.

.

.

.

"SHIREO!"

Beberapa orang yang ada diruangan serba putih itu terkaget dengan suara penolakan tadi. Mereka memandang si peneriak, lalu tersenyum maklum.

Jaejoong mengusap telinganya. "Aish, kau bisa membuat telinga yang disini tuli, Kyuhyun-ah…"

"Jae Hyung~" Kali ini Kyuhyun merengek seperti anak kecil.

"Mianhae, Kyu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ahra sudah mempersiapkan semuanya. Bahkan Ahjumma dan Ahjussi Cho saja tidak diberi kesempatan. Kau sendiri tahu bagaimana Noona-mu itu, jadi turuti saja…"

"Tapi…"

"Cepatlah pakai, kau bisa memperlambat upacara nanti."

Ingin rasanya Kyuhyun menangis sekarang. Noona-nya benar-benar keterlaluan. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa sejak awal. Ternyata Ahra sudah merencanakan hal ini sedemikian rupa.

Kyuhyun keluar dari kamar ganti.

Jaejoong segera menghampiri pemuda manis itu. Ia menepuk kedua pipi bulat Kyuhyun.

"Ya, apa seperti ini wajah orang yang akan menikah, heum?"

Kyuhyun semakin mengembungkan kedua pipinya. Membuat Jaejoong terkekeh kecil.

"Kau manis sekali, Kyu… Gaun ini sangat pas dengan tubuhmu…"

Kyuhyun tidak menanggapi perkataan Jaejoong, dan pria cantik itu langsung melakukan tugasnya. Memberi riasan pada wajah manis di hadapannya agar terlihat semakin cantik ketika di altar nanti.

"Ahra sangat menyayangimu, Kyuhyun-ah…" Ucap Jaejoong disela pekerjaannya merias Kyuhyun.

"Aku tahu, Hyung…" jawab Kyuhyun dengan bibir yang mengerucut.

Jaejoong tersenyum sambil mengoles blush-on agar terlihat merona. "Dia ingin yang terbaik untukmu."

Kyuhyun tidak menjawab.

"Kau tahu, sejak kecil dia selalu membanggakanmu pada semua orang. Bahwa dia memiliki adik laki-laki yang sangat manis…"

Hening sesaat diantara keduanya.

"Apa sudah selesai?"

Serempak, keduanya menoleh kearah pintu dan melihat Ahra sudah dipintu. Berjalan menghampiri keduanya.

"Aku sudah meriasnya." Jaejoong merapikan alat-alat rias. "Bisa kau selesaikan sisanya? Aku ingin menemui Yunho dan Yunjoong dulu."

Ahra mengangguk sebagai balasan. Lalu ia menghampiri adiknya.

Jaejoong juga menyuruh beberapa orang untuk keluar ruangan. Setidaknya dia ingin memberi waktu pada dua kakak-beradik itu untuk sekedar berbincang ringan.

Ahra mulai menata rambut ikal madu adiknya dengan bibir yang terus menyunggingkan senyum cantik. Kyuhyun hanya menatap Noona-nya.

Ada rasa sedih yang perlahan membuncah dihatinya. Ia begitu menyayangi Ahra. Meskipun sikap wanita itu terlalu melindungi dan terkadang seenaknya sendiri, tapi Kyuhyun tahu, Ahra selalu ingin yang terbaik untuknya.

"Noona…"

"Hn?"

"Gomawo…"

Gerakan tangan Ahra berhenti. Ia menatap adiknya teduh. "Untuk apa?"

"Untuk semuanya, Noona…"

"Jangan berterima kasih… Kau seperti menganggapku orang asing saja…"

"Noona…"

"Hmm?"

"Bagaimana kau tahu kalau Siwon Hyung yang terbaik untukku?"

Ahra kembali menata rambut adiknya. "Aku Noona-mu, Kyunnie. Kau yang tidak suka berdampingan dengan orang asing, saat itu malah membiarkan Siwon duduk disampingmu selama setengah jam."

"Apa itu saja?"

"Aku ini wanita yang selalu disisimu sejak kau lahir dari rahim Umma, Kyu. Entah sadar atau tidak, sikap dan ekspresimu akan selalu berubah jika menyangkut dirinya. Nah, tinggal dipasang mahkota." Ahra mengambil sebuah mahkota yang senada dengan gaun yang dikenakan Kyuhyun.

"Kyu…" Suara Ahra terdengar bergetar.

"Nde?"

"Boleh aku memelukmu?"

"Eh?" Kyuhyun mendongak dan mendapati kedua mata Ahra mulai memerah dan terdapat cairang bening ditepinya.

Perlahan, Ahra memeluk tubuh Kyuhyun yang sedang posisi duduk. Menumpukan dagunya diatas pundak adiknya. "Sebentar saja… Aku ingin memelukmu sebagai seorang Cho Kyuhyun… Sebentar lagi, tugasku sebagai seorang kakak akan berakhir…"

Kyuhyun mulai membalas pelukan Ahra. Dia sendiri heran, bagaimana bisa dia secengeng ini?

Ahra melepas pelukannya. Ia menepuk pelan pipi Kyuhyun. Menghapus bulir air mata yang menetes dari tiap sudut mata adiknya. "Kau bisa merusak riasanmu, Kyunnie… Uljima ne…"

"A-aku menyayangimu, Noona… hiks…"

"Aku juga…" Ahra mengecup kening adiknya untuk yang terakhir. Adiknya yang masih bermarga Cho.

Bukankah sebentar lagi dia akan berganti marga?

.

.

.

Seluruh tamu yang hadir di ruangan gereja terpana melihat seseorang yang sedang digandeng Yunho. Bahkan Siwon pun tidak menyangka melihat sosok BabyKyu-nya sekarang.

Sedangkan yang menjadi pusat perhatian justru tertunduk malu.

Sesampainya didepan altar, Yunho mengiringi Kyuhyun sampai disamping Siwon. Lalu ia menatap pria bersetelan serba putih itu. Tersenyum lalu menepuk pundaknya.

Dia kembali kursi dibarisan paling depan. Tepatnya disamping Jaejoong dan bocah laki-laki yang baru berusia 3 tahun dipangkuannya.

"Mereka serasi sekali." Bisik Jaejoong.

"Jika tidak serasi, mereka tidak akan ada disini, BooJae."

Suasana kembali sunyi dan khidmat ketika sang pastor mengucapkan kalimat bagiannya. Diteruskan janji sepasang pengantin. Lalu saling menyematkan cincin perak di jari manis pasangannya.

"Sekarang, kau bisa mencium pengantinmu…" Ucap sang pastor, dengan senyum lembut.

Siwon menghadap Kyuhyun. Ia tersenyum, tapi Kyuhyun justru menunduk. "Neomu kyeopta, Baby. Saranghae." Bisiknya.

Ia menangkup kedua pipi Kyuhyun. Perlahan mengecup kening, kedua kelopak mata, hidung, pipi bulat dan terakhir bibir ranum yang langsung disambut riuh tepuk tangan.

.

.

.

Satu persatu tamu undangan menyalami pasangan pengantin baru itu dan memberi selamat, serta mendoakan kebahagiaan mereka.

.

.

.

Seorang wanita yang masih terlihat cantik itu memeluk Kyuhyun dengan erat.

"Kau harus bahagia ne…" Ucap wanita itu, lembut.

Kyuhyun tersenyum. Ia mengelus punggung wanita itu ketika ia merasa tubuh yang memeluknya sedikit bergetar. "Nde, Umma."

"Ku titipkan putra kami padamu, Siwon." Kali ini giliran seorang pria yang masih terlihat gagah meski usianya sudah 40-an. Dia memeluk Siwon dan menepuk punggungnya.

"Nde, Aboji. Aku akan menjaga Kyuhyun kalian." Balas Siwon.

Cho Heechul, Umma Kyuhyun, melepas pelukan pada putranya. "Tak kusangka, bayi mungil-ku ini sudah besar, heum…" wanita itu membelai rambut Kyuhyun. Masih ada jejak airmata dipipinya. Dengan sigap, Kyuhyun mengelus lembut pipi mulus Umma-nya. Sudah empat tahun dia merindukan wanita itu.

.

.

.

"Chukkae~"

Kali ini giliran Jaejoong dan Yunho menyalami mereka.

"Chukkae, Hyungie…" bocah kecil di gendongan Jaejoong sedikit mencondongkan tubuhnya, agar bisa mencium pipi putih Kyuhyun

"Gomawo, Yunjoong-ah." Kyuhyun balas mencium pipi gembil bocah tampan itu.

"Haahh~ tak kusangka kalian akhirnya menikah juga. Empat tahun waktu yang cukup lama, Choi."

Siwon tersenyum menanggapi ucapan Yunho. Mereka berdua lebih memilih sedikit menjauh dari Jaejoong dan Kyuhyun yang sedang bersama Yunjoong.

"Setelah ini, kalian akan bulan madu kemana?"

Siwon terlihat menghela nafas sejenak. "Ahra sudah mempersiapkan semuanya. Dia bahkan membangun sebuah villa di Jepang untuk kami, berdekatan dengan Mansion keluarga Cho."

Yunho tertawa kecil. "Wanita itu benar-benar menyayangi Kyu-mu, Siwon-ah. Jaga dia jika ingin nyawamu selamat." Kali ini Yunho sedikit bercanda.

Siwon menatap lembut kekasihnya yang begitu cantik dengan gaun putih pilihan Ahra itu. Dia terlihat bahagia bermain dengan putra Yunho dan Jaejoong. "Jika nyawaku adalah harga tinggi untuk kebahagiaannya, maka akan aku tukar tanpa ragu."

.

.

.

Ahra tersenyum menghampiri Kyuhyun dan Siwon. Dia tidak sendiri. Seorang pria tampan berada di sisinya.

"Chukkae, Kyunnie…"

Kyuhyun balas memeluk Ahra. Ia berusaha untuk tidak menangis kali ini. "Gomawo…"

"Kau sungguh cantik."

Siwon dan kekasih Ahra hanya tersenyum melihat kedua kakak beradik itu.

Tatapan Kyuhyun beralih pada Seungjin, pria yang dibawa Noona-nya. "Kapan kalian akan menikah?"

Ahra menepuk pelan pipi adiknya. Ia tersenyum manis. "Setelah memastikan kau bahagia, Kyu."

Kyuhyun sedikit merunduk. Dia bahkan sudah lebih tinggi dari Ahra. Di genggamnya kedua tangan wanita cantik di hadapannya. "Aku bahagia, Noona… Maka kau pun harus berbahagia…"

.

.

.

Changmin menghampiri Kyuhyun dengan wajah yang menahan tawa. Kyuhyun yang menyadari hal itu menatap kesal sahabatnya.

Hari semakin siang. Kyuhyun yang sedikit merasa lelah, lebih memilih untuk istirahat sedangkan Siwon yang meladeni tamu undangan yang kebanyakan rekan bisnis Ayahnya dan Ayah Kyuhyun.

"Jika ada yang ingin kau katakan, silahkan!"

"Pfftt~ Mian, Kyu… Tak kusangka Ahra Noona punya ide untuk membelikanmu sebuah gaun." Changmin sedikit membekap mulutnya. Ia masih sadar ini ditempat ramai. Jika mereka hanya berdua pasti Changmin sudah tertawa keras.

"Setelah ini… Kau akan melanjutkan kemana?"

Changmin sedikit melonggarkan dasi birunya. Lehernya terasa dicekik harus menggunakan pakaian formal. "Aku akan menjadi guru di SM Academy nanti. Kau sendiri?"

Kyuhyun menyilang kedua tangan di depan dadanya. "Appa menyuruhku untuk menetap di Jepang untuk mengurusi restaurant China di sana. Apa kau tidak kepikiran untuk menikah juga?"

"Aish, aku ini masih muda, Choi Kyuhyun… Atau… Lahirkan bayi perempuan yang manis untukku." Changmin mengedipkan sebelah mata dengan seringaiannya.

Kyuhyun hanya berdecih. "Kau berniat jadi seorang pengidap Pedhofillia, huh?"

Changmin tidak menjawab. Justru dia beranjak dari duduknya, perlahan mendekati Kyuhyun. Lebih tepatnya ingin membisikkan sesuatu.

"Boleh kuminta semua kaset game-mu? Kurasa… Kau akan lebih suka memainkan 'Game' barumu…"

Changmin segera pergi dengan kekehan pelan dari bibirnya saat melihat wajah Kyuhyun yang merona.

.

.

...WonKyu...

.

.

"Kau lelah?" Tanya Siwon. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. Ia menghampiri seseorang yang sudah menjadi istrinya.

Kyuhyun menarik resleting koper yang sudah penuh. Ia mengangguk lucu. Sementara Siwon mandi, Kyuhyun mengepak baju-baju yang akan mereka bawa pergi nanti. Tidak banyak. Hanya tiga koper yang mereka bawa.

"Kalau begitu, tidurlah." Siwon dengan sigap membopong istrinya, sedangkan Kyuhyun refleks melingkarkan kedua tangannya di leher Siwon. Takut jatuh. Meski ia tahu bahwa Siwon tidak akan membiarkannya jatuh.

Perlahan, dia membaringkan tubuh Kyuhyun di atas kasur. Menarik selimut menutupi tubuh Kyuhyun.

"Wonnie…"

"Heum?"

"Kau ingin… Namja atau yeoja?" suara Kyuhyun lebih seperti sebuah bisikan. Tapi Siwon masih bisa mendengarnya.

Ia tersenyum, lalu memeluk tubuh istrinya. Menempatkan kepala Kyuhyun di depan dadanya yang terbalut baju piyama putih. "Apapun yang Tuhan berikan nanti. Wae?" Siwon sedikit menundukkan wajahnya, ingin melihat wajah Kyuhyun.

Sedangkan Kyuhyun makin menyurukkan wajahnya yang telah merona hebat pada dada suaminya. "Ani. Selamat tidur."

Siwon yang mengerti maksud Kyuhyun hanya bisa mengecup kening di depannya. Semakin memeluk erat tubuh di pelukannya agar terus hangat.

..

..

..

..

Di sinilah mereka sekarang. Berada di sebuah pulau yang terletak dibagian selatan Jepang. Sebuah pulau yang masih menyimpan salju di tengah musim semi.

Tapi Kyuhyun sangat suka disini. Suasana yang tidak begitu berisik. Teramat nyaman. Dari balkon kamarnya dia bisa melihat Mansion yang dulu sering dikunjungi keluarganya jika liburan ke Jepang.

Kyuhyun sedikit tersentak ketika merasa sepasang lengan kekar mengelilingi pinggangnya. "Kau membuatku terkejut."

Pria di belakangnya hanya tersenyum, menumpukan dagunya diatas pundak sang istri. "Apa kau tidak merasa dingin, heum?"

Kyuhyun menggeleng sebagai respon. Dia menyandarkan kepalanya di dada Siwon. Sedikit melakukan gerakan kecil, kekanan dan kekiri. "Aku selalu suka disini. Nyaman."

"Aku heran, padahal sudah memasuki pertengahan musim semi. Kenapa masih terasa seperti musim salju?"

"Disini bahkan sakura akan mekar di penghujung musim."

Sunyi.

Keduanya lebih suka menikmati saat berdua seperti ini. Suasana yang jauh dari kebisingan. Seolah hanya ada mereka. Hanya berdua.

"Baby…" Siwon tahu, dia yang harus memulainya.

"Um?" Kyuhyun sudah terlanjur memejamkan matanya meski tidak tertidur.

"Saranghae…" dikecupnya pipi bulat istrinya.

Kyuhyun meraba kepala Siwon yang berada di belakangnya. Menyisipkan jemarinya pada rambut hitam itu dan sedikit menariknya kedepan. Dia kini seorang istri. Tentu mengerti maksud suaminya. Dia sedikit menolehkan wajahnya.

"Nado Saranghae…" bisiknya, sebelum akhirnya mempertemukan bibir keduanya.

Ciuman lembut tanpa nafsu mengawali hari.

.

.

.

.

Entah sejak kapan kedua tubuh itu telah berada di atas ranjang. Bahkan pintu balkon kamar mereka sudah tertutup rapat.

Siwon mengecup tiap inci wajah manis di bawahnya. Tubuh keduanya hanya terbalut selimut tebal. Mengelus tiap kulit mulus bagai bayi milik Kyuhyun yang membuat sang pemilik mendesah geli.

Apakah Siwon tidak tahu, tubuh BabyKyu-nya teramat sensitive?

Siwon menyingkap anak rambut Kyuhyun yang sedikit basah. "Baby, may I…"

Belum Siwon menyelesaikan kalimatnya, telunjuk Kyuhyun sudah mendarat di bibirnya. Pemuda manis itu membuka matanya yang sejak tadi terpejam. Menatap lembut kedua emerald di atasnya.

"I'm yours. Now and forever… Please…" Bisiknya. Kyuhyun tidak sedang menggoda Siwon. Dia hanya mengatakan hal yang seharusnya. Ia tahu saat seperti ini akan tiba.

"Aku akan pelan. Saranghae…"

.

.

.

Tubuh Kyuhyun sedikit berjengit menahan sakit ketika Siwon perlahan menyatukan mereka. Tangannya terkepal erat.

"Baby…" Panggil Siwon ketika ia melihat raut Kyuhyun. Ia sungguh khawatir. Tidak perduli jika seandainya Kyuhyun menghentikan secara tiba-tiba.

"Gwen… gwencha-nah…". Ia tidak menyangka akan sesakit ini. Lebih sakit dari jari atau lidah Siwon barusan.

Ini untuk pertama kali bagi keduanya. Apa kalian pikir Siwon merasa menikmati?

Tidak.

Ketika bagian paling sensitive-mu di remas dengan erat, itu sungguh menyakitkan. Tapi melihat Kyuhyun yang mengerenyit sakit seperti itu membuatnya jauh lebih perih.

Ia menyurukkan kepalanya pada leher Kyuhyun. Menyesap sedikit kulit pucat yang sudah penuh dengan tanda merah. Menambah tanda lagi. Perlahan membuka kepalan tangan Kyuhyun dan saling menautkan jemari mereka.

"Rileks ne…" bisiknya. Jujur saja, dia tidak sanggup melihat wajah Kyuhyun sekarang.

Siwon mencintai Kyuhyun. Sangat. Melihat oarng yang kau cintai merasakan kesakitan justru membuatmu nyeri.

Kyuhyun berusaha menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Tubuhnya perlahan merenggang meski sakit itu masih menyiksanya. Ia berusaha mengatur nafas yang tersengal. Perlahan bibirnya tersenyum.

Ia teringat percakapannya dengan Jaejoong tiga tahun yang lalu. Siwon mencintainya. Diapun mencintai Siwon. Bukankah selama ini mereka saling menjaga demi saat ini?

"Wonnie?" Kyuhyun hanya memastikan jika Siwon belum tidur.

"Hm?"

"Kau tidak ingin memulainya?"

Siwon mengangkat kepalanya, memandang lekat sepasang iris madu milik kekasihnya. "Aku akan menyakitimu…"

Kyuhyun tahu, bukan hanya dia yang sakit sekarang. Tangannya terjulur, menyeka peluh Siwon. "Aku akan baik-baik saja… Aku milikmu… Gunakan aku sepuasmu…". Bisiknya.

Siwon mulai menggerakkan tubuhnya. Tangan Kyuhyun yang sempat merenggang kembali mengerat. Meremas kuat tangan Siwon.

Ini sungguh menyakitkan. Apalagi jika kau berada di pihak penerima. Mungkin jika dilakukan antara pria dan wanita tidak sesakit ini. Tapi mereka sesama pria.

Seluruh tubuhmu terasa kebas karena hanya terfokus pada sakit dibagian bawah. Siwon sendiri menyadari cairan yang perlahan merembes. Dia tidak ingin melihatnya. Dia tidak akan pernah sanggup melihat cairan merah itu.

Dia sudah menyakiti BabyKyu-nya.

Tubuh Kyuhyun kembali berjengit dengan mata yang terbuka lebar. Air mata terus merembes dari tiap sudut mata karamelnya.

"Won… Won-nieh…"

Bibir Siwon sedikit mengulas senyum. "Heum?"

"U-urghh…"

Siwon menyentuh bagian yang sama. Setidaknya hal itu akan mengurangi rasa perih yang dirasakan Kyuhyun. Dan lagi, BabyKyu-nya mendesah.

Mereka bergerak berdasarkan cinta, bukan nafsu. Secara perlahan menikmati friksi yang menjalar kesetiap sel darah keduanya. Begitu nyaman dan menyenangkan.

Mereka berakhir dengan lenguhan keduanya yang saling memanggil nama yang dicintai.

Siwon masih bergerak pelan. Tidak ingin menyisakan apapun. Memberikan seluruhnya pada tubuh Kyuhyun. Ia menyeka tiap bulir air yang merembes lewat pori-pori istrinya.

Mereka sama-sama lelah. Bahkan nafas keduanya masih terdengar memburu.

Tapi Kyuhyun tidak menyesal. Dia bahagia. Rasa sakit itu membuatnya menjadi milik Siwon.

Utuh.

Mempersembahkan yang selama ini dijaganya dengan sangat baik hanya kepada pria yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta dan memberikan getaran hangat ditiap relung hatinya.

Dengan sisa tenaganya, Siwon membalik keadaan. Kini Kyuhyun berada diatas tubuhnya. Nafas mereka berangsur reda.

Entah apa yang saling mereka pikirkan, tiba-tiba tertawa kecil.

"Lelah?"

Kyuhyun tersenyum. Ia mengangguk kecil.

"Tidurlah."

"Kau tidak ingin mengeluarkannya?"

Siwon mengelus punggung Kyuhyun. Membuat pemuda manis itu merasa nyaman dan perlahan menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh suaminya.

"Aku masih ingin merasakannya. Boleh?"

Kyuhyun yang benar-benar merasa lelah perlahan memejamkan matanya. Sakit itu masih ada. Tapi ia akan membiasakannya. "Ummh~"

Siwon mengecup pelipis kiri Kyuhyun ketika mendengar dengkuran halus. Perlahan, diapun segera menyusul BabyKyu-nya bermimpi. Mimpi indah tentang mereka.

Bukan memimpikan masa lalu. Namun masa depan yang akan mereka jalani.

Ketika cinta begitu diagungkan.

Ketika cinta meleburkan rasa abstrak diantara keduanya.

Ketika cinta mengajarkan untuk saling menjaga pasanganmu.

Ketika cinta menjadi pelengkap buku catatan indahmu.

Ketika cinta tidak menjadi perlambang nafsu.

Ketika semuanya berakhir bahagia karena cinta.

Three Years ago

Karena hari ini Siwon ada rapat sampai malam, Kyuhyun putuskan untuk bermain kerumah Jaejoong yang baru beberapa bulan melahirkan bayi laki-laki.

Kini Kyuhyun tampak asyik dengan bayi mungil itu. Terlihat matanya menyipit saat tertawa. Mirip sekali dengan Appa-nya.

"Hyung…"

"Hm?" Jaejoong sedang menyusun beberapa berkas kerja Yunho. Sebenarnya Yunho sudah melarang Jaejoong untuk bekerja, tapi karena tugasnya sebagai Sekretaris tidak bisa diabaikan begitu saja meski dia baru melahirkan.

Kyuhyun nampak ragu untuk bicara. "A-apa sangat sakit?"

"Mwoya, Kyunnie?" Jaejoong masih terfokus pada laptop di depannya.

"'I-itu'…" cicit Kyuhyun.

Jaejoong menghentikan pekerjaannya sejenak. Menatap pemuda di sampingnya yang tengah sibuk bermain dengan putra pertamanya, Jung Yunjoong. Ia mulai mengerti.

"Tentu saja sangat sakit." Balasnya santai. Dia kembali meneruskan yang tertunda tadi.

"Ji-jinjjayo?"

"Wae? Kau ingin merasakannya, um?"

"A-ani… A-aku hanya bertanya…"

"Kau takut?"

Kyuhyun tidak menjawab. Dia hanya menggoyangkan telunjuknya yang digenggam erat oleh jemari mungil Yunjoong.

"Tidak perlu takut, Kyuhyun-ah. Siwon pasti akan memperlakukanmu dengan lembut. Dia akan menjagamu dari rasa sakit."

"Eh?"

Jaejoong melepaskan kacamata bingkai hitam miliknya. Diletakkannya juga laptop yang sedari tadi dipangku keatas meja. Dia menghampiri Kyuhyun dan duduk disamping kereta bayi berwarna soft pink. Mengelus pelan pipi bulat putranya.

"Yunho juga seperti itu saat pertama kali. Kau percaya, jika aku dan Yunho hanya melakukannya setelah menikah?"

"M-mwo?"

Jaejoong terkekeh. "Selama ini kami hanya sebatas bercumbu, tidak sampai tahap bercinta. Dia hanya akan melakukannya setelah menikah."

"La-lalu?"

"Pertama melihatnya ragu, aku berusaha menguatkannya. Bahwa selama ini aku dan dia saling menjaga untuk saat itu. Memang menjadi pihak penerima akan merasa sakit luar biasa. Tapi ketika melihat matanya, ketika hanya ada cinta disana, rasa takutmu akan hilang. Yunho dan Siwon di besarkan sebagai seorang pria terhormat, Kyu. Mereka tidak akan menyakiti pasangan yang dicintainya."

Kyuhyun menunduk. Entah kenapa pembicaraan ini membuatnya sangat bahagia. Apa Siwon akan melakukan hal yang sama seperti Yunho? Apa Siwon akan lembut padanya nanti?

Pandangan keduanya terarah keluar. Melihat dua mobil terparkir di depan rumah.

Kedua pria gagah itu memasuki rumah mewah. Yunho disambut Jaejoong, melepaskan dasi yang melingkar di leher suaminya.

"Aku ingin menjemput Kyuhyun."

"Makan malamlah disini, Siwon-ah…" Ucap Jaejoong.

"Kyuhyun juga sepertinya masih ingin bermain dengan Yunjoong, ne…" lanjut Yunho. Ia melepas jas hitam yang sebagian menutupi kemeja putihnya.

"Yun, Bantu aku masak…"

"Arra, BooJae…". Mereka berdua meninggalkan Siwon dan Kyuhyun yang sedang asyik dengan bayi mereka.

Dari dapur, Jaejoong bisa melihat keduanya tampak bahagia. Ia juga ikut tersenyum melihat senyum manis terukir dibibir Kyuhyun. Selama ini dia sudah menganggap Kyuhyun sebagai adiknya sendiri.

"Suruhlah Siwon melamarnya, Yun…" Jaejoong mengiris bawang bombai. Ia ingin membuat pasta untuk makan malam hari ini.

"Kyuhyun masih sekolah, BooJae. Siwon akan melamarnya setelah dia lulus dari SM Academy." Yunho memasukkan pasta mentah kedalam panci berisi air mendidih.

"Ku harap Yunjoong bisa mendapat teman secepatnya…"

Yunho menyeringai di sela pekerjaannya. Ia semakin merapat pada istrinya yang sibuk memotong sayur. Semakin mendekatkan bibirnya pada telinga sang istri.

"Bagaimana kalau kita memberikan Yunjoong seorang adik?". Sesudah membisikkan hal itu, Yunho menjilat daun telinga Jaejoong. Salah satu bagian sensitive istrinya.

Jaejoong segera memukul lengan kekar suaminya. "Aku baru melahirkan!" desisnya. Kontras dengan wajah merona dan bibir yang tersenyum.

Yunho tidak serius sebenarnya. Dia lebih suka menggoda BooJae-nya ketimbang melihat raut kesakitan di awal mereka bercinta. Walau pada akhirnya Jaejoong akan mendesah keras.

.END.


okeh~ apdet~ dan... END!

End lohhh~ End loh chingudeul~ bahahahahaha~ *Suha mulai gak waras!

aiihh~ betapa saya senangnya nulis tiga huruf diatas :3


gimana chap kali ini?

Mian ne klo ngerasa ndak puas T^T

Wedding Party-nya pasti ancur dan gak ada romantisnya~

apa lagi (ehem!) 'ituh' *tunjuk bagian NC

saya ndak ada bakat bikin NC. dan sejak awal saya mulai ber-fanfic, saya ndak prnh niat buat nulis NC.

jadi Mianhae kalo kecewa dgn chap kali ini :3

atau... ada author WK yg berkenan mbuatkan chap NC-nya? *modus XD


eerr~ kenapa yah~ saya kok kepikiran buat njodohin nChangmin dgn anaknya WonKyu? ._.)a

gak tega ngliat dia membujang *ditelen nChang XD


Abaikan ocehan gaje saya...

Berkenan REVIEW lagi? ^^V