Musim semi.

Aah… musim yang paling menyenangkan. Dimana pohon-pohon yang gundul mulai ditumbuhi dedaunan kembali. Musim semi adalah musim bunga, karena Bunga-bunga mulai bermekaran disusul dengan daunnya yang ikut tumbuh. Cuaca di musim semi tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin sempurna untuk melakukan aktifitas outdoor seperti hiking atau semacamnya. Di Musim semi Festival-festival yang menyenangkan akan mulai di selenggarakan seperti cherry blossom festival, strawberry festival, tulip festival di Everland dan festival menarik lainnya. Ingin rasanya aku menikmati musim semi bersama kekasihku tercinta, namun sepertinya keinginanku tidak bisa tercapai dalam waktu dekat ini. Karena kekasihku yang unyu-unyu nan menyebalkan itu sedang merajuk padaku, dan sekarang dengan teganya ia sedang menghukumku hanya karena kesalahanku beberapa hari lalu.

"Boo kenapa kau hhh…. tega sekali hhh padaku huh?" ucapku tersengal-sengal di antara lariku. Sudah hampir 30 menit aku habiskan waktu berlari-lari tidak jelas di jalanan. Awalnya dia bilang dia ada di restoran Yoosu dan menyuruhku yang sedang berada di kantor untuk cepat datang kesana. Namun saat aku sampai di restoran aku tidak mendapatinya disana, dan dia kembali menelponku dan memintaku untuk cepat pulang karena dia sudah ada di apartemenku. Namun lagi-lagi aku harus kecewa karena saat aku sampai di apartemen, Jaejoong sudah tidak ada disana lagi. Dia mengirimiku pesan pendek yang isinya memintaku menemuinya kembali di restoran Yoosu. Akhirnya aku tahu, sejak tadi ia memang berada di restoran Yoosu. Hanya saja mereka berkomplot untuk mengerjaiku. Tanpa berpikir lebih lanjut aku kembali berlari menuju retoran Yoosu. Untung saja restoran Yoosu tidak terlalu jauh dari apartemenku.

Kalian bertanya dimana mobilku? Tentu saja aku tinggalkan di kantorku. Karena sewaktu Jaejoong menelponku tadi aku sedang makan siang bersama beberapa staf di luar kantor. Kebetulan kami berjalan kaki. Jadi aku tidak kepikiran untuk memakai mobil saat menyusul jaejoong di restoran Yoosu. Aku berhenti tepat didepan restoran Yoosu. Aku tertunduk lelah, aku mencoba mengatur nafasku yang putus-putus. Mencoba menstabilkannya sebelum kakiku melangkah masuk ke restoran itu.

"Junsu-ya, dimana Jaejoong?" Tanyaku pada Junsu yang saat itu sedang melayani pelanggan.

Dia akan menjawab pertanyaanku namun aku kembali memotongnya. "Kali ini berhenti berbohong padaku. Aku lelah Suu, aku tidak memiliki tenaga lagi untuk berlari-lari kesana kemari seperti ini."

"Dia ada di ruanganku oppa." Jawab Junsu kemudian.

Aku segera berjalan ingin pergi ke ruangan Junsu, namun tiba-tiba langkahku di hentikan oleh Ahra.

"Oppa, kenapa kau berkeringat begini?" Tanya ahra. Kemudian kulihat ia mengambil sebungkus tisu di balik kantong baju seragam pelayannya lalu melap keringat di sekitar dahi dan leherku.

"Ahra.. aku harus—

"Dan oppa terlihat berantakan." Ahra langsung membenarkan dasiku yang sudah miring dan mengancingkan jaz kerjaku lagi.

Brak

Aku mengalihkan pandanganku ke pintu ruangan Junsu. Bunyi itu berasal dari pintu ruangan Junsu. apa Jaejoong barusan ada disana.

"Ahra, lebih baik kau kembali berkerja, aku harus mengurus sesuatu." Ujarku menepis tangannya lalu segera berlalu dari hadapannya.

Aku membuka pintu ruangan Junsu dengan perlahan. Aku lihat Jaejoong sedang duduk melipat kaki dengan anggunnya di atas meja kerja Junsu. Ia benar-benar tampak cantik dengan dress merah marunnya dengan lengan menyentuh siku, baju itu terlihat ketat ditubuhnya membuat lekuk tubuhnya sedikit samar. High heels hitam menghiasi kakinya, rambutnya beberapa waktu lalu ikal, kini berubah lurus dan warna rambutnyapun berubah menjadi secoklat almond.

"Nona…"

"Hmm… halo Yunnie, apa kau masih berkeringat sekarang?"

"Tidak." Jawabku.

"Apa kau lelah."

"Sedikit." Jawabku cuek dengan ekspresi marahnya.

"Kalau begitu istirahat saja di rumahmu dan minta yeoja itu menemanimu." Ia turun dari meja lalu meraih tasnya bermaksud ingin pergi, namun aku langsung menarik tangannya dan menghempaskannya ke dinding terdekat. Tasnya kembali jatuh ke lantai dan aku tak peduli.

Aku menguncinya di antara kedua tanganku. Aku menatapnya tajam dan sialnya dia malah membalas menatapku. Tidak ada tanda-tanda blushing atau salah tingkah darinya.

"Kau cemburu?"

"Cemburu?" Tanyanya berlagak inocent sambil memiringkan kepalanya, mendadak membuat pose imut seperti itu. "Pada anak kecil itu? Yang benar saja." Dia tertawa pelan, Seolah cemburu itu adalah kata yang paling konyol untuk menyimpulkan keadaannya sekarang. tapi aku tahu dia cemburu.

"Oke, anggap saja begitu." Balasku cuek.

"Hei, aku benar-benar tidak cemburu. Aku bahkan lebih baik dari pada anak kecil itu." Sombongnya.

'Lalu apa maksud bantingan pintu tadi?' aku meledeknya dalam hati.

"Yeah terserah. Lalu apa maksudmu mengerjai aku sampai seperti ini? Kau tahu, aku sangat lelah."

"Lalu apa maksudmu pergi ke Jepang tanpa mengabariku lagi? Kau tahu beberapa hari ini aku mencarimu kemana-mana." Dia malah balas bertanya.

"Hei, itu bukan salahku. Aku sudah beberapa kali mencoba menghubungimu. Tapi kau selalu mereject telponku dengan alasan, kau sedang bersama appa-mu, sekertarismu, adikmu, atau bahkan tunanganmu. Makanya setelah itu aku hanya mengirimi pesan sesingkat itu, tanpa mau bersusah merangkai kata untuk menjelaskannya padamu. Moodku lebih dulu hancur saat kudengar kau sedang menghabiskan waktu bersama tunanganmu." Kataku mulai sedikit kesal. Aku kesal jika mengingat kekasihku sudah memiliki ikatan yang lebih berhak atas dirinya dengan orang lain, bukan denganku. Aku beralih menghempaskan diriku di sofa yang ada di ruangan itu. Aku usap wajahku kasar. Aku lelah.

Aku melirik jam tanganku, aku harus kembali ke kantor. Bos botak itu akan marah jika aku belum menyelesaikan dokumen yang ia minta. Aku kembali beranjak dari dudukku. Tanpa berniat menoleh padanya aku berkata, "Aku harus kembali ke kantor. Nanti malam aku akan menelponmu."

Aku merasakan ia menarik tanganku saat aku mencoba melangkah. "Yunnie~ kau marah padaku?" Nada bicaranya terdengar merengek. Aku tidak bergerak untuk menatapnya.

"Yunnie~" ia menggoyang-goyang tanganku sambil merengek. Aku sedikit menghela nafas lalu menatapnya.

"Mianhe." Lirihnya.

Huh, aku kesal dengan mata beningnya yang selalu memandangku dengan tatapan mata kucing yang memelas meminta makan. Apa lagi bibir merahnya yang tampak tidak menggunakan lipstick kini mengerucut imut. Benar-benar membuat amarahku gagal bertahan.

"Benar-benar tidak mau memaafkanku?" Tanyanya, dan aku masih diam saja. Dia menuntun tanganku untuk merengkuh pinggang rampingnya. "benar-benar….. tidak mau… menciumku?!" Dia meniup leherku dengan nafasnya. Membuat bulu kudukku meremang. Dia menggodaku, yeah, satu fakta lagi yang kutahu tentang dirinya setelah kami menjadi kekasih, ternyata dia tipe perempuan yang agresif.

Aku masih betah dalam keheninganku. Aku biarkan dia memulai duluan. Akan selalu terasa menyenangkan jika dia lebih dulu memulainya. Dan dugaanku benar, sesaat kemudian ia menjilat lembut bibir bawahku untuk membuatku tergoda. Jilatan itu berubah menjadi kecupan kecil hingga meningkat menjadi lumatan. Bibirku masih mengatup tanpa berniat membalas. Aku tahu dia kesal saat lidahnya menekan-nekan bibirku untuk meminta izin masuk ke dalam rongga mulut. Namun sayang, izinnya ku tolak mentah-mentah.

Dia melepas ciumannya lalu menatapku dengan gusar. "Kau menyebalkan!" Gerutunya dan berniat melepaskan diri dariku. Namun aku mengunci tubuhnya dengan kuat. Sekarang dia membuatku gemas. Tanpa basa-basi lagi aku langsung mencium bibirnya dengan sedikit kasar, bibir kami saling melumat dan menghisap, tidak butuh waktu lama lidahku sudah bermain di dalam rongga mulutnya. Tangan Kiriku menekan belakang kepalanya sedang tangan kananku berada di punggungnya menekan jarak di antara kami.

Karena merasa kontak fisik antara kami belum cukup aku mendorongnya kembali ke meja Junsu lalu membantunya duduk disana tanpa melepas tautan bibir kami.

"Nghhmmh.." Aku merasa tangan-tangannya mendorong dadaku, berharap aku menjauh darinya yang mungkin mulai susah bernafas.

Aku yang tidak ingin kekasihku mati konyol hanya sebuah ciuman langsung melepas tautan bibir kami membuatnya berusaha menarik nafas sebanyak-banyaknya. "Haah~ aah yunh~" namun kemudian ia kembali mendesah saat bibirku mengecup basah pipinya lalu berpindah ke telinganya membuatnya meremas bahuku dan mendesah tertahan saat merasakan bibir dan nafasku di telinganya.

"Ouh.. yunniehh~" Oh shit! Desahannya membuatku semakin bergairah. Shit! Aku kembali mengumpat karena aku semakin merasa gemas.

Aku menelusuri leher jenjangnya dengan kecupan-kecupanku, mencoba bertahan untuk tidak memberikannya kiss mark, karena aku tidak mau orang-orang melihatnya. Tanganku yang tadinya sedang mengelus-elus betisnya tanpa sadar kini beralih ke pahanya dan membuat setengah bajunya tersingkap hingga paha putih nan mulusnya terekspose.

Persetan dengan posisi kami yang masih berada di ruang kerja Junsu. aku terlalu bergairah untuk menyadari tentang keadaan kami. Desahannya, wangi tubuhnya dan rasa tubuhnya membuat aku gila dan hilang akal.

Entah bagaimana tanganku membuka kancing bagian dada dressnya yang terdiri dari tiga kancing. Aku membuka ketiga kancingnya hingga mempertontonkan belahan dadanya yang montok nan menggiurkan. Aku kembali mencium bibirnya yang merah bermain sebentar disana sebelum meluncur ketempat tujuanku.

.

Yunho menurunkan lengan baju Jaejoong hingga pundak putih dan tampak mengkilat akibat kemulusannya itu terlihat. Tanpa menunggu aba-aba, Yunho segera mendaratkan ciuman bertubi-tubi disana, tidak hanya di sana, tapi juga menjalar hingga di bagian atas dada Jaejoong.

Jaejoong hanya bisa mendesah tak jelas sambil menutup matanya menikmati sensasi ciuman Yunho, sedangkan tangan-tangannya ikut meremas rambut Yunho seolah menyampaikan pada Yunho betapa nikmatnya sentuhan Yunho saat ini.

Kini dress Jaejoong sudah turun hingga ke bawah dadanya yang masih tertutup dengan bra pink dengan renda putih design victoria's secret.

"Aaghh… emhhh.." Jaejoong mencoba menahan desahannya saat Yunho mencium sekaligus mengigit kecil bagian di atas dada. Sensasi sentuhan Yunho seperti percikan listrik yang menjalar keseluruh tubuh, begitu nikmat dan mampu menghilangkan akal sehatnya dalam sekejap. Udara di dalam ruangan mendadak terasa panas untuk mereka berdua. Tanpa disadari tangan Yunho kini tengah mengelus paha mulus Jaejoong membuat bajunya sedikit tersingkap keatas. Jaejoong mulai meremas rambut Yunho saat Yunho kembali mencium bibirnya ala french kiss membuat Jaejoong tidak tahan untuk tidak mendesah karena gejolak nafsunya. Satu tangan Yunho mengelus punggung Jaejoong sebentar, kemudian mencari-cari kancing bra Jaejoong hingga sebuah suara menghentakan mereka kembali ke dunia nyata.

Tok Tok Tok

"Jaejoong eonnie! sampai kapan kau mau membuat skretarismu menunggu diluar?" Teriak Junsu dari luar ruangan, mengintrupsi kegiatan Yunho dan Jaejoong.

Junsu sengaja mengetuk pintu terlebih dahulu bukan karena tanpa alasan, itu ruangannya dan ia bebas keluar masuk. Tapi sekarang yang ada di dalam adalah Yunho dan Jaejoong. oh ayolah, siapa yang tidak bisa menebak apa yang dilakukan dua orang dewasa yang saling mencintai di ruangan tertutup?. Lagi pula Junsu tidak mau ruangannya di jadikan tempat mesum untuk Yunjae.

Jaejoong dan Yunho yang mendengar teriakan Junsu seketika melepas kontak fisik diantara mereka. entah kenapa tiba-tiba suasana terasa canggung. keduanya tidak menyangka bisa terbawa nafsu sampai seperti itu. Yunho dan Jaejoong saling bertatapan, kemudian kembali menunduk dengan rona merah diwajah masing-masing. Jaejoong membenarkan lengan bajunya yang sudah turun akibat ulah Yunho. Yunho menggaruk kepala yang tidak gatal, dalam hati ia merutuki nafsu yang tidak dapat ditahanya lagi.

"Mian!"

"Huh? eh.. ne." Jawab Jaejoong kikuk. ia bingung kenapa Yunho mesti meminta maaf?

"A.. aku harus pergi." Kata Jaejoong membuat Yunho menyingkir dari hadapannya. agar Jaejoong bisa turun dari atas meja.

Jaejoong tersenyum pada Yunho lalu segera keluar dari ruangan itu. Yunho yang ditinggalkan langsung mengacak-acak rambutnya sambil loncat-loncat tidak jelas. Jaejoong benar-benar membuatnya hampir gila.

sedangkan diluar ruangan Jaejoong tidak langsung pergi, melainkan ia bersandar terlebih dahulu didepan pintu ruangan Junsu untuk menstabilkan nafasnya yang memburu. mungkin efek dari nafsunya yang sudah terpancing. ia saja tidak bisa membayangkan betapa merah wajahnya saat ini.

'Kyaaa apa yang terjadi tadi?'

.

Jaejoong berdiri di depan cermin di kamar mandi. ia melap kaca yang beruap lalu memandang pantulan bayangannya dicermin. rambut dan tubuhnya basah karena memang ia baru saja selesai mandi. pikirannya kembali melayang pada kejadian di restoran Yoosu tadi. Ia menyentuh bibirnya yang tadi dicium Yunho, kemudian tangannya menyusuri tempat ciuman Yunho tadi membayangkan Yunho menciumnya saat ini. sensasinya benar-benar masih terasa. sensasi yang baru pertama kali ia alami. saat Yunho melumat bibirnya dan menghisap lidahnya, saat Yunho mencium leher dan mejilat telinganya, hingga saat Yunho mengecup bagian atas dadanya membuat Jaejoong merinding seketika.

Tok Tok Tok

"Eonnie!"

Suara Kibum menghentakannya kembali keduania nyata. "Astaga, apa yang kupikirkan." Lirih Jaejoong kemudian mengusap wajahnya. Sepertinya pikirannya sudah mulai kotor sekarang. Jaejoong mengambil bath robe lalu memakainya dan segera keluar dari kamar mandi.

"Eonnie, kenapa wajahmu memerah? apa kau sakit?" Tanya Kibum khawatir saat melihat wajah eonnienya terlihat merona.

"A-ani, aku berendam terlalu lama tadi. oya, kenapa memanggilku?" Tanya Jaejoong mengalihkan pembicaraan.

"Appa menunggumu diruang kerjanya, ada Siwon oppa juga."

"Ada masalah apa?"

"Entahlah, mungkin masalah pernikahanmu."

.

Jaejoong memasuki ruang kerja appanya. Saat itu ia sudah rapi dengan gaun tidurnya yang berwarna langit tua. rambutnya yang masih basah ia biarkan tergerai membuatnya nampak seksi. disana sudah ada Siwon duduk di sofa mewah yang ada di sana.

"Appa memanggilku?" Tanya Jaejoong mendekat ke arah ayahnya.

"Iya. ayo duduk." Pinta Mr. Kim.

Jaejoong menurut dan duduk di samping Siwon yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Tentang pernikahan kalian appa sudah membicarakannya pada keluarga Choi, kami memutuskan untuk mempercepat pernikahan kalian menjadi bulan depan." Jaejoong terhenyak mendengarnya. ia menatap Siwon yang sepertinya juga bingung.

"Dan untuk mendekatkan hubungan kalian, bagaimana kalau kalian merencanakan liburan berdua minggu ini? appa perhatikan kalian Jarang sekali berkencan, karena sama-sama sibuk."

"A-appa, aku tidak bisa. Kantor sangat sibuk akhir-akhir ini."

"Kalau masalah itu biar appa yang urus."

"Tapi appa—"

"Bagaimana denganmu Siwon?" Mr. Jung beralih bertanya pada Siwon tanpa menanggapi protes Jaejoong.

Siwon yang di tanya menjadi bingung, ia menatap Jaejoong sekilas, "Tapi kelihatannya Jaejoong sangat sibuk aboenim, mungkin liburannya bisa ditunda dulu."

"Ani, bukankah masih ada aku? aku bisa mengurus perusahaan dengan tanganku sendiri. hanya beberapa hari, tidak terlalu mengganggu pekerjaan."

"Tapi sepertinya aku juga memiliki pertemuan besar minggu ini." Siwon kembali melancarkan alasannya. Sedang Jaejoong harap cemas ayahnya bisa mengerti.

"Choi Hyun Sung sudah mengurusnya. appamu itu juga sudah setuju dengan rencanaku ini."

Siwon dan Jaejoong terdiam, tidak tahu lagi harus mengajukan alasan yang seperti apa. Jaejoong pikir bagaimana ia harus memberikan alasan pada Yunho untuk seminggu ini? padahal mereka baru saja menjadi sepasang kekasih, dan Jaejoong masih sangat ingin menghabiskan banyak waktu bersama Yunho.

Siwon melirik Jaejoong lagi, ekspresi wanita cantik itu nampak bingung dan khawatir.

"Cepat putuskan dimana kalian akan berlibur. dan segeralah pergi besok lusa." Tambah Mr. Kim.

"Tapi kami harus kemana?" Tanya Siwon.

"Apa harus aku juga yang menentukan tempat liburan kalian? jika aku yang menentukan pasti aku akan memata-matai kalian, hahaha." Gelak Mr. Kim seolah menganggap perkataannya lucu. Sedangkan Jaejoong dan Siwon hanya diam bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

.

.

Sweet Love

Pagi itu Jaejoong duduk di ayunan di balkon kamarnya. kakinya di silang di atas ayunan, tangan kirinya sedang memegang I-Phone yang ditempelkannya ditelinga, sepertinya ia sedang menelpon seseorang. Biasanya pagi-pagi seperti ini ia sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor, tapi untuk hari ini appanya menyuruhnya istirahat dirumah sambil menyiapkan segala keperluan untuk besok.

"Mianhe Yun, aku tidak bisa ikut bersamamu ke festival bunga sakura." Kata Jaejoong dengan nada menyesal.

"Waeyo?"

"A-aku…" Jaejoong bingung harus memberikan alasan apa pada kekasihnya. Padahal mereka sudah berjanji akan menikmati festival bunga sakura bersama. Ia tidak tega membuat kekasihnya kecewa.

"Boo, waeyo? kenapa tidak bisa? apa ada sesuatu terjadi? apa kau memiliki pekerjaan hari itu?" Tanya Yunho tak sabar saat Jaejoong tidak meneruskan kalimatnya.

Jaejoong adalah tipe wanita menjunjung kejujuran dalam sebuah hubungan, dengan begitu ia bisa mencegah kesalah pahaman muncul di antara mereka.

"Apa menyuruhku berlibur bersama Siwon." Jaejoong memutuskan mengatakan yang sebenarnya pada kekasihnya.

Jaejoong tidak mendengar kata tanggapan dari Yunho walaupun hanya 'oh'. Untuk beberapa saat lamanya Yunho diam membuat Jaejoong berpikir bahwa Yunho kecewa padanya.

"Mianhe Yun, aku sudah menolaknya, tapi…. tapi appa bersikeras memaksaku." Lirih Jaejoong.

Terdengar helaan nafas diseberang, "Tidak apa-apa boo, aku senang kau jujur. pergilah, asal kau berjanji tidak akan menghianatiku."

"Tidak akan. Aku hanya mencintaimu." Tekan Jaejoong.

"Ne sayang, aku tahu." Tanggap Yunho.

"Kau tenang saja, aku akan secepatnya kembali. walaupun mereka melarangku, aku akan kabur diam-diam dan pergi ke apartemenmu."

"Dan membuat apartemenku didatangi detektif se-Korea? Tidak terima kasih"

"Yunnie~"

"Ne sayang~ arra, kau boleh lari ke apartemenku,"

Jaejoong tersenyum senang mendengarnya. "Kalu begitu aku tutup dulu telponnya. aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu." Ujar Yunho dengan nada manis.

Jaejoong cepat-cepat mematikan telponnya, lalu mendekap ponselnya di dada.

"Omo, sejak kapan dia semanis itu?" Wajah cantiknya memerah dan jantungnya berdetak kuat, ia malu saat mendengar Yunho mengatakan hal semanis itu. aigoo… sepertinya sedang dimabuk cinta, eoh?

"Jae!"

"Omo?! aigo oppa, kau mengaggetkanku!" kaget Jaejoong saat seseorang menepuk bahunya tiba-tiba.

"Mianhe… aku lihat dari tadi kau sibuk senyam senyum sendiri dan tidak menyadari keberadaanku. apa yang kau pikirkan, hmm?" Siwon mengambil tempat duduk di sisi Jaejoong.

"Ani opseo." Bohong Jaejoong. Siwon tidak bertanya lebih jauh, karena Siwon sudah tahu apa yang membuat Jaejoong tersenyum begitu.

"Jae~"

"Hmm."

"Apa kau benar-benar mau berlibur denganku?"

Jaejoong bungkam, sebenarnya ia keberatan dengan liburan ini. Tapi ia bingung apa harus menyampaikan keberatannya pada Siwon atau tidak. ia takut Siwon terluka.

Siwon menghela nafas pelan, tanpa Jaejoong bilangpun ia tahu bahwa wanita cantik itu keberatam. sejak awal memang dia tidak memiliki tempat di hati Jaejoong.

Siwon menyodorkan 2 lembar kertas yang sedari tadi ada di tangannya kepada Jaejoong. Jaejoong yang melihatnya langsung menerimanya.

"Apa ini?"

"Tiket pesawat untuk besok. aku tidak tahu apakah kau suka berlibur ke Jeju. tapi aku rasa itu tempat yang tepat untukmu."

"Jadi kita akan pergi berlibur ke Jeju?"

"Bukan kita, tapi kau dan Yunho." Jaejoong kaget mendengarnya, ia menatap Siwon tidak percaya.

"Appa maksud oppa? lalu oppa bagaimana? appa akan membunuhku nanti."

"Tenang saja, aku sudah memesan tiket ke paris, aku juga sudah bilang pada ayahmu bahwa kita akan berlibur di eropa. dia tidak akan tahu kalau kita pergi ketempat yang terpisah."

"Kenapa oppa melakukan ini?" Lirih Jaejoong.

Siwon tersenyum teduh, lalu menggenggam tangan Jaejoong lalu meremasnya pelan. "aku melakukannya untuk kebaikanmu. Kau mencintai orang lain dan aku tidak ingin memaksamu berlibur denganku. lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. aku akan selalu mendukungmu."

Jaejoong tersenyum terharu mendengarnya, Siwon memang sangat mengerti dirinya. Ia langsung menghambur memeluk Siwon erat. "Gomawo oppa."

"Cheonma." Siwon mengusap punggung Jaejoong sambil tersenyum sendu.

Yunho terbangun pagi-pagi sekali seperti biasa, walaupun hari ini adalah hari minggu ia tetap terbiasa bangun pagi. setelah melaksanakan aktifitas paginya di kamar mandi, Yunho beralih melaksanakan aktifitas paginya di dapur, yaitu membuat sarapan untuk dirinya sendiri.

Yunho meniup kecil kopinya yang masih mengepulkan asap sebelum meyeruputnya sedikit, matanya tak sengaja berpapasan dengan kalender yang terpajang di dinding dapur, salah satu tanggal di kalender itu di tandainya dengan spidol merah. Tanggal itu adalah tanggal dimana ia akan berkencan dengan Jaejoong di festival bunga sakura.

hah… sepertinya ia harus kecewa untuk kali ini, walaupun ia sangat ingin pergi ke festival itu bersama Jaejoong, tapi ia juga tidak bisa memaksakan kehendak pada kekasihnya, bagaimanapun Jaejoong tengah berada dalam posisi sulit.

Jujur saja Yunho kesal saat Jaejoong bilang akan berlibur bersama Siwon tunangannya yang notabene lebih berhak atas Jaejoong dari pada dirinya, tapi lagi-lagi Yunho tidak ingin bersikap egois, dalam hal ini dirinyalah orang ketiga yang masuk diantara Jaejoong dan tunangannya. Yang hanya bisa dilakukan Yunho saat ini adalah percaya pada Jaejoong.

Ting Tong Ting Tong Tiiiiinnnnggg Tooooong

'Aish, siapa yang memencet bell sebrutal itu pagi-pagi begini.' Batin Yunho kesal. Biasanya yang memencet bell sebrutal itu Changmin. Kalau itu memang Changmin, pasti ia menumpang sarapan seperti biasa.

Dengan wajah dongkol karena sang tamu tak kunjung berhenti memencet bell, Yunho membuka pintu apartemennya.

Rasa marahnya menguap begitu saja saat dilihatnya tamu yang mengganggu ketentraman paginya bukanlah Changmin melainkan sosok yeoja cantik yang membuat Yunho terpukau. Yeoja itu mengenakan kemeja putih dengan lengan menyentuh siku, dipadu dengan rok mini berbahan jeans dan sepatu boot hitam menghiasi kaki jenjangnya.

"Yak Yunnie! kenapa lama sekali membuka pintunya!" Cerocos yeoja cantik itu menghentakkan Yunho dari keterpesonaanya.

"Boo, kenapa kesini? bukannya kau akan pergi?" Tanya Yunho. Jaejoong tidak langsung menjawab pertanyaan Yunho, melainkan ia langsung menerobos masuk ke dalam apartemen Yunho.

"Apa kau tidak senang kalau aku kesini?" Jaejoong memicingkan matanya menatap Yunho.

"Ania. Maksudku, bukankah hari ini kau akan pergi berlibur bersama Siwon?"

"Ani. Bukan dengan Siwon. tapi denganmu."

"Mwo? bagaimana bisa?"

"Siwon oppa sendiri yang menyuruhnya. Dia bilang dia tidak ingin memaksaku berlibur dengannya. Jadi dia menyuruhku pergi denganmu."

Yunho terdiam, kenapa tunangan kekasihnya sebaik itu? apa dia tidak terluka,melepaskan tunangannya untuk pria lain.

"Hey, kenapa melamun? Kau tidak ingin pergi denganku,"

"Ha? eh.. bukan begitu."

"Lalu kenapa kau masih disini? cepat bereskan barang-barangmu."

"Tapi boo, bagaimana dengan pekerjaanku?" Tanya Yunho.

"Aku sudah meminta Junsu yang mengurusnya dengan atasanmu."

"Bagaimana bisa? Junsu kan tidak tahu apa-apa."

"Siapa bilang? Junsu itu bisa melakukan semuanya hanya dengan menjentikan jari. Karena Junsu itu…." Oops, sepertinya Jaejoong harus mengontrol kata-katanya jika ia tidak mau terbunuh oleh sepupunya itu karena membocorkan identitas sang sepupu.

"Dia itu…." Yunho masih memandanginya dengan pandangan menuntut jawaban. "Aish, sudahlah. kenapa malah mengobrol sih, cepat bereskan barang-barangmu, pesawat kita berangkat setengah jam lagi. Ppali!" Jaejoong mendorong Yunho ke kamar.

.

.

Setelah menghabiskan beberapa jam di pesawat, Jaejoong dan Yunho akhirnya tiba di Jeju, dan di sambut dengan udara yang lumayan hangat. Di udara musim semi seperti ini, sepertinya sangat cocok menghabiskan waktu bermain di pantai, tapi kenapa Siwon malah meminjamkan vilanya yang ada di pegunungan? padahal kan dia ingin bermain di pantai.

"Hey, air laut masih terlalu dingin sekarang. Dari pada ke pantai, ke daerah pegunungan kan lebih bagus, di musim semi seperti ini hutan kembali hijau, kau pasti menyukainya." Bujuk Yunho saat melihat Jaejoong sedari tadi cemberut. Mereka sekarang sedang berada di mobil yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan. Lagi pula, jika ketempat umum seperti pantai, ia takut rekan bisnis ayah Jaejoong akan melihat mereka. Terlebih lagi keluarga Jaejoong memiliki perusahaan disana.

.

.

Yunho dan Jaejoong kembali menempuh 2 jam perjalanan menuju villa Siwon yang letaknya lumayan terpencil. Sepanjang perjalanan mereka melewati hutan lebat yang menyambut mata mereka. Walaupun sekali-kali ada juga pemandangan indah, tapi tetap saja itu hutan. Dan Jaejoong tidak terlalu suka dengan hutan yang menurutnya menyeramkan.

Sang supir suruhan Siwon yang membawa Yunho dan Jaejoong menghentikan mobil di pinggir jalan dan menyuruh Yunho dan Jaejoong untuk berjalan kaki untuk sampai ke villa. Karena satu-satunya jalan ke villa hanyalah sebuah jalan setapak yang tak mungkin dilewati mobil.

Seharusnya perjalanan mereka kali ini melelahkan bagi Jaejoong yang tidak pernah berlibur ketempat semerepotkan ini, Tapi karena ia sedang bersama Yunho saat ini, semua tempat jadi menyenangkan untuknya.

"Yun coba lihat ini!" Kata Jaejoong yang saat ini pandangannya sedang terpaku pada sesuatu.

Yunho yang sedikit tertinggal di belakang, mempercepat langkahnya menyusul Jaejoong. Ia sedikit kesusahan harus membawa dua tas besar dan satu tas jinjing Jaejoong.

Mereka berdua terpaku pada pemandangan yang sama yang menurut mereka begitu indah. Bukan karena villanya yang indah, Justru vilanya nampak biasa saja, hanya berupa rumah kayu bergaya rumah eropa tempo dulu. Yang membuat keduanya terpaku adalah pemandangan sekeliling rumah. Rumah itu berdiri di dekat danau dengan padang rumput dan dikelilingi hutan hijau.

Yunho dan Jaejoong saling melempar senyum penuh arti. sepertinya liburan mereka ini akan menjadi liburan romantis bagi mereka berdua.

.

.

di villa mereka bertemu dua pasang suami istri penjaga rumah itu. Sebelumnya Siwon memang sudah memberi tahu kepada orang yang menjaga villanya bahwa akan ada dua orang temannya yang akan datang. Jadi mereka di tugaskan untuk mempersiapkan segala keperluan Yunho dan Jaejoong.

"Selamat datang nona, tuan. Silahkan masuk!" Sambut seorang laki-laki tua, lalu mempersilahkan Jaejoong dan Yunho masuk.

Setelah Yunho dan Jaejoong duduk di sofa di salah satu ruangan besar yang terlihat seperti ruang tamu, Seorang perempuan tua muncul dengan membawa nampan berisi dua cangkir minuman untuk Yunho dan Jaejoong.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Kangin dan ini leeteuk istri saya." Keduanya menunduk ringan kepada Yunho dan Jaejoong dan dibalas hal serupa oleh keduanya.

"Sebelumnya kami sudah diberitahu tentang kedatangan kalian dari tuan muda. Kami sudah menyiapkan bahan makanan untuk beberapa hari di kulkas, dan kebutahan kalian yang lainnya. Juga sudah membersihkan satu kamar dirumah ini untuk kalian berdua." Ujar si laki-laki tua.

"Kenapa hanya satu kamar?" Tanya Jaejoong bingung, karena mereka memenag butuh dua kamar.

"Bukannya pasangan suami istri membutuhkan satu kamar?" Malah laki-laki tua itu balik bertanya, membuat suasana antara Yunho dan Jaejoong mengkaku.

"I-itu… bukan begitu ka.. kami bukann…" Aigoo… Yunho jadi gugup sendiri menjelaskannya. Sedangkan Jaejoong tengah berblushing ria.

"Dirumah ini hanya ada dua kamar tidur, yang satu milik tuan muda Siwon dan yang satu untuk tamu. Tuan muda Siwon tidak mengizinkan siappun memakai kamarnya. Jadi kami hanya bisa menyediakan satu kamar untuk anda.

"Ba-baiklah tidak apa-apa." Jaejoong berujar gugup lalu cepat-cepat meraih segelas jus jeruk yang tersedia di meja lalu meneguknya, untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Kalau begitu, silahkan beristirahat. Istriku sudah membuat makan malam untuk kalian. dan Jika butuh sesuatu, kalian bisa mendatangi rumah kami di bawah kaki bukit ini." Ujar laki-laki tua itu lalu bangkit dari duduknya dan segera pamit meninggalkan Yunho dan Jaejoong berdua di rumah besar itu.

Yunho dan Jaejoong diselimuti keheningan. Pikiran mereka yang awalnya akan menyenangkan menghabiskan waktu liburan dengan berdua saja kini diliputi rasa canggung. Sepertinya akan banyak yang terjadi setelah ini. Atau bahkan hubungan mereka akan mengalami kemajuan pesat.

.

.

To Be Continue

.

sebenarnya ff ini udah lama kupost di wp-ku

tapi mungkin banyak yang belum tahu, jadi aku post disini.

.

mind to give me review? ^^