Konichiwa!

Kita langsung ke bagian cerita aja ya, Shisui gak punya topik buat curhat sih, tee-he..#plak!

Chapter 14

Proposal Marriage

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Romance, Friendly, Family, Drama, Hurt/Comfort etc

Pairing : Minato Namikaze x Kushina Uzumaki

Warning ! : EYD abal-abal, OOC, Gaje, alur cepat, tetek bengek semuanya ada !

Thanks already read my fic:

Aika Licht Youichi

U. Icha-chan

Rencaggie

Guest ( Entah siapa nama aslinya )

Uzumaki Kuchiki

Red-Hot Habanero/Tonegawa Rie

Namikaze immah-chan sapphire

Namikaze Mutiara Hana

Fran Fryn Kun

Puthry Azzahra

Rimadhani Hime

nararhezty. cliquers

And for all silent readers, of course... :)

If you don't like this story, don't read !

Enjoy It !

"Kau tidak menamparku...kau tidak menamparku Kushu-chan"

Tiing...

Suara lift berbunyi lalu pintu lift terbuka lebar, menunjukkan kedua insan yang saat itu masih dalam keadaan bahagia sekaligus tegang.

Minato mendongah kearah kiri dan mendapati angka lantai 160. Dia beralih kembali kepada Kushina, mencoba memandangi Kushina yang masih terkejut untuk sekali lagi. Setelah puas, dia pergi meninggalkan Kushina sambil mengucapkan kata 'Oyasumi'.

Bunyi bel lift berbunyi kembali, menyadarkan Kushina yang saat itu masih terpaku dan bingung, dia berjalan kecil ke tengah-tengah lift yang pintunya sedikit demi sedikit mulai tertutup perlahan-lahan. Kushina melihat Minato yang saat itu memunggunginya, meninggalkan dirinya dalam rasa kebingungan dan terkejut dengan apa yang dia lakukan bersama Minato di lift.

Chapter 14

Cip..cip...cip

Kushina membuka jendela kamarnya ketika dirinya mendengar suara kicauan burung dibalik jendela. Ia menghirup udara segar di kota terakhir ia touring show ini, yakni Paris. Kota indah yang diberi julukkan kota cinta bagi para pecinta, kota indah yang mempertemukan dirinya dengan seorang guru hebat, dan kota indah yang memberikan kenangan terindah namun ambigu bagi Kushina.

Saat ini Kushina berada di hotel bintang lima bernama Verlitiaze, yaitu hotel ternama di kota paris, hanya orang khusus saja yang bisa menginap disana. Hotel tersebut bukan hanya sekedar bintang lima, tetapi hotel tersebut juga hotel penginapan yang khusus untuk para petinggi dan orang-orang yang penting seperti dirinya dan Minato yang notabene pemain musik terbaik tahun ini.

Ketika Kushina berjalan keluar menuju balkon untuk menyegarkan diri, tiba-tiba saja salah satu burung parit kecil terbang menghampiri dirinya. Burung parit tersebut memamerkan suara indahnya kembali ketika burung tersebut bertengger di besi balkon tepat disamping Kushina. Kushina tersenyum melihat burung parit tersebut. Tetapi senyumannya itu tak bisa bertahan lama di bibir kecilnya, ia menundukkan kepalanya ketika sebuah ingatan soal kejadian semalam tiba-tiba saja mengalihkan dunia nyatanya. Ia membeku dengan ekspresi ragu-ragu saat mengingat pernyataan Minato semalam. Kushina menyandarkan dagunya di balkon ketika rasa bimbang mulai menguasai dirinya. Minato mencintainya, dan dirinya pun begitu. Tetapi didalam hatinya yang terdalam, ia masih ragu akan pernyataan cinta Minato semalam karena Minato dulunya adalah seorang playboy. Ia takut kalau Minato tak serius dan dirinya akan disakiti nantinya, sama seperti korban-korban Minato sebelum bertemu dengan dirinya.

"Apakah menurutmu Minato serius soal pernyataan cintanya padaku?" tanya Kushina pada burung parit disebelahnya dengan pandangan yang sangat serius seakan-akan burung parit tersebut adalah teman curhatnya. Sedangkan burung parit tersebut hanya memandangi Kushina dengan kepala memiring.

"Kurasa kamu benar, aku harus mengetahuinya terlebih dahulu" jawab Kushina seakan-akan burung tersebut menasihati dirinya.

"Arigatou!" balas Kushina sambil tersenyum pada burung tersebut seolah-olah burung yang sedang berkicau itu sedang menyemangatinya kemudian burung itupun terbang menjauhi Kushina ketika Kushina berteriak 'Yosh' dengan begitu semangatnya.

-x-x-x-x-

Tiiing...

Minato keluar dari lift ketika suara bel lift tersebut berbunyi. Sekarang ia berada di lantai 163 yakni lantai tertinggi di hotel tersebut. Ia berjalan menyusuri lorong dengan kepala menunduk. Difikirannya, ia begitu takut dan khawatir karena saat ini ia berada di lantai 163 yang notabene adalah lantai dimana salah satu pintu kamar dilantai ini terdapat pintu kamar seorang gadis yang ia sukai yaitu Kushina.

Hari ini mereka akan pulang ke tanah air mereka yaitu jepang, ia ingin memastikan kalau Kushina sudah selesai melakukan beres-beres dan siap untuk check out dari hotel. Tetapi hal itu hanya untuk alasannya saja. Karena tujuan yang sebenarnya ialah untuk mengetahui bagaimana Kushina membalas cintanya. Namun kenapa dirinya saat ini merasa gugup dan takut? Bahkan lebih gugup dari sebelumnya. Padahal biasanya ia tak sedebar dan setakut ini dengan seorang wanita, apakah ini adalah efek dari hati yang terus-terusan berkata 'Diterima atau Ditolak'?, batin Minato gugup.

Lima belas menit kemudian Minato tiba di depan pintu bernomor '52' yang notabene adalah nomor pintu kamar Kushina. Minato memandangi nomor pintu didepannya dengan pandangan gugup, bahkan ia sudah beberapa kali menelan ludah didepan daun pintu tersebut ketika membayangkan wajah seram Kushina yang pastinya ia yakini akan berakhir dengan pukulan 'Kasih sayang' dari Kushina gara-gara perlakuan sepihaknya semalam.

Cklek!

Glek!

"Oh! Minato-kun! Tumben sekali, Ohayou-ttebane!" sapa Kushina sambil tersenyum saat dirinya membuka pintu. Sedangkan Minato terkesiap dengan ekspresi terkejut dan mulut ternganga.

"O-o-oha-you..."

"Tunggu-tunggu! biar kutebak-ttebane!. Kamu pasti datang kemari untuk menyuruhku buru-buru beres-beres 'kan? Tenang saja aku sudah selesai beres-beres kok, aku tinggal memasukkan pakaianku saja kedalam tracker-ku." potong Kushina semangat.

Minato terdiam saat memandangi wajah ceria Kushina. Ia begitu gugup dan takut, jantungnya berdebar hebat, bahkan lebih hebat daripada berlari sejauh 100 meter. Perasaannya saat ini sangat bercampur aduk, apalagi saat memandangi wajah polos Kushina yang begitu ia kagumi dan ia sukai. Ia mulai salah tingkah, dan karena perlakuan salah tingkahnya itu, ia menjadi terlihat agak gaje didepan Kushina hingga sampai-sampai ia harus dipandangi Kushina dengan ekspresi jijik. Minato ingin sekali bertanya soal menyangkut kejadian semalam, dan menanyakan bagaimana perasaannya pada dirinya, namun fikiran dan logikanya melarang dirinya untuk bertanya pada Kushina. Ia ingin tahu sendiri apakah Kushina membahas kejadian semalam dan membalas cintanya?.

"Ishh! Kamu aneh-ttebane. Hei! Apa kamu sedang tidak enak badan? Tingkahmu aneh begitu? Apa kamu sudah minum obat? Er...ngomong-ngomong dimana Mikoto?"

Minato terpaku. Dirinya yang begitu mengharapkan pembalasan cinta dari Kushina malah berubah dan hancur dengan pertanyaan yang menurutnya hanya sekedar basa-basi itu. Minato menundukkan kepalanya mencoba menutupi ekspresi kecewanya. Ia tak bisa menunjukkan rasa kecewanya didepan gadis yang ia sukai. Bagaimanapun dirinya adalah seorang pria, ia tak mau dipandang lemah oleh Kushina. 'Apa yang ia katakan? Padahal aku sudah memberikan respon, kenapa ia malah bertanya hal yang gak penting?' batin Minato kecewa.

Kushina yang tersenyum kemudian terdiam saat melihat wajah sedih Minato didepannya, Kushina memiringkan kepalanya kemudian berkata

"Ada apa Minato-kun?" tanya Kushina polos. 'Heem... dia mencoba tegar eh..' lanjut Kushina dalam hati.

"Iie, iya aku disini menyuruhmu untuk cepat beres-beres. Er... jika kamu memang sudah beres-beres, kita bisa langsung pergi, aku tunggu kamu...di lobby bersama Miko-chan ya? Jaa" balas Minato lemas seraya memutar tubuhnya memunggungi Kushina. Ia menghela nafasnya ketika rasa tak percaya diri mulai menjalari dirinya. Ia merasa sangat kecewa, dirinya begitu mengharapkan pembalasan cinta dari Kushina, namun Kushina tak membahasnya sama sekali, apakah itu artinya Kushina telah menolaknya?.

Tiiing!

Suara lift berbunyi menandakan kalau pintu lift terbuka, Minato yang notabene berada didepan lift, langsung masuk kedalam lift tanpa menoleh kearah belakang lagi. Sedangkan dilain sisi, Kushina tersenyum melihat gelagat Minato kemudian kembali masuk kedalam kamarnya untuk bersiap-siap.

-x-x-x-x-

Dibandara bernama Kayamazaki terlihat dua sosok gadis berambut merah dan raven sedang berbincang ria dengan begitu hikmatnya. Dan dibelakang gadis tersebut terlihat sosok pemuda tampan berambut jabrik pirang sedang mengikutinya dari belakang. Pemuda itu sedang menyeret koper tas-tasnya dengan perasaan yang terlihat tak begitu semangat. Disetiap perjalanan mereka menuju keluar bandara, mereka selalu disibukkan dengan beberapa penggemarnya yang berebutan meminta tanda tangan dan foto-foto.

Kushina dan Minato menerima pemintaan penggemar mereka dan mulai menuruti semua keinginan penggemar mereka satu per satu. Kushina melakukannya penuh dengan semangat sedangkan Minato, ia hanya melayani penggemarnya dalam diam karena sibuk dengan fikirannya sendiri. Beberapa penggemar Minato begitu bingung akan sikap Minato yang menurut mereka begitu aneh. Ia berfikir pasti ada sesuatu yang terjadi hingga sang pianist tampan ini sampai harus bertingkah demikian.

Kushina menoleh kearah Minato, ia melihat gelagat Minato yang tak terlihat semangat itu dengan ekspresi prihatin. Ia tahu dirinya terlalu berlebihan, tetapi hal inilah yang perlu dipastikan olehnya, apakah dirinya benar-benar mencintainya atau tidak. Karena jika dirinya tak menguji Minato, ia takut perasaannya ini hanya perasaan sepihak saja.

35 menit kemudian, mereka akhirnya selesai 'memberi makan' para penggemarnya itu dengan tanda tangan dan sebagainya. Sekarang mereka sedang menuju ke taksi pesanan Mikoto yang sejak tadi berparkir di sisi luar bandara. Ketika hampir tiba di dekat taksi, Tiba-tiba saja Minato menahan pergelangan tangan Kushina sehingga membuat Kushina berhenti mendadak. Kushina menoleh kearah Minato dan memandanginya dengan alis berkerut seeakan-akan bertanya 'Ada apa?'.

"Gomen Kushu-chan, sepertinya aku tak bisa satu taksi denganmu dan Miko-chan. Aku akan menaiki taksi-ku sendiri" ujar Minato bermaksud mengharapkan jawaban tolakkan dari Kushina.

"Oh...oke, kalau begitu, jaa." Balas Kushina santai.

Minato mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban itu, tetapi pada saat itu juga, ia langsung merubah ekspresi wajahnya itu dengan senyuman palsunya. Bukan Minato namanya kalau dirinya tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya.

"Heem, warui Kushu-chan. Sampaikan salamku pada Miko-chan ya. Jaa" balas Minato sambil tersenyum kemudian berjalan kearah kanan.

Kushina memandangi Minato dengan sangat lekat sekali, ia tersenyum tulus saat melihat Minato begitu galau-nya hanya karena gara-gara cintanya tak terbalaskan olehnya. Kushina menggelengkan kepalanya memikirkan begitu bodohnya Minato ketika berhadapan dengannya. Padahal dulunya dia itu playboy, ia pastinya tahu 1001 macam sifat-sifat cewek. Namun kenapa dia terlihat seperti tak tahu apa-apa. Sungguh bodoh. Baka-baka-baka! Batin Kushina.

"MINATO NO BAKA!"

Deg!

Minato berhenti melangkahkan kakinya saat mendengar suara gadis yang ia sukai itu memanggilnya bodoh. Ia memutarkan tubuhnya untuk memandangi Kushina yang masih tetap ditempatnya. Sedangkan gara-gara teriakkan keras Kushina tersebut, beberapa orang harus berhenti melakukan pekerjaannya termasuk Mikoto dan supir taksi-nya. Minato mencoba memandangi Kushina dengan ekspresi senormal mungkin. Dan Kushina memandangi Minato dengan senyuman manis yang terukir diwajahnya.

"DASAR BODOH! APAKAH KAMU TAK MELIHATNYA?!"

"?"

"APAKAH KAMU TAK MELIHAT SEMUA YANG KULAKUKAN?!"

"..."

"JANGAN MELIHATKU DENGAN EKSPRESI MENJIJIKKAN BEGITU! KAMU TAHU 'KAN AKU HANYA MENCOBA MENGUJIMU"

"Menguji?"

"APA MENURUTMU PEMBALASAN CINTA ITU HARUS DIBALAS DALAM SATU HARI?"

"!"

"DAN APAKAH MENURUTMU AKU TAK PERLU MENGUJIMU?"

"?"

"KAMU ORANG YANG TAK BISA SABAR YA! DASAR PLAYBOY!"

"HAH! KUSHU-CHAN...!" balas teriak Minato dengan wajah memerah. Ia mulai berlari mendekati Kushina bermaksud mencoba untuk menghentikan pembicaraan berlebihan ini.

"Hentikan...hosh...kumohon...hosh...aku...bukanlah playboy lagi...hosh" bisik Minato dengan nafas terengah-engah ketika ia tiba tepat didepan Kushina.

Kushina tersenyum manis kemudian berkata

"Kalau begitu buktikan padaku kalau kamu sudah bukan playboy lagi"

"A-ap-apa maksudmu?"

"Mulai hari ini dan detik ini, aku mau kamu berjanji kamu akan selalu menjagaku dan selalu mencintaiku"

"A-ap-apa...apa artinya ini...kamu...kamu..."

Kushina menempelkan jemarinya ke bibir Minato hingga Minato berhenti mengucapkan sesuatu.

"Tetapi dengan satu syarat. Setiap kita kencan, kamu jangan pernah mencoba menggombaliku. Aku tak suka gombalanmu!. Dan jika hal itu terjadi maka aku akan membuat wajahmu yang selalu kamu banggakan itu berubah menjadi taiyaki hangus yang tak layak dilihat, kamu mengerti!"

Minato tersenyum mendengar pernyataan Kushina tersebut, sebenarnya ia ingin tertawa karena sangat bahagia tetapi ia rasa itu terlalu berlebihan hingga sampai akhirnya ia hanya bisa tersenyum didepan Kushina.

"Wakatta, Aku akan selalu menjagamu dan mencintaimu." Balas Minato semangat.

"Oke, sekarang...mmmphm"

Tanpa aba-aba, Minato menyatukan bibirnya dengan bibir Kushina, ia memeluk Kushina dengan begitu eratnya seakan-akan ia tak mau membiarkan Kushina menjauh darinya. Sebenarnya Kushina malu, ia ingin sekali mendorong atau menendang Minato agar menjauhi dirinya, namun ketika melihat rintikkan air keluar dari mata Minato dan mengalir ke pipi Kushina, ia jadi mengurungkan niatnya tersebut dan mulai membalas ciuman Minato. Sedangkan dilain sisi, seorang gadis cantik berambut raven yang berdiri di dekat mobil taksi itu, sedang memandangi mereka dengan senyuman manis terukir di bibirnya. Ia bergumam kemudian bersandar di body mobil taksi dengan gaya yang santai. 'Minato tak seperti dirinya yang sebelumnya, ia terlihat berbeda sekali, ia jadi orang yang sangat cengeng. Padahal dirinya sering sekali menyatakan cinta tetapi dirinya tak pernah sebahagia dan secengeng ini. Apakah ini artinya Minato sudah mendapatkan cinta sejatinya.' Batin Mikoto seraya tertawa kecil.

"Kurasa aku akan pulang duluan, aku tak mau mengganggu mereka. Pak ayo kita berangkat" ujar Mikoto dan mulai masuk kedalam mobil setelah disahut sopan oleh supir taksi dan kemudian mereka berjalan menjauhi bandara.

Beberapa menit kemudian Minato dan Kushina menghentikan ciumannya ketikanya mereka berdua merasa itu sudah cukup, wajah mereka berdua memerah semerah tomat, apalagi Kushina. Ia tak habis fikir kalau ciuman itu ternyata lumayan juga. Ia mampu mabuk kepayang hanya karena ciuman di bibir. Padahal ia pernah berciuman dengan Minato, tetapi ciuman yang semalam dengan sekarang rasanya sangat berbeda. Seperti inikah rasanya berciuman? Batin Kushina mulai ngawur.

Drrt...drrt...drrrt

Hp Kushina bergetar, ia mengambil hp-nya yang berada di kantung jaket coklatnya dengan terburu-buru kemudian ia melihat icon e-mail bertuliskan 'Miko-chan' di hp-nya. Kushina membuka pesan tersebut dan membacanya.

"Siapa Kushu-chan?" tanya Minato penasaran sambil melirik kearah hp Kushina.

"Sepertinya kita ditinggal oleh assisten kita sendiri" balas Kushina sambil tersenyum.

Kushina dan Minato tertawa setelah membaca pesan e-mail tersebut.

From : Miko-chan(miko_ure gmail. co. id)

Kushina-chan, maaf aku pulang duluan, aku gak enak kalau misalkan mengganggumu berduaan dengan Minato. Apalagi melihat begitu mesra dan bahagianya kamu. Aku sudah membawakan kopermu dan Minato ketika kamu dengan Minato sedang asyik berciuman, jadi jangan khawatir ya, sekarang kamu dan Minato boleh berkencan sepuas mungkin dan aku akan mengatur acara kedatanganmu dirumah Hashirama-sama.

Note:Maaf bila pesan ini mengganggu adegan ciumanmu, peace... ^^v

_-Flashback End-_

"Minato-kun, kamu ingin menunjukkan apa sih?"

"Nanti kamu akan tahu kalau sudah melihatnya"

Kushina berkedut kesal

"Jangan bilang kamu merencanakan sesuatu yang menjijikkan!" bentak Kushina tegas. Minato tertawa kecil mendengar kesimpulan kekasihnya itu, ia begitu senang sifat Kushina tak berubah selama ia berpacaran dengan Kushina. Minato sangat senang dan nyaman kalau selalu berada di sisi Kushina dan saat ini ia ingin memberikan kejutan spesial untuk Kushina, dan kejutan itu diyakininya akan mampu membuat Kushina terpaku dan bahagia.

Lima belas menit kemudian, Minato menghentikan laju mobilnya tepat di depan taman kota Konoha. Kushina memandangi taman tersebut dengan mata yang berbinar-binar. Sudah lama sekali ia tak datang ke taman tersebut. Akhir-akhir ini ia sangat sibuk akan pertunjukkan musiknya hingga ia tak pernah sempat datang ke taman yang dipenuhi kenangan tersebut. Dan sekarang, ia berada di taman ini, datang berdua dengan guru sekaligus kekasihnya, sama seperti waktu dirinya pertama kali diajari bermain biola oleh Minato.

"Apakah ini kejutannya Minato?" tanya Kushina masih memandangi taman tersebut dari jendela.

"Iie, ada sesuatu yang lebih menakjubkan selain ini. Sekarang ayo kita turun dari mobil"

"Hmm"

Kushina dan Minato membuka pintu mobil secara bersamaan kemudian mereka menyusuri jalan menuju taman secara beriringan. Kushina yang memang sudah begitu rindu akan taman tersebut, sampai-sampai harus menoleh kekanan dan kekiri untuk memandangi seluruh isi taman yang tak pernah berubah tersebut.

"Okaa-cama, ichu tan oyang yang aja ji cv" kata anak kecil yang tak sengaja melihat Kushina dan Minato.

"Hmm, dimana sayang?" tanya seorang wanita yang berada di kursi taman setelah anak kecil itu berlari mendekatinya.

"Ichu" balas anak kecil tersebut sambil menunjuk kearah Kushina dan Minato. Namun sebelum wanita itu sepenuhnya memandangi Minato dan Kushina, Minato dan Kushina sudah dikerumuni oleh para pengunjung taman tersebut.

Tujuh menit kemudian, tepatnya setelah selesai melayani para fans-nya. Kushina dan Minato melanjutkan perjalanan mereka kembali sampai pada akhirnya mereka berhenti tepat di panggung persegi berhiaskan bunga mawar putih yang dilengkapi dengan beberapa corak indah dan kursi mewah di tengah-tengahnya. Panggung persegi tersebut hanya berukura meter, namun hiasan-hiasan indah yang dipasang di setiap sisi panggung tersebut, seakan-akan memberikan kesan indah dan mewah sekali.

Kushina ternganga setelah melihat panggung tersebut kemudian ia menoleh kearah Minato dengan tatapan tak percaya. Minato tersenyum kemudian menyentuh dagu Kushina dengan lembutnya.

"Tanggal 15 bulan Desember dan tahun 2013. Di panggung ini, aku akan bermain solo disini"

"15 Desember? Bukannya itu besok?"

"Yah, aku ingin kau datang besok untuk menonton perjunjukkanku. Aku ingin memberimu kejutan dihari itu. Kamu mau kan datang untuk menontonnya?"

"Jadi kejutannya besok! Hufft! Sekarang kau sudah berani berbohong padaku ya-ttebane!" balas Kushina sebal.

"Gomen-ne Kushu-chan. Tetapi ini juga termasuk kejutan 'kan?" sahut Minato seraya menggaruk-garuk belakang rambutnya.

"Kejutan darimananya coba!"

"Menunjukkan panggung ini juga termasuk kejutan 'kan?, buktinya tadi kamu terkejut melihat panggung itu, hihi" balas Minato seraya mengedipkan matanya. Wajah Kushina memerah lalu ia mengembungkan pipinya dengan tatapan cemberut, dan tanpa fikir panjang lagi, Kushina melayangkan kepalan tangannya ke kepala Minato hingga akhirnya tumbuhlah balon besar di ujung kepala Minato.

"Urusai-ttebane!"

"I-iitt-ittei, gomenasai. Tapi kau mau datang 'kan?"

"Hah...T-T-Ten-Tentu s-s-s-sa-sa-saja aku datang-ttebane! Ma-ma-mana mungkin aku t-t-t-a-ak datang ke pertunjukkanmu" sahut Kushina malu-malu dengan wajah memerah.

"Jangan sampai terlambat yah" Balas Minato sambil tersenyum.

"Hem"

-x-x-x-x-

Sepulangnya dari kencannya bersama dengan Kushina, Minato mampir di restoran besar bersama dengan ayahnya, Hashirama, Arashi, Mikoto, Itachi dan Fugaku. Mereka berbincang ria menyangkut soal perencanaan pertunjukkan Minato besok. Sebenarnya pertunjukkan Minato besok bukan hanya sekedar pertunjukkan musik biasa. Minato berencana untuk membuat kejutan yang luar biasa bagi Kushina. Kejutan yang mampu membuat Kushina terpaku. Yaitu rencana pelamaran Kushina.

Rencana Minato sudah disetujui Hashirama sejak lama hari. Dan Arashi-pun tak perlu meminta pendapat dari Kushina, karena menurutnya Kushina pasti akan menyetujuinya.

"Tentu saja, aku dan Arashi pasti akan membuat Kushina secantik mungkin besok" sahut Hashirama setelah perbincangan itu terarah pada kata-kata candaan dari Jiraiya.

"Yah, meskipun nantinya pasti akan sulit. Soalnya Kushina itu paling benci di make-up." balas Arashi sambil tersenyum.

Minato dan yang lainnya ( Kecuali Fugaku dan Itachi ) tertawa terbahak-bahak saat mendengar lelucon Arashi.

"Yah, waktu pertunjukkan pertamanya saja Kushina pernah bilang kalau dia itu tak 'kan pernah mau memakai make-up lagi, katanya sulit dihapus, iya gak Minato-kun, Fugaku-kun?" sela Mikoto seraya menoleh kearah Minato dan Fugaku secara bergantian.

"Hmm, aku setuju denganmu. Kushina memang sangat tak suka ber make-up. Bahkan sampai saat ini, tepatnya saat show pun, Kushina selalu memberontak kalau misalkan para crew memintanya untuk mempercantik wajahnya. Hehehe. Mengingat hal itu, aku jadi tertawa sendiri. Tetapi menurutku, meskipun Kushina tak memakai make-up pun, ia tetap terlihat cantik dan manis. Wajahnya tetap terlihat sangat segar dan bersih, seakan-akan didalam kulitnya tertanam sebuah make-up alami yang mampu membuatnya terlihat menawan."

"Hn, kau berlebihan duren. Dia memang tak pernah mau di make-up. Soalnya Kushina memang wanita yang tidak peka" balas Fugaku angkuh.

"Hei, hei! Itu tidak benar! Aku sebagai kekasihnya merasa tersinggung atas ucapanmu"

"Hn"

"Itu benar! Kata-kata Mina-nii terlalu lebay tahu gak!" sambung Itachi santai kemudian ia meminum juice jeruknya.

Setelah mendengar kata-kata Itachi tersebut, Minato dan yang lainnya saling berpandangan satu sama lain kemudian beralih menatap Itachi. Awalnya mereka diam saja, namun beberapa detik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Mereka tertawa karena mendengar bahasa Itachi yang menurut mereka tak seperti anak-anak kecil yang seumuran dengannya. Apalagi saat melihat tingkah laku Itachi yang begitu mirip dengan sifat ayahnya, yakni Fugaku.

Keesokan harinya, dirumah yang besar nan megah. Terdengar suara-suara keras yang mampu membuat rumah itu terasa ramai. Rumah megah tersebut adalah rumahnya Kushina.

"Ada apa sih dengan kalian! Dari tadi sibuk sendiri. Eh-eh! itu untuk apa?" tanya Kushina sambil menunjuk-nunjuk kearah gaun putih yang dibawa oleh Arashi.

"Tentu saja untuk kau pakai" balas Arashi seraya meletakkan gaun putih tersebut ke tempat tidur.

Kushina mengerutkan keningnya, ia merasa jijik melihat gaun putih di tempat tidur itu kemudian ia beralih ke kakaknya.

"Aku tak mau memakainya! Nii-chan tahu 'kan, aku paling benci memakai gaun. Apalagi dengan gaun yang berkerah lebar itu. Aku gak mau!" bentak Kushina sambil cemberut dan melipat kedua tangannya.

"Kushina-kun..."

"Jangan panggil aku dengan suffix-'kun'-ttebane!"

"Ha'i, tapi 'kan hari ini hari yang spesial."

"Spesial apanya? Cuma menonton pertunjukkan doang sih"

"Tapi 'kan yang ini bukan hanya sekedar menonton pertunjukkan. Kamu ingat siapa yang main? Kekasihmu loh?" lanjut Mikoto seraya menggoda Kushina dengan mengkedipkan matanya.

Kushina tersipu saat mendengar tuturan Mikoto, dan kemudian ia memutar tubuhnya kearah berlawanan ketika ia merasakan pipinya terasa memanas bermaksud untuk menyembunyikan wajahnya dari Mikoto dan 3 orang dibelakangnya karena ia yakin, wajahnya saat ini pasti memerah semerah tomat.

"Te-t-t-tetapi kenapa cuma aku yang diperhatikan?" tanya Kushina gugup.

"Karena kami yakin, meskipun kami berdandan serapih mungkin, pandangan Minato pasti tak akan terbuai dengan kerapihan kami. Ia hanya terbuai dengan penampilanmu saja" balas Mikoto

"Hah?" sahut Kushina seraya memutar tubuhnya kembali.

"Dengar sayang, orang yang pertama yang akan dipandang oleh Minato bukanlah kami, melainkan dirimu. Apakah kamu tega membiarkan Minato memandangimu dengan pakaian yang tak seperti wanita di pertunjukkan solo-nya nanti?" ujar Hashirama seraya berjalan mendekati Kushina lalu memegang kedua bahunya Kushina.

"Tapi otou-chan, Minato tak pernah keberatan kalau aku memakai pakaian pria. Bahkan saat kencan-pun ia tak pernah keberatan."

"Hn. Itu menurutmu. Bagaimana kalau hatinya berkata lain." Potong Fugaku angkuh sambil meletakkan tanktop merah muda ke tempat tidur. Semua sorot mata berarah kepadanya, termasuk Kushina. Kushina memandangi Fugaku dengan alis berkerut, ia menatap Fugaku dengan pandangan tak percaya sekaligus bingung. Ia tak percaya karena Fugaku berani menyentuh tanktop seorang gadis dan ia bingung karena ia tak pernah menyangka kalau Fugaku mau ikut serta akan persiapan yang tak diketahui olehnya ini apalagi mau ikut campur akan pembicaraan orang lain.

"Minato pernah mengobrol denganku. Ia pernah berkata padaku kalau ia begitu sangat berharap kalau kau memakai pakaian feminim layaknya gadis lainnya." Lanjut Fugaku.

"Minato berkata seperti itu?" tanya Kushina dengan nada sedikit membentak. Namun Fugaku tak menanggapi nada bentakkannya. Ia kemudian melanjutkan perkataannya.

"Yah, menurutnya kau pasti akan terlihat lebih manis kalau memakai pakaian wanita. Yah dia memang tak keberatan kalau kau memakai pakaian pria, namun bukan berarti harus disaat spesial seperti ini. Waktu kencan mungkin masih bisa dimaafkan atau bisa dianggap 'Biasalah! Anak muda!', tetapi disaat seperti ini, dihari spesial seperti ini, yang ditonton oleh banyaknya orang, apa kau tega membuat Minato malu karena memiliki pacar yang mempunyai kepribadian ekstra kelaki-lakian dan tak suka memakai gaun. Coba bayangkan? Bagaimana perkataan-perkataan orang yang melihatmu nanti?"

Kushina melebarkan matanya setelah mendengar tuturan Fugaku kemudian ia menundukkan kepalanya dengan aura penuh kesedihan. Mikoto yang melihat tingkah Kushina yang berubah drastis tersebut langsung tersontak tak terima kemudian ia memutar tubuhnya kearah suaminya dengan pandangan menusuk seraya mengarahkan telunjuknya kearah Fugaku seakan-akan mencoba untuk mengancamnya.

"Fugaku-kun! Kamu terlalu berlebihan, minta maaflah pada Kushi-chan!" bentak Mikoto pada Fugaku. Ia tak perduli kalau ia harus membentak suami tercintanya, karena menurutnya Fugaku sudah memang melampaui batas. Ia awalnya memang tak perduli akan tindakan dingin Fugaku tersebut, namun jika Fugaku menyangkut-nyangkut hal tentang Kushina, itu bukan tak perduli lagi melainkan marah, bahkan sangat marah seperti saat ini. Karena Kushina sudah dianggapnya sebagai saudara kandung sendiri.

"Tidak Miko-chan, Fugaku benar. Minato-kun pasti akan sangat malu kalau misalkan aku datang dengan pakaian yang tak layak seperti ini. Coba saja lihat, jaket tudung berwarna coklat, kaos avenged dan celana levi's ini. Hehehe. Aku pasti akan ditertawakan oleh orang-orang disana."

"Kushi-chan?"

"Yah, coba kamu ingat-ingat ketika kita road show keseluruh penjuru dunia. Apakah aku pernah memakai pakaian seperti ini saat di pertunjukkan? Tidak 'kan? Waktu di pertunjukkan saja aku berani memakai pakaian wanita, yah meskipun itu hanya sekedar bagian bawahnya saja bukannya gaun. Hihi. Tetapi itu sudah cukup membuktikan kalau aku memang berani memakai pakaian perempuan termasuk juga gaun. Ya 'kan Miko-chan?"

"A...hem" sahut Mikoto sambil menganggukkan kepalanya. Ia tak mau urusan ini semakin panjang hanya karena gara-gara ia ingin berkata 'Jangan memaksakan diri'. Jika Kushina sudah berkata hal demikian, dia pasti akan melakukan apa yang ia katakan.

"Yosh! Kalau begitu mulai hari ini dan detik ini aku berjanji, aku akan bersikap layaknya perempuan lainnya dan berani memakai pakaian ber 'rok' apapun itu jenisnya-ttebane!" sorak Kushina semangat sambil tersenyum. Melihat Kushina yang tersenyum tersebut, Mikoto dan yang lainnya jadi ikut tersenyum, bahkan Fugaku pun ikut tersenyum. Entah kenapa jika Kushina sedang tersenyum, mereka semua ingin sekali ikut tersenyum bersamanya. Apakah ini yang dinamakan matahari kehidupan?.

-x-x-x-x-

"Yosh!, sekarang semuanya sudah selesai. Kushi-chan...coba deh lihat dirimu di cermin?" bisik Mikoto yang telah selesai mendandani Kushina.

Kushina yang sejak dari tadi memejamkan matanya, mulai membuka matanya dan memandangi wajahnya di cermin. Ia begitu terkejut saat melihat dirinya sendiri di cermin, ia menyentuh pipinya karena ia merasa orang yang berada dicermin bukanlah dirinya. Ia merasa orang yang berada dicermin adalah orang lain karena wajahnya terlihat sangat cantik dan sangat menawan seolah-olah bukan seperti dirinya. Rambut Kushina yang awalnya terurai, sekarang digulung layaknya mangkuk dengan tusukkan rambut berwarna keemasan, sedikit rambut merahnya yang disisakan diantara kedua telinganya mampu membuatnya terlihat lebih manis, apalagi dengan bibirnya yang diolesi lipstick berwarna merah muda.

Ia memutar tubuhnya ketika melihat tubuhnya sudah diselimuti dengan gaun putih yang begitu indah. Wajahnya memerah merasa malu memakainya, namun dengan cepat ia langsung menghilangkan rasa malunya tersebut.

"Ya ampun! Kushi-nee terlihat cantik!" sahut Itachi polos ketika membuka pintu kamar Kushina.

"Hn"

"Inilah anakku"

"Hehehe, aku jadi tak bisa mengejekmu kalau kamu terus seperti ini imouto"

Kushina melongo sebentar kemudian tersenyum melihat semua keluarganya memandangi dirinya dengan begitu senangnya. Apakah ekspresi Minato akan seperti mereka? Aku harap kamu akan senang melihatku berpenampilan seperti ini, Minato-kun. Batin Kushina sambil tersenyum.

"Hei Kushi-chan! Apa yang kamu senyumi? Cepat, pertunjukkannya akan dimulai nih"

"Ha'i! Wakarimashita! Iko!"

Kushina dan yang lainnya turun menuruni tangga untuk menuju pintu keluar, namun sebelum mereka hampir sampai, tiba-tiba Itachi meminta untuk pipis hingga Mikoto harus mengantar Itachi ke toilet diikuti Fugaku dibelakangnya. Mikoto dan Fugaku bilang, ia nanti akan menyusulnya setelah Itachi sudah selesai buang air kecil. Lalu 2 menit kemudian, Arashi dan Hashirama diberhentikan dengan dering ponsel mereka sehingga dengan refleks mereka berhenti berjalan dan menanggapi ponselnya. Kushina menoleh kearah Arashi dan Hashirama dengan ekspresi yang seakan-akan menyuruh mereka untuk cepat, namun mereka menanggapi dengan 'Aku akan menyusulmu nanti, kau pergilah duluan' hingga Kushina mau tidak mau harus berjalan keluar sendirian.

Sesampainya diluar, ia berhenti disebelah mobil bermaksud menunggu ayahnya dengan yang lainnya. Lalu ketika ia sedang bersandar di body mobil, tiba-tiba Ichiko muncul dari dalam garasi mobil.

"Kushina, ini sudah pukul 09.35, bukannya anda ingin menonton pertunjukkan Minato-sama?"

"Iya, tetapi..."

"Lebih baik anda cepat pergi, ini sudah jam setengah sepuluh. Nanti akan saya sampaikan pada Hashirama-sama kalau anda sudah jalan lebih dulu"

"Tapi..."

"Tidak apa-apa, coba bayangkan bagaimana kalau pertunjukkan Minato-sama sudah dimulai namun anda masih belum ada disana?"

"Oke, tolong katakan pada mereka kalau aku sudah berangkat ya"

"Ha'i, wakarimashita"

"Arigatou gozaimashita, ittekimasu" balas Kushina seraya memasukki mobil alphard sendirian.

"Itterashai!" sahut Ichiko ketika Kushina sudah melajukan mobilnya.

-x-x-x-x-

Tiin!...Tiinn!

"Cih! Kena macet lagi..."

Kushina menatap arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 10.05. Kushina resah sendiri dalam mobil, ia suka menggelengkan kepala tak henti-henti saat mobil didepannya tak jalan-jalan dan ia juga suka memukul stir mobil dengan kuatnya disaat arlojinya selalu bertambah satu menit.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnn!

_Ditempat Minato_

Prok...prok...prok!

"Selamat pagi semuanya, terima kasih sudah datang ke pertunjukkan saya. Saya sangat senang karena kalian menanggapi positif akan pertunjukkan saya ini. Terima kasih" Sapa Minato sambil tersenyum diikuti dengan teprukkan tangan. Lalu beberapa menit kemudian ia melongok-longok kesegala arah dengan semangatnya, bermaksud ingin mencari sosok wanita yang sangat ia tunggu-tunggu.

"Mungkin dia belum datang, hah! Kushu-chan...kau sangat tidak peka ya." Bisik Minato sambil tersenyum.

Minato mengalihkan matanya kearah kantong dada kanan jas putihnya dengan penuh antusias, di kantong itu ada sebuah kotak merah berisi cincin berlapis emas yunani yang ia beli kemarin ketikanya ia pulang dari kencannya bersama Kushina. Minato tersenyum ketika membayangkan wajah Kushina yang nantinya memerah saat dilamar olehnya. 'Cepatlah sayang, cepatlah datang.' Batin Minato tak sabar.

_Dimobil Kushina_

Tiiiinnnnnnnnnnnnnnnn!

Kushina meretuk kekesalannya sendiri dijalanan, tak perduli akan bentakkan kasar dari para pengendara motor yang mengarah padanya. Karena difikiran Kushina saat ini, ia hanya ingin datang ke pertunjukkan Minato. Jam di arlojinya sudah menunjukkan pukul 10.18. Ia semakin frustasi hingga akhirnya ia menepikan mobilnya di gedung tak dikenal ketika kesabaran sudah tak berpihak padanya lagi. Dengan seenaknya, Kushina memarkirkan mobilnya di dekat mobil-mobil lain hingga sampai-sampai satpam yang berada disana berjalan mendekati Kushina.

"Maaf nyonya, disini bukanlah tempat untuk parkir bebas, silahkan nyonya pergi" usir satpam seraya menyuruh Kushina untuk memasukki mobilnya lagi.

"Tunggu...tunggu sebentar, tolong bantu saya pak. Saya ingin mendatangi pertunjukkan kekasih saya. Saya sudah telat, kumohon bantulah saya. Biarkan mobil saya berparkir disini" tolak Kushina.

_Ditempat Minato_

Prok...prok...prok!

Minato membuka matanya secara perlahan-lahan ketika permainan pertamanya telah selesai. Ia menggerakkan bola matanya ke segala arah 'lagi', ia memandangi semua para pengunjung dengan penuh teliti, namun orang yang ia cari sejak tadi masih belum juga muncul. Bola mata sapphire-nya mulai sedikit sayu dan sedikit tak bercahaya ketika menyadari kalau Kushina masih belum datang. 'Kushu-chan, dimana kamu? Kenapa kamu lama sekali?' batin Minato dengan ekspresi tak bersemangat.

_Ditempat Kushina_

"Maaf nyonya, tetapi disini bukanlah tempat untuk parkir bebas, silahkan pergi"

"Oke...oke, begini saja, ini...saya berikan uang agar anda mau membiarkan mobil saya untuk berparkir disini. Saya tak punya waktu lagi pak. Saya harus datang ke taman sekarang." Seru Kushina seraya memberikan selembar uang pada satpam tersebut.

Satpam tersebut ternganga dengan melebarkan matanya ketika melihat uang yang diberikan oleh Kushina. Ia memandangi uang tersebut dengan gemetar lalu menoleh kearah Kushina tanpa berkedip sama sekali.

"Nyonya, ini 'kan 100.000 yen?."

"Iya, itu untuk bapak dan sebagai gantinya biarkan mobil saya berparkir disini. Kumohon" sahut Kushina dengan ekspresi wajah memelas.

Awalnya satpam tersebut menimbang-nimbang tawaran Kushina, namun beberapa detik kemudian ia menganggukkan kepalanya dan Kushina tanpa menunggu apa-apa lagi, ia langsung berlari menjauhi satpam tersebut.

'Issh, kenapa coba hanya jalan raya yang kearah kanan saja yang lancar. Huuft! Tega sekali sih. Baiklah sekarang aku hanya tinggal menyebrang kesana lalu berbelok ke kanan, dan kekiri. Yosh!, tunggu aku Minato!' batin Kushina sambil mengangkat sedikit roknya dan berlari tergesa-gesa kearah jalan raya.

CRIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTT

BRUAGGHHHH!

"KYAAAAAAAAAA!"

"!"

"!"

"Ada apa!"

"Disana, disana! Cepat cari bantuan! Siapapun panggil ambulan!"

Takdir ternyata berkata lain, Kushina yang awalnya begitu berharap bisa mengucapkan kata maaf pada Minato karena keterlambatannya, malah harus terpuruk di jalanan dengan banyaknya lumuran darah dari atas sampai bawah. Sedangkan Minato, yang begitu berharap akan kehadiran kekasihnya, malah berakhir dengan memainkan biola tanpa ada sang kekasih disisinya. Dan tanpa mereka sadari, mereka berdua tiba-tiba saja mengeluarkan air mata mereka dalam diam kemudian berkata

'Dimana kamu?' dan 'Maafkan aku'

~Owari~

Tee-hee! Just kidding! Kena deh! hihi#plak!

~Tsuzuku~

A/N : Banzai!, chap 18 is update! Bagaimana menurut minna? Semakin gaje-kah? Hehehe, gomen yah kalau semakin gaje. ^^

Disini awal dari klimaks Guru Biolaku! I LOVE YOU!, jadi Minna tak perlu khawatir bakal tamat kayak gini, ceritanya masih panjang kok dan nanti pastinya akan happy ending. Percaya sama Shisui*Gue percaya sama tuhan, ngapain gue percaya sama lu!*#nangis gaje di pojokkan. Shisui itu gak suka bad ending, jadi Shisui bakal mengakhiri nih cerita dengan happy ending#gak ada yang nanya!*ngelanjutin nangis gaje*.

Matta ne~