© Naruto is belongs to Masashi Kishimoto

Warn. Ooc, slight NaruSaku

Hope you like it!

Setiap malam adalah malam yang dingin bagi Gaara. Mengingat pamannya yang sangat ia percayai mencoba membunuhnya, walaupun sekarang dia sudah mengetahui alasannya, tapi baginya malam inilah yang paling dingin. Sore kemarin Hinata mengakui dirinya masih menyukai Naruto. Perasaannya harus dikemas kemudian dimasukkan kotak dan menaruhnya di tempat yang terdalam hingga tidak bisa ia raih kembali. Tapi Gaara yakin Hinata tidak akan benar-benar melupakan Naruto, setidaknya untuk saat ini.

Gaara bersender pada kursi kerjanya, matanya ia pejamkan menikmati aroma kopi espresso yang tersaji manis di meja kerjanya, berdampingan dengar kertas laporan yang belum sempat ia kerjakan.

Pikiran Gaara melayang pada kalender yang berada di belakang tubuhnya. Besok adalah jadwal Gaara melatih Matsuri, ia berfikir latihan macam apa yang harus ia berikan pada murid perempuannya itu.

"Seharusnya aku tidak mengatakannya." Itulah yang dipikirkan Hinata sedari tadi. Ucapannya tadi sore membuat hubungan mereka semakin canggung. Bukan karena Hinata ketahuan selingkuh atau apa, tapi itu membuat dirinya merasa tidak enak kepada Gaara. Calon suamimu mengetahui kalau kau menyukai orang lain, bukankah rasanya akan menyebalkan?

Hinata berfikir apa yang harus ia katakan pada Gaara esok pagi. Padahal sebelumnya hubungan mereka sempat berjalan baik, tapi mungkin sekarang ia harus memulainya dari awal lagi, atau bahkan jauh dari kata awal.

Lelah memikirkan semua itu, Hinata berjalan menuju jendela besar yang ada di kamarnya. Tidak seperti di Konoha, udara di Suna terasa jauh lebih dingin dan sepi. Namun, bintang yang ada di sini jauh tidak malu-malu dan terlihat sangat indah. Seperti taburan blink yang tidak teratur.

Hinata menyukainya, mungkin ini adalah hal pertama yang disukai Hinata sejak kedatangannya di Sunagakure.

Jika saja kamar Gaara ada di samping kamarnya, mungkin mereka bisa saling menyembulkan kepala dan mengganggapnya kebetulan, lalu mengobrol sambil melihat bintang di malam hari. Membuat garis kecanggungan menjadi tipis bahkan menghilang.

Mengingat lagi kamar Gaara berhadapan dengan kamarnya membuat imajinasi Hinata meghilang dengan kekecewaannya.

{}

Hari sudah siang, matahari sudah sangat panas hingga kita perlu pakaian yang panjang jika tidak mau panasnya membakar kulit.

Seisi rumah sudah pergi mengurusi pekerjaannya masing-masing. Hinata? Hanya berdiam diri dirumah, berjalan dari dapur ke ruang tengah, dari ruang tengah ke ruang depan, ruang depan ke balkon dan dari balkon ke kamarnya. Mungkin hidupnya hari ini sangatlah membosankan.

Hinata pergi keluar, mungkin jalan-jalan sebentar akan membuat penatnya hilang. Toh juga tempat ini akan menjadi rumahnya kelak. Suasana siang hari di Suna cukup sepi mengingat dulu di Konoha siang hari sangat ramai, mungkin karena ini daerah elite milik kazakage.

Hinata menyusuri jalan menuju pasar, satu-satunya tempat yang ia ketahui selain ruang Kazekage hingga hari ini. Kawasan pasar terbilang cukup ramai, pedagang ada dimana-mana, toko-toko yang saling bersebrangan menjajakan dagangannya kepada semua orang yang lewat bahkan Hinata.

Toko yang mengesankan baginya adalah toko bunga. Menurutnya kawasan Suna cukup kering, bahkan sangat, untuk ditumbuhi berbagai jenis bunga seperti bunga matahari, anggrek, lili dan lainya.

Hinata sangat senang berada di tempat itu, terasa adem mungkin. Baginya tempat itu seperti toko bunga milik keluarga Ino. Ada berbagai macam bunga dengan berbagai aroma, mungkin Hinata akan membawa satu.

Satu pot lengkap dengan bunga sudah ada ditangannya, terbungkus manis di dalam kotak. Ia kembali menusuri pasar hingga menuju ujungnya.

Tempat yang tidak pernah disangka olehnya, taman kanak-kanak. Bukan TK yang membuatnya terkagum tapi hamparan tanah luas dengan rumput dan hamparan semak beserta bunga yang ada di balik bangunan tua tempat anak-anak TK belajar dan bermain.

Entah apa yang merasuki Hinata ia berjalan mendekati tempat itu, langkah kakinya membawanya mendekat hingga seorang wanita muda menghampirinya.

"Selamat siang." Sapanya ramah, Hinata tidak bisa mengabaikan sapaan yang sangat ramamh darinya.

"Selamat siang." Senyum wanita itu terlihat sangat manis, mungkin usianya 20 tahun karena ia tidak melihat adanya kerutan di wajahnya. Rambutnya panjang berwarna blonde panjang yang diikat separuh lalu digelung, sisa rambutnya disampirkan di atas bahu kirinya. Poninya cukup panjang dan dimiringkan, terlihat sangat kalem. Suaranya juga sangat lebut, pasti anak-anak di sini menyukainya.

"Bukankah tempat ini mengagumkan?" rasanya seperti sihir, suaranya begitu lembut hingga tersa seperti lagu.

"Iya, saya tidak pernah tahu ada tempat seindah ini." Hinata mengikuti arah pandang wanita itu, di balik bangunan.

"Sebenarnya, kebanyakan dari bunga yang ada di toko berasal dari sana." Matanya yang berwarna oranye lembut mengamati kotak bunga yang ada di tangannya.

"Saya sudah menduganya, tempat itu pasti punya banyak kejutan."

"Dan sebaiknya anda tidak pergi kesana sendirian." Jelasnya, raut wajah sendu tergambar cukup jelas untuk Hinata sadari.

Hinata hanya diam bergeming, menunggu kelanjutan dari informasi yang barusan ia dengar. Sebenarnya kejutan macam apa yang akan ia temui di dalam hamparan tanah luas di sana.

"Astaga! Mana sopan-santunku, mari ikuti saya. Ada beberapa teh earl grey dalam kantor saya. Dan mungkin anak-anak akan menyukai anda." Kalimatnya diakhiri dengan mengedikan kepalanya menuju bangunan tua. HInata berjalan mengikutinya di belakangnya.

Anak-anak di sini terlihat sangat ceria untuknya. Mereka bermain di dalam kotak pasir membangun istana sederhana, bermain kejar-kejaran di balik pohon besar, dan bermainan ayunan serta prosotan.

"Sungguh menyenangkan, bukan? Melihat mereka tersenyum dan tertawa." Pembicaraan mereka dimulai dengan topic anak-anak.

"Yeah… melihat dan mendengar tawa mereka terasa sangat sejuk."

"Kurasa itu yang membuatku memilih berada di sini." Suaranya sedikit mengendur, masih terdengar rana kelembutan tapi perasaan sedih juga bercampur kedalamnya. Hinata yakin siapapun yang mendengarnya pasti merasakan symphony kesedihan yang lemah.

"Aku menikah di usia 23 tahun dengan shinobi yang aku sukai dan menyukaiku. Hidup kami terbilang bahagia walaupun semua terasa sederhana. Namanya Nakai, dia bekerja menjadi penjaga gerbang Sunagakure. Setiap hari aku selalu memimpikan aku punya bayi perempuan dan akhirnya aku mendapatkan kehamilanku untuk pertama. Tapi…"

.

.

Sunagakure diserang oleh anggota Akatsuki. Suamiku ikut menjaga gerbang saat itu. Dan kurasa ia meninggal karena kelengahannya. Hari-hariku menjadi begitu berat saat menyadari aku akan hidup sendirian mulai sekarang.

"Kau tidak apa-apa kan, Ayumu? Bayi dalam kandunganmu akan bersedih jika kau sedih." Aku mendengar kalimat itu berkali-kali dari berbagai orang yang berbeda. Tapi sepertinya, kalimat saja tidak bisa menyelamatkanku dari kesedihan yang aku rasakan. Hingga akhirnya aku mengalami keguguran.

Di bulan ke 5 kehamilanku, aku terpelset dari tangga rumahku. Mungkin saat itu aku tidak fokus, haha, tapi apa yang terjadi padaku terasa seperti tamparan kuat dari tuhan. Selama ini aku hanya merutuki nasibku yang di tinggal pergi suamiku saat aku hamil tapi setelah kejadian itu aku berusaha bangkit, walaupun aku benar-benar sendirian karena bayiku juga pergi.

Aku suka anak-anak. Aku menemukan diriku jatuh cinta pada senyum dan tawa mereka saat aku berjalan menuju ujung pasar hingga sampai di sini. Melihat tanah yang luas di sana seperti dirimu dan bertekad akan mengabdikan diriku menjadi guru TK.

.

.

"Dari cerita yang anda ceritakan, saya bisa merasakan kekuatan anda saat berusaha berdiri lagi ketika terpuruk."

"Yeah… senyum merekalah yang membuatku bangkit. Terasa seperti ada dorongan kuat saat aku menatap wajah polos mereka."

"Sensei… lihat aku membuat cincin dari bunga!" seorang siswi perempuan mengahampiri mereka berdua.

"Wah… Hebatnya." Wanita muda itu masih saja tersenyum, seakan jika dunia ini kiamat sekarang pun dia masih akan tersenyum

"Aku bisa membuat mahkota bunga sensei! Aku lebih hebat kan?" Siswi lainnya juga datang tak kalah semangatnya.

"Emmm… mana yang lebih hebat ya?" Mereka berdua menunggu jawaban dari wanita itu "Kalian berdua hebat!"

"Yah… sensei pasti ada yang lebih hebat…"

"iyaa mana mungkin kami berdua sama!"

"Kalian berdua hebat…"

Hinata hanya bisa mengamati, kurasa ini adalah kebahagian dari wanita yang baru saja ia temui. Tanpa di sadarinya ia tersenyum, begitu lembut dan tulus hingga membuat anak-anak tadi mengamati Hinata yang melamun sesaat.

"Sensei, Dia siapa?" Tanya salah seorang dari mereka.

"iya sensei, kenapa Dia di sini?" yang satunya juga bertanya, "apakah Dia orang jahat, sensei?" Tanya seorang lagi bergantian.

"Bukan-bukan dia adalah–" Ucapan wanita itu terpotong, "Aku Hyuuga Hinata, hari ini aku akan menemani sensei yang cantik ini belajar bersama kalian, bagaimana?" Hinata menunduk dan tersenyum saat menanggapi pertanyaan dari anak-anak itu.

"Wah! Apa kita punya sensei baru, sensei?" salah satu dari mereka terlihat sangat senang dan bersemangat, yang satunya memanggil teman-temannya yang lain dan menjelaskan secara singkat dan membuat mereka semua bergerombol senang mengelilingi Hinata.

"Sudah-sudah, kakak ini akan menjadi tamu di sekolah ini hari ini, kalian bisa memanggilnya Hinata nee-san, iyakan Hinata-san?"

Hinata tersenyum dan mengangguk, membuat anak-anak terlihat sangat senang dan bahagia.

Ayumu dan Hinata menghabiskan waktu mereka dengan bermain dengan anak-anak, mereka tertawa, tersenyum dan bahagia dengan keadaan mereka saat ini. Hingga tanpa disadarinya biru telah tergantikan oleh jingga dan kelabu sebagai gradasi. Hinata pamit pulang dan pergi meninggalkan tempat itu.

.

.

Perjalanan pulang Hinata terasa seperti langit cerah tadi siang, ia merasa sangat senang dengan semua yang telah ia lewati seharian ini bersama Ayumu. Hari sudah semakin gelap, Gaara pasti akan kawatir jika menemukan dirinya belum ada di rumah dalam keadaan selarut ini.

To Be Continue

Hola teman-teman... Maaf untuk sengaja melupakan pekerjaan saya yang masih tertinggal disini, Trimakasih untuk teman-teman yang masih menunggu, ataupun sekedar mengingat. Cerita ini saya mulai saat kelas 3 SMP hingga sekaran saya lulus SMK. Sempat terjeda sekitar 4 tahun dari update terakhir TT dan sekarang saya memutuskan untuk serius menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Walaupun ceritanya akan sedikit bergeser dari plot awal semoga teman-teman tetap menyukainya.

with love,

Delima(Well I used my real name)

Review Reply!

virgo24(Thx for always being here :), sekarang sudah update hehe), Riya-Hime (Maaf jika belum bisa memenuhi ekspektasi, I always do my best), dinarock35( Aku selalu mengharapkan akhir yang bahagia, tapi aku tidak bisa berjanji ), Mell Hinaga Kuran( Siyap, Laksanakan! ), Hana( I wish I could :) ), buyung( Semoga sudah cukup panjang hehe ), yui( Thx for keep cheerring me up, I'm glad you read my ffn :) ), Yelena( maaf sudah membuat nunggu lama ), gaahina love ( Trimakasih cinta ), Eka608( Spread love to everywhere ), ayame chan11( masih TBC kok, calm ), NamikazeRael( Haii! Thx for mampir, even if you new here I wish you will stay longer than anyone could be! ), Ss Lonely( Sudah lanjut hehe ), Guest( Ini lho cintaquu ), flo( Terimakasih karena masih menunggu cerita ini ), MAe626( enggak ngaret lagi kok hehe, semoga. Trimakasih ), shelfi( ini akan dilanjutkan hingga selesai)

Last but not Least

Terimakasih sangat masih tetap menunggu Rose Boy and Lavender Girl, meskipun masih banyak kekurangan dalam cerita baik berupa typo, keterbatasan diksi, dan lainnya.

Meskipun sudah lewat 4 tahun, saya berharap RBaLG akan tetap kita kenang. Mari kita berteman, baik di portal ataupun di luar sini.

saya sangan beruntung memiliki kalian semua sebagai teman saya :))