Tittle :

Sorry to Love

Author : BlaueFee

Part : 1 of ?

Pairing : Yunjae,

Other Cast : Changmin, Yoochun, Junsu, Key (SHINee), Donghae dan Eunhyuk (Numpang nama)

Rate : K

Genre : Romance, Family, BrotherShip

Warning : Yaoi, Boys Love, BoyXBoy, M-Preg, Typos.

Disclaimer : Their not Mine. But, This story real mine.

Summary : No Summary

~Present for you~

"Kau baru pulang? Sudah 2 jam aku menunggumu!"

"Maaf Jae, aku kesusahan mencari pesananmu. Aku sudah berkeliling mencarinya.."

"Pembohong! Jika kau berkeliling mencarinya kau sekarang belum pulang. Bilang saja kau malas-malasan mencarinya!"

"Jae maaf, aku sangat lelah bekerja di bengkel. Jadi mungkin—"

"Lelah kau bilang? Aku lebih lelah menenteng anakmu kemana-mana dalam perutku ini. Gara-gara anakmu ini aku bahkan tidak bisa memakai semua bajuku karena perutku yang membesar. Kalian sama saja. Sama-sama MENYUSAHKANKU!"

Yunho menghela nafas.

"Maaf.." Ucapnya. Walaupun sudah pasti Jaejoong tidak mendengar ucapannya barusan. Yunho melangkah menuju kamar mandi yang terletak di samping dapur. Mau tak mau Ia dapat melihat Jaejoong yang kini memakan Sate domba dan mayonaice blueberry(?) pesanannya tadi. Sekesal atau selelah apapun Yunho, bibirnya tak akan berhenti mengembang saat melihat wajah alami Jaejoong yang selalu membuatnya jatuh cinta. Walaupun Jaejoong sangat membencinya. SANGAT.

Yunho memasuki kamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya. Sudah hampir tengah malam, tapi Yunho belum memasukkan makanan apapun kedalam mulutnya sedari siang tadi. Bahkan badannya terasa sangat lengket karena keringat. Yunho mengatur debit air menjadi hangat. Membungkuk dan memegangi kedua lututnya. Membuat air dari shower menghujam punggungnya dan jatuh ke lantai kamar mandi. Yunho lelah, sungguh. Selama 2 jam Ia berjalan kaki mencari pesanan Jaejoong. Yunho bukanlah orang yang punya banyak uang yang selalu dibawa dalam dompetnya. Uangnya hanya sedikit. Pas-pasan. Ketika Jaejoong menelponnya untuk membelikannya sesuatu, tentu saja Yunho menyanggupi. Hanya saja Ia seolah terlupa oleh jumlah uang dalam dompetnya. Alhasil Ia mencari makanan dengan berjalan kaki. Karena uangnya tidak akan cukup membeli makanan jika di pakai naik bus.

Yunho menepuk dahinya saat tersadar bahwa tak membawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi. Yunho melilitkan handuk putih pada pinggangnya, membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos dengan sempurna. Kemudian melangkah menuju ruang tamu.

"Ya! Kenapa kau telanjang malam-malam begini hah?!" Jaejoong yang melihat Yunho menuju kearahnya dengan bertelanjang dada tak bisa menghentikan teriakannya.

"Maaf Jae. Aku lupa membawa pakaian ganti. Aku akan segera mengambilnya…" Yunho terburu menuju lemari kecil yang berada di sudut ruang tamu. Tempat dimana seluruh pakaiannya berada dan bergegas kembali ke kamar mandi untuk berpakaian.

"Jae, kau belum tidur? Tidurlah, sudah lewat tengah malam.." Yunho duduk bersender di karpet. Sedangkan Jaejoong tengah duduk berpangku di atas sofa tunggal di sana.

"Bukan urusanmu. Dari tadi aku tidak bisa tidur!" Jawab Jaejoong ketus dan masih asyik menonton televisi.

"Eoh, begitukah? Tapi Jae, apa kau bisa bergeser sedikit. Aku ingin tidur.."

"Tidak! Kau tidak lihat aku sedang menonton?"

"Tapi Jae, aku ingin tidur.."

"Kau ini cerewet sekali Jung! Ini apartemenku! Terserah padaku mau duduk dimana. Kau tidur saja di lantai sana! Mengganggu saja.." Gerutu Jaejoong tanpa mau melihat wajah Yunho. Yunho hanya tersenyum mendengar ucapan Jaejoong. Mungkin Jaejoong lelah pikir Yunho. Orang hamil kan memang sering moodswing. Aigoo Jung, kau tidak ingat bahkan sebelum hamil mulut istrimu memang pedas begitu~

Yunho mengambil selimutnya yang tersampir di belakang sofa. Kemudian menggulungnya pada tubuhnya sendiri yang terduduk di bawah sofa. Menyandar pada tubuh sofa dan mulai terlelap. Untunglah karpet MILIK Jaejoong begitu hangat. Yunho tak perlu khawatir jika terkena flu nantinya.

Suara dengkuran halus mengganggu pendengaran Jaejoong. Melihat kesamping saat tubuh Yunho sudah nyaman terlelap. Dengan kepala menengadah kearah langit-langit apartemen juga mulutnya yang terbuka. Wajah lelah sangat terlihat disana. Jaejoong mendengus mengejek. 'Mengganggu' pikirnya. Jaejoong ingin membangunkan Yunho namun niatnya terhenti karena rasa mual yang tiba-tiba muncul. Jaejoong berlari ke kamar mandi di kamarnya. Dan memuntahkan seluruh makanan yang tadi disantapnya.

"Sialan. Anak ini selalu menggangguku.. ugh!" Jaejoong memegang perutnya saat rasa mual kembali menyerangnya. Setelah rasa mualnya berkurang, Jaejoong memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Mencoba terlelap hingga melupakan televisi yang masih menyala di ruang tamu. Biarlah, Jaejoong sangat mengantuk.

. . .

Pukul sepuluh pagi Jaejoong baru terbangun. Rasa lapar diperutnya mau tak mau membuatnya melangkah kearah dapur. Matanya melihat masakan yang tersaji di meja makan dapur apartemennya. Juga sebuah memo kecil dengan tulisan yang sangat dikenalnya.

"Jae, maaf. Tadi aku kesiangan. Hanya memasak omorice. Tenang saja, tidak pedas kok. Aku juga menambahkan madu dalam susu hamilmu. Tolong habiskan ^^"

Yunho 3

Jaejoong mendengus dan menatap tak selera pada masakan Yunho. Tak ada niat sama sekali untuk memakannya. Jaejoong hanya menatap pada susu hamilnya dan bersiap meminum susu tersebut.

"Aish, sudah dingin.." Jaejoong cemberut mengetahui susu yang akan diminumnya sudah dingin. Jaejoong sama sekali tidak menyukai susu dingin.

"Bagaimana ini, aku sangat lapar. Kalau memasak aku kan muntah terus-terusan.." Jaejoong bergumam sendirian. Memang selama ini Jaejoong selalu memasak sendiri apa yang ingin dimakannya. Tapi sejak sebulan lalu, Jaejoong tak mau menyentuh bahan masakan sedikitpun. Karena rasa mual akan terus mengaduk-aduk perutnya jika mencium bau bumbu masakan. Alhasil Yunho yang selalu memasak. Dilatar belakangi kemampuan memasak Yunho yang pas-pasan, yang tak jarang membuat Jaejoong marah-marah karena rasa masakan yang tidak sesuai dengan seleranya.

"Yoboseyo.." Jaejoong sedang menghubungi seseorang yang dapat membantu masalah perutnya. Siapa lagi jika bukan adiknya—Key.

"Yoboseyo hyung. Ada apa?"

"Key~~ hyung lapar. Kau kesini ya. Buatkan hyung makanan.." Jaejoong memasang wajah cemberut yang pasti sudah terbayang oleh Key diseberang sana.

"Omo! Ini sudah mau siang hyung. Kau belum makan? Memang Yunho hyung tidak memasakkan sesuatu untukmu?" Ucap Key kaget saat mendnegar kakaknya kelaparan. Jarang-jarang Jaejoong menghubunginya karena masalah perut.

"Dia memasakkan omorice, tapi aku tidak suka. Mana susunya sudah dingin. Si Jung itu memang tidak becus!" Jaejoong kembali kesal jika mengingat tentang pria tan tersebut. Emosinya selalu meledak-ledak mengingat pria yang sudah menghancurkan hidup dan menghalangi karirnya tersebut—menurut Jaejoong.

Key menghela nafas. "Hyung saja yang terlalu menbenci Yunho hyung. Kau pasti baru bangun hyung. Sedangkan Yunho hyung memasaknya tadi pagi. Dia kan selalu bangun pagi"

"Kau semakin cerewet Key. Jadi kau tidak mau memasak untukku. Baiklah. Aku akan mati kelaparan bersama keponakanmu dalam perutku!"

"Yah hyung. Iya-iya aku kesana. Jangan macam-macam" Key akan selalu panik jika sudah mengenai keponakan mungilnya yang ada diperut hyungnya tersebut. Baiklah, apa membolos kuliah saja kali ini. Dia kan memang tidak pernah membolos. Key juga tahu bahwa kakaknya tersebut sangat keras kepala dan nekat jika keinginannya tak dituruti. Baiklah Key, membolos saja~

Setengah jam kemudian Key datang ke apartemen Jaejoong. Dengan peluh yang membanjiri wajahnya. Key lupa bahwa stasiun pemberhentian bus lumayan jauh dari apartemen hyungnya tersebut. Tahu begitu lebih baik dia naik taksi saja tadi.

"Hyung, makanlah. Aku sudah membuatkan sup miso dan salad untukmu…" Key berteriak dari arah dapur memanggil Jaejoong yang sedang menonton televisi.

"Wah, salad~~" Ucap Jaejoong berbinar. Entah kenapa dari tadi dia sangat menginginkan salad.

"Yah, saladnya terakhir saja. Isi dulu perutmu dengan nasi. Kau belum makan dari pagi hyung.."

"Iya-iya cerewet.." Jaejoong cemberut saat Key menyimpan saladnya dalam kulkas dan menyodorkan nasi dan sup miso.

"Aku selalu cerewet hyung.." Key memutar matanya membuat Jaejoong terkekeh pelan. Menikmati makan siang dan sarapan pagi yang terakumulasi. Dengan keadaan hamil yang memerlukan makanan dua kali lipat. Nafsu makan yang juga meningkat. Berapa kali Jaejoong harus menambah makanannya? Yap, 4 kali. Ya ampun, tubuhmu akan seperti gajah Jae. Untung saja Key sudah mengantispasinya sehingga memasak banyak kali ini.

Setelahnya mereka berdua duduk diruang tamu untuk menonton drama. Mereka berdua memang tergila-gila dengan drama percintaan yang romantis. Terkadang mereka turut bersedih dan menangis melihat tokoh dalam drama. Ck, dramaholic.

"Hyung, ini dari temanku. Tanda tangani ya? Dia sangat menyukai hyung.." Key memberikan 3 buah CD album pada Jaejoong. Ya, album Jaejoong sendiri. Album yang 2 bulan lalu baru di release.

"Ah, sini.." Jaejoong meletakkan saladnya di meja dan bersiap menandatangi 3 album yang diberikan oleh Key.

"Temanku bilang ingin melihat comeback hyung. Tapi Cuma 2 kali manggung kau tidak muncul lagi. Hihi~ Dia sangat kecewa. Makanya meminta tolong padaku untuk mengambil tanda tanganmu.."

"Ish, aku juga ingin mempromosikan albumku. Salah siapa yang membuatku tidak bisa tampil lagi di muka umum!" Jaejoong kembali berdecak kesal. Ck, aigoo kenapa selalu mengingatkannya pada pria musang itu. Pokoknya semua salah Jung Yunho. Titik!

Jaejoong memang seorang penyanyi solo sejak 6 tahun lalu. Saat umurnya 21 tahun. Jaejoong termasuk penyanyi senior di Korea. Sudah merilis beberapa album Korea dan Jepang. Dia juga akan segera merilis album internasionalnya jika album MINE nya yang baru keluar 2 bulan lalu sukses. Jika, ya JIKA saja dia tidak hamil. Jika saja dia tak harus menikah dengan Yunho. Dan jika saja perutnya tidak akan membuncit dan membuatnya kelelahan. Tak berani menampakkan wajahnya di depan publik. Jaejoong baru 2 kali mempromosikan album barunya diatas panggung comeback stage. Dan selanjutnya Jaejoong hanya berdiam di apartemen. Dengan segala kemarahan dan kekesalannya pada pria Jung yang juga tinggal bersamanya sejak menikah. Jaejoong tak tahu lagi apakah ada kejadian sial dalam hidupnya selain ini.

"Hyung tidak mau mencoba mencintai Yunho hyung? Dia sangat mencintai hyung loh. Walaupun dia tidak pernah mengungkapkannya—karena takut oleh amukan Jae hyung. Apalagi akan ada Jung kecil diantara kalian" Key tidak tahu kenapa kakaknya tersebut sangat membenci Yunho. Yunho adalah orang yang baik menurut Key. Yunho adalah lelaki yang bertanggung jawab—terbukti dari tindakan Yunho yang segera menikahi Jaejoong saat tahu pria cantik tersebut sedang mengandung anaknya.

"Tidak akan! Apa bagusnya dia sehingga aku harus mencintainya!" Jaejoong akan selalu mempunyai jawaban yang sama atas semua pertanyaan Key yang juga sama.

"Kau 'istri'nya. Pasti tahu apa saja tentang Yunho hyung. Kau bisa menjawabnya sendiri hyung.."

"Sudahlah.. jangan bahas lagi.."

"Kau se— Iya-iya aku diam.." Key terlihat pasrah saat Jaejoong memperlihatkan wajah tak bersahabatnya. Key bukan takut pada wajah Jaejoong. Tapi takut akan tindakan Jaejoong nantinya jika keinginannya tak dipenuhi. Berbahaya!

. . .

"Gamsahabnida sudah membantuku, tuan.."

"Ah tidak apa. Saya bekerja di bengkel. Jadi tak masalah jika membantu sedikit.."

"Ah benarkah? Jadi aku harus membayar berapa atas perbaikannya?"

"Ah ani. Tidak usah. Saya hanya ingin membantu saja. Kalau begitu saya permisi tuan.." Yunho bersiap pergi untuk kembali ke bengkelnya. Tadinya Yunho ingin segera kembali ke bengkel tempat Ia bekerja saat sudah siap dengan makan siangnya. Namun dalam perjalanan Ia melihat seseorang yang menggerutu sambil menendangi ban mobilnya. Yunho mengambil kesimpulan bahwa ada masalah dengan mobil pria tersebut. Jadilah, Yunho membantu pria tersebut menangani kerusakan mobilnya.

"Ah tunggu sebentar. Siapa namamu, tuan? Namaku Park Yoochun.." Park Yoochun mengarahkan tangan kanannya untuk berjabatan. Membuat alis Yunho naik. Namun, tetap menerima uluran tangan tersebut.

"Yunho. Jung Yunho.."

"Ah, ini kartu namaku. Jika kau butuh bantuan hubungi saja aku. Aku pemilik XiaKy Ent. Tubuhmu bagus dan wajahmu cukup tampan Yunho-sshi. Jika nanti kau bosan bekerja dibengkel, kau bisa mendatangiku. Haha.." Yunho dan Yoochun sama-sama tergelak mendengar kata-kata dari Yoochun sendiri. Yunho berpikir Yoochun adalah orang yang ramah dan mudah bersosialisasi. Lihat saja, baru berkenalan beberapa menit lalu, Yoochun sudah melayangkan lelucon padanya.

"Ah ne. gamsahamnida Yoochun-ssi. Saya permisi.." Yoochun mengangguk melihat kepergian Yunho.

"Dia sangat baik. Dengan tubuh dan wajahnya minimal menjadi model saja sudah bisa membuat wanita diseluruh korea kejang-kejang"

"…"

"Eoh? Ternyata kau sangat humoris Park Yoochun. Haha…"

Orang aneh-_-

. . .

Yunho pulang dengan datang mengendap-ngendap kedalam apartemen milik Jaejoong. Di luar sedang gerimis, jadilah Yunho sedikit kebasahan. Ingat, jika pemberhentian bus lumayan jauh dari apartemen Jaejoong. Jaejoong sangat tidak suka jika kedatangan Yunho dibarengi dengan keributan. Akan membuat Jaejoong mengamuk. Sebenarnya sejak dulu Yunho ingin sekali mengatakan 'Aku pulang..' ketika Ia sampai dirumah. Namun sedari kecil Yunho sudah yatim piatu. Jadi tidak ada yang akan menyambut salamnya. Begitu menikah dengan Jaejoong, Yunho sangat ingin melakukan hal tersebut. Dihari pertama pernikahan mereka Yunho melakukannya. Namun dihadiahi teriakan Jaejoong yang menganggap jika Yunho sangat berisik. Yah, Yunho harus banyak bersabar dengan Jaejoong.

"Yunho! Kau kah itu? Cepat masak sana. Aku lapar.." Yunho mendengar teriakan Jaejoong dari arah kamar. Mungkin Jaejoong dapat mendengar pintu apartemen yang terbuka dan menutup.

"Nee! Aku mandi dulu sebentar. Nanti akan kumasakkan.." Yunho balas berteriak. Walaupun tidak terlalu keras. Jaejoong benci orang yang berteriak padanya. Saat dulu syuting saja dia pernah memarahi staff karena meneriakinya untuk segera bersiap syuting. Sejak saat itu tak ada yang akan berteriak padanya. Memanggilpun harus menyusul menghadap Jaejoong terlebih dahulu.

"Cepat. Jangan lama-lama! Aku lapar~" Jaejoong bergumam di dua akhir katanya. Namun masih bisa di dengar Yunho. Yunho tersenyum dan bergegas untuk mandi dan bersiap memasak untuk sang istri.

Setelah makan malam bersama dengan Jaejoong yang dihiasi keheningan. Yunho merasa kepalanya sedikit pusing. Dirinya segera mengistirahatkan tubuhnya di sofa tunggal ruang tamu. Mungkin karena menempuh gerimis tadi menyebabkan Yunho terkena demam. Jaejoong berdecak setelah kembali dari dapur melihat Yunho yang meringkuk di sofa dengan mata yang terpejam.

"Pemalas. Sesudah makan langsung tidur. Beruang!" Jaejoong bergumam dan menghampiri Yunho.

"Geser sedikit. Aku mau duduk.." Yunho yang samar-samar mendengar ucapan Jaejoong semakin menekuk tubuhnya dan bergeser. Memberi space kosong untuk di duduki Jaejoong. Jaejoong duduk dan menghidupkan televisi. Tangannya asyik memencet remote TV mencari tayangan yang bagus. Lalu tangannya berhenti memencet ketika melihat acara Strongheart. Bukan sangat menyukai reality tersebut, Jaejoong biasa saja. Hanya saja Ia ingin melihat karena salah satu bintang tamunya adalah Song Jihyo. Nunna yang beberapa waktu lalu menjadi lawan mainnya di film Jaejoong.

"Ah, ne. film nya sangat laris. Beberapa teman juga menghubungiku karena menyukai film kami. Aku juga beberapa waktu lalu berkirim pesan dengan Jaejoong. Sepertinya dia juga sangat senang melihat respon penonton" Ucap Song Jihyo saat di tanya tentang filmnya.

"Ah Jaejoong-sshi. Aku tidak mendengar kabarnya lagi. Bukankah albumnya keluar beberapa waktu lalu?" Lee Dongwook menambahkan ketika nama Jaejoong disebut.

"Ah ne. Aku juga ingin melihatnya diatas panggung. Sepertinya suaranya masih sakit. Saat aku ingin menelpon dia bilang suaranya masih belum keluar.." Jihyo terlihat sedih mengatakan tentang kondisi Jaejoong.

"Nde. Semoga Jaejoong-sshi segera pulih dan kembali pada kita semua!" Tambah Shin Dongyup.

Pip!

Layar televisi itu menghitam saat Jaejoong dengan kesal mematikannya. Ish, sakit apanya. Itukan hanya alasan yang diberikan manajementnya guna menutupi pernikahan dan kehamilan Jaejoong. Jaejoong juga merindukan kehidupannya yang dulu. Pergi bersama teman-temannya. Menghadiri pesta selebritis yang glamour. Menghabiskan lelah di pub atau club malam. Berkencan dengan hoobae-hoobae wanita yang sengaja mendekatinya untuk meraih kepopuleran. Jaejoong mendengus saat lagi-lagi matanya melihat Yunho yang masih meringkuk. Kekesalannya lagi-lagi menumpuk saat ingat penyebab kekacauan hidupnya sekarang sedang tepat berada disampingnya.

"Yah! Kau bangun!" Jaejoong menendang-nendang kepala Yunho dengan sedikit keras. Namun Yunho hanya melenguh tak juga terbangun.

"Ya! Bangun ku bilang bodoh!" Kali ini Jaejoong menendang tubuh Yunho dengan lumayan keras. Mendatangkan erangan sakit dari Yunho. Tak berapa lama Yunho terbangun dan duduk dengan mata yang memerah.

"A-ada apa Jae?" Suara Yunho serak. Namun Jaejoong berpikir mungkin karena Yunho yang baru terbangun.

"Aku ingin sup buah. Kka, kau beli sana!" Jaejoong menunjuk hidung Yunho dengan sikap bossy nya. Melotot pada Yunho yang entah bisa dilihat Yunho atau tidak. Karena Yunho hanya melihat dengan samar-samar, disebabkan matanya yang terkadang membuka-menutup karena rasa pusing.

"Tapi Jae, diluar masih gerimis.."

"Memangnya kenapa kalau gerimis. Air hujan akan membunuhmu? Tidak kan?"

"Tapi kepalaku juga sedikit pusing Jae. Di kulkas masih ada beberapa buah. Kubuatkan saja ne?" Yunho mencoba menawar pada Jaejoong karena memang kepalanya bertambah sakit.

"Shirroe! Pasti rasanya tidak enak. Jangan banyak alasan. Cepat belikan sana!" Karena kekesalannya beberapa waktu lalu dan ditambah Yunho yang memelas membuat Jaejoong tak bisa menerima penawaran Yunho. Hell No! Jaejoong tidak menginginkan sup buah sama sekali. Ia hanya kesal pada Yunho dan 'sedikit' ingin mengerjai Yunho.

"Jae, komohon. Sekali ini saja. Besok pagi akan kubelikan sup buah.."

"Tidak ya tidak. Dasar brengsek, memangnya siapa yang ingin. Anakmu yang sial ini yang ingin!" Jaejoong berteriak kalap dengan sekali memukul bagian perutnya yang sedang mengandung anak mereka.

"Diamlah! KENAPA KAU SELALU SAJA TIDAK BISA DIKATAKAN. AKU LELAH. JANGAN TERUS-TERUSAN MEMAKI ANAK KITA! KENAPA KAU SELALU MENYALAHKANKU, BUKANKAH HAL INI TERJADI JUGA KARENA KAU. AKU LELAH JAE, aku lelah.. ugh!" Yunho memegangi kepalanya yang berdenyut sangat keras efek dari teriakannya. Sesaat kemudian Ia tersadar dengan apa yang barusan di perbuatnya.

"J-jae.." Wajah Yunho memucat saat melihat mata Jaejoong yang memerah dan berkaca-kaca. Jaejoong terlihat syok saat Yunho meneriakinya. Seumur hidupnya tak ada yang berani meneriakinya. Tidak. Jaejoong bahkan sangat ketakutan melihat raut wajah Yunho yang bercampur lelah dan marah. Tidak, Jaejoong tidak pernah sebelumnya melihat Yunho yang seperti ini.

"K-kau membentakku? Ap-apa hakmu membentakku? Apa?" Suara Jaejoong mencicit pelan. Ia masih sedikit takut dengan teriakan Yunho yang lalu.

"Jae, maafkan aku. Aku tidak sengaja. Aku hanya.. hanya.." Yunho tidak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat Jaejoong masih mematung seperti mayat hidup.

"Brengsek kau! Aku tidak mau melihatmu lagi" Jaejoong berlari menuju kamarnya dan menyentak pintu itu dengan kasar kemudian menguncinya. Dia tak akan pernah menangis di depan Yunho. Tidak mau. Sebelum air matanya jatuh, Jaejoong sudah terlebih dahulu mengusapnya. 'Sialan kau Jung' Maki Jaejoong dalam hati.

Sedangkan di luar pintu kamar Jaejoong. Yunho sudah mengetuk pintu kayu tersebut sedari tadi.

"Jae, maafkan aku. Aku tidak sengaja membentakmu Jae.."

"Jae.."

"Jae, maafkan aku.."

Yunho berhenti mengetuki daun pintu kamar Jaejoong dan melangkah menuju pintu apartemen sebelum terlebih dahulu mengambil jaket dan uangnya. Yunho akan membelikan sup buah untuk Jaejoong. Dan Yunho sepertinya akan benar-benar di uji. Diluar masih hujan dan tak ada payung sama sekali. Jaejoong memang tak mempunyai payung karena Ia tak membutuhkannya. Jaejoong punya mobil mewah di garasi apartemennya. Untuk apa menggunakan payung jika sewaktu-waktu Ia dapat memakai mobilnya. Kenapa Yunho tak memakai mobil Jaejoong? Ayolah, Jaejoong tak akan mengijinkan orang lain menaiki mobilnya. Hanya orang terdekatnya yang boleh naik, itupun harus dia yang menyetir. Itu mobil Jaejoong, dan hanya Jaejoong yang boleh menyetirnya. Mengerti!

Yunho kembali saat sudah sangat larut malam. Basah kuyup. Jaket yang Ia gunakan untuk melindungi tubuh tidak bekerja dengan baik. Meletakkan sup buah tersebut kedalam mangkuk kaca dan menyimpannya di kulkas. Mungkin jika melihat nanti Jaejoong akan memakannya. Atau sedikit saja memaafkan Yunho walaupun sebenarnya Yunho tidak yakin. Karena Ia tahu, istrinya tersebut sangat membencinya.

Pagi harinya Jaejoong terbangun dengan mood yang sangat buruk. Kejadian semalam sukses membuat wajahnya terus-terusan menekuk dan menampilkan aura yang membunuh. Saat melewati ruang tamu Jaejoong terheran dengan sofa yang sudah rapi tanpa ada penghuni tetap disana—Yunho yang tertidur. Kemudian Ia kedapur, membuat alisnya kembali mengerut. Yunho tak juga ada di dapur dan sudah terdapat beberapa masakan di meja makan. Jaejoong kembali melayangkan matanya kearah jam yang berada di sebuah sekat pemisah dapur dan ruang santai guna memastikan perkiraannya tak salah. Dan memang Ia tak salah. Masih jam 6 pagi kurang. Tapi kenapa Yunho sudah pergi? Biasanya Ia akan mendapati Yunho yang berkutat dengan dapur di jam seperti ini. Apalagi melihat masakan diatas meja. Jaejoong memandang lama masakan tersebut. Seperti ada yang kurang. Eoh? Mana memonya? Biasanyakan Yunho meninggalkan memo untuk Jaejoong jika pria tersebut belum terbangun. Jaejoong mengitari meja makan dengan mata yang bergerak lucu. Tapi tak juga menemukan kertas putih dengan tulisan abstrak milik Yunho tersebut.

"Aneh.." Gumam Jaejoong yang berhenti mencari memo. Sebenarnya Ia juga tak mengerti maksud kata 'aneh' tersebut. Aneh karena tak ada memo dari Yunho? Atau aneh karena Ia mengharapkan ada memo disana? Jaejoong membuka kulkas guna membuat susu hamilnya. Namun matanya menangkap sebuah mangkuk kaca yang tertutup.

"Apa ini?" Jaejoong mengambil mangkuk tersebut dan meletakkannya di atas meja makan bersamaan dengan kotak susunya. Membuat susu dan memulai sarapannya. Namun matanya masih sering mengarah pada mangkuk tersebut. Mangkuk dengan isi warna-warni tersebut menarik perhatian Jaejoong. Akhirnya Jaejoong mengulurkan tangannya untuk membuka tutup mangkuk tersebut dan matanya membulat saat melihat isinya. Sup buah. Apa Yunho yang membelinya? Kapan Yunho membelinya? Tak mungkin tadi pagi. Jam segini saja belum tentu ada penjual sup buah yang buka. Apalagi lebih dari pagi ini. Apa tadi malam? Saat hujan?

"Apasih?!" Jaejoong menggeleng kuat-kuat saat memikirkan Yunho yang membeli sup buah untuknya saat malam dengan hujan yang mengguyur kota Seoul. Dia tidak boleh merasa kasihan pada Yunho. Nanti orang itu besar kepala. Namun tak urung, Jaejoong memakan sup buah tersebut. Mengabaikan nasi goreng dan sandwich buatan Yunho.

"Enak.." Gumamnya pelan.

. . .

Ini sudah beberapa hari sejak hari tersebut. Jaejoong jarang sekali melihat Yunho. Biasanya semenjak menikah Yunho memang sudah terbiasa pulang cepat—sekitar jam 7. Yang memang untungnya di ijinkan Henry—pemilik bengkel tempatnya bekerja. Tapi beberapa hari ini Jaejoong mendapati Yunho yang pulang sekitar jam 11 malam atau lebih yang memang waktu biasa Yunho pulang bekerja—dahulu. Dan berangkat jam 5 pagi setelah sebelumnya membersihkan apartemen dan memasak sarapan untuk Jaejoong. Jaejoong menyadari hal tersebut saat malam tak sengaja tersentak karena mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali. Atau morning sicknya pagi hari yang membuatnya mau tak mau harus bangun untuk memuntahkan isi perutnya dan melihat Yunho berangkat sangat pagi.

Sebenarnya Jaejoong biasa saja dengan hal tersebut. Malah Ia terlihat senang karena tidak terus-terusan melihat wajah Yunho. Hanya saja, kemarin siang Jaejoong sempat melihat wajah pucat Yunho saat mengantarkan pesanan makan siang Jaejoong. Yah, walaupun kesal, Jaejoong Cuma bisa menghubungi Yunho jika ngidamnya kambuh. Itupun Jaejoong harus menelpon ke bengkel Yunho. Karena Yunho tidak memiliki ponsel. Juga menambah rasa 'pemimpin' Jaejoong kepada Yunho. Karena Yunho tidak di ijinkan mempunyai nomor ponsel Jaejoong. Di apartemen pun tak ada telepon karena dulu Jaejoong jarang di apartemen dan Ia tinggal sendiri. Tentunya jika ada keperluan, orang-orang akan langsung menelpon ke ponselnya.

Kembali pada Yunho. Jaejoong masih memikirkan bagaimana keadaan Yunho sebenarnya. Karena saat mereka bertengkar lalu, Yunho mengeluh pusing. Belum lagi dia juga membelikan sup buah dengan keadaan berhujanan—Jaejoong yakin karena di apartemennya tak ada payung sama sekali. Tapi toh, Kim Jaejoong tetaplah Kim Jaejoong. Dia tak akan pernah mau menjatuhkan harga dirinya untuk bertanya apa lagi mengkhawatirkan Yunho.

"Hyung, Yunho hyung sakit kau tahu!" Key melempar tasnya di lantai ruang tamu saat tiba di apartemen Jaejoong dan meneguk air di kulkas dengan rakus.

"Lalu? Apa hubungannya denganku?" Ucap Jaejoong cuek.

"Ish, tega sekali kau. Kau kan istrinya. Lihatlah, badannya jadi kurus begitu. Sakik-sakit bukannya dirawat istrinya tapi harus tetap bekerja dari pagi sampai tengah malam.."

"Memangnya kau melihatnya dimana? Dia yang mau bekerja kenapa kau yang repot Key. Aku juga tak pernah memaksanya bekerja. Uangku cukup banyak!"

"Tentu saja di bengkel. Aku tak sengaja lewat tadi. Kalau Yunho hyung tak bekerja dia mau makan pakai apa? Hyung pikir semua makanan yang hyung makan dari uang siapa? Ngidam hyung yang merepotkan itu kalau bukan Yunho hyung yang memenuhi siapa lagi. Uang hyung memang banyak, tapi tidak pernah hyung keluarkan. Tagihan listrik dan air sudah di bayar di rekening manajer hyung. Hyung hanya duduk diam saja. Hyung selama ini makan dari uang Yunho hyung yang pas-pasan. Dia sering jalan kaki ketika pulang karena uangnya tidak cukup untuk naik bus. Hyung masih bilang tidak memaksanya untuk bekerja! Aigoo hyung, aku tahu kau keras kepala dan pemarah. Kau juga suka bermain perempuan dan mabuk. Tapi aku tak tahu kalau kau juga tak punya hati. Kalau aku jadi kau aku akan bla bla bla…" Jaejoong Cuma terdiam mendengarkan Key menceramahinya. Memang sejak kedua orang tua mereka bercerai Key seperti sosok umma bagi Jaejoong. Maksudnya, sisi cerewet Key sangat pas dengan tabiat umma mereka yang memang hobby ceramah sana-sini.

Jaejoong memang menyadari bahwa selama ini Yunho yang kesusahan untuk bekerja. Sedangkan Ia sama sekali cuek dengan keadaan. Karena Jaejoong beranggapan Yunho harus bertanggung jawab atas dirinya dan anaknya. Toh, Yunho tak pernah mengeluh. Jaejoong juga tahu gaji bekerja di bengkel tidaklah besar, tapi Ia tak tahu kalau Yunho sering pulang jalan kaki karena tidak punya cukup uang untuk naik bus. Apalagi Jaejoong tahu bahwa jarak bengkel dan apartemennya lumayan jauh. 2 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Aigoo~

"Yunho hyung juga bilang dia ingin mengumpulkan uang. Entah untuk apa uangnya itu.."

"Eoh? Mana ku tahu. Mungkin untuk anaknya.." Jaejoong mengelus perutnya yang sedikit membesar. Sudah masuk bulan ketiga kehamilannya. Perutnya sudah sedikit menonjol.

"Anak kalian.." Key mencibir saat Jaejoong selalu saja menyebut 'anaknya' 'anak Yunho' atau apalah itu. Padahal anak dalam perutnya itu akan anak Jaejoong juga. Anak hasil kerjasama Yunho dan Jaejoong. Auw~~

"Terserah…" Jawab Jaejoong malas.

TBC