Gomenne… Thena disibukkan dengan urusan sekolah yang merepotkan -_- jadi nggak sempat update. Kali ini udah lebih dari satu bulan ya #plakk…

Nanti Thena akan berusaha untuk update lebih cepat… #Aamiin…

Happy reading! Chapter kali ini NaLu atau NaLi ya? Atau mungkin slight pair yang lain?

Fairy Tail belongs to Mashima Hiro

Feelings

Chapter 4

[Erza's POV]

"Dasar Natsu… Kemana dia?!" teriakku. Beberapa orang yang kebetulan melintas di depan Fairy Tail dengan cepat langsung berjalan pergi.

"Hei, Erza, kukira kau sudah berangkat dengan-" ucapan Gray terpotong senggolan Lucy. Aku menatap Gray dengan horornya.

"E-Erza… K-kami masuk duluan," ucap Gray sebelum berlari memasuki guild dengan kecepatan penuh. Lucy melirikku sebentar sebelum berlari menyusul Gray. Aku mendengus kesal. Sudah 5 jam lewat sejak aku menunggu kedatangan Natsu.

"Erza? Kukira Natsu-" aku melirik ke arah asalnya suara exceed biru milik Natsu yang datang bersama Wendy dan Charle. Aku menatap Happy heran.

"Natsu? Ia belum datang..," ucapku dengan horornya. Happy menatapku bingung.

"Tapi Natsu sudah berangkat pagi-pagi sekali, kukira ia pasti sudah berangkat bersamamu," ucap Happy, aku mengernyit heran.

"Erza? Kukira kau sudah pergi bersama Natsu, katanya ia mau pergi misi bersamamu ketika ketemu di taman tadi pagi," sahut Mirajane yang baru datang bersama Elfman dan Lisanna.

"Kudengar Natsu pergi dengan Gajeel, kurasa Gajeel menariknya pergi," ucap Elfman. Aku menghela napas panjang.

"Yah, kalau begitu… Gray! Lucy! Happy! Kita pergi misi!" teriakku kesal ke dalam guild tiga oktaf lebih tinggi dari yang kuinginkan. Aku dapat melihat wajah horror Lucy dan Gray sebelum mereka berjalan dengan enggan kearahku.

"K-kenapa a-aku juga ikut, E-Erza?" ucap Happy.

"Kau mungkin bisa membantu di job ini, ayo cepat, nanti ketinggalan kereta," ucapku seraya mulai berjalan menuju stasiun setelah memastikan bahwa Gray dan Lucy mengikutiku.

Hm… Nanti aku harus menghajar siapa? Natsu atau Gajeel? Lagipula kenapa juga Gajeel memilih Natsu? Bukannya ada Phanterlily? Tapi kasihan juga Lucy kalau kubawa ke job ini… Huff… Awas kau, Natsu!

"Hey, Gray, aku tak pernah melihat Juvia mengikutimu lagi," sahut Happy memecah keheningan. Benar juga, biasanya Juvia selalu muncul saat Lucy menjadi terlalu dekat dengan Gray kan? Eh… apa yang kupikirkan?! Harusnya aku mulai berpikir tentang hukuman Natsu dan Gajeel!

"Juvia? Terakhir kali aku lihat sih waktu kalian pulang misi bersama Lisanna-san," balas Lucy.

"Mungkin dia pergi misi solo dan belum pulang," ucapku tidak tertarik. Aku tersentak ketika melihat seseorang dengan rambut salmon pink berjalan melewatiku, sontak aku membalik badanku.

"Natsu!" teriakku. Natsu tampak terkejut melihatku.

"E-Erza? A-aku pergi ke guild sebentar, a-aku segera kembali," ucap Natsu sebelum berlari pergi. Aku mendengus kesal.

"Hei, Erza, karena si fire breath itu sudah datang, aku dan Lucy sudah tak perlu ikut lagi kan?" tanya Gray. "Happy juga," ia buru-buru menambahkan ketika melihat tampang melas Happy.

"Hm? Terserah, kalian tidak pergi dalam 5 detik dan aku berubah pikiran. Satu..," ucapku memulai hitungan. Belum saja melanjutkan menghitung, Gray, Lucy, dan Happy sudah keburu menghilang.

Aku berbalik menuju guild, aku harus memastikan bahwa Natsu tak akan kabur lagi. Benar-benar merepotkan. Belum saja aku melangkah, rambut salmon pink Natsu sudah terlihat dari kejauhan. Ia berhenti sejenak di depanku, mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Darimana saja kau?!" bentakku dengan horornya. Natsu menyodorkan beberapa lembar uang padaku. Aku memandangnya dengan bingung.

"Job-mu sudah selesai, aku baru saja pulang dengan Gajeel dan Juvia," ucapnya. Aku memandangnya dengan ekspresi campuran terkejut dan kesal.

"Kenapa kau lakukan job-ku, Natsu?!" teriakku. Natsu masih sempat menutup telinganya sebelum aku sempat berteriak. Natsu hanya menunjukkan cengiran tidak berdosanya.

"Aku dibayar untuk hal itu," balasnya santai seraya menyodorkan sebuah robekan kertas. Aku mengangkat sebelah alisku sebelum mengambil (baca: merampas) kertas itu darinya.

"Atap Fairy Hills, pukul 7 malam

-J. F"

"Aku pergi dulu, Erza, masih ada misi bersama Gajeel," ujar Natsu sebelum berjalan pergi meninggalkanku yang masih saja membaca kertas itu berulang kali.

[Lucy's POV]

"Gray-samaaa~"aku menoleh ke arah pintu guild dan melihat Juvia bersama… Gajeel?

"Juvia, kita kemari hanya untuk menunggu flame brain, jangan terlalu fokus pada Gray," peringat Gajeel. Aku mengernyitkan alisku.

"Juvia, kau akan pergi misi bersama Gajeel? Dimana Phanterlily?" tanyaku heran. Tidak biasanya Juvia pergi misi bersama seseorang sebelumnya, apalagi seorang lelaki, kecuali Gray -yang ia paksa untuk ikut-.

"Phanterlily sakit, sudah lebih dari seminggu, jadi Gajeel -kun meminta bantuan Juvia, lagipula nanti juga ada Natsu-san," jawab Juvia. Aku semakin mengernyitkan alisku.

"Kau.., tak mengajak Gray?" tanyaku lagi. Juvia melirik Gajeel yang memasang stoic face-nya sebelum menggelengkan kepalanya dengan yakin.

"Juvia sudah janji dulu dengan Gajeel-kun," jawabnya. Aku masih saja memandangnya dengan heran, tapi suara bantingan pintu membuyarkan lamunanku.

"Iron breath, Juvia, ayo cepat, sebelum aku berubah pikiran dan memilih berjalan kaki menuju tempat misi kita!" teriak Natsu

"Kau lama, flame brain!" gerutu Gajeel, ia menolehkan kepalanya pada Juvia. "Jangan bertindak sebelum berpikir lagi, kalau kau terluka aku yang repot," aku semakin dibuat bingung oleh Gajeel dan Juvia. Sejak kapan Juvia lengket dengan Gajeel?

"Hei, bunny girl, jangan lupa hutangmu untuk menjadi penariku lusa, jangan kau pikir aku lupa," ucap Gajeel dengan santai sebelum melenggang pergi bersama Natsu dan Juvia. Aku menatap kepergiannya dengan horror.

"Ayolah, Lucy, itu tak terlalu buruk," ujar Erza yang entah sejak kapan berada disampingku dan dengan santai memakan strawberry cake-nya.

"Kalau begitu kenapa tidak kau saja, Erza?" balasku kesal. Aku mulai meminum orange juice-ku yang sejak tadi kuabaikan.

"Aku… ada urusan," ucapnya sedikit tergagap, aku menaikkan sebelah alisku. Sejak kapan Erza jadi seperti ini? Wait… Erza hanya menjadi begini jika memikirkan Jellal… Aku menoleh ke sekelilingku.

"Hei, Mira, kau lihat Levy?" tanyaku pada Mirajane yang kebetulan lewat dibelakangku.

"Kurasa ia pergi ke perpustakaan sejak pagi, dan aku belum melihatnya keluar," jawabnya sebelum melanjutkan pekerjaannya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju perpustakaan. Aku tahu betul bahwa Levy menyukai Gajeel, ia hanya tak pernah cerita apapun.

"Levy-chan?" ucapku pelan seraya membuka pintu perpustakaan. Levy tampaknya tak mendengarku dan duduk dengan tenang membaca sebuah buku. Aku berjalan dengan pelan ke arahnya setelah menutup pintu perpustakaan. Aku mendudukkan diriku disampingnya. Ia tampak terkejut melihatku. Walaupun samar, aku dapat melihat bekas air mata di pipinya.

"Levy-chan, kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir. Ia terlihat memaksakan senyuman.

"Apa yang kau bicarakan, Lu-chan? Tentu saja aku baik-baik saja. Hanya saja..," ia terdiam. Aku menghela napas panjang sambil meletakkan tanganku di bahunya.

"Levy-chan, berhenti berbohong, kau melihat Gajeel dengan Juvia kan?" tanyaku pelan, Levy hanya menganggukkan kepalanya.

"Gajeel tampak menjauhiku dan semakin lengket dengan Juvia, apa aku melakukan hal yang salah, Lu-chan?" lirihnya. Aku hanya dapat terdiam mendengar ucapannya.