MARIONETTE

Setting : Semi-Canon

Ratting : T semi M, buat jaga-jaga

Genre : mystery, friendship, supernatural

Disclaimer : Saya cuma numpang pinjam. Naruto selalu © Masashi Kishimoto


- PROLOGUE -

Kakashi memacu langkahnya melewati dahan-dahan pohon mengikuti Pakkun. Sesekali terdengar samar salakan beberapa anjing kuchiyose miliknya di belakang, membimbing anggota ANBU lainnya untuk bergegas mengikuti Kakashi. Tujuan mereka adalah sebuah bangunan rahasia bawah tanah di hutan terpencil yang berbatasan dengan negara Hi dan Oto. Bangunan yang diduga menjadi markas salah satu buronan tingkat S yang paling dicari di seantero dunia shinobi, yang akhirnya berhasil mereka lacak.

Begitu memasuki jantung hutan, mendadak Pakkun berbelok ke kiri, lalu berhenti di depan sebuah reruntuhan bangunan tua yang tampak seperti kuil kecil. Dilihat sekilas, bangunan itu terlihat memancarkan aura hitam.

"Di sini?" tanya Kakashi begitu Pakkun berhenti. Hidungnya langsung mengerut ketika mengenali bau apak yang menguar samar dari sesuatu yang tadinya pintu.

"Yah ... semoga beruntung." Dengan itu, Pakkun melepaskan panggilan kuchiyose Kakashi dan menghilang.

Kakashi langsung waspada. Pakkun adalah anjing ninja terlatih dan terbiasa berhadapan dengan pertempuran. Tapi bila Pakkun sampai menghilang bahkan sebelum bertemu musuh, berarti anjing itu membaui sesuatu yang lebih gelap daripada sekedar musuh.

Tangan kanan bersiaga menarik pedang pendek, tangan kiri bersiap mengeluarkan kunai. Kakashi pun melangkah perlahan memasuki kuil.

Bau apak yang tadi samar kini makin jelas tercium. Bau anyir darah. Bau itu menuntun Kakashi menuju ke sebuah pilar batu retak di sebelah kanan kuil. Di balik pilar, di lantai, terdapat pintu tingkap dari batu yang sudah hancur. Tapi berbeda dengan semua yang ada di kuil, pintu tingkap ini kelihatannya baru hancur.

Sambil mengernyit, Kakashi berjongkok untuk memeriksa lubang hitam yang menganga di lantai. Dan saat itulah, tiba-tiba sesosok bayangan hitam menerjang ke arah wajahnya.

Kakashi menghindar tepat waktu, tapi pipi kirinya tergores oleh sesuatu yang tajam. Ia berkelit ke kanan dengan menggunakan tangannya sebagai tumpuan, lalu melempar kunai dengan tangan kiri.

Kunainya menancap di kursi kayu lapuk. Penyerangnya melarikan diri. Tapi kunai itu tidak menancap sia-sia. Ada sesuatu yang tersangkut di ujungnya.

"Menemukan sesuatu?" tanya seseorang di belakang Kakashi.

"Yah ..." Kakashi menyodorkan secarik kain lusuh berwarna kecokelatan kepada si pendatang baru—seorang pemuda berambut hitam. Si pemuda membuka topeng putih yang dikenakan, lalu meneliti kain itu secara saksama dengan kedua bola mata merahnya.

"Tidak buruk juga. Tapi sebaiknya kita bergegas sebelum musuh menyadari. Anjingmu?"

"Akan kupanggil ulang."

Dua orang anggota ANBU muncul setelah Kakashi memanggil Pakkun kembali, disusul oleh dua tim ANBU lain dan beberapa ekor anjing kuchiyose. Setelah mendengar penjelasan singkat Kakashi, anggota ANBU yang tersisa berpencar ke segala arah mengikuti anjing-anjing kuchiyose.

Kembali ke dalam, Kakashi tidak menemukan Itachi di posisinya yang tadi. Itu artinya, Itachi telah lebih dulu masuk ke bawah melalui lubang di lantai. Tanpa memelankan langkah, pria berambut kelabu itu lalu menyusul rekannya ke ruang bawah tanah melalui lubang di lantai. Serta merta, Kakashi menutup hidung.

Sangat memuakkan. Bau udara di ruang bawah tanah yang temaram itu sangat memuakkan. Namun Kakashi dapat menyesuaikan diri begitu kakinya menyentuh anak tangga terakhir. Ia coba untuk membatasi asupan udara yang dihirupnya.

Bau busuk, itu yang pertama. Pemandangan di ruang bawah tanah yang cukup luas itu kemudian membuat Kakashi kembali tersentak.

Pencahayaan di sana agak temaram, tetapi mata tajam Kakashi dapat mengenali pemandangan yang tak ada bedanya dengan isi neraka.

Darah dan potongan tubuh memenuhi ruangan. Dan seakan belum lengkap, ceceran daging busuk bertebaran di mana-mana. Bau kimia menyengat dan potongan-potongan dari replika seukuran manusia yang sudah rusak. Meja kerja yang dipenuhi dengan kertas-kertas ternoda darah, tabung percobaan dan berbagai peralatan tajam berlumuran darah yang terlihat kejam.

Dan di depan meja kerja itu, berdiri sosok Itachi yang tampak tepekur mempelajari kertas lusuh di tangannya.

"Apa yang kaudapat?" tanya Kakashi.

Itachi terdiam sejenak sebelum menyerahkan kertas di tangannya pada Kakashi. "Kurasa semacam bagan percobaan pembuatan boneka mekanik. Tapi dari jenis yang lebih tinggi. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Menggabungkan jaringan dari tubuh mayat dengan benda mati? Yang benar saja."

"Jadi, musuh kita kali ini orang gila."

"Yah. Tapi mungkin juga orang gila yang jenius. Lihat saja catatannya. Sangat detail."

Kakashi lalu ganti memerhatikan catatan kecil yang terbuka di tengah meja. Tulisan tangan rapi kecil-kecil memenuhi seluruh kertas yang ada di dalamnya. Isinya mengenai detail penyusunan boneka mekanis dengan berbagai tipe senjata, serta daftar jenis boneka yang dibuat.

"Orang gila jenius yang berbahaya," gumam Kakashi kemudian. Dilihat dari tipe senjata yang dipasangkan pada badan boneka, terkesan bahwa pembuatnya sedang merancang suatu pasukan penghancur.

"Tapi tidakkah menurutmu aneh?" Itachi bertanya sambil menelusuri buku-buku yang berjajar di atas meja. "Ruangan ini terlalu kosong."

Kakashi melihat sekeliling, lalu paham apa maksud Itachi barusan. Ruangannya memang penuh dengan darah dan potongan tubuh. Tapi hanya itu. Potongan di mana-mana. Tidak ada satu sosok pun yang utuh, baik mayat maupun boneka. Untuk ukuran laboratorium percobaan boneka mekanis organik, seharusnya ada setidaknya satu atau dua model yang sudah jadi.

Kakashi mendadak ingat dengan penyerangnya sebelum ini. Tapi tetap saja terasa janggal. Bila penyerang Kakashi barusan adalah pemilik ruangan ini, maka dikemanakan boneka percobaan yang sudah jadi?

"Tempat ini harus diperiksa secara menyeluruh dan ..."

"Kakashi-san!" potong seseorang dari arah atas. Seorang ANBU berdiri di beberapa anak tangga teratas. Meski wajahnya tertutup topeng putih, tapi dari suaranya, Kakashi mengenalinya sebagai Tenzou. "Kami berhasil menemukan sesuatu, tapi..."

Kakashi berpandangan dengan Itachi, lalu menyusul Tenzou ke atas. Di sana, tiga orang anggota ANBU dan dua ekor anjing kuchiyose menyambut mereka. Salah seorang di antaranya menyodorkan sesuatu begitu Kakashi menghampiri.

"Ini?" tanya Kakashi meski dalam hati ia sudah bisa menebak benda apa itu.

"Jubah dari bahan yang sama dengan potongan kain ini," kata ANBU wanita berambut panjang tersebut. "Kami kehilangan dia."

Ternyata bukan hanya gila yang jenius, tetapi juga berbahaya dan gesit.

"Minta Hokage menambah personil," kata Kakashi cepat. "Lalu bagi menjadi dua tim, yang melacak dan yang memeriksa. Adakan pemeriksaan menyeluruh untuk ruangan di bawah. Kirim juga beberapa orang dari kalian untuk menyebarkan peringatan ke negara aliansi."

Dengan itu, keempat anggota anbu yang ada, termasuk Tenzou, segera bubar. Itachi melangkah perlahan diikuti oleh kedua anjing Kuchiyose. Kakashi menyusul kemudian. Namun ketika kakinya menginjak ambang pintu, tanah di belakangnya meledak. Karena terlambat menyadari, Kakashi terkena imbas ledakannya. Itachi juga kena, tapi karena jaraknya lebih jauh beberapa meter, lukanya tidak separah Kakashi, sedangkan kedua anjing kuchiyose langsung menghilang.

"Si...sial!" Kakashi merayap dengan susah payah, berusaha menjauh dari puing-puing bangunan. Dia lengah. Mereka semua lengah. Musuh selangkah lebih maju.

Suara ledakannya membuat keempat anggota ANBU yang sebelumnya pergi lebih dulu kembali lagi. Kakashi dan Itachi segera mendapat pertolongan pertama.

Setelahnya, Tenzou mengambil alih. Dia meminta dua orang dari mereka menyisir area sekitar. Tenzou sendiri maju untuk memeriksa puing-puing kuil. Namun ia kembali dengan tangan kosong. Sebuah makian keluar dari mulutnya.

Kakashi memanggil Tenzou dengan suara parau, tapi nadanya tetap tenang. Ia meminta Tenzou untuk mengambilkan sebuah buku dari tas kecil yang kini tergeletak di sampingnya. Meski bingung, Tenzou tetap menuruti permintaan Kakashi.

Di dalam tas kecil Kakashi, ada sebuah buku kecil bersampul hitam. Di dalamnya penuh dengan gambar detail rancangan boneka mekanis.

"Ini?"

"Sedikit barang bukti ..." Kakashi menjelaskan dengan mata terpejam, mencoba menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Dan yang ini," tambah Itachi. Ia duduk bersandarkan sebuah batang pohon. ia menunjukkan sebuah kertas lusuh terlipat dengan tangan kiri. Tangan kanannya yang berlumuran darah terkulai lemas di sampingnya.

Tenzou mengambil kertasnya, lalu mengamati isinya. Sebuah diagram penggabungan material organik dengan material mekanis.

"Sedikit bukti lebih baik daripada tidak sama sekali." Itach bergumam.

Tenzou sedikit bernapas lega. Pengejaran mereka masih jauh dari selesai, tapi setidaknya tidak buntu. Masih ada harapan. Sekarang yang perlu ia lakukan adalah memanggil tim medis agar Kakashi dan Itachi dapat dievakuasi dengan lebih baik.

Meski demikian, ada satu yang tidak ikut merasakan harapan yang mengambang tipis tersebut. Dari kejauhan, seseorang mengamati semuanya. Cabang pohon tempatnya berdiri berada di tempat yang sedemikian rupa, sehingga ia dapat melihat dengan jelas tapi tetap tersembunyi.

Orang itu lalu berdecak kesal. Tangan kanannya mencengkeram cabang muda hingga patah, sedangkan cengkeraman tangan kirinya semakin erat pada kunai yang sedikit ternoda darah. Musuhnya lolos dan pihaknya ikut menderita kerusakan. Seluruh rencananya jadi berantakan. Kalau seperti ini, mau tidak mau, ia harus mengulang semuanya dari awal lagi. Dan itu bukannya tidak butuh waktu, padahal sekarang waktunya semakin sempit.

Mengingat itu, ia kemudian menancapkan kunainya dengan gusar ke batang pohon di sebelahnya. Kemarahannya mulai merambat naik. Namun sesaat kemudian, ia mengerjap.

Ia menelengkan kepalanya ke kiri, mendengarkan.

"Maaf," kata orang itu kemudian sambil menghela napas, "aku sedikit lepas kendali tadi."

Ia mendengarkan lagi. "Baiklah, kalau itu keinginanmu."

Orang itu lalu mengemasi barang bawaan yang ia letakkan di dekat kaki dan berbalik. Sebelum ia melesat menuju pohon di seberang, ia menoleh ke arah kumpulan orang-orang di dekat puing kuil untuk terakhir kalinya.

Mendadak sebuah ide muncul di benaknya. Sedikit ceroboh dan mungkin berbahaya, tetapi layak untuk dipertaruhkan. Ia pun menyeringai tipis. Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali.


Saya kembali setelah resurrect dari hiatus :) Semoga bisa enjoy membacanya :)

Makasih buat Suu Foxie yang udah jadi first reader buat fic ini. Doakan sajo semoga chapter lanjutannya cepat kelar a.k.a gak buntu ide a.k.a gak males, hehehe

Saran, komen, review, angpao *ehh, silahken masuk ke kotak review ya :)