.One.

.

.

Tri-Angle

.

.

Author : Suha Camui

Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong, Park Yoochun, Kim Junsu, Choi Siwon, and others

Disc: TVXQ!. JYJ, SM ent, CJES

Song : TVXQ!-Tri-Angle

.

.

.Happy Reading^^.

.

.

The World.

Awal dari sebuah dunia yang hanya mengenal perang tanpa damai. Perang antara Day dan Night. Perang yang menyatukan dan memisahkan. Perang yang di lakukan untuk memperebutkan "Gold Tri-Angle".

Perang yang memperlihatkan betapa indahnya langit biru.

.

.

.

"U-Know, kau melamun lagi!" Andrew menepuk jidat laki-laki berambut hitam yang hanya dibalas dengan kerutan alis dari laki-laki itu.

"Aku tidak melamun" balasnya.

"Kau memikirkan Hero lagi?!" tebak Andrew. Ia tahu sahabatnya itu mencintai Hero yang berada dikelompok Night. Tapi hal itu memustahilkan mereka untuk bersatu karena U-Know adalah ketua kelompok Day. "Sudahlah, U-Know! Berhenti memikirkannya! Dia…"

"Andrew, aku tak ingin berdebat denganmu. Aku hanya ingin menikmati kesendirianku." Potong U-Know, cepat.

Pria itu mendesah. "Kau tidak ingin mengunjungi Sicca?" Tanyanya, mengalihkan suasana.

"Bagaimana keadaannya?"

"BoA memberitahuku, kalau sekarang gadis itu kabur dari Ruang Penyembuhan."

"Anak itu... kapan dia akan mendengarkan perkataan orang lain?" U-Know menghela napas dan beranjak dari duduknya. "Kita harus menemuinya."

Andrew tersenyum. Setidaknya ada orang lain yang diperhatikan sahabatnya selain Hero.

U-Know dan Andrew pun sampai disebuah hamparan hijau yang luas dan berbukit. Mereka berdua melihat seorang gadis berambut jingga lurus sepinggang sedang bermain-main dengan Carberus kecil dipangkuannya.

"Apa BoA sudah memperbolehkanmu keluar dari Ruang Penyembuhan?" Tanya U-Know, seraya menghampiri gadis berambut jingga itu.

Sicca menoleh kebelakang dan melihat kedua temannya berdiri dibelakangnya. Dia tersenyum, "Apa kau pikir aku akan menuruti perkataan BoA begitu saja?"

U-Know menghampiri Sicca dan menyerahkan sebuket bunga kristal berwarna ungu.

"Terima kasih. aku suka sekali flower Purple..." Gadis berambut jingga itu tahu, meski U-Know tidak banyak bicara, tapi dia memiliki hati yang lembut, dan setidaknya laki-laki itu masih memperhatikan dirinya.

"Wah...wah... sepertinya bunga dariku akan layu..." Canda Andrew.

"hihihi… aku juga suka flower Yellow. Apa kau akan mamberikan bunga itu untukku sebelum layu?" balas Sicca

Andrew tertawa. Ia memberikan buket bunga kristal kuning keemasan yang sedari tadi ditangannya.

Seharian itu, U-Know dan Andrew menghabiskan waktu bersama Sicca, gadis kecil yang selalu berdiri diantara keduanya.

Gadis itu terluka terluka ketika TraX lepas kendali dan terkena serangan yang tidak disengaja dari Micky, ketua Night, yang saat itu justru bermaksud ingin menolongnya.

.

.

.

"Hero Hyung..." Suara itu tiba-tiba terdengar dalam pikiran pemuda berkekuatan hujan yang tengah bersandar pada sebuah pohon yang lumayan besar dan mulai membuka kelopak matanya yang sedari tadi tertutup.

"Ada apa, Xiah?" Tanya seorang lelaki berparas cantik dengan rambut panjang yang sebagian di kuncir kebelakang dengan poni yang lumayan panjang menutupi paras cantiknya.

Tak berapa jauh dari tempatnya duduk, Xiah tersenyum. Ternyata telepatinya masih didengar oleh saudara kembarnya. Hero kembali menutup matanya.

"Aku lebih suka berbicara ketika kau ada dihadapanku..." ucapnya lagi.

Laki-laki berambut keperakan itu pun menghampiri Hero dan duduk disampingnya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Xiah

"Menurutmu?"

"Kau pasti sedang memikirkan U-Know." jawabnya dengan wajah yang ceria

Hero membuka mata dan menoleh, "Dari mana kau tahu aku sedang memikirkannya?"

"Apa kau lupa bahwa kita kembar? Aku bisa masuk kedalam hatimu tanpa kau ketahui..." Ia tersenyum melihat reaksi dari kakak kembarnya itu. "Oh ya, bagaimana kabar Micky? Apa dia dihukum oleh BoA? Ku dengar, Sicca terluka parah karena terkena Light Sabbith milik Micky."

"Micky tidak dihukum. Sicca terluka karena penyerangan TraX dan saat itu Micky ingin melindunginya, tapi serangannya meleset dan mengenai Sicca. 'Beliau' mengatakan bahwa ini kesalahan BoA yang lalai mengontrol para TraX itu."

"Lalu, sekarang dia ada dimana?"

"Dia sedang menemui Sicca, karena bagaimanapun juga, Sicca terluka karena serangannya."

Hero mendongak keatas. Menatap lekat langit biru polos yang membentang luas. "Xiah, menurutmu… kapan perang seperti ini akan berakhir?" Tanya Hero kemudian.

Laki-laki pemilik kekuatan petir itu memandang kakaknya dari samping. "Apa kau akan menentang perang yang telah terjadi ribuan tahun yang lalu?" Tanya Xiah, balik. Dia ikut mendongak keatas, "Ini takdir yang dipilih untuk kita, Hyung. Hanya 'Beliau' yang mengetahui apa yang akan terjadi dimasa depan nantinya. Kita tak memiliki hak untuk mengakhiri ataupun memulai."

Hero terdiam sejenak mendengar jawaban adiknya.

"Hmmm… sudah lama aku tak melihat Max. Bagaimana keadaannya sekarang?" Hero mengalihkan pembicaraan. Dia tak dapat merangkai kata-kata untuk menjawab perkataan adik kembarnya itu.

Wajah putih Xiah bersemu merah, tak menyangka kalau kakaknya akan menanyakan kekasihnya itu. "A...a…anu... Max..." jawab Xiah, gelagapan dan salah tingkah.

Hero kembali tersenyum. Senyuman yang begitu tipis nyaris tak terlihat itu menghiasi bibir merahnya kini. "Ternyata dia baik-baik saja…"

"Hei! Kau membaca isi hatiku!"

"Kau juga melakukan hal yang sama, kan?" Hero mulai beranjak berdiri lalu menghela nafas. "Aku iri padamu, Xiah."

Xiah menatap bingung kakak kembarnya, "Iri pada apa?"

"Pada banyak hal yang bisa kau lakukan dan pada sesuatu yang tak bisa kulakukan..." Hero menoleh, kemudian pergi meninggalkan adiknya yang masih bingung.

.

.

.

"Kupikir kau ada di Ruang Penyembuhan. Apa BoA sudah memperbolehkanmu keluar?" seorang laki-laki berambut hitam pekat menghampiri Sicca.

"Untuk apa kau kemari? Ini tidak ada hubungannya denganmu!" jawaban Sicca terdengar begitu ketus

"Ini memang tidak ada hubungannya denganku, tapi kau terluka karena seranganku. Terlebih lagi, dia begitu mengkhawatirkan keadaanmu." Balas Micky dengan air muka yang begitu tenang.

"Dia?"

"Maksudku Hero"

"Cih! Apa dia tidak punya hal penting selain mengkhawatirkan orang lain?"

"Nada bicaramu seperti orang yang sedang cemburu, Sicca."

"Ini tidak ada hubungannya denganmu! Dan tolong kau katakan pada Hero untuk tidak mengkhawatirkanku lagi, karena aku tak sudi dikhawatirkan olehnya!"

"Ternyata tebakan Hero benar, kalau sebenarnya selama ini kau menyukai U-Know."

"Bukankah kau juga menyukai Hero, Micky?"

Micky tersenyum tenang. "Mungkin lebih tepatnya Hero adalah salah satu orang yang paling penting dalam hidupku dan aku pasti akan melakukan apapun agar dia bisa berbahagia." Ucapnya, memejamkan matanya.

"Heh! Ternyata kau sama buruknya dengan lelaki itu!"

Micky tidak ingin terlibat lebih jauh dengan pembicaraan itu. Dia memutuskan untuk meninggalkan gadis berambut jingga itu sebelum U-Know dan Andrew melihatnya berdebat dengan salah satu anggota Day. Bisa menjadi masalah, pikirnya.

"Baiklah, sepertinya kau butuh istirahat yang lebih. Setidaknya kenyataan bahwa kau sudah membaik bisa membuatnya lebih tenang…"

.

.

.

"U-Know, pertarungan kali ini biarkan aku yang melakukannya!" ucap Sicca, tegas.

Mata U-Know melebar mendengar ucapan Sicca yang tidak biasa. "Kenapa?" Tanya U-Know akhirnya tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan bunga berwarna ungu di hadapannya. Flower Purple, bunga kesukaan Hero.

"Karena aku ingin melakukannya. Setidaknya aku ingin memenangkan sesuatu…" nada bicara Sicca kembali melembut.

"Tapi yang akan maju di pihak Night adalah Hero. Dia yang terkuat setelah Micky. Aku tidak bisa mengizinkanmu melawannya." Balas U-Know tegas. Dia menundukkan kepalanya, "Aku yang akan melawannya..." sambungnya lagi.

"Tidak! Karena lawannya Hero-lah aku ingin maju ke pertempuran. Selama ini aku hanya melihat kau dan Andrew berjuang sendirian di setiap pertempuran. Sedangkan aku hanya duduk melihat kalian bertarung dan terluka. Maka dari itu, kali ini saja, kumohon, U-Know…" mata Sicca mulai berair. Dia menggenggam erat tangan Ketua Day itu, seseorang yang selama ini begitu di cintainya.

"Tidak bisa, Sicca. Jika kau bertarung dengan Hero, kau bisa mati. Aku tidak mau itu terjadi…"

"Ku mohon… aku akan berusaha untuk menang… kesempatanku hanya kali ini…aku ingin menang darinya…" kini Sicca telah menangis.

Pria pemilik sayap di mata kirinya itu memeluknya. Dia memang tidak bisa melihat siapa pun menangis, karena hal itu akan membuatnya mengingat Hero. Lelaki cantik berambut hitam kecokelatan yang begitu mencintainya.

.

.

.

Arena pertempuran yang di pilih kali ini adalah padang rumput. Sicca dan Hero sedang bersiap untuk memulai pertarungan.

Pertarungan yang akan membawa mereka pada ujung takdir…

Sicca siap dengan armor lengkapnya yang berwarna jingga terang. Kedua belati telah siap di kedua tangannya. 'Shield Senja'-nya pun telah di pasang melingkar disekujur tubuhnya untuk meredam setiap serangan yang diterimanya.

Di lain pihak, Hero juga telah siap dengan armor lengkapnya. Armor berwarna silver terang itu membungkus tubuhnya. Kristal-kristal berbentuk bintang mengelilingi tubuh ramping itu. Rambut yang biasanya di kuncir, kini di biarkannya terurai sehingga angin dengan nakalnya memainkan setiap helai rambut panjang Hero.

U-Know pernah mengatakan kalau dia begitu menyukai rambut lurus Hero jika di urai, terlihat begitu indah di matanya. Dan kali ini, untuk pertama kalinya di dalam pertarungan, dia mengurai rambutnya.

.

.

"Hero, apa kau yakin?"

Hero menoleh dan melihat Micky berada di belakangnya. "Maksudmu?"

"Jika kau kalah, akan banyak yang menangis. Tapi, jika kau menang, Sicca akan mati atau terluka, U-Know pasti memutuskan untuk berhenti mencintaimu…"

Hero tertawa pelan, "Kenapa kau memikirkan hal itu, Micky? Seperti bukan kau saja…"

Micky berjalan mendekat pada Hero, kemudian menyentuh dan membelai lembut wajah salah satu anggota Night itu dengan jemarinya. "Aku tidak ingin kedua hal itu terjadi."

Hero tersenyum. Bukan senyum tipis yang nyaris tak terlihat seperti yang biasanya di sunggingkan. Namun senyum manis yang sangat indah. Lengkungan senyum itu begitu jelas dan nyata tercetak di bibir penuh Hero. Dia menggenggam tangan Micky yang sedari tadi membelai wajahnya. "Kenyataan yang mana pun akan sama. Untuk itu, aku ingin mengakhiri semua ini…"

Hero melangkah meninggalkan Micky yang terus menatapnya.

.

.

Kini, dia telah berhadapan dengan Sicca di arena pertempuran. Angin semakin kencang berhembus. Menerbangkan tiap dedaunan yang mengering. Memainkan rambut panjang dari dua tokoh yang berbeda.

Hero tersenyum ramah pada Sicca yang menatapnya tajam. "Lama tak bertemu, Sicca."

"Jangan berbasa-basi denganku!"

"Sebenci itukah kau padaku?"

"Rasa benciku padamu, sama dengan rasa cintamu pada U-Know!" ucap Sicca geram, menahan emosi yang sedari tadi menyelimuti dirinya.

Hero hanya menanggapi ucapan gadis ber-armor jingga itu dengan senyumnya. Senyum termanis yang pernah di sunggingkannya. Juga senyum terakhir yang menghiasi wajah putihnya.

Tak berapa lama, seorang wanita berambut keemasan yang mengenakan gaun serba putih turun di tengah keduanya, menjalankan tugas untuk memulai pertempuran.

Sebelumnya, dia memasang pelindung untuk melindungi tempat yang di jadikan arena pertempuran, juga berfungsi sebagai pembatas agar serangan-serangan yang di berikan tidak menyebar ke tempat lain. "Kekkai".

BoA menerbangakn sehelai sayap. Ketika sayap itu perlahan turun ketanah, maka pertempuran segera di mulai dan tidak ada yang bisa masuk dalam pertempuran itu atau jika ada yang mengganggu, akan segera di segel dalam sebuah "Tri-Angle".

Hero dan Sicca saling baku hantam. Tapi dalam pertarungan ini, Hero jauh lebih unggul karena dia sering melakukan pertarungan, sehingga kemampuannya membaca serangan lawan semakin hebat.

Meski Sicca telah menggunakan 'Shield Senja', serangan dari Hero tetap memberi pengaruh buruk untuk tubuhnya. Ketika berada di atas angin, Hero menghempaskan tubuh Sicca menggunakan 'Aqua Storm'-nya, sehingga 'Shield Senja' perlahan retak, membuat Sicca mengalami pendarahan hebat di bagian kepalanya.

"Sicca!" teriak Andrew. Dia hendak turun namun langkahnya di cegah Sang Ketua Day. "Apa kau ingin membiarkan Sicca mati, hah?!"

"Tidak. Tapi, jika kau menolongnya, maka Sicca akan di diskualifikasi dari pertarungan dan perjuangannya selama ini akan sia-sia." Ucap U-Know dengan wajah yang menahan kekhawatiran ketika Hero dengan bertubi-tubi mendesak salah satu anggota Day.

"Tapi…" Pria bertubuh tinggi atletis itu menggigit bibir bawahnya melihat Sicca berusaha untuk bangkit. Dia tidak tahan, kemudian pergi meninggalkan U-Know sendiri.

"Maafkan aku… aku tidak bisa menghentikannya…" U-Know menatap nanar pada gadis ber-armor jingga yang masih terbaring di tanah. Dari atas, dia bisa melihat pertarungan itu dengan jelas.

Deg!

Hero mendongak ke atas dan menatap U-Know, kemudian tersenyum.

"Hero…" desis U-Know, ketika secara perlahan memori tentang kekasihnya itu terputar layaknya jarum jam. Pelan tapi pasti.

#

#

#

Di tengah hamparan Lavenda, kedua lelaki sedang terbaring di atas rerumputan menghadap langit . Mata keduanya masih terkatup. Raut wajah pun begitu tenang dan damai. Bahkan dengan isengnya angin mulai berdesir pelan, membelai tiap inci wajah bak porselen itu.

Lelaki berambut panjang kecokelatanlah yang pertama kali membuka mata, menampilkan sepasang Ametish indah dari balik kelopak mata dengan bulu lentik. Bibir penuh sewarna rose itu saling menarik di kedua sisinya, menciptakan senyuman indah.

Ia menoleh ke kiri. Senyum itu bertambah manis ketika tahu sang kekasih masih di sampingnya.

"Apa kau tidur?" Tanyanya.

"Menurutmu?" Pria pemilik sayap pada mata kirinya balik bertanya tanpa membuka mata.

Pemuda itu kembali menolehkan wajahnya menatap langit yang selalu berwarna Azure. "Apa kau percaya, bahwa ada dunia lain dengan warna langit yang sama seperti di sini?"

"Hm?" Pria di sampingnya membuka mata dan memandang pemuda cantik di sampingnya dengan sepasang Obsidian pekat miliknya.

"Dumia lain yang begitu indah... Di mana yang terkasih bisa menaut erat jemari kekasihnya…"

U-Know menggerakkan tangannya, mengamit telapak putih yang tergeletak di atas perut Hero. Menggenggam tangan itu, menautkan jemari mereka. Bibirnya mengulas senyum. "Tak perlu dunia lain, Hero… Di sini pun aku bisa menyatukan jemari kita…"

Hero menoleh, kembali memandang wajah pria berjubah putih di sampingnya. "Terima kasih…".

Ia semakin merapatkan tubuhnya pada U-Know. Menikmati detak jantung kekasihnya yang akan selalu ia hapal. Ia percaya ada "Other World" selain "The World" tempatnya berada.

Itu sebabnya ia ingin menemukan "Other World". Di mana tidak ada Night ataupun Day yang membedakan. Untuk itu, dia akan berusaha untuk menang demi mendapatkan "Gold Tri-Angle", yang mampu mengabulkan sebuah permohonan.

Hero kembali menutup Ametish-nya dengan senyum yang makin mempercantik wajah putihnya. Jika ia deperbolehkan berharap, ingin sekali rasanya waktu berhenti berputar. Agar ia bisa terus menghapal tiap hembusan nafas dan denyut nadi kekasihnya.

#

#

#

Sicca mulai berdiri, mata kirinya terpejam karena aliran darah di kepalanya merembes kebagian wajahnya sebelah kiri. "A...aku…masih bisa bertarung…" ucapnya dengan napas tersengal-sengal.

Hero menutup mata, kemudian membukanya lagi, dia masih tersenyum lembut. sejenak tadi, dia kembali mengingat kenangan paling indah dalam sudut memorinya. "Aku tahu itu…".

Ketika Hero ingin menghunuskan pedangnya kembali, sebuah anak panah berwarna kuning keemasan melesat menembus tepat di bagian jantungnya. Hero masih berdiri, mulutnya perlahan merembeskan cairan merah, darah di bagian dadanya juga mengalir deras karena anak panah itu menembus jantungnya. Sedetik kemudian, matanya perlahan terpejam, tubuhnya limbung.

U-Know langsung menangkap tubuh Hero dalam pelukannya. Mendekap erat tubuh kekasih tercintanya. Menghapus setitik air mata yang mengalir dari sudut mata yang terpejam.

Xiah yang saat itu baru sampai di arena pertempuran langsung mengamuk ketika melihat anak panah yang di lesatkan Andrew menembus jantung kakak kembarnya.

"Andrew brengsek!". Dia langsung menuju Pria itu dan menghantamnya dengan 'Dark Thunder', membuat Andrew yang belum siap tempur langsung sekarat.

"Xiah! Hentikan!" Micky langsung 'mengunci' tubuh Xiah, sehingga pemuda itu tidak bisa bergerak. Kaku.

"Micky, lepaskan aku! Biakan aku membunuh si brengsek itu!" teriak Xiah yang sudah di kuasai oleh amarah, dan berusaha untuk melepaskan 'kuncian' Micky meski percuma, karena tidak ada satupun yang bisa meloloskan diri jika 'terkunci' oleh Micky.

Tentu yang bisa melepasnya hanya orang yang memiliki kekuatan setara dengan ketua Night itu, dan hanya U-Know yang mampu bebas dari 'kuncian' tersebut.

"Ku bilang hentikan!" bentak Micky, membuat Xiah langsung terdiam. Pasalnya pria di hadapannya itu selalu bersikap tenang dan lembut.

"Kenapa kau melakukan ini, And?!" Sicca mendekati Andrew yang sudah kesulitan untuk bernapas. Dia berjalan tertatih dan memegangi lengan kirinya yang terus mengalirkan darah segar.

"Ak...aku tidak...ingin kau…mati…"

Sicca menangis sambil memegangi lengan kirinya, tubuhnya ambruk dengan lutut yang masih bisa menopang tubuhnya, di samping tubuh Andrew. "Tapi…", dia langsung melihat ke arah U-Know yang terus memeluk tubuh Hero.

Sicca bisa melihat cairan bening menetes dari celah mata pria itu. Ia tahu, U-Know sangat mencintai Hero.

Meneteskan air mata adalah kelemahan bagi U-Know. Bahkan ketika satu per satu anggota Day tewas pun Sicca tak pernah melihat pipi Ketuanya itu basah. Dan ini untuk pertama kali baginya melihat seorang U-Know menangisi kematian seseorang.

Hanya kematian Hero…

"Micky, lepaskan aku. Sekarang aku sudah tidak apa-apa. Aku ingin melihat Hero Hyung…" ucap Xiah, lemah. Lelah karena percuma melepas 'kuncian' Micky. Lelah karena matanya terus meneteskan cairan bening. Lelah karena kini sudah tidak ada seseorang yang bisa merasakan 'Lelah'nya.

Micky pun membuka 'kunci' berbentuk bintang di tubuh Xiah. Pemuda berambut perak itu langsung menghampiri jasad kakaknya yang terus di peluk oleh U-Know. Dia membelai rambut panjang yang menutupi wajah kakaknya, dan mengusap lembut darah di sudut bibir Hero. Air matanya kembali mengalir.

BoA turun dan menapakkan kakinya di padang rumput hijau bagai beludru. Perlahan berjalan menuju tubuh Andrew yang semakin melemah karena luka di sekujur tubuhnya akibat hempasan petir dari Xiah. Ia hendak menyegel Andrew yang melanggar aturan.

"BoA, tolong, segel aku saja." U-Know akhirnya bicara.

"Kenapa?" Tanya BoA, tenang.

"Apa kau pikir aku masih bisa hidup setelah Hero membawa seluruh jiwaku pergi bersamanya?" U-Know membelai wajah kekasih yang begitu di cintainya itu.

BoA menghela napas. "Baiklah jika itu permintaanmu…"

Perlahan, U-Know mendekatkan wajahnya kewajah Hero, kemudian mengecup lembut bibir pucat pemuda bermanik Ametisht itu.

Tubuh Hero semakin memudar, membias cahaya ungu terang dan berubah menjadi ribuan cahaya kecil yang membumbung ke atas.

"Aku akan menyegelmu pada Tri-Angle..." Ucap BoA. Kemudian terbentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi tubuh U-Know dan mulai mengeluarkan formasi penyegelan.

Cahaya merah mulai menyelimuti tubuh pria itu, kemudian cahaya itu menyatu pada 'Tri-Angle' sewarna darah.

"Aku percaya pada dunia yang kau percayai, Hero. Maka dari itu, mari kita pergi bersama… Lalu bertemu kembali…"

.

.


Tri-Angle


.

.

Seorang pemuda berambut dark chocolate melangkahkan kakinnya sambil menggeret koper hitam. Tangan kirinya sibuk memainkan ponsel touchscreen-nya, menyampaikan sebuah pesan bahwa dia sudah sampai di Incheon International Airport.

"Tuan Jung Yunho?" Tanya seorang pria bertubuh kekar, yang menggunakan setelan jas hitam.

Pemuda berambut dark chocolate itu mendongak lalu tersenyum sopan. "Ye. Kangin-sshi?" Tanya pemuda itu, memastikan siapa yang menjemputnya.

Pria kekar itu mengangguk hormat, "Josonghamnida. Saya terlambat menjemput Anda karena terjebak macet"

Yunho tersenyum maklum. "Gwenchana. Baiklah, kau bisa membawakan barang-barangku." Yunho menyerahkan koper hitamnya serta tas gendong yang sedari tadi melekat di punggungnya.

Yunho melepas kacamatanya, sedikit mendongak dan menatap langit biru dengan semburat tipis awan. Dia tersenyum lembut. Ia mengambil ponselnya, mengarahkannya keatas. Mengabadikan langit biru itu. Kebiasaan yang begitu di sukainya.

Tidak sadar jika ada seorang pemuda berambut hitam lurus berlari kecil dengan kepala tertunduk. Memandang layar ponselnya juga.

Bruukkk!

Namja berambut hitam itu menabrak dada Yunho, membuat pemuda itu sedikit mundur kebelakang, tapi untungnya dia bisa menjaga keseimbangan. Bahkan dengan sigap memeluk tubuh namja itu agar tidak jatuh.

"Jo-Joesoumnida…" namja berambut hitam itu terus membungkukkan badannya. Berusaha meminta maaf.

"Ya! Berani sekali kau berbuat tidak sopan pada Tuan Yunho!" Kangin, pria kekar tadi, menghampiri namja berambut hitam dengan tatapan garang.

"Sudahlah, Kangin-sshi, aku tak apa-apa. Aku juga minta maaf karena berdiri sembarangan…" Suara lembut Yunho mengalun indah. Dia sedikit tertegun melihat rambut lurus namja di depannya yang masih membungkuk.

Rambut yang indah ketika matahari menerpanya, batin Yunho.

"Jae Hyunggg! Di sini!" suara teriakan bak lumba-lumba itu menginterupsi keduanya.

Namja itu mendongak dan seketika pandangannya bertemu dengan Yunho. "Sekali lagi, maafkan ketidak sopananku." Dia langsung berlari melewati tubuh pemuda itu dan menghampiri adik beserta teman baiknya, Junsu dan Yoochun.

Sedangkan Yunho masih terpaku. Entah kenapa, dia seolah mengenal mata itu. Mata yang sekilas berwarna ungu terang. Sepasang Ametisht.

Dia menoleh kearah namja yang menabraknya barusan, namja itu tengah berbincang dengan dua laki-laki. Sesekali lelaki pemilik suara lumba-lumba tadi memeluk namja yang di panggil "Jae Hyung" itu.

Namja itu juga menoleh padanya. Dia tersenyum pada Yunho. Ya, senyum yang tipis namun Yunho benar-benar nyata melihatnya. Dibalas senyuman itu, seolah mereka telah saling kenal.

"Tuan, mari kita berangkat." Kangin menghampiri Yunho lagi, setelah ia selesai memberi kabar bahwa ia sudah menemukan putra dari majikannya.

"Ye." Yunho memasuki mobil metalik berwarna hitam. Sebelum masuk mobil, dia kembali melihat langit cerah siang itu.

"'Jae'… Nama yang manis…" gumam Yunho ketika ia kembali melihat namja cantik itu tersenyum sebelum mobilnya berangsur meninggalkan bandara. Di pejamkan kedua permata bak Obsidian miliknya dan menyandarkan punggungnya. Bibirnya mengulas senyum.

Entah kenapa ia yakin, jika suatu saat nanti dia akan menikmati senyum itu setiap hari…

.

~~END~~

.


Puuhh~ akhirnya fantasy fic ini saya jadikan fanfic yunjae -w-

hokeh, penjelasan singkat FF ini...

di FF ini ada tiga cerita yg terbentuk seperti oneshoot tapi punya pertalian dan saling terhubung. cerita pertama Tri-Angle, kedua Just the way you are, ketiga With you always

so, next story Just the way you are :3

yang minta lanjut, berkenan R-E-V-I-E-W? ^^V