Title :TheVongola

Genre :Family / Friendship

Rated :T

Disclaimed :KHR © Amano Akira

Warning :bad grammar!, OOC!, Strong!Tsuna, Smart!Tsuna

.

Summary :Vongola dihancurkan oleh Vongola Primo—Taru Giotto, saat ia memutuskan untuk keluar dari Vongola, karena menganggap Ricardo hanya akan menjadikan kelompok Vigilatenya menjadi kelompok mafia. Cincin yang dibuat oleh Sephira bersama dengan Mare Ring dan juga Pacifier Arcobaleno—Vongola Ring, pada akhirnya menghilang bersama dengan nama Vongola. Ricardo pada akhirnya membuat kelompok Varia dan menjadi kelompok mafia terbesar di Sicilly. Bagaimana jika suatu hari cincin Vongola ditemukan oleh seorang anak bernama Sawada Tsunayoshi yang juga bertemu dengan sesosok hantu bernama Taru Giotto—sang pemimpin Vongola yang hilang itu?

.

Chapter 2, Right Hand Man

.

Ia tidak pernah merasa keberatan saat sang boss sekaligus sahabatnya itu mengatakan kalau jiwa mereka akan terkunci saat mereka memutuskan untuk menyembunyikan cincin Vongola. Ia tahu kalau Giotto tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang serius seperti itu tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

'Aku ingin mencari seseorang yang bisa mengerti apa yang menjadi tujuan kita G…'

Satu kalimat itu yang mengukuhkannya untuk mengikuti apapun yang dikatakan oleh Giotto padanya. Semenjak ia meninggal, ia terus mendiami cincin itu menunggu seseorang yang menurutnya pantas untuk mendapatkan posisi pemegang cincinnya.

Entah sudah berapa lama ia menunggu, hingga akhirnya waktu itu tiba.

"Tuan muda!" suara itu tampak mengalihkan perhatiannya. Menatap seorang anak kecil yang berlari dari kejaran beberapa pelayan. Pria berambut merah itu tampak duduk dan melihat pemandangan yang ada di depannya. Tempatnya menyembunyikan cincin itu sekarang menjadi sebuah markas mafia yang tidak cukup besar.

Dan sebenarnya ia cukup kesal dengan semua itu.

Saat ia melihat sang bocah berada di dekatnya muncul, yang ia lihat saat itu adalah cerminan dari dirinya dulu. Oke, ia memiliki wajah yang mirip dengannya kecuali warna rambut dan matanya.

"Aku benci mereka semua, aku tidak suka orang-orang mafia itu," bergumam sendiri sambil duduk di balik pohon yang ada di hutan itu. G yang hanya menatapnya menghela nafas, ia sendiri tidak tahu perasaan apa yang membuatnya mempercayai bocah itu.

Namun yang ia tahu, hal yang ia lakukan setelah itu adalah mengeluarkan flame merah di cincin yang menyegel jiwanya itu. Membiarkan bocah itu yang setelahnya melihat warna flame itu mendekat dan mengambil cincin Storm miliknya.

"Cincin apa ini," melihat cincin itu dengan perasaan penasaran sebelum G menampakkan sosoknya tepat di depan bocah berambut perak itu. Melihat sesuatu yang muncul, membuatnya menoleh dan tampak terkejut, "si—siapa kau?!"

"Aku adalah pemilik cincin itu… dulu…" kata-kata terakhirnya terbisikkan begitu saja seolah tidak ingin terdengar oleh siapapun.

"Bagaimana kau bisa tiba-tiba muncul," bocah itu mencoba untuk menyentuh G sebelum menemukan kalau tubuh pria didepannya itu tembus pandang. G yang sudah siap disangka hantu hanya bisa menghela nafas, "jangan-jangan kau—"

"Aku bukan—"

"KAU U.M.A bukan?!" dan tiga kata yang langsung membuat G terjatuh dari tempatnya berdiri. Menatap sang bocah yang kini melihatnya seolah ia adalah sesosok barang antik yang sangat menarik perhatiannya. Bahkan ia tidak tahu apa yang dimaksud dengan U.M.A.

"Aku bukan U.M.A atau apapun itu, cincin itu adalah milikku…"

"Kalau begitu kukembalikan," jawabnya tampak tidak tertarik sama sekali. Mencoba untuk kabur saat G tetap berada di hadapannya dengan tangan yang tersilang di depan dadanya, "apa lagi?"

"Kau—benci mafia?"

"Kalau bisa kau ingin memusnahkan semuanya," menatap dengan tatapan kesal, dan G hanya mengamati sebelum duduk di salah satu bagian yang ada di pohon itu.

"Duniamu sudah dipenuhi oleh para mafia, apakah kau fikir bisa kabur begitu saja?" bocah itu tampak terdiam, menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apapun sebelum G melanjutkan perkataannya lagi, "apakah kau tahu tentang Varia?"

"Tentu saja…"

"Bagaimana dengan Vongola?" kali ini bocah itu menatap G dengan tatapan bingung seolah ia mengatakan hal gila.

"Apakah itu salah satu kelompok mafia?" sebenarnya ia sudah menyangka kalau bocah ini akan tidak mengetahui apapun tentang Vongola. Bagaimanapun Vongola tidaklah terkenal setelah beberapa lama menghilang.

"Varia Primo, membentuk Varia dengan acuan kelompok Vongola—" membulatkan matanya, tampak anak itu menjadi tertarik dengan apa yang akan dikatakan oleh G. Tampak tersenyum samar saat melihat bagaimana antusiasnya anak itu seolah ia sedang menceritakan dongeng sebelum tidur.

Menceritakan semua hal tentang Vongola sedetail-detailnya, dan bocah itu tampak mendengarkan dengan sangat serius. Sesekali mengangguk sambil berfikir sesuatu tentang cerita itu.

"Lalu, sebenarnya—kenapa Giotto-san memusnahkan Vongola ketimbang memberikannya pada adik sepupunya?" menatap G yang tampak memikirkan jawabannya sebelum tersenyum pada sang bocah di depannya.

"Giotto tidak pernah membenci kelompok mafia, tetapi ia juga tidak menyukai mafia—ia memiliki kemampuan yang disebut Hyper Intuition yang membuat Ituisinya hampir 100 persen benar. Itulah makanya ia mengetahui kalau ia menyerahkannya pada Ricardo, Vongola akan menjadi kelompok mafia…"

"Jadi, cincin ini yang dibilang kekuatan yang hilang? Sama hebatnya dengan Pacifier milik Arcobaleno—" mengamati cincin itu dan tampak tersenyum, "—dengan ini aku bisa menghancurkan para mafia bukan?"

"Bodoh, aku memberikanmu itu bukan untuk meghancurkannya—" bocah itu menatap kearah G dengan tatapan bingung, "—aku ingin kau membangun kembali Vongola bersama para pemilik cincin lainnya…"

'Ia memang tidak pernah sabar melakukan sesuatu—' G tampak menghela nafas dan menatap Gokudera yang menunggui Tsuna di Rumah Sakit. Setelah kejadian itu, tentu saja sang pemilik Storm Ring itu segera membawa Tsuna ke Rumah Sakit, 'aku melihat cincin itu, namun kenapa Giotto tidak ada…?'

"Tsuna!" suara itu membuatnya menoleh untuk menemukan pemuda yang mirip dengan Giotto—sangat mirip. Kalau tidak salah, ia memang pernah melihat info tentang Sawada Ienari—adik kembar dari Tsunayoshi. Dan tentu saja diatas bahunya tampak sang sun arcobaleno duduk seolah itu adalah sebuah kursi.

"Bagaimana keadaannya?" Ienari menoleh pada Gokudera yang baru sadar dengan kehadiran Ienari dan juga Reborn saat itu. Tetapi ia hanya diam dan menghela nafas, menoleh kembali pada Tsuna yang masih belum sadar di depannya.

"Aku akan meninggalkan kalian berdua, maafkan aku—" menunduk dan berjalan keluar dari kamar. G yang mengerti kalau bocah itu ingin sendiri pada akhirnya hanya diam dan tidak mengikuti Gokudera.

"Tsuna…" suara itu yang tampak pelan, namun masih bisa terdengar oleh G. Ia menoleh dan melihat sosok yang diselimuti oleh flame berwarna orange di dekat tempat tidur dari pemilik Vongola Sky Ring itu. Matanya membelalak, namun ia sama sekali tidak terkejut. Ia tahu kalau Giotto akan datang—dan itu adalah salah satu alasan kenapa ia tidak mengikuti Gokudera.

Berjalan mendekat, ia menepuk pundak pemuda berambut kuning itu, membuat yang bersangkutan tampak terkejut dan segera menoleh untuk menemukan G yang tampak tersenyum kearahnya.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu—Giotto…" tidak ada jawaban untuk sejenak, namun yang ia dapatkan saat itu adalah sebuah pelukan yang tampak ditujukan padanya. Sangat erat dari pemuda berambut kuning yang ada di depannya.

"G—aku merindukanmu…"

"Bakka—tidak perlu kau katakan itu," menghela nafas dan tersenyum menepuk kepala Giotto yang masih memeluknya, "maaf karena penerusku sepertinya membuat bocah ini terluka…"

"Jadi benar kalau pemuda yang mirip denganmu itu adalah pemilik Storm Ring yang selanjutnya?" Giotto menatap G yang mengangguk pelan. Sepertinya Giotto sudah bertemu dengan Gokudera—walaupun saat itu ia sama sekali tidak tahu tentang cincin miliknya yang ada ditangan bocah itu, "seharusnya aku tidak kaget, saat melihat anak itu rasanya aku melihat kau saat masih kecil G."

Tertawa, sementara yang bersangkutan tampak menggerutu dan menatap Giotto dengan tatapan tajam.

"Ngh—" suara pelan itu terdengar dari sang pemuda yang tampak terbaring diatas tempat tidur. Giotto maupun G tampak menoleh untuk menemukan Tsuna yang mengerjapkan matanya dan menoleh sekelilingnya.

"Tsuna, kau sudah sadar!" Ienari tampak benar-benar cemas pada kakak kembarnya itu. Mencoba untuk membantunya duduk saat ia melihat kalau Tsuna mencoba untuk bergerak, "hei, jangan bergerak dulu!"

"Ittei—" memegang bahunya yang terkena luka tembak itu, melihat Reborn dan juga Ienari yang ada di depannya, "—eh, kenapa aku ada disini?"

"Gokudera-kun membawamu, aku sendiri juga tidak tahu. Dan saat sampai ia pergi begitu saja," Ienari yang menjawab pertanyaan dari Tsuna. Mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum Tsuna mengingat para penyerang yang hendak menyerang Ienari.

"Ah, dimana Gokudera-kun seka—" menoleh saat melihat Giotto bersama dengan seorang pemuda berambut merah, membuatnya sedikit tersentak karena baru sekali itu ia melihat sosok yang hampir sama dengan Giotto saat itu.

"Tsuna?"

"Ti—tidak apa-apa…"

"Lalu, kenapa kau sampai terluka seperti ini dame-Tsuna?" Reborn menoleh dan menggunakan nada yang tampak datar dan juga pelan. Membuat siapapun yang mendengarnya tersentak dan merinding.

"E—entahlah, tetapi saat aku akan pulang ke rumah ada suara keributan di sekolah dan aku mencoba untuk melihatnya. Saat itu, aku melihat beberapa orang tampak berada disana, dan ketika itu mereka menodongku dengan pistol, dan—semuanya gelap…"

"Reborn," Ienari tampak menatap sang Arcobaleno, mengetahui kalau kakaknya dalam bahaya. Yang ia tahu Tsuna hanyalah orang biasa yang tidak terlibat dengan mafia. Namun tentu saja karena kemiripannya dengan Ienari membuat para musuh Vongola mengincarnya juga.

Tsuna melihat Reborn dan Ienari yang tampak seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Aku sudah tidak apa-apa Ienari-kun, Reborn-san—aku ingin tidur saja, jadi kalau kalian ingin pulang tidak apa-apa," tersenyum seolah mengetahui apa yang diinginkan oleh Reborn dan Ienari. Terdiam sejenak, sebelum Ienari mendengus dan berdiri dari tempatnya duduk.

"Intuisimu sejak dulu selalu saja kuat, baiklah—aku tidak akan memberitahu kaa-san tentang ini," Tsuna tertawa mendengar perkataan dari adiknya itu. Walaupun intuisinya memang kuat, tetapi tentu saja Ienari juga diwarisi dengan kekuatan itu, "aku akan kembali besok, akan kukatakan pada Hibari-san."

"Hm, baiklah—" Ienari tampak membuka pintu dan menutupnya. Keluar bersama dengan Reborn yang tampak masih nyaman duduk di bahunya. Tsuna menghela nafas, sambil bergerak duduk di tepian ranjang.

"Jadi, anda adalah G-san?" Tsuna tersenyum kearah pria berambut merah di samping Giotto saat ini. G menoleh pada Tsuna sebelum mengangguk pelan, "Giotto-san sering menceritakan tentangmu, senang ternyata aku bisa bertemu dengan anda."

"Maaf karena bocah itu membuatmu sampai terluka seperti ini Tsunayoshi…"

"Ah tidak apa-apa, lagipula aku yang terlalu ceroboh sampai bisa terluka seperti ini," menghela nafas dan baru saja akan menatap Giotto saat pria itu tampak memeluknya dengan erat saat itu, "G—Giotto-san!"

"Aku benar-benar cemas saat melihatmu terluka! Jangan sampai lengah seperti tadi Tsunayoshi, kau benar-benar membuat jantungku mau copot!" G dan Tsuna tampak sweatdrop mendengar dan melihat bagaimana sang pemimpin Vongola itu tampak menangis karena cemas pada Tsuna.

"Jantungmu sudah tidak berdetak lagi Giotto-san, kalaupun copot kau sudah mati jadi tidak akan apa-apa," perkataan datar yang dikatakan oleh Tsuna membuat Giotto tampak shock dan memojok di pojokan dengan aura gloomy disekelilingnya.

"Kau benar-benar dingin Tsunayoshi…"

"G-san," menghela nafas, Tsuna benar-benar tidak mengerti dengan sifat Giotto yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan, "dimana Gokudera-kun?"

…Flash Back…

Suara ledakan tampak terdengar di salah satu sudut hutan. Bukan hanya sekali namun beberapa kali terdengar seolah sedang terjadi pertempuran di tempat itu. Namun, pada saat mendekat, hanya akan ditemukan seorang anak laki-laki berambut perak yang tampak terluka karena ledakan itu.

"Kenapa aku tidak bisa melakukannya…"

"Kau terlalu memaksakan diri bocah." Sosok roh berambut merah dengan flame merah di sekelilingnya hanya menatap pada bocah itu sambil duduk di atas ranting pohon yang ada di salah satu pohon disana.

"Kalau tidak seperti itu aku tidak akan jadi lebih kuat! Lagipula aku melakukan ini juga untuk bisa menjadi tangan kanan pemegangi Vongola Sky Ring," jawabnya sambil memalingkan wajahnya dari G.

"Kenapa kau ingin sekali menjadi tangan kanan? Kau bisa saja hanya menjadi guardian biasa bukan, kekuatanmu sepertinya sudah cukup untuk itu—" jawabnya sambil memangku dagunya dengan sebelah tangan.

"I—itu karena…" wajahnya memerah dan tidak menjawab pertanyaan dari G yang hanya menatapnya bingung saat itu. Menunggu jawaban yang tidak didapatkannya selama beberapa menit kemudian, "su—sudahlah! Kenapa kau tidak membantuku untuk berlatih kakek tua!?"

"Aku adalah hantu bukan, bagaimana aku bisa bertarung denganmu?"

"Kau bisa saja menyentuh apapun kalau kau mau bukan! Jangan jadikan itu alasan!" tampak kesal dan pada akhirnya hanya berjalan kesal serta mengambil beberapa persediaan dinamit yang ada di dalam tasnya.

"Kau tahu apa yang membuatmu gagal?" mendengar suara G, Gokudera menoleh pada sang pendahulu, "itu karena kau tidak melihat apa yang harusnya bisa kau mengerti…"

"Melihat, apa yang harusnya bisa kumengerti?" memikirkan apa yang dikatakan oleh pria di depannya itu, "perkataanmu membingunkan kakek tua…"

"Kalau kau tidak mengerti apa yang kukatakan suatu saat kau akan membahayakan orang disekelilingmu Hayato."

Gokudera yang keluar dari ruangan Tsuna tampak berada di atas atap rumah sakit. Menghisap rokok yang ada di tangannya dan menyender pada pembatas atap sambil menghela nafas panjang dan berat.

Entah kenapa ingatan itu—tentang perkataan G padanya teringat kembali dan membuatnya kali ini benar-benar memikirkan apa maksud dari perkataan sang pendahulu itu. Berdecak kesal saat tidak menemukan jawabannya, baru saja akan pergi dari sana saat pintu atap tampak terbuka perlahan.

"Ah, ternyata benar disini!" matanya membulat saat melihat pemuda berambut cokelat dengan mata yang senada itu berada disini. Dengan segera mundur cepat hingga membentur pembatas atap dengan wajah memucat, "eh, ada apa?"

"Ke—kenapa kau ada disini?! Tanganmu juga masih sakit bukan!"

"Oh, iya sih tetapi aku khawatir denganmu," menggaruk dagunya dengan telunjuk dan menatap kearah lain selain ketempat Gokudera, "G-san mengatakan kalau kau adalah orang yang cukup nekad, jadi aku memutuskan untuk menyusulmu."

"Ke—kenapa kau harus menghawatirkanku, karena aku kau terluka dan aku hampir saja akan membunuhmu!"

"Memangnya perlu alasan?" memiringkan kepalanya dan menatap Gokudera dengan tatapan bingung, "lagipula kau sudah menyelamatkanku sekali bukan? Kau juga ingin menyerangku karena kau ingin melindungi cincin Vongola!"

"I—itu karena saat itu aku ingin membereskanmu sendiri, aku tidak bermaksud membantumu untuk menyelamatkanmu," jawab Gokudera sambil mencoba untuk menenangkan dirinya. Entah pemuda di depannya terlalu polos atau apa, "siapa orang bodoh yang malah menyelamatkan orang yang sudah mengancamnya."

"Aku." Sekali lagi Gokudera hanya bisa terdiam melihat Tsuna yang tersenyum kearahnya sambil berkata seperti itu, "kalau menyelamatkan seseorang yang ingin kujadikan teman adalah hal yang bodoh, aku ingin menjadi orang yang bodoh untuk seterusnya."

"Maksudmu…"

"Ya, aku ingin menjadi temanmu," mengulurkan tangannya dan tersenyum kearah Gokudera yang masih terdiam dengan mulut sedikit terbuka, "kau… tidak mau menjadi temanku?"

"A—aku tidak hanya akan menjadi temanmu!" memegang tangan Tsuna dengan kedua tangannya dan menatapnya dengan tatapan berbinar-binar seolah anak anjing yang baru saja jinak dengan majikan barunya, "aku akan menjadi tangan kananmu, aku akan membantumu membangun Vongola kembali dan akan mengikutimu serta melindungimu dari apapun boss!"

"B—Boss? A—aku belum memulai membentuk kelompok Vongola lagi, kau bisa memanggilku Tsuna," jawabnya sambil tertawa dan mengibaskan tangannya dengan gugup.

"Tidak bisa boss, karena aku akan menganggapmu sebagai langitku! Kau boleh memanggilku Hayato tetapi aku akan terus memanggilmu boss," Tsuna hanya bisa sweatdrop mendengarnya. Yang benar saja, sepertinya ia pernah mendengarnya dari Giotto tentang hal ini, "berikan aku apapun perintah bahkan untuk membunuh diriku sendiri, dan aku akan melakukannya!"

"H—HIEEE! Ti—tidak Hayato, jangan lakukan itu!"

"Kubalikkan perkataanku untukmu—kenaifannya benar-benar menurun darimu Giotto," sosok G tampak muncul diatas atap bersama dengan Giotto yang tertawa mendengarnya, "yang benar saja, dan ia terlibat dalam dunia mafia dengan keluguanmu itu?"

"Itulah sebabnya aku tidak ingin sampai ia mengetahui segala hal tentang Varia, keluarganya dan semuanya—tetapi itu hanya akan semakin membahayakannya." Giotto tersenyum dan menghela nafas. G menoleh pada sahabatnya itu, "yang bisa kulakukan hanyalah membuatnya lebih kuat tanpa menghilangkan keluguannya itu…"

"Giotto, kau…" G menoleh pada sahabatnya dengan tatapan terkejut, "mengidap Tsuna-complex…"

"Biar saja…"

Suara langkah kaki itu tampak terdengar cepat saat pemuda berambut kuning itu berlari di koridor yang ada di sekolah itu menuju ke salah satu ruangan yang ada di tempat itu. Membukanya, menemukan sosok Tsuna yang sedang mengerjakan laporan bersama dengan Hibari yang berada disana.

"Tsuna!"

"Eh Ienari-kun—HIEE! Hibari-san jangan menghajar Ienari-kun!" Tsuna yang melihat Hibari sudah membawa dua buah tonfa di tangannya tampak mencoba untuk menghentikannya.

"Tanganmu masih sakit, kenapa kau malah masuk sekolah! Bagaimana kalau sampai lukamu terbuka lagi—" seolah tidak menghiraukan Hibari, Ienari segera berlari dan mendekati Tsuna yang memakai tangan lain yang tidak di gips.

"Ah tidak apa-apa, lagipula kalau tidak kulakukan Hibari-san akan memberiku pekerjaan tambahan…" Ienari menatap tajam kearah Hibari yang ada disana. Tiga kali melihat sosok di depannya ini dan semua yang bisa ia lihat adalah kalau seorang Hibari Kyouya selalu membully kakak kembarnya.

"Ada apa Herbivore…"

"Jangan memaksakan Tsuna untuk melakukan pekerjaan dalam keadaan terluka seperti ini!"

"Aku tidak punya hak untuk kau suruh-suruh," jawab Hibari menatap Ienari dengan tatapan tajam. Tentu saja, bahkan Tsuna yang jelas-jelas adalah Kaichou dengan pangkat tertinggi di Namichuu saja bisa disuruh-suruh oleh Hibari bukan.

"Tetapi kau sudah keterlaluan memperlakukan Tsuna seperti itu!"

"A—ano Ienari-kun, Hibari-san…"

"Kalau kau tidak setuju, bagaimana kalau kau coba mengalahkanku," tampak menatapnya dengan tatapan menantang, Ienari yang tampaknya cukup kesal dengan kelakuan Hibari tampak terprofokasi dan sudut bibir atasnya berkedut karena kesal.

"Hei-hei!"

"Baiklah, bagaimana kalau kita buat perjanjian? Kalau aku mengalahkanmu kau tidak boleh menyuruh-nyuruh Tsuna lagi!" menunjuk kearah Hibari yang tampak hanya diam sejenak sebelum mendengus.

"Baiklah, aku tidak perlu hadiah. Bisa mendisiplinkanmu sudah cukup untukku…"

"H—Hibari-san, Ienari-kun…" Tsuna benar-benar tidak bisa apa-apa saat kedua orang itu berjalan keluar ruangannya dengan tatapan intimidasi satu sama lain. Menghela nafas, pada akhirnya ia tidak bisa melakukan apapun dengan kedua orang itu.

"Pekerjaan yang melelahkan Tsunayoshi?" suara itu membuat Tsuna menoleh untuk menemukan G yang tampak muncul tiba-tiba di depannya. Tsuna hanya menghela nafas dan mengangguk pelan, menggunakan ujung pena untuk menggaruk kepalanya.

"Kalau aku tidak menyelesaikannya, Hibari-san akan benar-benar menggigitku sampai mati."

"Dimana Giotto?" G menoleh kekiri dan kekanan untuk mencari sosok yang harusnya ada di dekat sini.

"Tidur?" menunjuk pada sofa yang ada di ruangan itu, sosok Giotto yang tengah tertidur pulas terlihat disana membuat G tampak terjatuh dari tempatnya berdiri karena terlalu shock. Tetapi ngomong-ngomong, apakah hantu seperti mereka memang butuh tidur seperti ini.

"Ia tidak pernah berubah…"

"Oh G-san, dimana Hayato—"

"BOSS!" suara yang menggema bahkan dari balik pintu itu menghentikan perkataan dari G sekaligus menjawab pertanyaan dari Tsuna. Dan beberapa detik kemudian pintu terbuka lebar menunjukkan Gokudera yang nafasnya tampak benar-benar memburu karena berlari.

"Ia berlari dari apartment yang berjarak 30 menit dari sekolah, dan hanya membutuhkan waktu 10 menit," G menerangkannya pada Tsuna yang langsung sweatdrop mendengarnya. Tiga puluh menit ditempuh dalam waktu 10 menit?

"Maaf karena aku baru mengetahui jam bangun anda! Aku akan bangun lebih pagi untuk menyambut anda!" membungkuk 90 derajat didepan meja Tsuna, yang malah membuat Tsuna menjadi sedikit merasa tidak enak dengan perlakuan itu.

"Ti—tidak apa-apa Hayato…"

"Suara apa itu…" Giotto yang sepertinya terbangun karena suara Gokudera tampak bangkit dari tempatnya tidur untuk mendapatkan pukulan telak dari G yang berada di belakang sofa, "Ittei!"

"Sejak dulu kau memang tidak berubah, kenapa tidak membantu Tsunayoshi mencari anggota baru saja?"

"Apakah kau harus memukulku seperti itu terus?"

Tsuna dan juga Gokudera tampak hanya melihat kedua jiwa yang tak kasat mata di depannya itu dengan pandangan sweatdrop. Entah siapa yang boss dan siapa yang tangan kanan disini, tidak terlihat jelas oleh mereka.

"Oh iya Hayato-kun," Tsuna mencari sebuah kertas di dalam laci dan memberikannya pada pemuda berambut perak itu.

"Eh apa ini?"

"Ehm, aku ingin kau menjadi wakilku—" jawab Tsuna tampak ragu. Ya, itu adalah surat yang menyatakan kalau pemuda berambut perak itu menjadi wakil presiden student council di Namichuu. Selama ini Tsuna tidak mencari wakil, dan sebenarnya awalnya Hibarilah yang ingin ia jadikan wakil.

Tetapi tentu saja sang ketua komite kedisiplinan menolak dengan keras.

"Te—tetapi kalau kau tidak mau—" Tsuna menatap Gokudera yang matanya tampak berbinar-binar seolah mendapatkan hadiah besar darinya. Sekali lagi dan untuk kesekian kalinya ia tampak sweatdrop karena itu.

"Itu adalah sebuah kehormatan untukku boss! Tentu saja menjadi wakilmu disini adalah awal untuk menjadi tangan kanan yang baik kelak, aku akan berusaha semaksimal mungkin!" Tsuna bersumpah kalau ia melihat api yang membakar sekeliling Gokudera.

"A—ahaha, senang kalau kau menyetujuinya Hayato…"

"Ia benar-benar mirip denganmu dulu eh?"

"Tch, kau tidak perlu mengatakannya…"

Hibari tampak mengibaskan kedua tonfanya yang tampak berlumuran darah sambil mengusap bibirnya yang tampak berdarah dan terluka. Bukan hanya itu, beberapa dari bagian tubuhnya juga tampak terluka.

Dan itu adalah hal yang tidak biasa dari seorang Hibari Kyouya…

"Wao, aku tidak menyangka kalau ia bisa melukaiku seperti itu—" Hibari tampak tersenyum puas sambil melihat sosok yang ada di depannya, menyender pada pohon yang ada di depannya. Ienari tampak benar-benar babak belur dibuat oleh Hibari.

"ITU BENAR-BENAR TIDAK EXTREME HIBARI!" suara yang tampak sangat keras itu membuat kepalanya berkedut kesal. Menoleh untuk menemukan pemuda berambut putih dengan plester di hidungnya saat itu.

"Berisik kau herbivore—"

"KAU SEHARUSNYA TIDAK MENGHAJARNYA SAMPAI SEPERTI INI!" pemuda itu tampak menghampiri Ienari dan mencoba untuk memeriksanya. Hanya ada luka memar dan juga luka gores, tentu saja tidak terlalu parah.

Membuka perban yang ada di tangan kanannya, sebuah cincin yang tampak disembunyikan dibalik perban itu kini menyala dengan flame berwarna kuning. Bersamaan dengan itu tampak muncul sosok yang berpakaian pendeta, pemuda berambut hitam pendek.

"Aku bertemu denganmu beberapa kali, dan selalu dalam keadaan seperti ini—" menoleh pada Hibari yang tampak membalas tolehan itu hanya mendengus dan memalingkan wajahnya segera. Sementara pemuda berambut putih itu tampak mencoba untuk menyelimuti beberapa luka dengan flame berwarna kuning.

"Benar-benar, apa yang sebenarnya kau ajarkan padanya—" saat mengatakan hal itu, tampak flame berwarna indigo yang muncul di belakang Hibari. Menunjukkan sosok pria berambut platinum dengan mata yang menatap tajam kearah pendeta itu, "Alaude…"

…To be Continue…

Oh, Hibari dan Ryouhei dulu?

Tenang aja, itu Cuma selingan cerita yang menunjukkan kalau Alaude sama Knuckle juga sama dia. Dan tentu saja Hibari dan Ryouhei itu kenal satu sama lain x3

Setelah ini masih tetapi Yamamoto kok XD

BTW, ada yang bisa tebak apa alasan Gokudera sampe malu bilang alasan dia kenapa mau jadi tangan kanan? XD

Q & A

DarkLydyaNuvuola Del Cielo Makasih XD yep, setiap guardian Vongola bakal bawa satu cincin milik Primo Vongola :3 dan of course Alaude juga ada XD makasih favenya :D

Azriel1827 yep, Gokudera jadi guardiannya Tsuna :3 dan sebenarnya Ienari ga tahu bakal pakai guardian atau ga =/ karena dia nanti *biiip* tapi kalau nanti me fikir membutuhkannya, mungkin akan pakai OC.

JackFrost14 yep~

Mamitsu27 maaf ya kalau battlenya kurang seru u_u, entah kenapa me ga bisa buat battle kemarin jadi seru…

Echo andalice yep, dan itu Ryouhei sudah muncul XD, tentu Tsuna ga tahu karena mereka sama-sama nyembunyiin keberadaan cincin itu :3 disini kelihatan kalau Ryouhei nyembunyiinnya dibalik perban yang ada di tangannya kan XD

LalaNur Aprilia Oscura Famiglia Cuma OC Famiglia yang numpang lewat kok :D dan sebenarnya karena di versi inggrisnya udah sampe chap 2, dan sekarang jadi lebih lama kan ._.,

Tambahan

Numpang promosi fanfic Colab XD sama CrimsonRedHair yang judulnya Alter Ego, cerita tentang G yang punya kepribadian ganda dan cinta segitiga antara G, Ugetsu, dan juga Giotto XDb dan tentu saja yang persahabatan dari Giotto dan G yang—terlihat cukup hancur *spoiler* #ditendang