Disclaimer
I do not own any of Vocaloid characters. They belong to ©Crypton Future Media .Inc
But, the story is MINE^^
Warning
Ada typo(s), alur kecepetan, gaje, aneh, dll
Don't like? Don't read'-')b
.
.
Let's start
.
.
Lenka's POV
"Wa-watashi wa Kagane Lenka desu! yo-yoroshiku~"
Ya, aku murid baru di Vocaloid High. Kelas X-B tepatnya. Baru saja aku memperkenalkan diri di depan kelas. Tentu aku sangat gugup. (Author : maklumlah tsundere('-' *dilempar pisang*)
"Baiklah Kagane-san, kau boleh duduk di sebelah Kagamine-kun. Kagamine-kun, tolong angkat tanganmu" kata wali kelasku, yang bernama (Author : Angkat tanganmu Len! Hands up, Hands up Len! *ditabok Len*).
Dan, orang yang dipanggil Kagamine-kun itu mengangkat tangan. Aku langsung berjalan dengan gugup ke tempat duduk di sampingnya. Aku meletakkan tasku di semacam cantolan(?) di samping meja dan mengeluarkan buku sejarah. Diam-diam aku memperhatikan Kagamine-kun, orang yang duduk di sampingku. Well, dia tampan juga dengan rambut pirang yang agak kepanjangan diikat ponytail. Dia tampak semakin keren dengan mata azurenya yang indah dan bibirnya yang berwarna merah muda membuatnya terlihat coretsexycoret. Yah... tapi tetap saja aku tidak tertarik dengan cowok macam itu. Tanpa kusadari sejak tadi memperhatikanku yang melamun sambil sesekali melirik Kagamine-kun.
"Bisa kita mulai pelajarannya, Kagane-san?" tanya . Sontak aku kaget dan langsung menjawab pertanyaan dengan gelagapan.
"Ha-hai" jawabku gugup.
"Lain kali jangan melamun selama pelajaran berlangsung ya, Kagane-san"
"Ah, ha-hai. Wakarimashita"
Dan pelajaran pun dimulai. Sejujurnya aku paling benci pelajaran sejarah karena harus mencatat ini dan itu. Tapi.. yah, apa boleh buat, aku (terpaksa) mengikuti pelajaran sejarah selama 2 jam dengan bosan. Karena bosan, aku tidak memperhatikan pelajaran dan sibuk menggambar di sebuah kertas, hingga...
Teng...teng...teng...
Syukurlah, itu bel pertanda pelajaran sejarah telah selesai. pun segera keluar kelas. Aku langsung membereskan buku-buku sejarahku dan memasukkannya kedalam tas.
PUK
Ada seseorang yang menepuk bahuku. Saat aku menoleh, ternyata itu Kagamine-kun.
"Hei, aku Kagamine Len, salam kenal. Panggil saja aku Len. Boleh kan aku memanggilmu Lenka?" Tanya Kagami— salah, Len-kun.
"I-iya, boleh kok, Len-kun" jawabku sambil tersenyum manis.
"Oh ya, kau pindah dari mana?" tanya Len.
"Dari Osaka"
"Souka... oh iya.. sekarang waktunya pelajaran musik. Ayo ke ruang musik, Lenka-chan" kata Len sambil menarik pergelangan tanganku.
"Ah, hai. Ng.. Len-kun..."
"Hm?"
"Ano... tangannya..." kataku. Kurasakan pipiku memanas.
"Tak apa kan.. hanya gandengan kok" kata Len sambil tersenyum jahil.
Len's POV
"Tak apa kan... hanya gandengan kok" kataku sambil tersenyum jahil.
Kulihat wajah Lenka merona. Manis sekali sih. Jujur saja sejak pertama kali melihatnya, aku tertarik dengannya. Entah kenapa, ada yang berbeda dengan gadis itu yang membuatku tertarik.
"Ng...Len?" tanya Lenka. Wajahnya yang polos berhiaskan mata yang indah menatapku.
"Nani, Lenka-chan?" kataku sambil menatap wajahnya. Jujur saja, dia itu imut.
"Ano... guru musiknya siapa?"
"Ms. Haku Yowane. Panggil saja Ms. Yowane. Hmm... dia itu guru musik yang berbakat, tapi hati-hati, dia itu 'agak' galak" jawabku sambil menekankan kata 'agak'.
"Souka... biasanya di pelajaran musik, ada kegiatan apa saja?"
"Hmm... biasanya sih memainkan beberapa alat musik, vocal group, duet, tes menyanyi... itu-itu saja, kenapa memang?"
"Ah, tidak kok... aku hanya... tertarik dengan dunia musik" jawab Lenka sambil menundukkan kepalanya. Mungkin dia malu. Fuh, dasar tsundere...
"Hee— apa kau suka menyanyi?" tanyaku. Lenka diam sebentar lalu mengangguk.
"Suka. Suka SEKALI!" jawab Lenka. Dia... tersenyum. Tersenyum manis— salah, SANGAT manis. Kurasakan pipiku memanas. Argh... shit! Pasti mukaku semerah tomat sekarang. Aku pun membuang muka agar Lenka tidak melihatnya.
"...Doushite, Len-kun?" tanya Lenka sambil menatapku. Damn, tepat di manik mata.
"A-ah tidak apa-apa kok... oh iya, itu ruang musiknya... ayo Lenka!" kataku mengalihkan pembicaraan sambil menarik pergelangan tangan gadis itu. Dia hanya diam. Aku menyeretnya (?) (Author : Kejam kau, Len *disambit(?)*) ke tempat duduk terdepan. Dan pembicaraan singkat kami terhenti karena -nan-menyebalkan telah masuk ke ruang musik.
"Ohayou minna. Ogenki?" tanya guru itu dengan suara yang menurutku cempreng dibuat-buat (?).
"Ohayou mo. Genki desu, anata?" jawab kami semua— satu kelas tentunya— dengan serempak.
"Watashi wa genki desu. Oh iya... ada murid baru ya? Kalau tidak salah namanya Lenka, ya kan?"
"I-iya... i-itu.. itu saya..." jawab Lenka sambil mengangkat tangan. Terlihat sekali bahwa dia gugup. Dasar tsundere... bahkan sampai gerak-geriknya pun terlihat manis. Tanpa kusadaei sebuah senyum terbentuk di bibirku.
"Souka, yoroshiku ne~. Minna, hari ini kegiatan kita adalah duet. Laki-laki harus berpasangan dengan perempuan. Kalian bebas memilih pairing kalian!" kata Ms. Haku Bata(?) (Author : batu bata woyy! *digorok Len*) dengan semangat empat-lima(?).
Selurih murid yang ada di ruang musik pun mulai ricuh layaknya mau berdemo gara-gara harga bawang naik drastis(?). Dan... tepat seperti dugaanku sebelumnya, kini beberapa cewek sudah berkumpul di sekelilingku dan mulai berkoak-koak(?) agar aku mau menjadi pairing mereka. Tiba-tiba ada 2 tangan yang memeluk lengan kiriku.
"Len! berpasangan denganku saja ya?" kata gadis itu.
Lenka's POV
"Len! berpasangan denganku saja ya?" kata seorang gadis berambut honey blond dengan bando pita besar bertengger manis di kepalanya. Gadis itu bermata azure, mirip dengan Len.
"R-Rin! Kau mengagetkan saja!" kata Len pada gadis yang ternyata bernama Rin itu.
Rin...
DEG...
Seketika aku mengingat suatu hal. Hal yang sangat menyakitkan dalam hidupku. Aku teringat akan nama itu... wajah itu... tragedi itu...
Rinto... Kagami Rinto...
Nama itulah yang terlintas dalam benakku. Seketika... luka lama itu terkelupas... hal itu terputar ulang dalam benakku bagaikan sebuah video...
"...ka...Lenka..." ada sebuah suara... yang menyadarkanku kembali dari lamunanku. Len.
"A-ah n-nani Len-kun?" kataku terbata-bata.
"Kau kenapa Lenka? wajahmu pucat..." jawab Len sambil memegang wajahku. Tentu saja aku langsung menepisnya.
"A-ataahi wa daijoubu..." jawabku sekenanya.
Lalu aku mendengar teriakan para gadis. Aku pun langsung menoleh ke arah suara tersebut. Di sana ada seorang laki-laki berambut honey blond dengan poni yang dijepit dengan jepitan rambut karena kepanjangan. Tubuhnya tinggi dan penampilannya cool. Entah kenapa, aku merasa familier dengan wajah itu. Dia dikelilingi para gadis yang dari tadi sibuk berteriak-teriak. Mereka meneriakkan kalimat-kalimat seperti "Kyaa... Rinto-kun! Pairing denganku ya?"atau "Aku mau berpasangan denganmu Rinto-kun" atau bahkan "Rinto... kau keren deh! Jadi pairingku ya" dan hal-hal semacam itu.
Tu-tunggu dulu... si-siapa nama yang disebut-sebut para gadis itu? Ri-Rinto? Ah... sepertinya aku terlalu lelah sampai-sampai berhalusinasi mendengar ada yang menyebut nama itu. Aku pasti salah dengar. Lalu aku mendengar teriakan seorang gadis lagi "Kyaa... Rinto-kun". Ti-tidak salah lagi. Aku memang tidak salah dengar. Lidahku pun kelu. Namu, kupaksakan lidah itu untuk menyebut suatu nama.
"Ri-Rin...to?" kataku dengan suara sangat pelan, namun masih bisa terdengar.
"Len dan Rin langsung menoleh kearahku.
"Kau kenal Rinto?" tanya mereka bersamaan.
Tapi, pertanyaan itu sama sekali tidak kugubris. Aku—dengan langkah gontai— mulai berjalan pelan ke arah Rinto. Aku pun memaksa menerobos di antara gerombolan gadis-gadis itu. Aku tersenggol-senggol, terjepit, terdorong. Tapi aku menghiraukannya, hingga akhirnya ada gadis yang—entah sengaja atau tidak—mendorongku hingga terjatuh. Lalu... sosok Rinto mulai berjalan mendekatiku, dan mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Rinto. Sungguh... dia telah berubah sekarang. Suaranya maskulin, tubuhnya tinggi dan tegap, dan dadanya mulai terlihat bidang. Aku pun menerima uluran tangannya dan berdiri.
"A-aku baik-baik saja... a-arigatou..." kataku setelah berdiri. Tapi keseimbanganku goyah, aku nyaris terjatuh lagi. Namun, aku berhasil menjaga keseimbanganku lagi.
"Syukurlah... tapi kau terlihat pucat, kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Rinto seraya menunduk sedikit agar bisa menatap mataku dan meletakkan salah satu tangannya di puncak kepalaku. Aku mengangguk kecil. Lalu, mulai bicara.
"K-Kau... Kagami... Rinto?" tanyaku. Pahit rasanya waktu menyebut nama itu. Butuh tenaga ekstra untuk memaksa lidahku yang kelu untuk menyebut nama itu.
"Hm? Bagaimana kau tahu? Sepopuler itukah aku?" tanya Rinto sambil tertawa kecil.
DEG
Dia benar-benar Kagami Rinto. Entah kenapa tubuhku serasa membeku. Lalu aku mulai lemas. Namun, aku tetap memaksa diriku untuk bicara.
"Rinto... apa kau... ingat?" tanyaku. Hanya bertanya seperti itu saja, hatiku sudah seperti ditusuk beribu-ribu jarum.
"He? Ingat? Tentang apa?" tanya Rinto. Dari raut wajahnya aku bisa melihat bahwa dia kebingungan. Aku pun diam sebentar. Lalu... aku mulai bicara lagi.
"Tentang kecelakaanmu...bukan— tentang janjimu..." kataku dengan suara yang sangat kecil.
"Kecelakaan? Janji? Kurasa aku tidak pernah mengalami hal seperti itu... jangan mengada-ada... mungkin kau salah orang" jawab Rinto sambil tertawa kecil. Lagi.
Sudah pasti aku tidak salah orang... aku mengenali wajahmu. Kaulah yang lupa Rinto no Baka!
Aku diam, hanya sebentar setelah itu, aku bicara lagi.
"A-ah... so-so-souka... g-gomenne sudah menanyaimu h-hal yang aneh.. ku-kurasa aku memang s-salah orang..." kataku. Aku tau raut wajahku sekarang terlihat sangat pucat dan ingin menangis. Tapi, aku berusaha menutupinya dengan sebuah senyuman yang kupaksakan.
Lalu, dengan langkah gontai, aku mulai berjalan pergi. Baru satu langkah berjalan, aku merasa sangat kedinginan, padahal kulihat yang lain kepanasan. Lama-kelamaan, pandanganku mulai blur. Semuanya mulai menggelap dan semakin gelap. Hingga aku tidak bisa melihat apapun. Saat, itu... tanpa kusadari air matalu mengalir, dan...
BRUK...
To Be Continued...