Perjalanan Si Petualang

Part I

Basah.

Yah, dari dulu yang namanya rawa-rawa selalu basah, bukan? Apalagi rawa tempat tumbuhnya banyak serangga aneh seperti Brutal atau Meat Clod, atau bahkan tanaman tidak jelas seperti Anabola Cyst. Walau begitu, rawa-rawa seperti ini telah menjadi saksi atas perjuangan para patriot Cora.

Kinipun ia tengah menyaksikan dua orang patriot Corite muda bertempur untuk hidup mereka, dan kejayaan.

Cerita ini diambil dari sisi seorang Adventurer muda, Al'astair Revende Lacqueri. Kenapa ia memilih untuk menjadi seorang Adventurer? Karena idolanya, Sheizan Skyline Chandelier, adalah seorang Adventurer. Pertama kali ia melihat idolanya itu di tengah Headquarters Cora, membawa kemenangan dalam Chip War pada Accretia. Ia dikelilingi tiga orang wanita yang selalu bersama dengannya. Mereka berempat adalah tumpuan bangsa saat itu.

Saat ini, masa-masa kejayaan itu sudah tiada. Keempat orang itu tidak lagi ada di sini. Kekuatan yang awalnya sempat bergeser ke Holy Alliance, kembali bergeser kedalam keseimbangan.

Dan tirai pun dibuka…

"Uwooo!" *fwap!* Sebuah anak panah dari Beam melesat menembus udara dingin di Rawa Tua, Numerus. Panah tersebut membelah udara dengan indahnya sebelum mendarat di abdomen Brutal Ace yang berada 15 meter dari sang pemilik busur.

"Hyah!" 10 meter di sebelah kiri Brutal Ace, seorang Warlock merapal mantra, menembakkan sebuah Fireball yang berangkat menuju kepala Brutal Ace itu. Brutal Ace, yang hanya terpaku pada si pemanah, tidak menyadari kalau sebuah bola api seukuran kepalan tangan sedang menuju kepalanya. Ledakan tak terhindarkan lagi. Bola api itu menghantam telak mata kirinya.

Meski matanya terbakar dan abdomennya terpanah, Brutal Ace belum menyerah. Tubuhnya yang besar diciptakan untuk menjadi jauh lebih kuat dibanding Brutal biasa yang bakal hancur hanya dengan sedikit serangan. Mereka diciptakan untuk menjadi 'Ace' diantara monster-monster sejenis. Mereka tangguh, dan tidak mudah dijatuhkan.

Brutal itu masih berjalan menuju sang pemanah.

"Al! Lari, tapi jangan kabur!" teriak sang Warlock. Al'astair membalasnya sambil menyarungkan busurnya. "Nggak perlu disuruh juga gw udah mau lari! Sayangnya gw nggak bisa kabur walau gw mau."

Warlock itu tersenyum masam. Memang, dia sih yang mengajak Al'astair kemari, jadi dia bertanggung jawab terhadap Al'astair. Apalagi, dia baru kemarin menjadi seorang Adventurer…

"Tahan dia sebentar! Kau bisa Constrict, kan?"

"Cuma 10 detik, Wine!" Al'astair merapal mantra pendek, kemudian menunjuk si Brutal Ace dengan tangan kanannya. Seketika Brutal Ace itu terdiam, kakinya tidak bisa bergerak walaupun ia mencoba mengangkatnya kuat-kuat. Sang Warlock yang dipanggil Wine kemudian merapal mantra tingkat tinggi 'Blaze Pearl'.

"O Spirits of Fire, rain down upon my enemy. Blaze Pearl!"

Brutal yang tidak bisa bergerak itu kemudian dihujani puluhan bola-bola api kecil yang memiliki intensitas tinggi. Bola-bola api kecil itu membakar begitu kuat sehingga bahkan setelah jatuh ke rawa pun ia menguapkan air yang ada di rawa.

Brutal itu mengerang kepanasan. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti serangga yang sedang kebakaran (Sebenarnya memang serangga yang kebakaran). Tiba-tiba, tali tak terlihat yang mengikat tubuhnya, putus. Wine yang tengah merapal mantra lain melompat mundur.

"Oi, katanya 10 detik?"protes Wine pada Al'astair.

"Sori, aku nggak pernah make Constrict ke Ace macam begini, jadi nggak tahu kalau efeknya Cuma segini lama." Jawab Al'astair enteng. DIbalik suaranya yang enteng itu, ia sudah menarik anak panah di busurnya, dan anak panahnya bercahaya keunguan.

"Kebetulan sekali, yang ini juga sudah selesai. DESTRUCTIVE SHOT!" Sebuah tembakan yang terisi Force terkompresi dilontarkan dari Beam Siege Bow milik Al'astair dan mendarat di sebelah panah yang ia tembakkan sebelumnya. Brutal itu berhenti bergerak sementara, sebelum tersungkur di tanah.

"Sip, saatnya panen, panen…" Al'astair mendekati bangkai Brutal itu dengan cepat, sementara Wine mendekatinya dengan hati-hati. Ia masih siap meluncurkan Force jika Brutal itu tiba-tiba bergerak.

Sampai Al'astair mengambil barang-barang yang dijatuhkan Brutal Ace itu, bagaimanapun, tidak terjadi apa-apa, dan Wine pun menurutnkan penjagaannya.

"Aku terlalu khawatir" piker Wine dalam hati, kemudian dia duduk, membiarkan Al'astair yang mengambil semuanya.

"Kau tidak ambil?"

"Kau lupa? Kita sudah set sistem pembagian barang ke 'random'. Setelah masuk ke penyimpanan portabel milikmu, beberapa dari benda bakal pindah ke tasku sendiri. Jadi, ngapain susah-susah?

"Grr…." Al'astair menggeram, tapi tidak bisa melakukan apapun selain mengambili barang-barang yang terjatuh di tanah.

Setelah semua barang di tanah akhirnya terambil, Al'astair dan Wine beristirahat.

"Al, kau tidak ada niat bercukur?" tanya Wine setelah melirik Al.

"Hm? Tidak. Kenapa?"

"Wajahmu itu seperti wajah orang tua. Cukur lah…"

"Mager."

"Begitu saja mager, bagaimana kalau disuruh Chip War…"

"Oh, kalau Chip War beda urusan" ujar Al'astair, seringai muncul di wajahnya. Wine hanya geleng-geleng dan mengangkat bahunya.

Mereka berdua beristirahat sebentar, bahu keduanya bersandar di kaki Drizzle Vale. Tidak ada dari keduanya yang mengajak bicara. Al'astair karena pikirannya melayang-layang, Wine karena tahu pikiran Al'astair sedang melayang-layang dan ia sendiri tidak punya bahan pembicaraan.

Karena tidak tahu apa yang mesti dibicarakan, Wine berdiri dan kemudian celingak-celinguk untuk mencari Brutal Ace lain yang mungkin muncul, tapi di sudut pandangnya, ia melihat sesuatu yang lain.

"…Hng?"

Sesuatu yang tinggi dan berwarna hitam masuk ke medan pandangannya, walau ia tak dapat melihatnya dengan jelas.

"…cebol?" gumamnya pelan. Tentu saja yang ia maksud sebenarnya adalah 'Black Massive Armor Unit Bellato Union'. "Tapi terlalu…kurus…" ia bergumam lagi. Tanpa melepas pandangannya ke benda hitam di kejauhan itu, ia menepuk punggung Al yang masih duduk di sebelahnya.

"Al, bisa lihat jauh kan? Yang hitam itu, MAU bukan?"

Al'astair yang tersadar oleh tepukan Wine berdiri dan memfokuskan pandangannya. Matanya membelalak, jelas kaget.

"Benar, itu MAU?" tanya Wine lagi.

"Nope…" Al'astair menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat, sepertinya ingin memastikan ia berdelusi atau tidak sebelum ia melihat lagi benda hitam itu.

"Itu… Passer Beta."

-End of Part I-