Ho... Ho... Akhirnya kita sampai di penghujung cerita ini...

Seperti yang saya janjikan sebelumnya, akhir cerita ini sanggat manis #bagi saya.

Sebelumnya saya memohon maaf sebesar-besarnya, karena saya tidak sempat membalas review. Sekarang, saya sedang ke luar kota melalui seluler sehingga chapter terakhir ini saya publish dengan kurang memuaskan...

Maafkan saya...

Bagi saya review anda di chapter terakhir ini adalah kado ulang tahun terindah bagi saya, karena saya mempublish chap ini bertepatan dengan ulang tahun saya. 6 November...

BIG THANKS TO: aishanara87(semoga anaknya jadi anak soleh/solehah), flystyle024, coffeelover98, Arisa Oiy1 dan Mizuhashi Haruo yang ku do'akan menjadi penulis yang jauh lebih baik dari ku..., Queena Alicia 4869, BlackShadowHaibara, Reensme, Deauliaas, akira takamane, Hazuka Kirika, Guest, dan semuanya yang telah begitu baik memberikan aku semangat, kritik, dan saran melalui reviewnya.

Dan saya mohon maaf jika cerita saya yang sangat tidak pantas ini menganggu anda. Terimakasih...

Only Hope

Detective Conan, Rate: T, Genre: Romance & Drama, Pairing: Shiho Miyano x Shinichi Kudo.

WARNING! Typos luar biasa, Abal banget, Aneh gila, Gaje akut, lebay tak terjabarkan, OOC, EYD tak bisa dimengerti.

Detective Conan/Case Closed belong to Aoyama Gosho

Chapter 24: Putih

Normal POV

Wanita itu melangkah pelan dengan lutut bergetar. Begitu anggun, penuh perasaan, dan mempesona.

Pria itu tersenyum di depan altar, menunggu pengantinnya dengan seulas senyum amat bahagia.

Jantung mereka berdegup tak karuan, penuh spekulasi dan perasaan yang tak mampu dilukiskan. Namun, mereka bahagia di hari yang sakral ini.

Pernikahan itu berlangsung dengan manis.

"Apa kau, Shinichi Kudo. Bersedia menerima Shiho Miyano sebagai isterimu, yang akan kau lindungi, kau bahagiakan, dan kau cintai dalam suka maupun duka?"

"Aku bersedia"

"Apa kau, Shiho Miyano. Bersedia menerima Shinichi Kudo sebagai suamimu, yang akan kau hormati, kau bahagiakan dan kau cintai?"

"Aku bersedia"

Mata kedua mempelai itu bertemu saat ciuman pertama mereka. Terlalu indah seperti waktu berhenti berputar dan menyatu dengan perasaan mereka yang meletup-letup.

Shiho dapat mendengar sahabat dan orang-orang yang disayanginya bersorak bahagia untuk awal kehidupan barunya.

Ini hari mereka, kebahagiaan mereka.

Shinichi tersenyum saat ia kembali melihat wajah Shiho. Isterinya kini, wanita yang menjadi miliknya ini. Inilah kehakikian yang dicarinya selama ini. Bahagia bersama wanitanya.

Kata-kata yang tak bisa ku beritahukan padamu, jika aku menutup mataku, itu akan terus muncul

Berhenti mengingat kenangan, cintaku aku memikirkanmu

Aku menyesali hari-hari ketika aku berkeliling denganmu, kau berada di sisiku

Tidakkah kau mendengar hatiku yang tulus?

Aku menunggumu sampai akhir dunia

Aku menunggumu sampai takdir menghentikannya

Sekarang aku bisa memberikanmu segalanya

Tak bisakah kau datang padaku, orang yang berharga untukku?

Shinichi mengetuk pintu pelan, membuka pintu pelan, dan kemudian melangkah masuk ke kamar pengantinnya.

Senyum terukir di wajahnya saat detektif cemerlang itu memperhatikan tiap inci kamarnya pengantinnya sekarang. Begitu detail, indah, namun sederhana. Ia menyukainya.

Hari ini begitu menyenangkan baginya, berkali-lipat menyenangkan ketimbang keberhasilannya memecahkan misteri tersulit dalam hidupnya.

Lelah.

Tentu saja. Menerima setiap ucapan selamat dari para tamu yang datang hingga jam 10 malam bukanlah hal yang gampang bagi Shiho dan Shinichi. Namun, Shinichi merasa itu bukanlah hal besar. Ini kebahagiaannya, dan ia ingin membaginya kepada semua yang dikenalnya melalui pesta pernikahannya ini.

Senyum di wajah detektif itu kini kian melebar, ketika ia merasakan pintu balkon terbuka dan seseorang yang masih amat menawan dengan gaun pengantin itu berdiri di balkon. Isterinya.

Shinichi berjalan mendekati isterinya, melangkahkan kakinya dengan halus.

Dirangkulnya pinggang istrinya dengan lembut, sehingga Shiho sempat sedikit terkejut.

Diciumnya helaian rambut Shiho yang melambai di terpa angin. Entah kenapa, Shinichi merasa dirinya selalu terpikat dengan aroma rambut Shiho.

"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau tidak merasa kedinginan?" tanya Shinichi.

Shiho tersenyum tipis "Entahlah, mungkin aku hanya merasa langit terasa berbeda setelah aku menikah dengan mu."

Shinichi mengerinyitkan dahinya. Namun, beberapa detik kemudian dirinya mengerti, perkataan Shiho hanya alasan yang direkanya agar dapat menyembunyikan sesuatu lagi.

"Ku rasa kau ada benarnya. Setelah kita menikah, kini langit bisa mengatakan ada sesuatu yang tidak kau katakan padaku," ucap Shinichi.

Shiho tak membalas, mungkin ini lah satu hal yang belum dirinya pikirkan jika menikah dengan Shinichi. Shinichi akan tahu segala hal tentang dirinya, sekarang ia tak mampu berkutik lagi untuk menyembunyikan lebih banyak hal dari Shinichi. Karena sekarang apa yang Shiho miliki adalah apa yang Shinichi miliki.

"Shiho, kau tahu kita sudah menikah. Sekarang aku bukan orang asing lagi bagimu, aku pendampingmu. Kau harus mengerti itu. Jika ada hal yang mengganggumu kenapa tidak kau bagi padaku? Tak ada hal yang perlu dipertimbangkan."

Shiho menutup matanya, merasakan begitu nyaman dan hangat dalam rangkulan Shinichi.

"Shiho..."

"Ku rasa aku mulai menemukan alasan mengapa sulit untuk ku menikah dengan mu. Namun, aku juga mulai menemukan alasan mengapa aku tak bisa mengubah ini semua," ucap Shiho datar "Aku takut, jika kau menikah dengan ku, aku tak bisa memberikan mu apa yang seharusnya diberikan seorang istri kepada suaminya. Aku takut, aku gagal bahagia dengan mu."

Shiho diam, Shinichi diam.

"Maksudmu?"

"..."

Angin berhembus lembut, pelan, dan manis. Naluri Shinichi yang sekarang sudah jauh lebih peka dari yang sebelumnya mulai mengerti. "Kau mendengar apa yang Sonoko dan teman-teman SMU-ku katakan?" tanya Shinichi hati-hati.

Shiho mengangguk pelan, sejujurnya ia tak suka mengadu, ia ingin hal ini dirasakannya sendiri. Namun, dirinya sudah begitu lelah, lelah berkutat dengan masalahnya sendiri. Ia ingin sesekali bersandar pada seseorang.

"Lalu, perkataan mereka itu bisa membuat Shiho yang ku kenal ragu?" ucap Shinichi.

"Bagiku apa yang mereka katakan itu benar. Seharusnya yang berdiri di depan altar bersama mu bukan aku, dan seharusnya yang sekarang bersamamu bukan aku, dan..."

"Kau ingin mengatakan bahwa yang harusnya bersama ku sekarang ini Ran? Shiho, harus berapa kali ku katakan padamu bahwa kecelakaan Ran itu tak ada hubungannya dengan mu. Kau tak bersalah, maka berhentilah menyalahkanmu," ucap Shinichi mengingatkan "Ini semua sudah benar, ini semua sudah keputusan Tuhan. Kau harus percaya, Shiho. Kau harus percaya kita bisa bahagia."

"Mereka mengatakan bahwa aku adalah wanita yang sangat tidak pantas untukmu, dan mungkin tidak bisa membuatmu bahagia. Mengapa sekarang kau mencoba memungkirinya? Bukankah hal itu 'munkin' akan terjadi?" tanya Shiho.

"Kau jangan bertanya pada ku tentang hal itu, yang perlu kau tanyakan sekarang adalah sejak kapan seorang Shiho peduli dengan perkataan orang lain?" Shinichi mulai melunak "Lupakan hal itu, setidaknya masih ada yang percaya bahwa kita bisa bahagia?"

Shiho membalikan tubuhnya agar berhadapan dengan suaminya "Maksudmu?"

"Asal kau tahu saja. Kaito dan Saguru berpesan banyak hal sampai-sampai aku lupa apa yang mereka pesankan. Mereka hanya ingin kau bahagia, dan karena itu mereka terlalu banyak berkata-kata tentang bagaimana menjadi suami yang baik bagimu. Dan kau juga harus tahu, Shiho. Mendengarkan ocehan mereka ternyata lebih mengerikan daripada omelan ibu," ucap Shinichi yang berhasil membuat Shiho tersenyum. "Mereka menyayangimu dan menginginkan kau bahagia, Sayang," Lanjut Shinichi seraya melepaskan rangkulannya.

Wajah Shiho merona ketika Shinichi mengucapkan kata terakhir dalam ucapannya itu. Shinichi sendiri tersenyum geli melihatnya.

"Dan aku ingin menikmati rasa bahagia itu." ucap Shinichi seraya menggendong istrinya masuk dan membaringkannya di tempat tidur.

Mata mereka bertemu, ciuman mereka memabukan satu sama lain, cinta mereka menggelora malam itu. Bulan mengintip malu dari tirai malam, hanya satu kata yang mampu melukiskan. Bahagia, bahagia, bahagia...

Malam pertama menandakan cinta baru yang tak akan pernah berakhir.

Menghapus kenangan yang kita miliki bersama, seolah tak ada yang terjadi

Bahkan jika aku mengatakan tidak tahu, hati ini pertama mengetahuimu

Semua waktu yang dihabiskan denganmu, aku hanya menunggumu

Cinta terakhirku hanyalah kamu

5 tahun kemudian ...

Seorang anak laki-laki berambut pirang begitu menawan dengan keantusiasannya menggiring bola. Dari kejauhan Sang ayah tersenyum manis, perasaaan bangga dan bahagia menyeruak dari dadanya.

Shinichi, seorang detektif dan ayah yang sukses dalam kehidupan barunya. Kehidupan indahnya bersama keluarga kecilnya yang memberikan kesederhanaan, dan kasih. Shinichi, akan selalu bersyukur karena Tuhan telah begitu baik memperindah kehidupannya.

Pria itu menoleh ke arah terasnya, dilihatnya isterinya tengah menggendong putri mereka yang baru lahir dua bulan yang lalu. Shiho mengulas senyum manis pada suaminya. Membuat degup jantung Shinichi berdetak dua kali lebih cepat.

Pekarangan belakang rumahnya terasa penuh dengan kebahagiaan.

Kini semuanya baik-baik saja, dan akan terus baik-baik saja. Tak ada liku lagi dalam hidup dan cinta Shinichi dan Shiho.

Shiho terlihat semakin bahagia, setelah dirinya melahirkan buah hatinya yang kedua. Tak ada pilu lagi dihatinya kini.

Dan entah kenapa, setelah kebahagiaan menemani setiap nafas dan detik dalam hidupnya. Keajaiban itu datang.

Kemarin sore, seorang dokter membawa hasil pemeriksaan kesehatan Shiho yang terakhir, dan hanya satu kalimat yang mampu dikatakan dokter itu. "Ini keajaiban, tak satupun ilmu kedokteran yang dapat menjabarkan hal ini. Ini terlalu luar biasa. Nyonya Kudo sembuh total dari kanker hatinya."

Kini bukankah semuanya terlalu sempurna bagi mereka.

Tak akan ada pilu lagi, tak ada jalan yang berliku lagi, tak ada pelik kehidupan lagi, tak ada hal menyakitkan lagi.

Karena, bagi keluarga kecil ini tak akan ada hidup dan takdir seindah ini, semanis ini, dan seadil ini.

Mereka akan bahagia, selama lamanya...

OWARI