Auntor's note: Pertama, aku shock banget masih ada yang baca fanfic ini. Curhatan author adalah, author sepertinya pindah fandom :P. Tapi Harry Potter still at heart karena Harpot adalah salah satu fandom pertama aku yang membuatku kenal beberapa temen baik aku sampai sekarang. Lalu, J.K Rowling memutuskan untuk membuat Cursed Child sebagai time travel fanfiction. Oleh karena itu, author kehilangan motivasi untuk meyelesaikan fanfiction ini karena tidak sejalan dengan canon (but who cares about that, am I right?). Author sekarang sibuk kuliah (wow time had passed by so fast, wow I just finished middle school the last time I updated this wow.) I kinda regret the major that I choose, LOL. Ketika fanfic ini banyak banget yang baca pas tahun 2016 aku shock.

P.S: Fanfiction ini sudah fix tidak akan sejalan dengan canon Cursed Child, karena Crused Child bukan canon (:P) . Author udah lupa banyak canon Harpot, jadi minta maaf kalau banyak kesalahan author yang merusak canon, bilang aja kalau emang fanfic ini canon dialternate dimension). Satu lagi, author harusnya belajar untuk ujian bukannya ngerjain ini.

Author akan menganti genre dan kemungkinan mengganti judul.


Chapter 8: The Dark Ages is Coming. (finally you can rest now by knowing what's next!)

Albus tidak pernah merasakan sensasi aneh yang membuat perutnya bergejolak dan ingin muntah. Ia merasa setiap kulit, daging, dan tulangnya sedang tercabik-cabik oleh angin. Albus tidak bisa melihat apa-apa, hanya ada kegelapan tanpa cahaya didepan matanya ia tahu sudah terbuka. Ia mulai berpikir, ada dimana dia, Apakah Scorpius baik-baik saja?

Tubuhnya masih terasa melayang-layang diudara. Sampai ia melihat sebuah titik cahaya, lama kelamaan cahaya itu semakin terang. Ia merasa tubuhnya terbaring diatas tanah yang keras dan kasar. Cahaya itu berasal dari sebuah lampu jalan, Albus terlihat telah terbaring dibawah lampu itu cukup lama. Tiba-tiba dingin. Salju mulai turun sedikit demi sedikit menyentuh wajah Albus. Ia baru merasakan rasa dingin disekitarnya sekarang. Albus hanya bisa berharap jubah dan seragamnya bisa melindungi dirinya dari hujan salju.

Ia kemudian berusaha untuk kembali berdiri. Menaruh kedua tangan disaku jubahnya, Albus memang paling payah jika berhadapan dengan dingin, ia tidak bisa apa-apa tanpa sarung tangan wool yang ia kenakan setiap bulan November dan Desember.

Desember.

Salju tidak seharusnya turun pada bulan September. Ia melihat sekelilingnya, Ini bukan Hogwarts! Dimanakah ia sekarang. Albus tidak mengenal jalanan ini, ia tidak pernah menginjakan kaki dijalan ini sebelumnya.

"Ada yang bisa dibantu anak muda?"

Albus terkejut, ia membalikan badannya. Seorang lelaki berambut gelap dengan topi yang menutup bagian atas rambutnya. Perawakannya tidak terlalu tinggi, ia terlihat masih berumur 20 tahun, dan satu hal yang diingat Albus, Pakaiannya yang terlihat formal di abad 21. Ia tidak dapat melihat warna mata pria itu karena cahaya lampu yang tidak terlalu terang, namun raut wajahnya menunjukan bahwa ia pria yang ramah. Albus tidak tahu apakah ia bisa percaya pada pria ini. Ia takut ia bertemu dengan muggle ditengah jalan dan jubahnya terlihat terlalu mencolok.

"Apa yang kau lakukan ditengah-tengah trotoar muggle London?" ujar pria itu, ia berjalan semakin dekat kearah Albus dan bibirnya terseyum. "Aku kira Hogwarts libur dihari natal."

"Apa?" Albus masih setengah sadar dari rasa terkejutnya. Pria itu semakin mendekat dan Albus semakin panik dan ia berjalan mundur. Ia merogoh sakunya dan memegang tongkatnya.

"Tolong tenang, aku tidak akan menyerang dan mengambil jantungmu." Celetuk Pria itu, ia mengangkat satu tangannya dan memberikan isyarat agar Albus tidak mengangkat tongkatnya. "Aku tahu Grindelwald sangat berpengaruh dan berbahaya saat ini, tapi percayalah aku bukan salah satu pengikutnya."

Grindelwald?

Nama penyihir gelap yang tidak pernah lagi disebutkan selama berabad-abad, atau setidaknya selama itu bagi Albus.

"Sebaiknya kau pergi bersamaku untuk menikmati secangkir coklat panas yang dibuat isteriku?" Ia melebarkan lenganya dan merangkul Albus.

Albus berjalan mengikuti pria itu. Ia tetap tidak mempercayai pria ini karena pria ini terlalu cepat mempercayainya.

"Sir? Kau tidak sama sekali curiga kepada saya?" tanya Albus kepada pria yang terlalu ramah ini.

"Aku tidak pernah melihat wajah kebingungan seperti itu selain wajah Scamander, dan percayalah Scamander hanyalah satu-satunya orang yang bisa kebingungan setiap saat." Ia masih tersenyum kepada Albus dan mengarahkan Albus kesebuah bangunan kuno ala Victorian.

"Ini rumahmu Sir?" Tanya Albus sambil menunjuk jari telnjuknya kearah bangunan itu.

"Tidak, aku hanya perlu perapian mereka untuk mengantarmu pergi kerumahku"

Ooh… Jaringan Floo.

"Permisi Sir, saya belum mengetahui nama anda" Albus akhirnya mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. "Albus, sir." Ia masih takut untuk memberi nama panjangnya karena ia tahu seberapa berbahayanya bila nama Potter disebut. Tidak jarang ada beberapa orang yang tidak terlalu setuju dengan pandangan politik ayahnya. Akhirnya menyebabkan Albus mendengarkan ceramah orang lain tentang ayahnya selama berjam-jam.

"Albus. Seperti Dumbledore?"

"Ya, nama saya memang berasal darinya" Albus menjadi malu. Sebenarnya ia tidak jarang mendengar komentar itu sebelumnya, tapi entah mengapa ia merasa lebih kecil dihadapan pria ini.

Pria itu tertawa kecil dan menjabat tangan Albus sambil menepuk pundaknya dengan satu tangannya yang kosong.

"Henry Potter."

Albus langsung panik, ia membuka rahangnya secara lebar, ia tidak percaya.

Henry… POTTER?


Scorpius baru saja muntah. Itu yang perlu ditekankan. Ia tidak pernah muntah seburuk ini didalam 14 tahun hidupnya. Makan siang yang baru saja ia telan tepat pukul 12 siang di Hogwarts terbuang begitu saja. Scorpius sadar betapa gravitasi tidak bersahabat dengannya saat itu. Ia merasa bahwa dirinya sedang terbang dan terjatuh dengan lembut diatas jalanan bertanah kering, bagai bulu burung yang terlepas dari burungnya dan jatuh ke tanah.

Ia mulai membuka matanya. Dia takut bila kegelapan masih menyelemutinya. Namun ia tidak menyangka bahwa sekelilingnya sudah gelap gulita. Dua lampu yang menyinari sebuah gerbang tinggi dan besar. Gerbang itu dipenuhi oleh tumbuhan rambat diujung jalanan tanah dimana ia terbaring.

Malfoy Manor?

Bukankah terakhir kali ia berada di Hogwarts? Bagaimana ia kembali pulang ke rumah secepat itu? Scorpius mulia membuat banyak pertanyaan dikepalanya. Dia tahu tidak akan ada yang bisa menjawabnya karena tidak ada orang didepan gerbang rumahnya saat itu.

Scorpius hanya bisa berharap ayah atau ibunya ada didalam rumah agar dapat membukakan pintu untuknya. Dia akhirnya memberanikan dirinya untuk berdiri. Ia mulai membersihkan jubahnya dari debu-debu tanah dengan menepuk-nepuknya dengan tangannya.

"Debu bodoh" ujar Scorpius kecil.

Ia kemudian berjalan menuju ujung jalanan. Semakin ia mendekati gerbang itu semakin ia merasa bahwa aura rumahnya tidak seperti rumahnya.

Ada sesuatu yang janggal. Scorius tidak menyukai aura buruk ini. Ini bukan Malfoy Manor yang ia kenal, yang penuh dengan tawa ibunya yang mendengar lelucon ayahnya yang tidak pernah lucu. Penuh dengan kenangan ibunya sebelum ia sakit.

"Mr Mafoy?" sebuah suara pria yang cukup dalam penuh dengan nada yang terkesan agak meremehkan. Scorpius takut rambut dibelakang lehernya terasa berdiri. Dia tidak pernah mendengar suara itu, tidak pernah mengenalnya dan terkesan asing.

"Apa yang kau lakukan diluar Manor? Pangeran Kegelapan sudah menunggu di dalam"

Scorpius perlahan-lahan memutar seluruh tubuhnya. Ia bertatap mata dengan seorang pria bermata gelap, rambutnya Panjang sebahu dan berwarna gelap. Hidung pria itu mancung dan sedikit bengkok. Jubah hitamnya panjang sampai menyeret debu tanah.

Scorpius sangat takut dan sekujur tubuhnya gemetaran.

"Severus Snape?" tanpa sengaja ia mengeluarkan suara yang juga terdengar gemetar. Scorpius langsung menutup mulutnya dengan tangannya. Ia kemudian mengambil tongkat dari sakunya dengan panik. Dia tidak percaya ia telah mengacungkan tongkatnya kearah Severus Snape!

"Hmmm… menarik… sepertinya kau bukan Draco Malfoy." Ujar Snape yang mengacungkan tongkatnya dan menyerang Scorpius dengan mantra non-verbal.

Scorpius sekali lagi tertidur.


Aunthor's Note: author tidak punya tenaga menulis lebih dar 1000 kata. Jadi segini dulu saja ya. Jadi Scorpius dan Albus aku age-up!. Author sepertinya akan mengganti judul dan genre dari fanfic ini karena tidak lagi berfokus pada Lily Luna.