Crime, Humor pokoknya lengkap

Pairing : Minakushi again ( My Parents )

Warning ! : EYD abal-abal, OOC, Gaje, alur cepat, tetek bengek semuanya ada !

Catatan ! : di chapter 1 ini Shisui memberi nama Kushina 'Kushimi Azekawa' ( nama karangan Shisui sendiri ), di chapter ini Shisui menceritakan detik-detik Kushina akan menjadi vampire, pasti Minna bertanya-tanya kenapa Shisui mengganti nama Kushina, ya kan? itu karena disini ciri fisik Kushina berbeda. Disini Shisui menggambarkan Kushina bertubuh sedikit gemuk, matanya berwarna hijau, tubuhnya lebih pendek ( 10 cm lebih pendek dari Kushina ). Cuma rambut, kelakuan kelaki-lakian dan embel-embel kata 'ttebane-nya' saja yang tidak berubah di chapter 1 ini, di chapter selanjutnya baru nama Kushimi akan Shisui ganti dengan nama Kushina. Jadi Gomen yah buat para fans Kushina kalau Shisui mengganti nama Kushina di chapter 1 ini, Shisui cuma ganti namanya buat satu chapter doang kok boleh kan? *tampang puppy eyes*, oh iya..., disini Minato masih belum muncul yah soalnya kan ini detik-detik Kushina menjadi vampire.

Oke langsung saja !

If you don't like this story, don't read !

Enjoy It !

-Kushina POV-

Halo Minna..., namaku Kushimi Azekawa, aku tinggal di kota yang bernama Konoha. Umurku 15 tahun hampir baranjak 16 tahun sih, hihihi.

Di kota Konoha tempat aku tinggal banyak orang-orang yang sangat ramah-ramah, hampir semua yang tinggal di kota ini murah senyum ( itu menurutku loh..., kalau menurut orang lain? Eemm..., aku tidak tahu, hehehe ).

Aku tinggal di kota ini hanya berdua dengan kaa-san. Saat aku berumur sepuluh tahun tou-san meninggalkan kaa-san demi wanita lain, yah saat itu aku masih tidak mengerti soal insiden itu tapi sekarang aku sudah mengerti bahkan sangaaat mengerti. aku membenci tou-san!...sangat benci! Saat aku sudah mengerti semuanya. Jika tou-san tidak mencintai kaa-san, untuk apa dia menikahi kaa-san..., eh kenapa aku curhat yah. Gomen minna aku terbawa emosi jadi curhat deh. Hehehe.

Oke, aku tinggal di jalan Demuno Kara blok 5, aku dan kaa-san membuat ruko disana, minna tahu kan kalau ekonomi semakin tinggi bahkan harga makanan kesukaanku yaitu ramen sekarang naik drastis loh, yang tadinya 150 yen sekarang naik menjadi 250 yen. Hufft..., gara-gara kenaikan yang drastis itu aku harus membela diriku agar jangan terlalu sering makan makanan favoritku itu.

Oh iya, ruko yang dibuat aku dan kaa-san adalah ruko makanan yang menyediakan banyak kare. Dari kare putih seperti nasi, kare pedas, kare kepiting, kare ayam dan sebagainya. Yah lumayanlah dari hasil penjualan kare itu aku jadi masih bisa bersekolah. Aku bersekolah di Koerawa High School. Disekolah itu aku belajar dikelas X-A, banyak pelajar yang ramah-ramah disana... tidak semuanya ramah sih. Ada satu atau tiga orang yang membuatku jengkel.

Tiga orang itu selalu mengejekku tomat tiap aku memasukki kelas, itu karena rambutku yang merah, karena saking jengkelnya aku sampai-sampai tidak bisa menahan emosiku jadi aku memukul mereka semua deh. Dan seminggu setelah itu mereka mulai tidak berani mengejekku lagi.

Tiap pulang sekolah aku selalu mampir ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang hampir habis yang diperlukan untuk membuat kare.

"Shizuka-san, aku memesan telur sekilo, bawang bombay, teh kecap manis, saus tomat, cabai, kepiting, ayam, penyedap rasa dan sayur-mayur yah."

"oh iya, tunggu sebentar yah Kushimi-chan"

Sekitar sepuluh menit aku menunggu akhirnya Shizuka-san si penjaga toko telah datang lagi dan memberikan tas plastik berisikan bahan-bahan yang kupinta tadi.

"ini dia..., oh iya apa dagangan ibumu ramai Kushimi-chan?"

Aku tersenyum saat Shizuka-san bertanya demikian, yah..., aku dan Shizuka-san sudah lama akrab jadi tidak masalah kalau aku bicara blak-blakkan padanya.

"lumayan-ttebane !, kemarin saja kami hampir menghabiskan dua baskom nasi kare"

"wah, hebat dong..., semoga hari ini lebih ramai yah Kushimi-chan?"

"iya, terima kasih Shizuka-san, aku pulang dulu yah"

"ya sudah, hati-hati dijalan yah"

Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum untuk menjawab ucapannya lalu mulai melesat pergi menjauhi toko bernama 'All in One' itu.

Setengah jam aku mengayuhkan sepeda-ku..., akhirnya aku tiba juga dirumah tersayang, ruko kare kami yang berada didepan rumahku masih belum buka berarti kaa-san masih belum mempersiapkan semuanya, bagus lah aku jadi bisa membantunya-ttebane !.

"Tadaima !" teriakku sambil melepaskan sepatuku dan setelah itu memasukki rumahku dengan berlari.

Aku melihat kaa-san sedang membereskan semua bahan-bahan yang perlu dibawa, aku bisa melihat dari jauh kalau kaa-san terlihat sangat lelah sekali. Aku merasa kasihan dengan kaa-san jadi aku lebih baik langsung membantunya saja, soal mengganti seragam..., nanti sajalah kalau semuanya selesai baru aku mengganti seragamku.

Aku berlari mendekati kaa-san dan memeluknya dari belakang sehingga membuat gadis paruh baya yang kusayangi ini tersontak terkejut.

"ya ampun Kushimi..., kamu membuat kaa-san terkejut tahu"

Aku tertawa kecil dibahunya

"hihihi, maaf kaa-san kalau aku membuat kaa-san terkejut. memangnya kaa-san tidak mendengar aku berteriak 'tadaima' tadi di pintu?"

"ah, kaa-san tidak mendengar teriakkanmu Kushimi, er, mungkin gara-gara kaa-san terlalu konsentrasi sama ini kali jadi kaa-san sampai-sampai tidak mendengarmu pulang"

Aku mengerutkan keningku

"memangnya apa sih yang membuat kaa-san konsentrasi sebegitunya sampai-sampai tidak mendengar teriakkan pulangku?"

"ini nih, kaa-san sedang membereskan barang-barang yang perlu dibawa"

"bukannya itu sudah biasa kaa-san?"

"iya sih, hehehe"

"ya ampun kaa-san, ada-ada saja deh. Sini aku bantu"

Saat aku sedang mengambil tissu di kotak bahan disebelahnya..., kaa-san mencegahku dengan memegang pergelangan tanganku.

"kamu ganti pakaian saja dulu, habis itu baru bantu kaa-san"

"ya deh, aku ganti baju dulu yah"

Aku memutar tubuhku memunggungi kaa-san dan melesat menuju kamarku untuk mengganti pakaian.

-x-x-x-x-

Hari sudah malam, aku dan kaa-san akan menutup ruko, hufft...hari yang sangat melelahkan sekali. Tetapi keringatku dan kaa-san membuahkan hasil yang cukup lumayan, hari ini penjualan kare kami laris manis.

Banyak pelanggan yang datang ke ruko kami dan memesan porsi banyak sekali apalagi pelanggan setia kita Chouza, beliau selalu membeli kare kami sangat banyak sekali, kami sangat senang sekali saat dia bilang kalau kare kami ini sangat enak. Besok aku akan berbelanja banyak-ttebane.

Lima belas menit kemudian, aku dan kaa-san telah selesai bersih-bersih dan beres-beres, aku dan kaa-san masuk kedalam rumah dengan hembusan nafas kelelahan. Setelah aku dan kaa-san sedang meletakkan bahan-bahan dan barang-barang tersebut kelemari..., tiba-tiba suara telepon rumah berdering keras.

KRIIING...

Kaa-san berjalan menuju telepon rumah dideringan telepon yang keempat.

"iya halo, keluarga Azekawa disini?"

"memesan kare? tapi kita sudah tutup Haruno-sama. Besok saja bagaimana?"

"oh para keluarga Haruno-sama ingin makan kare? Aduh bagaimana ya?"

Aku mengerutkan keningku merasa penasaran dengan siapa kaa-san berbicara, kalau tidak salah dari nada bicara yang kudengar sih..., si penelpon seperti sedang memesan kare, aku berjalan mendekati kaa-san yang masih sedang menyahut-nyahut di telepon rumah tersebut.

"siapa kaa-san?" tanyaku sesampainya disana.

Kaa-san menoleh kearahku dengan tersenyum lalu di menjauhkan telepon rumah tersebut dari telinga lalu menutupi bawah gagang telepon rumah dengan telapak tangannya.

"Haruno-sama memesan kare, Kushimi-chan"

"lalu kenapa? Terima saja kaa-san, kan lumayan buat tambah-tambahan"

"iya sih maunya kaa-san begitu, tapi kan Zabuza-san sudah pulang jadi kare-nya tidak ada yang mengantar"

"biar aku saja yang mengantarkannya kaa-san" kataku menawarkan diri

Kaa-san melebarkan kedua matanya yang sepertinya menandakan dia merasa khawatir padaku.

"tapi Kushimi-chan, kamu kan masih sangat lelah"

Aku tersenyum

"tidak apa-apa kok kaa-san, aku masih bisa kok kalau hanya mengantarkan pesanan saja. Sayang loh kaa-san kalau ditolak?"

Kaa-san menundukkan kepalanya seperti sedang mempertimbangkan tawaranku tadi

"ya sudah" bisiknya menyetujui tawaranku lalu dia mengangkat gagang teleponnya kembali dan mulai bicara kembali kepada Haruno-sama.

"baiklah Haruno-sama, Kushimi-chan akan mengantarkannya kerumah anda, terima kasih sudah memesan Haruno-sama"

Kaa-san menutup telepon rumah lalu memandangiku dengan tatapan prihatin.

"kamu yakin tidak apa-apa Kushimi-chan? Kamu tidak merasa lelah sama sekali?"

Aku menganggukkan kepala dengan mantap

"iya kaa-san, aku tidak terlalu lelah kok, ayo kita buat kare-nya"

Saat aku memegang lengannya kaa-san..., kaa-san menahan lengannya sehingga aku tidak bisa menariknya, aku menoleh kearahnya dengan alis terangkat sambil berbisik 'ada apa?', kaa-san menggelengkan kepalanya lalu dia tersenyum lembut padaku.

"kamu tidak usah membantu kaa-san membuat kare Kushimi-chan, biar kaa-san membuatnya sendiri. Kamu terlihat sangat lelah sekali"

Aku tersenyum saat dia berkata demikian, dia memang seorang kaa-san yang baik sekali, aku sangat bangga mempunyai kaa-san yang baik seperti dia. Aku memutar tubuhku lalu memegang kedua tangannya.

"kaa-san..., aku tidak terlalu lelah kok. Aku tidak apa-apa, lagipula memangnya pantas kalau seorang anak santai-santai saat kaa-sannya bekerja? Aku ingin membantu kaa-san, aku tidak tega kalau kaa-san bekerja sendirian. Jadi biarin Kushimi membantu kaa-san yah?"

Kaa-san tersenyum lembut padaku lalu dia memelukku sangat eratnya, tidak lama setelah itu dia melepaskan pelukannya masih dengan tersenyum.

"ya sudah...ayo bantu kaa-san membuat kare" serunya lalu mengajakku kedapur untuk membuat kare.

-x-x-x-x-

-Normal POV-

Seorang gadis berambut merah itu keluar dari rumah besar nan indah, rumah itu berdesain rumah Paris lengkap dengan genting yang mengerucut.

"terima kasih yah sudah mengantarkan karenya, karenya sangat enak sekali" ucap gadis berambut merah muda yang panjangnya sebahu

"iya, sama-sama Haruno-sama" balas Kushimi sambil tersenyum.

Sakura menyengir tidak jelas saat dipanggil '-sama' oleh Kushimi, ia merasa kalau ia lebih mulia dari Kushimi dan ditambah lagi ia merasa seperti orang tua jika ditambahi kata '-sama' di namanya.

"heh, jangan panggil aku begitu dong, aku merasa lebih tua darimu padahalkan umur kita kan sama, panggil saja aku Sakura, oke? Oh iya, namamu siapa?"

"er..., baik Sakura-chan, namaku Kushimi"

"baiklah Kushimi-chan, salam kenal yah"

Kushimi menyengir sambil menggaruk-garukkan kepalanya

"iya..., salam kenal, ya sudah aku balik dulu yah. Aku takut kaa-san mencariku"

"ya sudah, bye"

Kushimi menganggukkan kepalanya lalu balas berkata 'bye' kemudian dia menuntun sepedanya menjauh dari rumah tersebut. Disetiap perjalanan rasa tidak enak menjalari perasaannya. Dia merasa ada sesuatu hal yang buruk telah terjadi, semakin lama perasaan tidak enak itu semakin menjadi-jadi sehingga membuat Kushimi semakin khawatir, dia terbayang-bayang wajah kaa-sannya saat itu sehingga dia mulai menaiki sepedanya dan mulai mengayuhnya dengan cepat takut kalau-kalau ada sesuatu hal yang terjadi pada kaa-sannya.

Saat dia hampir sampai rumahnya..., dia melihat ada cahaya terang berwarna jingga dilangit menerangi jalan tempat saat ini dia mengayuhkan sepedanya kemudian muncullah kumpulan asap tebal disuatu titik tersebut, dia merasa asap itu berasal dari rumahnya, perasaan tidak enak itu mulai muncul kembali, dia mengayuhkan sepedanya semakin cepat agar lebih cepat tiba.

Setelah tinggal satu tikungan lagi..., para masyarakat disana saling bolak-balik kepanikkan sambil membawa selang dan air dari rumah mereka masing-masing sambil berteriak 'KEBAKARAN !...KEBAKARAN !' dengan suara sangat panik. Tidak lama kemudian dia melebarkan matanya saat melihat cahaya yang dia lihat itu adalah api besar, dan dia mengenali apa yang dibakar api besar itu.

Dengan refleks dia turun dari sepedanya dengan terburu-buru karena panik sehingga membuat sepedanya itu rusak karena terjatuh terlalu kuat. Dia membelalakkan matanya dengan nafas terengah-engah karena habis berlari. Rumahnya habis terbakar oleh si jago merah. Dia menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri mencari ibunya tetapi dia tidak melihat sosok ibunya tersebut, dia berjalan perlahan-lahan mencari ibunya sampai-sampai kabar yang tidak enak didengar terdengar olehnya.

"Kushimi-chan? Kamu masih hidup?"

Kushina memutar tubuhnya kebelakang memunggungi rumahnya yang terbakar dan disaat dia memutarkan tubuhnya..., dia melihat pria brambut panjang berwarna hitam dan mempunyai mata berwarna putih menatapnya penuh kekhawatiran.

"Hiashi...?" Kushimi dipeluk Hiashi Hyuuga dengan sangat erat sekali sehingga membuat Kushimi membelalakkan matanya.

"syukurlah kamu masih hidup Kushimi...syukurlah, aku sangat senang sekali" bisiknya di bahunya Kushimi sambil terisak-isak.

Kushimi tersontak saat Hiashi mengatakan kata 'kamu masih hidup', dia melepaskan pelukannya Hiashi lalu dia menatap Hiashi dengan tatapan tajam.

"apa maksudmu 'kamu masih hidup'?! dimana kaa-san?!" teriak Kushimi dengan kerasnya.

Sang Hyuuga itu terdiam lama sekali lalu dia menundukkan kepalanya seperti orang yang tidak mau menjelaskannya tetapi dia salah kalau dia tidak mau menjelaskannya karena saat itu Kushimi sedang dalam fikiran kacau dan perasaan tidak enaknya soal ibunya telah menjadi-jadi sehingga membuat Kushimi merasa emosi padanya.

Kushimi memukul perutnya Hiashi dengan sangat keras sekali sehingga membuat sang Hyuuga itu terpental sejauh 1 meter.

"katakan dimana Kaa-san?!" teriak Kushimi lagi, Kushimi sedang mengepalkan tangannya kearah Hiashi seolah-olah ingin memukulnya kembali sedangkan Hiashi terpuruk kesakitan di tanah yang dibasahi air yang ditumpahi masyarakat saat membawa ember dan selang untuk memadamkan api.

Dengan tergopoh-gopoh Hiashi mulai terbangun, dia memegang perutnya lalu berjalan mendekati Kushimi dengan jalan yang juga tergopoh-gopoh.

"disaat aku berjalan menuju rumahmu untuk sekedar bermain, aku melihat kepulan asap terbang melayang keawan, aku merasa kepulan asap itu berasal dari rumahmu. Aku berlari saat itu sambil meminta tolong tetapi aku telat..., setibanya aku disana, api sudah mulai membesar sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi ketika aku membayangkan dirimu dan kaa-sanmu didalam sedang mencari jalan keluar..., aku jadi ingin masuk tetapi dicegah oleh masyarakat disini. Pada saat itu aku kira kamu dan kaa-sanmu terbakar disa..."

"JADI KAA-SAN ?!"

Hiashi menundukkan kepalanya dengan expresi sedih, karena Kushimi mengerti dengan expresi Hiashi, Kushimi berteriak memanggil 'Kaa-san !' dengan sangat keras sambil berlari ke rumahnnya yang sudah setengah terbakar hangus itu, saat Kushimi berlari..., Hiashi berlari mengejarnya sambil berteriak memanggil namanya, pada akhirnya Hiashi bisa menahan Kushimi ketika jaraknya tinggal 4 meter lagi dari rumah terbakar itu, Kushimi meronta-ronta meminta dilepaskan tetapi Hiashi tidak menurutinya. Dia terus memegangnya agar dia tidak bisa berlari lagi.

"lepaskan aku...lepaskan aku !"

"Kushimi tenanglah !"

"KAA-SAN !" teriaknya lalu dia mulai menangis sangat keras.

Pada waktu yang sama dua mobil pemadam kebakaran tiba dan mulai menyemprotkan air ke rumahnya yang terbakar tersebut.

-x-x-x-x-

Kushimi duduk lemas tidak berdaya melihat rumahnya habis dilalap api, yang tadinya rumahnya dilapisi dinding-dinding yang kokoh sekarang hanyalah debu berwarna hitam yang berterbangan terbawa angin, dia menangis tersedu-sedu, dia menangis bukan karena rumahnya terbakar tetapi karena ibunya telah meninggalkannya. Sekarang dia yatim piatu, dia sebatang kara sekarang. Dua jam yang lalu petugas pemadam kebakaran mengabarkan kalau dia menemukan mayat perempuan didalam rumahnya, pada saat itu Kushimi sangat terpukul karena mayat itu adalah mayat ibunya.

Air mata mulai bercucuran di pelupuk matanya, rasa sakit ditinggal ibunya itu sangat membuatnya terpukul, sekarang apa yang akan dia lakukan sekarang?, dia tidak punya rumah, tidak punya keluarga dan sejenisnya, dimana dia harus tinggal sekarang?.

Disaat dia sedang merenung..., tibalah Hiashi, dia duduk disebelahnya sama lemasnya. Hiashi menghusap air mata Kushimi yang terus berlinang dengan sangat lembut sekali, Kushimi tidak menoleh sedikitpun kearah Hiashi, dia masih memandang rumahnya yang sudah menjadi debu.

"Kushimi sudahlah, jangan menangis terus. Lihatlah matamu Kushimi? Sangat sembab sekali"

"aku tidak perduli...hiks...biarin aku kehabisan air mata...aku tidak perduli. Kaa-san sudah meninggalkanku, tou-san juga meninggalkanku, sanak saudarapun tak ada. Sekarang aku sebatang kara didunia ini, aku yatim piatu!. Jika begini lebih baik aku mati"

"ssst...!, kamu tidak boleh bicara seperti itu Kushimi. Kamu tidak sendirian Kushimi, disini ada aku. Aku bisa membantumu, aku ini temanmu. Dengar..., aku sudah bilang sama kaa-san dan tou-san untuk mengajakmu kerumah. Mereka ingin kamu tinggal disana, kamu tidak sendirian didunia ini Kushimi, masih ada orang yang perduli padamu. Kamu mau kan tinggal dirumahku?"

Kushimi menoleh kearah Hiashi dengan expresi masih sedih dan matanya sembab, Hiashi tersenyum lembut lalu dia memeluk Kushimi dengan lembutnya.

"kamu tidak akan sebatang kara, aku janji"

-x-x-x-x-

Kushimi dan Hiashi sedang berjalan kaki menuju rumahnya Hiashi, mereka berjalan tanpa mengatakan sepatah katapun, Kushimi berjalan sambil menundukkan kepalanya. Hiashi mengerti kalau Kushimi saat ini sedang terpukul jadi lebih baik jangan ada pembicaraan dulu.

Disaat mereka berbelok ke pertigaan jalan..., mereka tersontak kaget ketika melihat seorang pria berjalan tergopoh-gopoh dengan banyak darah bercucuran disekujur tubuhnya berjalan kearah mereka, pria itu bertubuh besar dan mempunyai sabuk aneh yang seperti ular dipinggangnya, rambutnya berwarna oranye dengan gaya mohawk, matanya sayu melihat kedepan dan tidak lama kemudian dia terjatuh dengan sangat kerasnya.

Kushimi dan Hiashi mendekatinya dengan berlari, setibanya disana mereka berdua berjongkok lalu menyentuh pria itu, Kushimi memeriksa nadinya sedangkan Hiashi mengangkatnya agar dia berada dipangkuannya sekaligus dia menepuk-nepuk pipinya.

"tuan...anda tidak apa-apa?" bisik Hiashi sambil menatap orang itu dengan tatapan panik

"dia masih hidup Hiashi" bisik Kushimi sambil menatap Hiashi yang saat itu Hiashi juga membalas menatapnya.

Disaat mereka sedang saling bertatapan..., tiba-tiba suara gumaman pelan si pria itu terdengar di telinga mereka

"d...dda...ddarrah" bisik orang itu

Kushimi dan Hiashi membelalakkan matanya lalu menatap pria itu dengan tatapan tidak mengerti

" . , aa...aku...butt.. .uh darrrah"

Kushimi dan Hiashi saling berpandangan lalu mereka berbisik 'darah?' secara bersamaan dengan alis berkerut masih tidak mengerti. Lalu tidak lama kemudian si pria yang terjungkai lemas itu menarik tangan kiri Hiashi dan mulai menggigitnya

GLUP...GLUP...GLUP

"aaarggh !" teriak Hiashi kesakitan, Kushimi melebarkan matanya merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya lalu Hiashi memegang bahunya dengan tangan kirinya yang tidak digigit. Tangannya gemetar hebat saat memegang bahunya Kushimi.

"Kushi...mi, lar...ilah" bisik Hiashi sayu.

Karena Kushimi tidak bisa melakukan apa-apa, dia melesat berdiri dengan rasa takut menjalari tubuhnya

"LARI !" teriak Hiashi sangat keras, dan pada saat itu Kushimi refleks langsung lari menjauhi Hiashi, tetapi disaat jaraknya sudah menjauh lima meter..., dia mendengar teriakkan histeris Hiashi yang merintih kesakitan.

Dia merasa tidak tega jika meninggalkan Hiashi dengan kondisinya yang sedang tersiksa itu, Hiashi sudah banyak menolongnya, dia adalah satu-satunya teman baik yang Kushimi punya. Dengan jantung berdetak kencang dan keras dia mulai memutar tubuhnya kembali kearah Hiashi dan pria itu berada lalu dia menghela nafas, saat dia menghela nafas..., dia melihat sebuah balok kayu berukuran panjang di sudut tiang, dia mengambil balok tersebut lalu mulai berlari mendekati mereka.

Kushimi memukul kepala si pria itu dengan kerasnya sehingga dia melepaskan gigitannya di tangan kanannya Hiashi, pria itu menatap Kushimi dengan tatapan membunuh tetapi saat itu juga Kushimi memukul kepalanya lagi dan dia terpental satu meter menjauhinya dan Hiashi.

Seketikanya pria itu terpental..., Kushimi mancoba membangunkan Hiashi yang sudah terkulai lemas ditanah tetapi nihil Hiashi tidak terbangun, dia memeriksa nadi-nya..., dia melebarkan matanya terkejut. Hiashi sudah meninggal ditempat.

"dasar kau b****!" teriak pria itu kesal dan mulai berlari kearah Kushimi dengan kecepatan yang tidak lazim.

Setibanya disana, pria itu mencekik Kushimi sangat kuat sekali dengan satu tangannya. Pria itu mengangkat Kushimi sampai-sampai kakinya tidak menyentuh tanah, Kushimi memejamkan matanya merasa sesak nafas.

"kk...kka...kaamu...bbu...bukkan...mm...mmanu...si a" ucap Kushimi disetiap hela nafas yang masih sedikit leluasa.

Pria itu tertawa kejam lalu melemparkan Kushimi kearah kanan sehingga dia menubruk tiang listrik dengan sangat kuatnya, Kushimi memuntah darah dimulutnya lalu dia terbatuk-batuk. Lagi-lagi pria itu berlari kearahnya secara tidak lazim, dia mencekiknya kembali dengan menyandarkan tubuhnya Kushimi di tiang listrik tersebut. Pria itu menyengir evil padanya.

"aku masih butuh darah, dan sepertinya kamu mempunyai darah yang manis nona" katanya menggoda lalu dia menjilat darah Kushimi yang berada di dagunya yang bekas tadi darah keluar dari mulutnya. Kushimi memejamkan matanya merasa jijik dengan perbuatannya dan dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri.

"heemm...manis, sepertinya akan sangat nikmat. Bye" ucap pria itu lagi lalu menarik Kushimi dalam pelukannya dan menggigit leher Kushimi dengan rasa haus yang luar biasa.

GLUP...GLUP...GLUP

"aaarrrggh..." teriak Kushimi menjerit kesakitan, matanya mulai sayu dan pandangannya mulai rabun, dia mulai kekurangan darah. 'kaa-san, aku akan menjemput kaa-san' batinnya dalam hati. Pandangannya mulai gelap dan matanya-pun mulai tertutup rapat.

Pria itu melepaskan mangsanya dengan menjatuhkannya tanpa perasaan, gadis yang bernama Kushimi itu terkulai lemas dengan sedikit darah mengalir ditanah tiang listrik tersebut, pria itu menghusap bibirnya yang dipenuhi darah dengan punggung tangannya, dia tertawa lega lalu mulai berlari.

Seketikanya jaraknya sekitar 10 meter menjauhi dua mangsanya itu..., tiba-tiba ada seorang pria berambut merah jabrik menubruknya dengan siku tangan kanannya dan membenturkannya ke dinding terdekat.

Pria itu melebarkan matanya ketakutan seketika melihat siapa orang itu, matanya berwarna biru dan tajam, seringaian kesal muncul dibibirnya.

"Arashi ! dua manusia ini meninggal !" teriak seorang gadis yang memeriksa Kushimi dan Hiashi, rambutnya berwarna merah juga, tubuhnya ramping dan seksi. Matanya berwarna biru terang sama seperti mata pria berambut merah jabrik tersebut.

Sejenak pria berambut jabrik berwarna merah itu menoleh kearah gadis itu lalu berteriak

"sembunyikan mereka Sara !, dan bersihkan darahnya. Jangan sampai manusia lain melihat mereka"

Setelah itu dia memandangi pria berambut mohawk itu kembali, pria berambut mohawk itu menelan ludahnya penuh kepanikan, giginya gemelatuk seperti ada sesuatu yang membuatnya kedinginan.

"Jirobou, kau tahu kalau menghisap darah manusia itu dilarang sejak ratusan tahun yang lalu?"

"iiiyyya, ttapi saya sedang dalam masa kritis Arashi-sama"

"siapa suruh kau melawan orang yang diatas lebih tinggi darimu? Maaf sebenarnya aku tidak mau melakukan ini tapi karena hal ini memang tugasku jadi aku terpaksa melakukannya"

Si pria berambut mohawk itu merinding dan dia panik setengah mati, dia berusaha meronta tapi gagal. Tenaga pria didepannya itu lebih kuat darinya. Pria brambut merah jabrik yang dikenal Arashi itu merapatkan sikunya lebih kencang lagi kelehernya sehingga membuat pria berambut mohawk itu merintih kesakitan dan seluruh tubuhnya menjadi es lalu Arashi melayangkan tangan kirinya ke kepalanya lalu memukulnya sangat keras ketika es itu menjulur kekepalanya, dan kepalanya-pun putus dari tempatnya.

Arashi menjauhkan tangannya dari tubuh pria tanpa kepala itu lalu pria tanpa kepala itu lumer menjadi air, Arashi mendecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian gadis berambut merah yang dikenal dengan nama Sara telah memanggilnya, Arashi berlari mendekatinya dengan kecepatan yang tidak lazim.

"ada apa Sara?" tanyanya di tiang listrik tempat dimana Sara dan Kushimi berada

"pria yang disana memang sudah meninggal dan sudah kuamankan..., tapi gadis ini..., dia belum meninggal"

Arashi melebarkan matanya terkejut dengan apa yang diucapkan Sara

"apa maksudmu?"

"dia telah berubah menjadi Vampire..."

TBC

A/N : Fic chapter 1 'Beautiful Vampire' selesai \('-')/, er..., sebenarnya sih nih fic sudah lama Shisui buat tapi Shisui berfikir akan mengudate-nya setelah fic 'guru biolaku ! I LOVE YOU' tamat, tapi daripada fic ini buluk di laptop Shisui, lebih baik Shisui update deh, hehehe. Tunggu cp selanjutnya yah Minna-san

JAA-MINNA`SAN