Say No!

Disclaimer: Bleach milik say- eh, Kubo Tite.

Summary: Rukia menggerutu tidak jelas sepanjang lorong menuju kelas 2-B. Tujuannya hanya satu, meyakinkan teman dekatnya yang sama sekali tidak memiliki ekspresi untuk menolak kesepakatan keluarganya dalam pertemuan semalam. Namun yang bersangkutan malah menganggap ocehan gadis itu sebagai angin lalu, sehingga mau tak mau Rukia menantangnya dalam suatu pertarungan 'hidup atau mati'. . .

Warning: Cerita konyol dan aneh, diskripsi minim dan payah, judul sedikit banyak tidak nyambung dengan isi, AU, sangat OoC khususnya Rukia, typo(s), IchiRuki/UlquiHime slight UlquiRuki fic.


DON'T LIKE, CLICK BACK IMMEDIATELY

»«

.

«»

.

Kaki-kaki kecilnya menghentak keras di setiap langkah cepat yang diambilnya. Kedua tangan mengepal kuat di samping tubuhnya. Sapaan selamat pagi sama sekali tidak masuk ke dalm indera pendengarannya. Wajah cantiknya berubah sangat mengerikan, dengan mata terus melotot dan juga napas yang terdengar seperti dengusan seekor kuda yang kelelahan. Iris ungu gelap terpaku pada tulisan 2-B yang berada di sebelah kiri atas yang kini hanya berjarak dua meter dan terus mendekat. Dengan sangat kasar gadis itu membuka pintu dan langsung menuju meja nomor dua dari depan di samping jendela. Sebelah tangannya menggebrak meja, namun tidak membuat sang pemilik kaget. "Kau harus menolak rencana konyol jii-sama semalam Ulquiorra!" Rukia sama sekali tidak peduli jika semua pandangan siswa di kelas tersebut mengarah pada dirinya.

"Jika kau ingin bicara padaku, sebaiknya lakukanlah dengan lebih lembut," sahut si pemuda tenang, pandangannya masih tidak lepas dari novel misteri yang kini tengah dibacanya.

Rukia sedikit menggeram kesal. Yang harus dilakukannya sekarang adalah bernegosiasi, bukan membuat Ulquiorra kesal dan malah menyetujui rencana sang kakek. "Aku mohon Ulquiorra, kau harus menolak rencana jii-sama semalam, ya..." ia memohon seperti seekor kucing yang menolak untuk dimandikan.

"Tidak."

Jawaban super singkat tersebut membuat Rukia semakin kehilangan kontrol. Dirampasnya novel yang sedari tadi menjadi pusat perhatian pemuda berambut hitam, meletakkannya kasar di meja kemudian menarik kerah seragam Ulquiorra. "Dengar ya vampir pucat, aku sama sekali tidak tertarik padamu dan tidak mau menikah denganmu—"

"Kita hanya bertunangan Rukia," Ulquiorra membenarkan.

"Argh, terserah katamu! Aku hanya mau kau bilang pada jii-sama jika kau tidak menyukaiku dan tidak mau menikah—"

"Tunangan."

"Ya, tidak mau tunangan denganku. Apa kau paham?!" Rukia semakin mengeratkan genggamannya dan tanpa sadar menariknya semakin dekat ke wajahnya.

"Ru-rukia-chan." Orihime terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

Kini semua perhatian siswa kelas 2-B terpaku pada dua orang yang hampir mirip itu. Bagi para cewek penyebar gosip, sudah dipastikan tak akan melewatkan momen ini. Mereka bahkan menulis setiap ucapan Ulquiorra dan Rukia. Dan yang tidak mau repot-repot, mereka merekamnya melalui ponsel.

Ulquiorra masih memasang wajah datar kebanggaannya, meskipun sang gadis berteriak tepat di depan wajah tampannya. "Kenapa? Aku tahu kau belum mempunyai keksih sampai saat ini. Berikan aku alasan dan aku akan mempertimbangkannya."

Rukia sedikit kaget mendengar pertanyaan tersebut. Mata ungu itu menatap penuh rasa bersalah pada sahabat karibnya—Inoue Orihime, yang berada tidak jauh dari mereka. Ia tahu, gadis cantik itu menyukai orang yang akan bertunangan dengannya. Lalu mengalihkannya pada pemuda di pojok ruangan yang juga menatapnya tajam dan sedikit tersirat... kesedihan?

"Kau tahu, nenek buyutku pernah bilang jika kau menemukan seseorang yang wajahnya hampir mirip denganmu, maka dialah pasangan hidupmu alias jodohmu. Dan kurasa kita mempunyai banyak kemiripan, Kuchiki Rukia," lanjutnya karena gadis mungil berambut hitam memandang kosong sesuatu di belakangnya.

"Masa bodoh dengan ucapannya! Aku hanya ingin temanku bahagia!" oops, Rukia kelepasan bicara.

Ulquiorra hanya sedikit mengangkat alisnya bingung. "Apa maksudmu?"

"Lupakan! Kalau kau memaksa, mari kita bertaruh. Jika aku kalah, aku akan melakukan sesuai keinginanmu. Namun jika aku yang menang, kau harus menolak seluruh rencana aneh jii-sama semalam!" Rukia sudah melepaskan genggamannya pada seragam putih Ulquiorra.

Ulquiorra merapikan bajunya yang kusut karena ternyata tangan mungil Rukia memiliki cengkeraman super. Ia berpikir, seandainya saja cengkeraman itu digunakan untuk hal yang lain pasti... aah hentikan pikiran kotormu itu Ulqui!

"Baiklah, kau ingin menantangku dalam hal apa?" tanya pemuda 169cm dingin.

"Eh itu aku... ingin menantangmu..." Rukia masih berpikir, tidak mungkin ia menatang pemuda itu adu kecerdasan, mengingat ia hanya bisa dikalahkan oleh si jenius bermata empat, Ishida Uryuu. Tunggu dulu, bukankah Rukia cukup mahir dibidang itu? Baiklah sudah diputuskan!

"Aku masih menunggu Rukia."

"Ooh baiklah. Aku menantangmu bertanding karate Ulqui! Temui aku di gym sepulang sekolah nanti!" Rukia tersenyum puas mengingat ia cukup menguasai karate. Ia berpikir, jika orang berotak encer biasanya tidak berotot, kan? Gadis itu berjalan dengan riang menuju pintu, tidak memberi perhatian pada tatapan semua penghuni kelas yang seolah berteriak 'Kau benar-benar sudah gila Kuchiki!' atau 'Dia sudah menggali kuburnya sendiri!'. Oh, lupakan yang terakhir.

Ulquiorra menatap bingung punggung kecil Rukia yang mulai menjauh. Entah apa yang dirasakannya sekarang. Perasaan senang karena sudah pasti ia yang akan memenangkan pertandingan nanti, atau malah perasaan sedih mengingat ia secara fisik akan bertarung dengan seseorang yang sudah menjadi temannya sejak kanak-kanak?

"Ingat, sepulang sekolah aku akan menunggumu. Dan kau jangan berpikir untuk kabur!" teriakan Rukia menggema di ruangan yang mendadak sepi, sebelum gadis itu menutup pintu dengan kasar. Lagi.

"Aku berani bertaruh seluruh uang jajanku selama seminggu penuh untuk kemenangan si vampir pucat," ujar siswa botak pada temannya yang sibuk membenarkan bulu matanya yang indah.

"Kau hanya berani bertaruh jika sudah tahu dengan pasti siapa pemenangnya, itu sama sekali tidak cantik," tolak siswa laki-laki yang sangat feminine.

Ponsel abu-abu dalam saku Orihime bergetar, pertanda ada pesan masuk. Dibukanya pesan singkat yang ternyata berasal dari seseorang yang secara tidak langsung membuat kelasnya heboh. 'Temui aku di taman belakang istirahat nanti. PENTING.' ia membacanya dalam hati. Dibalasnya pesan tersebut dan cepat-cepat memasukkannya ke dalam saku karena sang guru telah memasuki kelas.

Pemuda bermata cokelat madu mendesah pelan, mengingat kesalahan bodoh yang dilakukan Rukia tadi. Mengusap kasar rambut oranye terang miliknya, ia bergumam lirih, "Semoga kau tidak lupa jika Ulquiorra baru saja memenangkan kejuaraan karate tingkat nasional bulan lalu, Rukia..."

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung. . .


A/N: Halooooh, lagi-lagi aku membawa cerita aneh seperti ini, hehehh. Btw untuk perjanjian tunangan UlquiRuki akan dijelaskan chapter depan. Dan adakah yang berharap bahwa Ulqui akan mengalah pada Rukia? Tenang saja, mungkin ini hanya 2 chapter, . .

Oh, berhubung ini upload lewat ponsel, mohon maaf jika ada banyak kesalahan. Entah kenapa beberapa hari terakhir sulit buat login lewat lappie. Nanti pasti kuperbaiki kok, hehehh.

Seperti biasa, jika ada kritik, saran uneg-uneg atau apapun itu, silahkan tulis dikotak di bawah ini, aku ga bakalan gigit atau nularin penyakit ^^