Title : Back to Tomorrow

Cast : JaeJoong Kim, Yunho Jung

Changmin Shim, Yoochun Park, Junsu Kim

Rating : General – Mature

Genre : Friendship, Angst, Romance

Author : Zee

.

.

Semua tokoh disini adalah milik Tuhan.

Aku hanya memiliki cerita saja.

.

.

~Back to Tomorrow~

.

.

EPILOG

.

.

.

AUTHOR's POV

Dia memakai kacamata hitamnya, menutupi sebagian wajahnya dengan masker putih, memakai celana sedikit besar, sandal jepit milik Yoochun, dan jaket tidak terlalu tebal yang sedikit besar, sengaja mengenakan hal yang tidak biasa agar orang lain di sekitarnya tidak mengenali dirinya. Sebuah pilar berwarna putih besar yang menjulang sampai ke bagian lantai atas, menutupi tubuhnya, dia sedang bersembunyi sekarang, sementara matanya terus mengamati beberapa orang di depannya, satu orang menjadi fokus penglihatannya.

Saat ini, JaeJoong sedang berada di bandara Internasional. Seseorang yang pernah menjadi sahabatnya, tidak- JaeJoong akan selalu menganggapnya sebagai seorang sahabat walau bagaimanapun keadaannya sekarang ini- akan pergi. Kwon Boa, seorang gadis yang secara tidak langsung sempat membuat hidupnya hancur dan menderita. Gadis itu memilih meninggalkan Korea dan melepaskan jabatan yang diberikan untuknya sebagai CEO manajemennya.

JaeJoong dapat menangkap raut wajah sedih dari Boa walau dia berdiri cukup jauh dari gadis itu. Mengenalnya sejak lama membuatnya hapal betul bagaimana gestur tubuh Boa apapun perasaan yang sedang di alami oleh Boa. Kesedihan dan penyesalan begitu lekat mewarnai ekspresi wajah Boa. JaeJoong bukannya tak ingin menemui Boa sekarang, tidak bisa di pungkiri dia sedikit merasa sakit hati pada Boa, tapi rasa kasihanlah yang mendominasi perasaannya saat ini. Dia tak ingin menambah buruk perasaan gadis itu jika muncul dihadapannya sekarang.

JaeJoong sungguh menyesali kejadian yang terjadi pada dirinya dan orang-orang disekitarnya. Dia tahu seseorang dapat melakukan apapun demi cintanya, tapi dia tidak akan menyerahkan Yunho-nya pada orang lain, sekalipun orang itu bersujud di hadapannya. Dia bisa mati tanpa Yunhonya, sudah cukup keadaan kacau selama beberapa bulan ini, dan sekarang dia tidak akan melepaskan kekasihnya kembali, atau mencoba pergi darinya.

Sebuah pemberitahuan keberangkatan penerbangan menggema di gedung bernuansa putih itu, penerbangan ke New York. JaeJoong memundurkan badannya sedikit, bersembunyi di balik pilar dengan sempurna saat dilihatnya gadis itu, mengedarkan pandangannya. Boa tahu pasti akan merindukan suasana Korea, itulah sebabnya dia ingin melihat Korea untuk terakhir kalinya, sebelum dia kembali ke negara asalnya- entah kapan.

JaeJoong menampakkan kembali sedikit tubuhnya, melihat ke arah gadis itu berdiri. Dua orang namja yang dia tahu merupakan kakak laki-laki Boa, menggiring gadis itu berjalan dengan merangkulnya sayang. Untunglah masih ada kedua kakaknya yang bisa menguatkannya, JaeJoong bisa tenang.

"Selamat jalan, Boa-ya. Ku harap kau bisa menemukan kebahagiaanmu." JaeJoong berucap dengan suara yang cukup pelan hingga mampu di dengar oleh dirinya sendiri.

Berdiri selama 5 menit sejak gadis itu menghilang dari pandangannya, menantap lurus kedepan di mana Boa berdiri tadi. Dia menghela nafas berat. Yeah, mungkin seperti inilah yang terbaik, setelah ini dia berjanji tidak akan ada lagi yang tersakiti.

.

.

"Baby-ah, dari mana saja." Pelukan posesif menyambutnya begitu dia membuka pintu rumahnya dan masuk kedalamnya. JaeJoong terkekeh, senang bisa kembali merasakan kehangatan dan kasih sayang serta sifat manja kekasihnya kembali setelah masa-masa sulit yang mereka alami.

"Rahasia." Jawab JaeJoong.

Yunho melepas pelukannya, memandang JaeJoong dengan tatapan penasaran dan memelas ingin diberitahu, bibirnya mengerucut, mau tak mau JaeJoong kembali terkekeh.

"Beritahu aku." Rengek Yunho, dia mengayun-ayunkan tangan JaeJoong seperti seorang anak yang sedang merajuk pada ibunya.

"Hyung, aku lapar, buatkan aku makanan." Suara nyaring berciri khas menginterupsi kegiatan merajuk yang dilayangkan Yunho pada JaeJoong. Namja bertubuh montok itu, datang dan langsung menarik tangan JaeJoong tanpa mempedulikan Yunho seolah sang leader tidak ada di depannya.

JaeJoong melangkah tergesa, mengikuti tarikan Junsu.

"Ya! Junchan, aku belum selesai bicara dengan JaeJoongie." Teriak Yunho seraya mengikuti dua orang di depannya.

"Nanti saja bicaranya, ini keadaan gawat, perutku sudah tidak bisa menunggu lagi." Balas Junsu dengan suara tak kalah nyaring.

Aigo

JaeJoong hanya bisa mengerenyit mendengar suara teriakan dari dua orang itu.

.

.

Di dapur, Yunho terus saja merajuk, meminta penjelasan kemana kekasihnya pergi pagi-pagi sekali saat dia belum bangun tidur dan ketika bangun tidak mendapati kekasihnya tidur di sampingnya. JaeJoong hanya menanggapi dengan senyuman manisnya, bukan tak mau menjawab, tapi dia sedang menyesapi hikmah dari setiap kejadian yang terjadi, dan tak bisa di pungkiri ada rasa kehilangan karena kepergian Boa. JaeJoong tahu inilah yang terbaik untuk semua orang.

"Baby, beritahu aku." Yunho terus mendesak JaeJoong, ditarik-tarik ujung apron merah yang dikenakan JaeJoong. Junsu jadi iritasi sendiri melihat kelakuan hyungnya itu, sementara JaeJoong tak mencoba menjawab, hanya tersenyum saja, karena itu juga Yunho terus merecokinya memasak, hingga Junsulah yang meradang.

"Yoochunnie, Changminnie, kemari!"

Teriakannya menggelegar memenuhi rumah tersebut.

Tak lama kemudian, Changmin dan Yoochun datang dengan nafas yang sedikit memburu, mereka langsung meninggalkan pekerjaan mereka begitu mendengar teriakan dari Junsu.

"Waeyo?"

"Ada apa?"

Tanya Yoochun dan Changmin bersamaan.

"Lihat, JaeJoong hyung sedang memasak, tapi beruang galak itu merecokinya terus, kalau begini kapan selesainya, dan kapan kita bisa makan enak." Junsu mengadu pada dua orang itu, dan sukses mendapat tatapan tajam dari Yunho, tak terima dirinya diadukan seperti itu.

Mendengar kata memasak dan makanan, Yoochun dan Changmin yang memang sudah kelaparan sejak tadi menjadi berbinar-binar. Mereka memandang sengit pada Yunho, seolah Yunho adalah musuh mereka yang harus segera di lenyapkan.

"Hyung, ayo kurung beruang ini di kandangnya." Changmin menampakkan seringai aneh, Yoochun mengangguk, mengerti isyarat dari magnaenya. Mereka melangkah mendekati pasangan kekasih itu, Yoochun meraih lengan kanan Yunho dan Changmin meraih lengan kirinya, dengan kekuatan penuh menyeret Yunho hingga melepaskan diri dari JaeJoong.

"Ya! Kalian, tidak sopan, aku sedang bicara dengan JaeJoonggie."

Yunho memberontak dan meronta, tapi dua orang itu tak peduli dan semakin menyeretnya menjauh.

"Baby-ah, tolong aku."

Dan gantian teriakan Yunho yang menggema di rumah itu. JaeJoong tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya.

Aigo.

Suasana rumahnya yang sunyi senyap belakangan ini menjadi sangat meriah sekarang. Entahlah sekarang JaeJoong harus mengeluh atau malah bersyukur, yang jelas dia merasa sangat bahagia berada di keliling orang-orang yang dia sayangi.

.

.

JaeJoong membuka pintu kamarnya yang terkunci dari luar. Tadi Yoochun dan Changmin mengurung Yunho di sana karena mengganggu kegiatan memasak JaeJoong. Namja cantik itu membawa sebuah nampan berisi makanan yang tadi dimasaknya, cukup untuk dua orang, dia akan makan bersama kekasihnya, sementara ketigadongsaengnya makan bersama di ruang makan.

Yunho melempar buku yang sedang dibacanya di atas kasur begitu saja, dia beringsut dari sana dan membantu JaeJoong membawa nampan di tangan JaeJoong dan menaruhnya di meja nakas. Setelah itu dia menarik kekekasihnya dalam pelukannya, menggiring namja cantik itu untuk duduk bersandar di atas kasurnya yang nyaman.

"Mereka benar-benar menguncimu, bear?" JaeJoong terkikik, Yunho mendengus kesal.

"Huh, liat saja mereka nanti, aku akan menculikmu dan membawamu pergi agar mereka kelaparan karena tidak ada yang memasakkan lagi untuk mereka."

JaeJoong tertawa, rupanya Mr. Jung yang satu ini lupa kalau diluar sana banyak restoran yang bisa paradongsaeng datangi atau sekarang bisa dengan mudah mendapatkan makanan hanya dengan satu kali mengangkat telepon.

"Kau kekanak-kanakan, bear."

"Mereka lebih kekanakan, mereka bahkan mengurungku disini."

Yunho mencibir, menimbulkan gelak tawa lucu dari kekasihnya.

JaeJoong menampakkan wajah yang serius setelah menghentikan tawanya, kembali teringat pada wajah sedih Boa yang di lihatnya tadi di bandara.

"Bear, tadi aku ke bandara melihat Boa."

Yunho mengerenyit melihat wajah sedih kekasihnya, mengesampingkan rajukannya, menarik JaeJoong agar duduk menghadap dengannya dengan jarak dekat.

"Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?"

Yunho meraup kedua bongkah pipi mulus JaeJoong, menarik kepala namja terkasihnya dan mengecup bibir merah itu sekilas. Diusapnya pipi kanan JaeJoong dengan ibu jarinya sementara telapak tangannya masih merasakan halus lembut kulit pipi itu.

"Dia akan baik-baik saja, kau lebih mengenalnya daripada aku. Kau tahu betul betapa kuatnya dia, Baby. Kepergiannya mungkin yang terbaik untuknya, untuk kita semua."

Yunho mengecup bibir JaeJoong kilat penuh sayang sekali lagi. Namja cantik itu memejamkan matanya, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Apakah aku namja yang jahat, Bear? Memisahkan dia dari orang yang dia cintai."

Yunho tersenyum lembut pada kekasihnya, tak salah jika selama ini dia memilih namja itu sebagai bagian dari hidupnya- other halfnya. Hatinya begitu lembut padahal dia yang paling tersakiti karena kejadian itu, tapi sekarang dia masih bisa memikirkan orang lain yang bahkan dengan sengaja menyakitinya.

"Tidak, JaeJoongie. Kau adalah namja yang sangat baik yang pernah ku kenal. Jika kau membiarkannya bersama dengan orang yang dia cintai, mungkin akan semakin banyak yang tersakiti. Dia, aku, dan kau sendiri, kita semua akan merasa sakit. Keputusannya untuk meninggalkan kita sudah bagus. Jangan memikirkan hal itu lagi, kau pantas mendapatkan kebahagiaanmu."

JaeJoong merapatkan kelopak matanya lagi saat mendapat elusan lembut dari jemari jenjang Yunho yang sangat di sukainya. Mencerna perkataan kekasihnya yang memang benar. Jika dia membiarkan Boa bersama Yunho akan lebih banyak yang tersakiti. Boa akan selalu sedih karena tak akan mendapatkan cinta dari Yunho. Dirinya sendiri akan sedih karena melepaskan orang yang sangat dia cintai. Dan Yunho menjadi orang yang paling sedih mungkin, melepaskan kekasihnya dan harus bersama Boa yang tidak dia cintai.

Seperti ini memang yang paling tepat dan baik untuk semuanya.

"Maafkan aku, Baby. Aku tidak bisa menjadi kekasih yang baik untukmu." Seketika kelopak mata itu terbuka, memamerkan manik legam bulat milik JaeJoong. Menaikkan sebelah alisnya tanda dia tak mengerti akan maksud dari ucapan Yunho.

JaeJoong menggeleng, tangannya meraih pipi kanan Yunho, balas mengusap lembut.

"Tidak, Yun. Kau adalah kekasih yang terbaik yang kumiliki."

Yunho tersenyum kecut.

"Aku bahkan membuatmu hampir mati."

"Aku sangat bodoh waktu itu. Aku berpikir jika aku mati maka aku tidak akan merasa sedih lagi, tapi aku salah karena aku malah membuatmu bersedih." Kata JaeJoong, mnyesali perbuatannya sendiri.

"Maafkan aku." Yunho merasa semakin bersalah ketika mendengar kata 'sedih' terlontar dari bibir JaeJoong.Namja cantik itu menggeleng lemah.

"Aniyo. Kau tidak salah- ani, kita berdua bersalah. Tidak seharusnya kita saling menyimpan rahasia dan berujung pada kehancuran kita sendiri."

Yunho meraba halus wajah JaeJoong, wajah yang setiap lekuk sudah sangat dihapal oleh indera perabanya.

"Setelah ini aku berjanji akan membuatmu menjadi namja yang paling bahagia."

"Gomawo, bear."

Yunho tersenyum lembut. Didekatkan wajahnya ke wajah cantik kekasihnya. Mengecup manis rasa bibir merah JaeJoong selama beberapa saat, lalu melepaskannya, menyatukan dahi mereka hingga hidung mereka saling bergesekkan.

"Saranghae."

Yunho kembali tersenyum mendengar suara lembut itu, mengalun indah di telinganya tersampaikan pada otaknya dan tersimpan indah di hatinya yang terdalam. Ditundakkan wajahnya, melesak di antara bahu dan leher jenjang kekasihnya, mengendus aroma tubuh kekasihnya yang menguar memenuhi indera penciumannya.

Mengecup permukaan halus kulit leher JaeJoong dengan bibir tebalnya, lantas tergoda untuk menyicipi rasa yang tersaji di hadapannya. Yunho merubah kecupannya menjadi ciuman, ujung lidahnya menyentuh kulit leher JaeJoong, tertarik dengan rasanya, Yunho menggigit permukaan leher yang tadi dijilatinya.

"Eung, Yun-"

Lenguhan tertahan keluar dari bibir merah JaeJoong. Yunho tersentak sesaat, kaget, namun tak menghentikan kegiatannya, dia hanya sudah lama tak mendengar leguhan JaeJoong. Selama ini mereka bermain dengan paksaan dari Yunho, dan juga dengan sedikit kekerasan hingga yang keluar dari bibir kekasihnya adalah isak tangis dan teriak kesakitan. Yunho menyesal telah membuat kekasihnya terluka, dan setelah mendengar desah halus JaeJoong tadi, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat JaeJoong selalu merasa nyaman di setiap sesi intim mereka, tak ada lagi pemaksaan atau kekerasan, hanya ada kelembutan, gairah dan tentu saja cinta.

.

.

JaeJoong duduk bersebelahan dengan Changmin, Yoochun dan Junsu di hadapan mereka, sedangkan Yunho duduk di sofa single di tengah, mengitari meja bersegi panjang yang terletak di kantor manajemen mereka yang baru. Hari ini mereka akan mengadakan press conference, untuk memberitahu media mengenai segala hal yang bersangkutan dengan pindahnya mereka dari manajemen yang lama ke manajemen baru serta memberitahukan kegiatan mereka yang akan datang setelah berpindah manajemen.

30 menit lagi sebelum pertemuan dengan para pencari berita infotainment itu dilaksanakan. Mereka sedang membaca-baca, pertanyaan yang memang sudah akan di tanyakan oleh pembawa acaranya, dan akan ada sesi tanya yang akan diberikan oleh para wartawan.

"Changmin, habiskan dulu makananmu." Suruh JaeJoong, di meja kaca itu hanya tersisa makanan Changmin saja, sementara yang lainnya sudah menghabiskan makan siang mereka dan menaruh bekas makan mereka di sudut ruangan, salahkan saja sang magnae yang memesan makanan lebih banyak dari biasanya, dengan dalih dia harus mempunyai banyak tenanga untuk press conference mereka.

"Suapi aku, hyung. Aku harus menghapal ini semua." Sahut Changmin yang asik membaca kertas-kertas di tangannya.

"Huh, padahal biasanya juga kau selalu menjawab dengan asal." Celetuk Junsu yang jengah melihat tingkah manja Changmin.

"Tidak usah, baby-ah. Changmin sudah besar dia bisa makan makanannya sendiri." Tentu saja kalimat ini terlontar dari bibir tebal Yunho yang melihat kekasihnya itu sudah mengangkat piring dan sendok untuk menyuapi Changmin.

"Aigo." Yoochun hanya menggelengkan kepalanya.

Dan JaeJoong memilih untuk tidak menanggapi cemoohan Junsu atau kecemburuan yang dirasakan oleh Yunho. Tangannya dengan telaten, menyuapi makanan ke mulut Changmin yang sedang sibuk membaca, hal itu tentu saja membuat mata elang Yunho menatap tajam pada kedua orang tersebut.

Tak lama, sang manajer datang memanggil mereka untuk bersiap-siap ke ruangan pertemuan.

"Kalian duluan saja." Kata JaeJoong yang melihat Yunho masih mencibirkan bibirnya, cemberut.

Dan ketiga orang yang lebih muda meninggalkan kedua orang yang lebih tua itu di dalam ruangan berdua saja.

"Hey, Bear." JaeJoong memanggil kekasihnya, tapi tak dihiraukan oleh Yunho, dia malah menenggelamkan dirinya dengan membaca kertas di tangannya.

JaeJoong mendengus kesal. Dia menarik kertas di tangan Yunho dan meleparnya begitu saja ke lantai, setelah itu dia duduk di pangkuan Yunho, menghadap pada wajah kecil Yunho, dan mengalungkan tangannya di leher Yunho.

"Apa kau cemburu pada Changmin?" Tanya JaeJoong.

Yunho menggeram.

"Tidak." Jawabnya singkat seraya menghindari tatapan JaeJoong yang sekarang sedang terkekeh, biar saja kekasihnya itu menganggapnya kekanakan atau apapun itu. Tapi kedekatan JaeJoong dengan Changmin selama ini terlebih ketika JaeJoong sakit, memang benar-benar mengganggunya. Dia pernah sangat takut ketika membayangkan JaeJoong akan jatuh hati pada Changmin yang selalu ada di samping namja cantiknya itu ketika dia sakit.

Dan siapa yang bisa menolak pesona seorang Kim JaeJoong, walau Yunho tahu magnae mereka masih menyukai perempuan, siapa yang bisa mengetahui isi hatinya, bisa saja Changmin malah sudah jatuh hati pada JaeJoong, mengingat bagaimana Changmin memperlakukan JaeJoong dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Aigo.

Padahal Changmin hanya ingin menjaga hyung kesayangannya saja. Dia tidak ingin siapapun terluka, terlebih dia tidak ingin kehilangan ketiga hyungnya lagi. Oleh sebab itulah Changmin sebisa mungkin selalu berada di samping namja cantik itu ketika Yunho tidak bisa berada di sampingnya. Tentu saja Changmin menyayanginya, karena sejak dia remaja dia sudah bersama dengan JaeJoong,

JaeJoong menyatukan dahi mereka.

Dia tersenyum lembut melihat bibir Yunho yang masih mengerucut kesal, diciumnya sekilas bibir yang sudah menjadi candu untuknya tersebut.

"Ayolah, bear. Changmin itu dongsaeng kita, kenapa kau cemburu padanya?" Tanya JaeJoong dengan suara lembutnya. JaeJoong tersenyum begitu merasakan tangan Yunho melingkar di pinggangnya. Namja itu menunduk, menyatukan dahinya dengan bahu bidang JaeJoong.

"Aku hanya takut dia merebutmu dariku. Dia sudah dewasa dan punya aura yang kuat sekarang, aku takut kau malah berpaling padanya."

Tawa JaeJoong meledak mendengar penuturan dari Yunho yang disampaikan dengan suara kecil yang sedikit ragu tersebut. Mendongakkan kembali wajahnya dan melihat Yunho dengan tatapan intens nan menggoda.

"Aigo. Kau benar-benar kekanak-kanakan, Tuan Jung. Changmin selamanya hanya akan aku anggap sebagai adik kecilku. Sekuat apapun auranya sekarang, dia tidak akan bisa membuatku berpaling darimu, karena hanya auramulah yang mampu memenjarakanku."

Mungkin selama perpisahan mereka dulu, JaeJoong terlalu banyak bergaul dan berbicara dengan Yoochun, hingga dia mampu mengeluarkan kalimat godaan seperti itu untuk Yunho. Dan lihatlah, rona merah samar terlihat di kedua pipi Yunho. JaeJoong jadi terkekeh sendiri, bukankah seharusnya dia yang tersipu malu karena perkataan yang dilayangkan Yunho, kenapa kondisi jadi berbalik dia yang menggombal dan Yunho yang tersipu malu.

JaeJoong memberanikan dirinya mengambil langkah terlebih dahulu, mencium bibir Yunho. Karena gemas, ciuman itu dengan cepat menjadi sebuah lumatan kasar yang penuh dengan nafsu. Tiba-tiba JaeJoong menginginkan Yunho sekarang. JaeJoong menarik tengkuk Yunho lebih dekat, agar ciuman yang didominasi olehnya bertambah dalam.

Menelusupkan lidahnya kedalam mulut Yunho, mencari lawannya, menurusi rongga hangat nan lembab milik kekasihnya, mengelus rentetan halus gigi Yunho, kemudian kembali bertemu lawannya, membelitnya dan kadang menggodanya. Tangan di tengkuk Yunho berpindah menjambak rambut tebal itu, menyalurkan keinginan yang sudah dihapal betul oleh Yunho, setiap kali ia melakukan gerakan tersebut.

Mendapatkan sinyal seperti itu, Yunho malah melepaskan ciumannya. Erangan keras terdengar sebagai bentuk protes dari JaeJoong.

"Wae?" Protes JaeJoong, Yunho terkekeh melihat raut kesal yang sengaja tidak di sembunyikan oleh JaeJoong.

"Kita ada press conference sebentar lagi, baby."

"Oh. Dan sejak kapan kau peduli pada itu?"

Yunho terkikik geli melihat wajah frustasi dari JaeJoong, walau sedang marahpun JaeJoong terlihat sangat menggemaskan di matanya. Ibu jari Yunho meraih sudut bibir JaeJoong dan mengusapnya, sedikit basah karena kegiatan mereka berusan.

"Ayolah, baby. Ini adalah kali pertama kita tampil lagi di depan umum setelah kekacauan itu. Kita tidak boleh terlambat." Yunho mencoba memberikan pengertian.

"Geude-"

JaeJoong beringsut dari pangkuan Yunho.

"Aku tahu kau bosan padaku. Pasti tubuh Boa lebih indah dari tubuhku, jadi kau tidak mau lagi bercinta denganku.Arraso, aku mengerti."

Sigh.

Yunho tersenyum, bahkan merajuk seperti inipun, JaeJoongienya tetap menggemaskan. Mengerucutkan bibirnya dan sekarang melangkah menuju pintu keluar dengan kaki yang di hentak-hentakkan karena tidak mendapatkan respon darinya.

Dengan langkah santai, dia meraih tubuh JaeJoong, mendekapnya dari belakang.

"Lepaskan aku beruang jahat." Teriak JaeJoong sambil meronta kecil memang tak berharap akan sampai lepas dari kukungan Yunho.

"Kau jadi seperti seorang wanita yang sedang merajuk kalau seperti ini."

JaeJoong berdecak kesal

"Aku ini pria tulen, Yun, bukan perempuan."

Yunho membalikkan tubuh kekasih cantiknya, mengeratkan pelukan dipinggang ramping JaeJoong yang sudah mulai berisi kembali.

"Arraso. Tapi seorang namja tulen tidak akan merajuk seperti itu."

"Eoh? Memangnya aku harus bagaimana? Memukulmu? Atau menendangmu?"

Tawa renyah terdengar.

Ya Tuhan, kenapa dulu dia bisa-bisanya menyakiti kekasihnya yang sangat menggemaskan.

"Kau berhak memukulku untuk semua perlakuan kasarku padamu. Kau boleh menendangku hingga aku tak bisa bangkit lagi untuk semua air mata yang mengalir dari mata indahmu. Dan kau harus tahu kalau Jung Yunho akan tetap mencintai Kim JaeJoong walau aku tak bisa membuka mataku lagi."

JaeJoong mengerjapkan matanya beberapa kali, raut wajahnya berubah melembut.

"Kenapa kau berkata begitu, Bear. Kau bicara seperti akan meninggalkanku."

Yunho mengecup bibir JaeJoong selama beberapa detik, menyalurkan kasih sayang yang begitu besar untuknya.

"Aku pernah memiliki niat untuk meninggalkanmu, dan hasilnya aku hampir saja kehilangan dirimu untuk selama-lamanya. Aku tidak akan mengulang kebodohanku untuk yang kedua kalinya. Sekarang, apapun yang terjadi aku akan berusaha mempertahankanmu tetap berada di sampingku."

JaeJoong tersenyum, puas dengan perkataaan namjachingunya. Ia melihat kesungguhan dan tekad yang begitu besar terpancar dari mata Yunho, dan dia tahu namja itu tidak akan mengingkarinya. JaeJoong mempercayai Yunho seperti dia mempercayai dirinya sendiri.

"Aku tak akan pernah bosan mengatakannya, JaeJoongie. Aku mencintaimu."

Manik mata JaeJoong terlihat berkaca-kaca sekarang, senyum simpul di layangkan pada Yunho.

"Aku lebih mencintaimu, Yunho-ah."

Hati Yunho berdesir pelan, mengantarkan kehangatan keseluruh tubuhnya. Dia sudah sering mendengar kata cinta dari bibir JaeJoong, tapi entah mengapa saat ini, perkataan itu seperti baru di dengarnya untuk yang pertama kali. Menimbulkan letupan-letupan kebahagiaan bagi dirinya.

Didekatkan wajahnya perlahan, sangat perlahan, mata tajamnya menatap langsung ke manik hitam JaeJoong, tanpa berkedip, seakan kekasihnya akan hilang jika dia berkedip sekali saja. Keduanya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu dalam. Nafas mereka menderu halus, mengantarkan hangat pada kulit wajah pasangannya, ujung hidung mereka bersentuhan. JaeJoong kali ini memejamkan matanya, perlahan.

"YA! Apa yang kalian berdua lakukan?"

Dan mata itu kembali terbuka lebar, saling menatap, lalu menoleh pada namja yang berada tepat di hadapan mereka, dan baru sadar kalau mereka berdiri hanya beberapa langkah saja dari pintu masuk ruangan tersebut.

Namja jangkung yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu buru-buru menutup pintu di belakangnya, takut jika ada wartawan atau siapapun yang melihat kedua hyungnya dengan pose yang tidak biasa. Changmin menarik JaeJoong kesampingnya, merangkul pundak lebar hyung tertuanya dengan sayang.

"Pantas saja, kalian lama, eoh. Rupanya kalian malah berhubungan intim disini."

JaeJoong mencubit perut datar Changmin hingga si jangkung meringis kesakitan.

"Jangan bicara sembarangan, Shim Changmin. Dan jangan menyentuh kekasihku seenaknya."

Ah.

Rupanya Tuan Jung kita masih cemburu pada magnaenya. Baru saja tangannya terulur untuk menarik kembali baby nya, Changmin keburu menepis tangan Yunho.

"Tidak akan kubiarkan JaeJoong hyung kembali kepelukanmu dan kau mengacaukan perss conference kita."

"Mwo? Kau pikir siapa yang menggodaku tadi, JaeJoong hyungmu dulu yang menyerangku." Yunho tak terima dengan tuduhan Changmin, tapi perkataannya malah membuat si cantik cemberut, dan karena malu diapun mempunyai rencana untuk kekasih tampannya.

"Changmin-" JaeJoong merengek pada sang magnae, menarik-narik ujung jas casual yang dikenakan Changmin, mata Yunho membulat tak percaya pada tingkah JaeJoong.

"Benar kan, kau mau nyerang JaeJoong hyung. Demi Tuhan, Yunho hyung kalian sedang berada di kantor sekarang, tidak bisa kah kalian menunggu sampai di rumah? Aigo."

Yunho semakin tak percaya mendengar kata-kata dari sang magnae, belum lagi JaeJoong menjulurkan lidah meledeknya dalam rengkuhan namja jangkung itu.

"Sudahlah, ayo cepat, yang lain sudah menunggu." Changmin menuntun JaeJoong keluar dari ruangan itu. Yunho mendengus kesal, merasa tak di acuhkan dan sekarang namja cantiknya sedang berada dalam rangkulan hangatnamja jangkung yang membuatnya cemburu.

"YA! Tunggu aku, dan lepaskan rangkulanmu itu Shim Changmin."

.

.

"Kemana saja? Kita sudah terlambat dari jadwal kita." Tanya Junsu ketika Changmin datang sambil berangkulan dengan JaeJoong dan Yunho mengikuti dari belakang sambil menggerutu.

"Aku harus menyelamatkan JaeJoong hyung, dari cengkraman beruang jahat dulu." Jawab Changmin. Junsu dan Yoochun mengerenyit bingung, namun melihat JaeJoong yang tersipu malu dan Yunho yang terus mengomel tak jelas mereka jadi tahu maksud perkataan Changmin.

"Aigo, jangan bilang kau ingin menerkam JaeJoong hyung disini, Yunho hyung?" Terka Yoochun, JaeJoong tertawa keras.

"Jangan sembarangan bicara." Ujar Yunho tak terima.

Hey.

Mengapa tetap saja dia yang disalahkan atas perilaku yang eum- sedikit mesum, mungkin. Padahal tadi JaeJoongbaby-nya duluan yang menggodanya dan menyuruhnya untuk tidak memedulikan perss conference mereka, dan sekarang dia yang disalahkan. Apakah imagenya selama ini memang pervert hingga dongsaengnya menuduhnya seperti itu?

Aigo.

Ah. Sudahlah, toh dia sangat bahagia bersama dengan mereka disampingnya. Yoochun yang selalu dapat bersikap dewasa dan tenang, namun tak jarang akan bersikap konyol jika sudah berhadapan dengan dua orang yang berumur lebih muda darinya. Junsu yang selalu ceria dan bersikap konyol dengan banyolan tak lucu namun itulah yang membuatnya jadi lucu, namja yang sangat energik. Changmin yang selalu bersikap cool dan tak lepas untuk menggoda semua hyungnya, namun bisa sangat melindungi dalam waktu yang bersamaan.

Yang paling penting.

Disisinya ada seorang malaikat yang diturunkan ke bumi untuk menemaninya, sepanjang hidupnya. Seseorang yang akan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga dia pertahankan hanya untuk dirinya saja. Kim JaeJoong. Si cantik yang belasan tahun bersamanya dalam suka dan duka. Namja yang memiliki cinta yang tak terhingga untuknya. Namja yang paling dia cintai.

Bukankah dia begitu beruntung memiliki semua orang itu.

"Hey, sudah waktunya masuk. Cepatlah." Manajer mereka memberitahu dan membukakan pintu ruang serba guna di kantor manajemen baru mereka.

Kelima orang itu bertatapan, lalu mengangguk bersamaan.

Yunho berjalan terlebih dahulu, memimpin membernya yang lain. JaeJoong mengikutinya dengan senyuman manis, diikuti sang magnae yang tersenyum paling cerah yang pernah dia miliki, kemudian si ceria Junsu, dan Yoochun yang memasang wajah serius namun ramah.

Mereka berdiri menghadap para wartawan dengan kamera yang mengeluarkan blitz dan suara khas ketika memotret. Memberikan senyuman merekah yang paling indah.

Hana

Dul

Set

"Annyeong haseyo Dong Bang Shin Ki imnida."

.

.

.

.

.

.

THE END