Love Fighter


"Kau mau 'kan jadi pacarku?"

"HAAAAHH?!"

Saat kau menyukai seseorang, apa yang kau lakukan untuk mendapatkannya? Merayunya? Memberinya hadiah? Membuat puisi romantis? Atau… Selalu membuatnya marah?

Apalagi kau termasuk dalam daftar orang yang–menurutnya–"lemah".

Mau cari mati ya?


By:: Anita Lee Del Vongola

Rate:: K+

Genre:: Romance, (fail)Humor

Warning:: Shounen-ai (Boys Love), AU, OOC, Typo(s), Tsundere!Baekhyun.

Cast:: Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Main Pair:: ChanBaek/BaekYeol

Disclaimer:: I don't own them. They belong to God, their parent, and themselves.


"Baek~kie~~!"

Buagh!

"Jangan memanggilku seperti itu, atau kau akan menerima satu hadiah spesial lagi dariku," ucap seorang namja ber-eye liner tebal sambil menunjukkan tangan kanannya yang sudah terkepal erat. Bukan, ERAT sekali.

"Mi-mianhae… Maafkan aku~!" Namja di depannya menunduk berkali-kali seraya meminta maaf dari namja yang dipanggilnya "Baekkie" tadi. Oh, dan jangan lupakan tangannya yang sedang memegang bekas "tamparan" sang namja.

"Baik, kali ini kumaafkan. Tapi…" Perkataan namja itu mengambang.

"T-tapi?" Keringat dingin keluar dengan lancar dari pori-pori kulitnya.

"Jika kau melakukannya lagi, kekeke… kau akan menerima akibatnya," ucap sang namja dengan sadis plus seringai setannya. Mungkin bagi si namja tinggi–yang tadi memanggil namja "bernama" Baekkie itu, namja di depannya ini sudah menjelma menjadi salah satu karakter baik-tapi-jahat(?) di komik yang dikoleksi salah satu sunbae-nya di sekolah.

'God! Iblis dari Neraka!' batinnya menjerit.

"Apa kau 'bilang'?" Lucu sekali, apa namja ini juga punya kekuatan cenayang? Who knows?

"Ti-tidak ada apa-apa, hehe.." Tawa yang dipaksakan. Itu sudah basi, kau tahu?

"Sudahlah, aku mau pulang saja, daripada mengurusi orang tak jelas sepertimu." Si namja eye liner pergi, meninggalkan sang namja tinggi bak tiang listrik yang kini terdiam membatu.

'Inikah rasanya patah hati?' batinnya bergolak.

Mengenaskan. Belum sempat dia menyatakan perasaannya, semua jadi hancur berkeping-keping. Malang sekali nasibmu, Nak.

'Tidak! Aku tak boleh menyerah! Selama semangat masa mudaku belum habis, aku akan berusaha!'

Dalam sekejap semua perasaan sedih, depresi, stress, dan hal-hal negatif penurun semangat menjauhinya. Semua itu diganti oleh kata-kata penuh semangat yang entah dikutipnya dari mana. Yang jelas, pemuda ini sudah terlalu banyak disuguhi Manga dan Anime. Oh, betapa ia ingin menyalahkan sunbae-nya itu.


"Dasar! Kurasa, dia itu manusia paling tidak jelas di dunia!" Namja yang berperawakan cukup pendek–dan jangan lupakan soal eye liner miliknya–itu menghentak-hentakkan kakinya. Siapa juga yang mau namanya diganti seenaknya? Tidak ada kan?

"Siapa yang mau dipanggil "Baekkie" kalau namaku bukan "Baekkie"! Seperti nama hewan peliharaan saja! Dasar Chanyeol-pabbo!" Rutukan namja itu semakin menjadi dengan memberikan "imbuhan" di belakang nama namja tinggi yang ditemuinya tadi. Ya, nama namja tinggi itu adalah Chanyeol. Lengkapnya, Park Chanyeol.

"Aku juga punya nama tahu!" Belum selesai dengan semua protes miliknya, dari kejauhan ia mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya. Suara seseorang yang mengganggunya selama kurang lebih dua bulan ini.

"Baekhyun-ah!" Suara itu lagi.

Pasti Chanyeol.

"Mwo? Chanyeol-pabbo?"

"A-aku cuma mau minta maaf!" Chanyeol membungkukkan dirinya, sekali lagi. Hitung-hitung juga untuk mengatur napasnya setelah berlari mengejar Baekhyun.

"Tidak perlu, aku tak perlu permintaan maaf darimu. Kau tahu?" ucap Baekhyun. Ya, namja itu bernama Baekhyun. Atau jika kau ingin tahu lengkapnya, Byun Baekhyun.

"Tapi.. aku masih merasa tak enak padamu…."

Oh yeah, pemuda ini mulai melancarkan serangan merajuknya. Dengan mata (sok)berkaca-kaca dan wajah (sok)memelas. Ugh… Kau seperti anak anjing di jalanan yang tak punya rumah, Park Chanyeol. Sangat mirip.

"Ara, ara… Sebagai gantinya apa yang kau tawarkan padaku?"

"Ini!"

Chanyeol menyerahkan secarik kertas bergambar kembang api. Apa dia mau mengajak Baekhyun ke festival kembang api?

"Ini.. tiket ke festival kembang apikan?" ucap Baekhyun sambil memegang tiket itu dan melihatnya dengan seksama. Hey… bisa saja itu bukan tiketnya! Waspada. Ingat?

Terlebih terhadap namja tak jelas macam Chanyeol. Begitu pikir Baekhyun.

"Tentu saja iya! Aku menyisihkan uang jajanku selama dua minggu ini~ Terima ne? Ne? Ne? Ne~?" Serangan puppy eyes Chanyeol semakin gencar. Baekhyun hanya menghela napas. Percuma saja jika dia menolak hari ini. Besok pasti Chanyeol juga akan menawarinya lagi. Haah.. terpaksa..

"Oke, aku ambil tiket ini. Kapan festival-nya diadakan?"

"Besok!" ucap Chanyeol dengan nada ceria. Oh.. betapa berbunga-bunga hatinya kini.

Oke, lupakan kalimat yang terlalu girly tadi.

"Jadi begitu.. Sebenarnya kau hanya ingin menyerahkan tiket ini kan?" Aura psikopat Baekhyun muncul lagi. Chanyeol merinding merasakan tanda-tanda kemarahan Baekhyun. Bisa dibilang, kau harus segera menyiapkan sebuah surat wasiat untuk keluargamu, temanmu, atau siapa pun itu. Karena bisa saja kau akan dijemput oleh dewa kematian dalam wujud seorang namja beberapa senti lebih pendek di hadapanmu.

Oke, waktunya kabur Park Chanyeol! Fighting!

"Eeh.. Uuh.. Umm.. Ya-yah.. Be-Begitulah.. Annyeong!"

Wuush!

Chanyeol telah pergi. Dalam sekejap ia telah menghilang dari hadapan Baekhyun. Apa dia benar-benar menerapkan teknik-teknik dari Manga yang disuguhkan sunbae-nya?

"Park Chanyeol pabbo!"


"Che! Apa-apaan si Chanyeol itu! Bukankah dia yang sudah membuat janji?! Kenapa sampai sekarang belum datang!"

Namja itu merengut. Wajahnya menunjukkan raut kesal. Sangat kesal hingga terlihat ingin menghancurkan gunung sebesar Fujiyama yang ada di Jepang sana. Err.. Baik, itu terlalu hiperbolis. Pada intinya dia memang sedang kesal.

"Sial! Sampai kapan si bodoh itu membuatku menunggu?!"

"Baekhyun~!"

Rentetan derap kaki menuju ke arahnya. Ia melihat pemilik asal langkah kaki lebar itu. Seseorang yang membuatnya menunggu. SELAMA SATU JAM. Tolong bold juga pernyataan tadi.

Buaagh!

"A-appo! Sa-sakiiit…"

"Makanya, jangan membuat seseorang menunggu, pabbo!" Tangannya terkepal.

Aah.. bisakah kalian rasakan bagaimana pukulan telak di perut Chanyeol? Mau merasakannya? Mungkin…. Tidak. Tidak, terima kasih atas tawarannya.

Karena–tentunya–nyawa pasti lebih berharga.

"Jeo-jeongmal mianhae..." Sembari masih memegang perutnya–yang memang sangat sakit– setelah mendapat "hadiah spesial" dari namja yang memiliki trademark eye liner di depannya, ia meminta maaf.

By the way, terkadang Chanyeol penasaran. Berapa lama waktu yang Baekhyun butuhkan untuk memakai eye liner itu?

Sudahlah, lupakan saja. Kita kembali ke cerita.

"Kenapa lama sekali? Dasar tukang ngaret," ucap Baekhyun sambil berkacak pinggang. Sudah cukup ia dibuat menunggu. Hey… Apa kalian juga tahan kalau orang yang berjanji pada kalian malah yang terlambat? Itu menyebalkan tahu!

"La-lalu, kenapa kau sudah di sini? Bu-bukannya festival-nya baru akan dimulai setengah jam lagi? Sekarang kan baru setengah enam…"

Masih memegang bekas "hadiah" Baekhyun dan meringis kesakitan, ia memberi penjelasan bagi "couple"-nya kali ini. Ingat, ia masih belum punya status yang diidamkannya.

"Di-Diam! Kajja kita pergi!" Baekhyun melengos. Berjalan melewati Chanyeol menuju arah tempat festival kembang api itu diadakan. Menundukkan wajahnya.

Hoo.. sepertinya dia malu, wajahnya memerah. Sayang, ia sedang menunduk saat ini.

"H-Hey! Jamkkanman yo! Baekhyun-ah!"

Chanyeol mengejar sang pujaan hatinya. Satu lagi hal yang harus dicatat dalam note milik Chanyeol. Baekhyun adalah tipe Tsundere akut. Kesimpulannya, jangan membuat dia marah atau kau akan terima akibatnya.

Tapi, yang jadi pertanyaannya adalah…

.

.

.

.

.

Kenapa Chanyeol bisa tertarik dan SUKA pada Baekhyun?!


Flashback 2 months ago…

Di sana, di bangku taman sekolah. Seorang namja yang tergolong tinggi untuk ukuran anak SMA–lupakan dulu salah satu sunbae yang lebih tinggi darinya–tengah membiarkan pikirannya melayang entah kemana. Tunggu, jangan berpikiran macam-macam dulu! Dia sedang melamun(?) atau merenung karena uang jajannya hilang. Poor You

"Haaahh… Kalau begini bagaimana aku bisa menghidupi cacing di perutku? Lapaaaarr…" ucapnya sembari memegang perutnya yang keroncongan.

Ugh… Memangnya dia kena penyakit cacingan? Aah… Lupakan! Jangan merusak image Park Chanyeol di saat seperti ini.

"Lapar…" Masih saja mengeluh, hm?

"Ini!"

Pluk!

Sebungkus roti tiba-tiba jatuh di pangkuannya.

"Eh?" Otaknya masih belum terkoneksi dengan baik.

"Kau lapar kan? Itu! Kubelikan roti!" ucap seorang namja sebaya di depannya. Ia sedang mengunyah roti bagiannya.

"Hee?" Kau itu bodoh atau apa?

"Hey, kau mau tidak? Kalau tidak, sini! Kuambil lagi!" ucap namja itu sembari merebut kembali roti yang tadi diberikannya.

"AH! Tu-tunggu!"

"Mwo?! Bukannya kau tidak mau?" Namja itu melihat ekspresi tak rela dari wajah namja di depannya. Sepertinya dia benar-benar lapar. Menghela napas adalah hal yang ia lakukan berikutnya.

"Ya sudahlah, ini!"

Kembali roti itu disodorkan. Wajah khas anak kecil yang baru diberi permen terpampang jelas di wajah Chanyeol. Bisa kau bayangkan, mata yang berkaca-kaca diikuti senyum lebar dan pipi yang sedikit memerah? Yah.. Setidaknya seperti itu… Setidaknya…

Uuh… Kurang lebih…

"Go-gomawo!" ucap Chanyeol setelah menerima roti itu kembali.

"Ne, ne.. cepatlah makan! Kau tahu kan sebentar lagi bel masuk!" Namja itu memperingati Chanyeol yang tengah mengunyah gigitan pertamanya. Tidak salah kan? Toh mereka juga sekelas.

"Ternyata Baekhyun-ah baik juga~"

"Cepat habiskan rotimu atau kau akan kuberi 'hadiah' atas ucapanmu tadi, Park Chanyeol."

"N-ne!"

Paling tidak, kelakuan Chanyeol tadi sedikit membuat Baekhyun tersenyum. Sedikit, kalian ingat kan? SE-DI-KIT. Jangan sampai kalian mengubahnya menjadi antonim kata itu, karena itu akan membuat Baekhyun terlihat sangat tidak sesuai image-nya.

Demikianlah, mari kita sudahi Flashback yang membuat Chanyeol menyukai Baekhyun.

Err… Mungkin?

Flashback OFF...


Oh ya, sampai mana kita tadi? Aah… Baekhyun pergi ya?

Namja dengan tinggi sekitar 170 senti itu terus berjalan tak menghiraukan sosok namja di sampingnya yang sedari tadi berbicara tentang entah-ia-tidak-tahu-apa-itu, karena ia memang tidak mendengarkan celotehan namja itu. Sedari tadi. Ia serius.

"Baekhyun-ah, nanti kau mau beli apa saja? Pasti aku belikan!"

"….." Tak ada jawaban. Sengaja tidak menjawab atau memang benar-benar tidak mendengarkan, siapa yang tahu?

"Baekhyun-ah?"

"….." Masih saja hening. Ayolah… jangan biarkan jalanan ini menjadi kuburan secara mendadak.

"Heeeeyyy~ Baekhyun-ah~" Chanyeol merengek. Lama-lama kelakuannya jadi mirip bayi.

"Iya, iya! Aku dengar! Kau bisa diam tidak sih?!" Setelah beberapa saat penuh keheningan, akhirnya Baekhyun menjawab juga! Itu keajaiban! Bagi Chanyeol tentunya.

"Kalau kau dengar, tadi aku bicara apa saja?"

Park Chanyeol, jangan memancing singa yang sedang marah. Kau sudah tahu kan bagaimana rasanya? Atau kau ini masochist?

"Tidak. Aku tidak tahu, dan aku tidak mau tahu."

Bersyukurlah kali ini Park Chanyeol, dia tidak marah padamu. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padamu.

"Aigoo… Kau jahat sekali Baekhyun-ah~"

"Biar saja."

Sekali lagi, Baekhyun pergi mendahului Chanyeol yang pada akhirnya tetap dikejar oleh namja tinggi itu. Kenapa? Bukankah tujuan mereka sama?

Oke, untuk mempercepat perjalanan mereka yang–tentunya– hanya diisi kejar mengejar ala pasangan di film Bollywood, mari kita skip adegan ini.

Uuh… Can we continue this story?


"Eh, itu bagus ya! Ayo ke sana!"

Sudah beberapa kali Baekhyun mendengar ajakan–teriakan– dari Chanyeol yang membuatnya harus berlari untuk kesekian kalinya karena ulah Chanyeol yang terlalu kekanakan. Bayangkan saja, seorang namja–kelas 2 SMA–menarik-narik atau mungkin bisa kita bilang menyeret seorang namja seumuran dengannya ke stan penuh boneka lucu dan imut seperti boneka kelinci, kucing, dan hewan-hewan lucu sejenisnya–tidak termasuk buaya, tentu saja–dengan brutal. Seakan dia-lah yang berperan sebagai "Uke". Sepertinya dunia memang sudah "terbalik".

Tunggu, apa tadi Baekhyun berpikir "sebaliknya"? Bukankah itu berarti kalau sebenarnya…

Ia menggeleng cepat untuk menyingkirkan pemikiran gila yang hinggap di otaknya.

"Hey! Kau itu mau apa sih? Aku lelah tahu!" protes Baekhyun pada namja di sampingnya yang masih memandangi boneka-boneka imut di depannya. Sungguh, ia sangat lelah dengan keiatan jalan-jalan mereka ini. Jalan-jalan? Ya. Siapa juga yang mau menganggap itu "kencan"? Ah ya, Chanyeol.

"Aku kan ingin membelikan Baekhyun boneka lucu itu... Memangnya tidak boleh ya?" Chanyeol menatap wajah garang Baekhyun dengan puppy eyes-nya. Entah dia yang terlalu polos dan tidak mengerti keadaan, atau Chanyeol memang "bodoh"?

"Tidak usah, pabbo! Lebih baik aku pulang sekarang!" ucap Baekhyun sembari memutar tubuhnya, berencana untuk kembali ke rumahnya. Kembali ke kasurnya yang empuk dan tidur. Pekerjaan rumahnya? Itu mudah. Bangun pagi-pagi dan kerjakan tugas yang ada. Gampang kan?

"Eh?! Jamkkanman yo, Baekhyun-ah!"

Chanyeol kembali mengulang adegan di perjalanan tadi. Tidakkah ia lelah mengulang hal itu berkali-kali? Ataukah dia malah menikmatinya?

"Diam! Jangan kejar aku!" larang Baekhyun yang sudah berjalan cukup jauh, namun tidak melihat ke depan. Ya, ia masih melihat ke arah Chanyeol, berjaga-jaga kalau pemuda itu kembali mengejarnya.

"Ta-tapi-"

Brukk!

Baekhyun terjatuh. Ia tak melihat ada pria bertubuh besar dengan fashion ala preman berdiri di depannya. Ataukah dia memang preman?

"Hey… Beraninya kau menabrakku," ucap pria itu dengan intonasi datar dan berat. Tatapannya tajam, raut wajahnya menyeramkan. Cocok sekali dengan deskripsi seorang preman, apalagi di saat-saat festival seperti ini.

"A-aah.. Jo-joeseonghamnida…." Baekhyun menggigil ketakutan. Ia tidak tahu harus melakukan apa menghadapi situasi seperti itu.

"Baekhyun-ah!"

Suara derap langkah kaki terdengar sampai ia tahu ada seseorang yang menghalangi preman itu untuk menyerangnya.

"Cha-Chanyeol-ah?" Ya, Chanyeol-lah yang menghalangi pria itu agar tidak mendekat pada Baekhyun.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Baekhyun satu senti pun!" ucap Chanyeol dengan suara lantang.

'Kupikir selama ini dia penakut, ternyata…' batin Baekhyun.

Baru kali ini ia melihat sisi pemberani dari Chanyeol. Mengingat Chanyeol memang orang yang penakut. Ia ingat saat Chanyeol dihadang salah satu geng tersangar di sekolah, dan pada akhirnya dia-lah yang menyelamatkan Chanyeol. Saat itu dia merasa bahwa seharusnya kepribadian mereka tertukar saja.

"Kalau begitu kau mau apa, huh?!" Pria berotot yang merupakan preman itu mendelik ke arah Chanyeol yang masih merentangkan kedua tangannya untuk melindungi Baekhyun.

"A-aku…."

"Mworago?!" Tatapan pria itu semakin mengintimidasi. Tapi Chanyeol tetap bergeming, sepertinya ia sudah melupakan semua rasa takutnya.

"A-a… AYO KABUR BAEKHYUN-AH!"

Wuush!

Sekali lagi. Chanyeol benar-benar memanfaatkan teknik yang ia baca dari Manga milik sunbae-nya. Sedangkan preman itu hanya menatap cengo Chanyeol yang tengah kabur menggandeng Baekhyun.

Sebenarnya… siapa sunbae yang sudah mencekoki Chanyeol dengan hal-hal semacam itu?


"Hosh.. hosh.. hosh…."

Di atas bukit nan jauh–yang sebenarnya dekat, di tengah dinginnya udara malam, dan keringat yang menetes karena harus lari marathon malam-malam. Dua orang anak manusia sedang mendudukkan diri di bawah naungan pohon rindang nan besar. Mereka kelelahan. Tentu saja.

Siapa juga yang tidak lelah setelah berlari huh?!

"Uhuk! Uhuk!"

Salah satu dari mereka terbatuk. Mengundang reaksi kekhawatiran dari yang lain.

"Kau tidak apa-apa Baekhyun-ah? Gwaenchana yo?"

"Aku baik-ba- uhuk! baik saja, Chanyeol," jawab Baekhyun pada namja yang duduk di sebelahnya.

"Apa kau sakit?"

"Tidak!"

"Pasti iya!"

"Tidak!"

"Iya!"

"Kubilang tidak!"

"Iya, iya, iya!"

"Tidak, ya tidak!"

Fiuuuu~ DUAARRR!

Sementara mereka berdua beradu mulut, tiba-tiba saja kembang api meluncur begitu saja di langit. Menampakkan pancaran cahaya berwarna-warni. Benar, festival kembang api. Menambah terang langit yang hanya berhiaskan bulan dan bintang-bintang. Sangat indah…

"Yeppeuda…." ucap Baekhyun setelah adu mulut antara dirinya dan Chanyeol terhenti karena suara kembang api tadi.

"Ya kan?" tanya Chanyeol pada Baekhyun. Ia tersenyum melihat wajah bahagia Baekhyun saat melihat pancaran-pancaran cahaya itu.

'Kembang api itu memang indah, tapi kau lebih indah,' batin Chanyeol. Diarahkannya kepalanya ke atas. Melihat obyek yang sama dengan apa yang saat ini tengah dilihat Baekhyun.

'Apakah aku bisa memohon agar saat-saat seperti ini bisa terjadi lagi?'

Ditutupnya kelopak mata itu. Menikmati semilir angin malam. Menikmati setiap detik yang sangat berharga untuknya. Kemudian membuka matanya perlahan, menoleh ke arah seseorang yang selalu menghiasi hari-harinya. Mendapati bahwa orang itu juga menoleh padanya.

"Chanyeol-ah?" tanya Baekhyun dengan wajah polos bak anak kecil.

Sungguh, baru kali ini Chanyeol menemukan ekspresi itu di wajah Baekhyun.

"N-ne?" jawab Chanyeol agak tergagap. Mungkin saja pipinya kini sudah agak memerah. Ia tahu itu.

"Gomawo," ucap Baekhyun sembari mengulum senyum di bibirnya.

Manis…

"Cheo-cheonman," balas Chanyeol. Yang benar saja, apa sekarang dia menjadi orang yang gagap? Hanya karena senyuman dan ekspresi dari Byun Baekhyun?

"Err… Baekhyun, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Hn? Memangnya kau mau mengatakan apa?" tanya Baekhyun penasaran. Sedangkan Chanyeol tetap diam sambil menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat organik.

'Ayolah, Park Chanyeol! Kau pasti bisa! Mood-nya sedang baik sekarang!'

"I-itu… apa kau mau…"

"Mau apa?" tanya Baekhyun makin penasaran.

"Ma-ma-ma-ma…" Ucapan Chanyeol menjadi semakin terbata-bata.

"Ma? Mandi?" tanya Baekhyun. Chanyeol menggeleng.

"Ma… Makan? Kau kan sudah makan di festival," ucap Baekhyun. Lagi-lagi Chanyeol menggeleng.

"Bu-bukan itu…" ucap Chanyeol sambil menggelengkan kepalanya brutal(?).

"Lalu?"

"Ka-kau mau kan jadi… pe-pa-pe…"

Ayolah Park Chanyeol, kenapa penyakit gagap musimanmu itu tidak hilang juga?

"Pembantu?" tanya Baekhyun lagi, "Maksudmu aku kau suruh jadi pembantumu begitu?!" lanjut Baekhyun yang kembali memasang ekspresi seram.

"ANIYAAA! Bukan itu!" seru Chanyeol sebelum salah paham itu berlanjut.

"Lalu apa?!" Baekhyun sudah hampir mencapai batas kesabarannya. Ditambah lagi dengan pemikirannya tadi. Ia bisa "menerkam" siapa saja saat ini.

"Kau mau kan jadi pacarku? Namjachingu-ku?" tanya Chanyeol seraya menatap Baekhyun dengan wajah polosnya.

Akhirnya. Akhirnya kata-kata itu terucap juga!

"Baekhyun-ah?"

Hening.

Krik.. krik.. krik..

Marilah kita nikmati sejenak keheningan malam ini dengan alunan suara jangkrik.

Krik.. krik.. krik..

Krik.. krik..

Krik..

Kri-

"APAAAA?!"

Teriakan super keras dari Baekhyun memecah keheningan malam. Terlebih lagi, suara kembang api sudah tidak terdengar lagi sejak beberapa saat yang lalu.

"Baek-Baekhyun-ah, kau bisa tenang dulu?" ucap Chanyeol berusaha menenangkan namja di sampingnya. Yang baru saja terkena shock mendadak karena ulah Chanyeol sendiri.

"Bagaimana aku bisa tenang huh?!" sambar Baekhyun. Ia mengelus dadanya yang sedang bergerak naik turun karena napasnya yang tidak teratur.

"Mi-mianhae…"

"Sudahlah! Kau tidak perlu minta maaf. Umm.. Ja-Jadi, yang kau katakan tadi serius?" tanya Baekhyun mencoba meyakinkan pendengarannya. Ia tidak ingin menjadi kakek-kakek pada usianya sekarang. Ia masih 17 tahun, demi Tuhan! Bayangkan saja, 17 tahun dan dia sudah tuli? Oh, bagaimana masa depannya nanti?

"N-ne, kau mau kan?" tanya Chanyeol sekali lagi untuk memastikan.

"Err… Te-terserah padamu saja!" ucap Baekhyun sembari memalingkan wajahnya. Lagi-lagi sifat sok cuek dan jual mahalnya kambuh. Entah sudah berapa kali dia dibuat seperti itu oleh Chanyeol. Kalau kalian mau menghitung, kalian hitung saja berapa hari dalam waktu dua bulan terakhir. Mudah kan?

Kesimpulannya? Hampir setiap hariBaekhyun selalu bertemu dengan Chanyeol. Betapa takdir begitu menyiksanya.

"Jadi? Kau mau?" tanya Chanyeol untuk memperjelas jawaban Baekhyun.

"Me-menurutmu bagaimana?"

"Mau," ucap Chanyeol penuh keyakinan. Baekhyun menghela napas pelan.

"Ya sudah kalau begitu, aku pulang dulu," ucap Baekhyun sambil berdiri dan membersihkan celananya yang sedikit berdebu. Ia tak suka ada kotoran di pakaiannya. Bukan berarti dia orang yang freak dengan kebersihan.

"Eeehh? Kenapa pulang?" tanya Chanyeol agak kecewa.

"Aku ngantuk," jawab Baekhyun sebelum berjalan menuruni bukit. Chanyeol yang kecewa sekaligus bahagia hanya bisa duduk terdiam tanpa melakukan apa pun. Ia juga sadar kalau sekarang sudah larut, dan dia tidak bisa mencegah Baekhyun.

Tapi setidaknya dia kan bisa mengantar Baekhyun pulang!

"AAH! Baekhyun-ah, tunggu!" ucapnya mendadak sambil menyusul Baekhyun.

"Apa?"

"Kuantar pulang?"

"Terserah."

Di bawah naungan bintang-bintang. Dua insan itu berjalan. Beriringan. Menyatukan tangan mereka dalam sebuah gandengan tangan. Begitu erat. Tak ingin melepaskan satu sama lain.

Hangat…


Mereka berjalan beriringan dalam diam hingga tak mereka sadari mereka sudah berada di depan rumah salah satu dari mereka.

"Ne.. Sampai jumpa besok, Chanyeol-ah." Baekhyun membuka gerbang rumahnya. Namun sebelum gerbang itu terbuka, sebuah interupsi datang dari Chanyeol.

"Baekhyun-ah." Dia memanggil.

"Hn?" Sang namja yang lebih pendek menoleh.

Cup!

Dan kecupan di kening adalah hadiah yang diberikan dari sang namjachingu. Baekhyun diam terpaku.

"Annyeong, Baekhyunie~!"

Sang namjachingu pergi. Kembali berlari seperti yang biasa dilakukannya.

"PARK CHANYEOL PABBOOO!"

Dan malam itu diakhiri dengan teriakan kencang di daerah blok rumah Baekhyun.


Jika kau memang mencintai seseorang…

Kejarlah.

Jangan pernah menyerah..

Jika kau telah menemukan seseorang yang pantas untukmu…

Lindungilah ia.

Sayangilah ia.

Jangan pernah melepaskannya..

Karena ia adalah belahan dari jiwamu.

Karena ia-lah takdir untukmu.

Yang ditentukan…

Untuk bersamamu.

…::: FIN :::…


Author's Note:

Ada yang merasa pernah membacanya? OwO *masang muka polos*

Kalau iya, memang benar, karena ini merupakan remake dari original fiction saya dengan couple straight (bisa readers cari di blog saya ^^ *promosi terselubung*) yang sudah saya ketik kurang lebih.. *pasang mode mikir* dua tahun? Tiga tahun yang lalu? Saya lupa.. ^^a *plak!*

Gaya penulisan yang saya gunakan di sini berbeda dengan biasanya kan? Itu karena waktu itu saya ingin mencoba genre baru, yaitu humor. Tapi sepertinya fail… *pundung di pojok ruangan*

Oh ya, cerita ini tidak ada unsur bashing. Just for fun, guys~ :3

Next, mind to give me a Review? Kritik dan saran diterima, asal saya mohon jangan Flame.. :)

Sign,

SHUNie An-New