Disclaimer: M. Kishimoto

Title: Lucky Boy and (Un)Lucky Girl

Pair: Sasuke U. & Hinata H.

Genre: Romance

Warning: AU, tanda baca nyasar, cerita ga jelas, sangat OOC,typos bertebaran,melenceng dari EYD yang berlaku, alur kecepetan,dll

Dont like Dont Read!

.

.

.

Summary: Sasuke, cowok perfeksionis yang hidupnya hampir sempurna pula, kok bisa menyukai Hinata yang biasa-biasa saja, yang hanya sedikit orang yang mengetahui, mempunyai tingkat kesialan melewati batas normal. Bagaimana permulaan kejadian yang mendorong kisah cinta mereka?

.

Dedicated for Luluk Minam Cullen-san :)

.

Mohon maaf bila ada kesamaan ide dengan author lain. Ide ini murni dari otak Akemi yang rada konslet. Mungkin bila ada kesamaan itu merupakan unsur ketidak sengajaan dan mungkin err.. jodoh?

#plakk XD

Happy Reading :)

.

.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sebenarnya, pikir Hinata saat berbaring terlentang di kamarnya pada sore hari yang cerah. Dia tidak tahu banyak hal soal mendekati pria. Dia hanya tahu banyak hal soal tidak menarik perhatian mereka – well , meski Hinata sendiri tak yakin ia cukup menarik. Dia lebih tak tau lagi soal sifat mereka. Dia, terutama, tau bagaimana terlihat tenang dan tak tampak.

Namun, Hinata sama sekali tak tau cara mendekati pria. Bahkan sekedar untuk meminta maaf – meskipun ia sendiri tak mengerti apa salahnya.

Hadiah? Hinata sering melihat wanita memberikan hadiah pada kekasih / idola mereka. masalahnya, Sasuke bukanlah kekasih / idolanya. Lagi pula, ia juga tak tau barang kesukaan pemuda onyx itu.

Masalah terakhir adalah Hinata tak pernah memberikan hadiah pada Sasuke. Jangankan Sasuke, ia sama sekali tak pernah memberikan hadiah pada siswa di sekolahnya. Bahkan Naruto –mantan- pujaan hatinya. Tentunya itu membuat si subjek penerima bakal curiga, penasaran dan sebagainya.

Itulah sebabnya Hinata merasa dilema.

Hinata mendesah kasar. Beberapa gadis secara naluriah tahu cara berbicara dengan pria. Akan sangat menguntungkan baginya kalau dia menjadi salah satu spesies gadis seperti itu. ia hanya gadis yang hanya tau bagaimana cara bicara dengan Naruto itu pun masih tergagap. Akhir-akhir ini pun hal itu tidak berjalan dengan mulus.

Sial!

-ooo-

-ooo-

Uzumaki Naruto. satu-satunya adik Uzumaki kurama, bungsu Uzumaki brothers. Salah satu idola di sekolah, pangeran pecinta ramen dan kapten klub sepak bola sekolah. Hinata mengetahui banyak hal soal Naruto secara diam-diam tentunya.

Belakangan ini ia berusaha dengan amat sangat keras untuk membunuh rasa sukanya dan menegaskan dengan menyakitkan jika itu hanya kekaguman semata. Namun, ia juga tak dapat memungkiri jika hatinya tak akan tahan dengan pesona pemuda itu serta senyumnya.

Dan saat ini, senyum pria itu diarahkan padanya. Hinata merasa perutnya bergolak dan buru-buru ia menenangkannya. Kalo saja ia sedang tidak berusaha untuk mengenyahkan rasa sukanya, Hinata yakin ia akan jatuh pada pesona itu lagi dan berharap tak akan pernah bangkit.

"Ohayou, Hinata-chan"

"O-o-ohayou, Na-Naruto-kun"

Sial! Apa tidak bisa sekali saja Tuhan memberikan sedikit kemampuan bicara seperti Ino padanya?

"Apa tak apa?" Tanya Naruto melirik perban di telapak tangan Hinata dengan ekor matanya.

"A-ap-apanya yang t-tak apa?" sejujurnya Hinata berusaha tak memandang mata Naruto saat ia berbicara – tak peduli jika itu dianggap tak sopan. Jadi, mana mungkin ia mengerti isyarat tanpa tanda itu?

"Telapak tanganmu" Naruto memutar bola matanya ke atas.

"O-oh, ku-kupikir cu-cukup baik" jawab Hinata seadanya.

"Jangan berpikir cukup katakan" gumam Naruto lirih hingga tak dapat tertangkap indra pendengar gadis di sampingnya.

"Maa-af?"

"Tidak, aku cuma menawarkan, sementara kita berjalan menuju kelas, aku ingin memberitahukan suatu rahasia padamu" bisik Naruto penuh konspirasi.

Dari ekspresinya menjanjikan akan suatu kejailan. Sangat khas Naruto. Daripada mengira-ngira apa gerangan rahasia itu, kenapa tidak bertanya langsung saja pada pihak yang bersangkutan, bukan?

"A-apa kau yakin a-aku dapat menjaga ra-rahasia itu?"

Oh, sudahlah. Sulit untuk berpura-pura tak peduli jika Naruto sudah begini dan kalau sudah begitu Hinata menduga tak akan dapat kembali lagi.

"Tentu tidak!" Naruto tersenyum lima jari. Sialan! Tak salah jika Naruto dInobatkan playboy sejati –meskipun sepertinya baru-baru ini ia sudah tobat ke jalan yang benar. Itu pun karena ia masih sayang nyawa.

"Ka-kalau begitu, ya"

Naruto memiringkan badan sejauh yang ia mampu guna membisikkan rahasia tersebut pada Hinata. Namun, tiba-tiba Hinata tersentak mundur.

Ada sebuah tangan kekar yang menarik sikunya pelan. Itu tangan Sasuke dan ia terlihat sangat marah.

-ooo-

Sasuke tak ingat kapan terakhir kali ia berlaku kasar. Namun, ia sangat tergoda untuk melakukannya saat berdiri disana menatap wajah rival sehidup sematinya, Naruto Uzumaki yang menyeringai menyebalkan padanya.

"Ohayou, Teme!"

"Hn"

Naruto tersenyum dan menatap Sasuke dengan tatapan yang menyiratkan secara non verbal aku-tau-semuanya-dan-jangan-coba-coba-menutupinya-dariku.

Tadi, suasana hati Sasuke baik. Sangat baik. Mengetahui hari ini ia sudah membuat rencana akan menjalankan rencana 'Trik Mendapatkan Hati Seorang Gadis'. Oke itu memang konyol dan itu bukan idenya melainkan sepupunya, Sai.

Tapi, jika dengan itu ia dapat membuat perhatian Hinata teralihkan padanya, Sasuke akan melakukannya.

Tapi sekarang, gadis itu tersenyum pada –mantan- pujaan hatinya, Naruto Uzumaki yang terkenal dengan senyumnya yang menawan nan cerah. Itu hampir bisa ditoleransi. Namun, ketika Naruto mulai membalas tersenyum pada gadis itu…

Beberapa hal tak bisa ditanggung Sasuke.

Setelah berjuang membebaskan diri dari fansnya dengan membabi buta hanya untuk mendekati Hinata. Ia malah mendapati gadis itu sedang bercengkrama dengan Uzumaki Naruto.

Demi Kolor Jashin, bukankah di dunia ini masih banyak manusia bergender pria? Kenapa harus Naruto yang berada di posisi itu?

Sialnya, keberuntungannya seolah teralihkan pada Naruto sehingga pecinta ramen itu sekali lagi mendapat senyum cerah Hinata. Sedangkan dirinya malah diliputi api kecemburuan yang bergolak.

"Ohayou, Sasuke-kun?"

"Hn"

"Naruto-kun baru saja akan mengatakan.."

"Hinata aku harus bicara denganmu empat mata" potong Sasuke lebih keras. Lebih penting ia menyeleSaikan kalimatnya tanpa terinterupsi. Hinata menutup mulut.

Cukup lama Naruto menatap Sasuke penuh penilaian hingga rahang Sasuke menegang. Lalu, seolah momen itu tak pernah terjadi, Naruto kembali menampakkan senyum cerah andalannya –well mungkin separuhnya menyeringai pada sudut penilaian Sasuke.

"Mungkin lain kali aku akan mengatakannya padamu, Hinata-chan. Sejauh masih berada di luar jarak jangkau dengar Teme"

"Dan apa maksud perkataan itu?" gumam Sasuke menggerumutukkan giginya. Itu menandakan ia cukup bersabar menanggapi ke-cerewetan Naruto.

"Tidak ada maksud apapun dan oh, aku baru ingat aku ada janji dengan Sakura-chan"

Bohong!

Nyatanya ia memang berniat menggoda Hinata hanya untuk kesenangan semata dan untuk mengetahui tindakan Sasuke jika akan menjadi kekasih Hinata nantinya.

"Apa yang kau lakukan dengan Naruto?" Tanya Sasuke dengan angkuh setelah berada pada luar jarak jangkau dengar Naruto.

"Hanya mengobrol" jawab Hinata enteng. Ia tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya, bukan?

"Seharusnya kau tidak mendekatinya" tegas Sasuke sarkatis.

Mulut Hinata menganga, "itu yang kau pikirkan? Mendekati Naruto-kun?"

"Aku tidak memikirkannya. Itulah yang terjadi dan ya, kau mendekatinya. Aku mengawasimu dari jauh" balas Sasuke ketus. Rasanya jika bersama Hinata ia mengucapkan kosakata lebih banyak daripada lebih dari yang diharapkannya selama ia hidup.

"Tidak! Kau tidak mengawasiku. Kau sedang bersenang-senang dengan fansmu!" balas Hinata lantang. Yah itu suatu kemajuan dibanding bersikap biasa, sejauh menyangkut harga dirinya bukan?

"Mereka lebih pendek dariku. Aku bisa melihatmu melewati mereka" balas pemuda onyx tak mau kalah.

" Asal kau tau, Sasuke-kun" tegas Hinata. Ia tak percaya Sasuke bersikap seolah ia berada di pihak yang dirugikan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. "Kami hanya bertegur sapa dan mengobrol singkat. Itu pun Naruto-kun yang memulainya lebih dulu"

Cukup! Setidaknya Naruto tak pernah bicara kasar padanya. Dan apa maksud pemuda itu kali ini? Mendiktenya? Well, berarti Sasuke sangat menjaga perasaan Sakura, bukan? Dan sudah melupakan kedekatan mereka tempo hari.

Sial! Itu bukan kedekatan. Sasuke hanya kasihan padanya, itu pasti.

"Aku akan pergi" Hinata sudah tak tahan lagi.

Sejujurnya ia sudah lelah dengan perasaan campur aduk ini. ia mungkin akan bolos lagi dan mengaku sakit. Dia, untuk sementara waktu, tak mau bertemu siapapun. Entah itu Naruto yang terlihat menggoda Sakura dibawah pohon tak jauh darinya maupun Sasuke yang tampak terkejut dengan sikapnya. Sialan!

"Kau mau kemana?" tuntut Sasuke.

Hinata berhenti sejenak tanpa menoleh. "Bukan urusanmu!"

Persetan! Menurutnya Sasuke tak perlu tau. Jadi, biarkan saja pemuda bodoh –itu anggapan Hinata- berspekulasi apapun. Hinata benar-benar tak peduli.

'Bagaimana sebeneranya semua ini berawal hingga jadi seperti ini?' erang Hinata dalam hati.

Ini adalah sebuah prestasi yang lebih dari yang dapat ia impikan.

Ketegasan.

Tapi, prestasi itu pula menuntut sebuah pengorbanan.

Pengorbanan akan perasaaanya.

-x-x-

Sialan!

Sasuke ingin mengejar Hinata. Tapi, tindakan itu hanya akan menimbulkan kehebohan yang lebih besar. Ia juga ingin berpikir, tak ada yang menyadari err. .adu argumen dengan sedikit emosi diantara mereka.

Tapi, Sasuke tau lebih baik dari itu. Di salah satu pohon terdekat Naruto sedang menyaeringai menjengkelkan sembari menggoda Sakura. Wajah teman-teman segengnya yang lain pun tak jauh berbeda dari ekspresi Naruto beberapa menit lalu.

Akhirnya ketika Uzumaki Naruto yang menyebalkan itu melambaikan tangan seraya memberi salam hormat yang sarat akan ejekan, pertahanan diri Sasuke runtuh.

Ia pun berderap melaju secepat yang ia mampu menuju tempat Hinata berada. Persetan dengan gosip. Ia tak mempunyai masalah dengan itu.

"Sasuke!" teriak Sai tanpa berpikir atau sekedar menimbang situasi. Singkatnya Sai memang jarang berpikir.

"Apa?" tanya Sasuke tak sabar. Well, setidaknya ia mengucapkan tiga huruf plus didukung ekspresi yang sesuai. Ini suatu kemajuan.

"Pertandingannya setengah jam lagi, bersiaplah!"

Pertandingan yang dimaksud adalah pertandingan basket antar sekolah yang berlangsung semenjak sekolah KHS berdiri. Sudah barang pasti, menjadi jawara dalam laga tersebut merupakan suatu kebanggan. Oleh karna itu, tim yang diketuai Sasuke dilatih sedemikian rupa bahkan tiga bulan sebelum mendekati hari H.

"Apa tidak bisa aku diganti dengan yang lain?"

"Kau tau percuma saja jika hanya ada Gaara"

Sial!

"Jika kau tidak ikut. Percuma saja kita selama ini berlatih. Pikirkanlah pengorbanan timmu juga, Sasuke"

Ini sebuah pilhan yang sulit. Dan kenapa -selalu- terjadi di saat genting seperti ini? Tak ada pilihan lain. Sasuke harus memilih antara cinta dan hati -sekaligus teman-nya.

"Baiklah'"

Dan ia memilih hati, teman-temannya sudah masuk hitungan.

Lagipula tak ada kesempatan lagi setelah ini. Para angkatan akhir KHS sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir. Sudah tentu hampir tak ada waktu luang selain istirahat. Sasuke memang egois. Jika ia hanya mendapat setengah bagian dari apa yang diinginkannya, lebih baik ia melepaskan bagian itu. Dan jika dipikir lagi, percuma juga ia mengharapkan cinta Hinata. Gadis itu tampaknya masih saja terpaku pada cinta monyetnya.

Lantas, akankah ia harus menunggu?

"Tunggu aku dua puluh menit lagi di ruang ganti"

Ini yang terakhir kalinya. Jika Hinata benar-benar tak bisa mencintainya, Sasuke akan menyerah. Namun, jika yang terjadi justru sebaliknya? Kemungkinan itu sangat kecil, tapi siapa tau? Well, Sasuke tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi nantinya.

.

.

TBC

tubikontinyu

A/N: udah berapa lama saya mentelantarkan fic abal ini? *terjun ke jurang* Oke, mungkin chap depan itu last chap. Sejujurnya saya ga punya plot buat lanjutin ini fic Mungkin bakal lama, so gausah ditungguin T.T Special thanks to: Alloh SWT, emak bapak saya, teman-temanku yang depresi tingkat kabupaten, kompi-ku sayang, bebi cintaku, Cullen-san, ripyuwer2 yang budiman, reader2 yang cakep dan semuanya (ini mah pidato menang lomba 17an)

.

.

Hontou ni gomenaSai

Dan

Arigatou gozaimasu

Salam sejahtera

Akemi M.R :*