The Happiness

"Kau tenang saja, Jaejoongie. Noona akan menjaga Jaeyun dengan baik.."ucap Sukjin. Perempuan cantik ini membaringkan Jaeyun di jok belakang yang memang sudah tertidur.

"Sebaiknya kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri.."sambung Sukjin lagi, ia mengerling sengaja menggodai Jaejoong.

Jaejoong mengernyitkan keningnya, agak tidak paham dengan maksud perkataan kakaknya sampai ia akhirnya memahaminya. Jaejoong memutar bola matanya.

"Hubungi aku kalau ada apa-apa.."

"Kau tenang saja, Jaejoongie.."

Jaejoong menganggukkan kepalanya kemudian menutup pintu mobil Sukjin.

Beberapa saat kemudian mobil Sukjin tak terlihat lagi dari jangkauan matanya. Jaejoong masih berdiri di basement apartmennya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana menghadapi Jung Yunho sekarang sedang menunggunya di atas sana. Entahlah, seperti ada sedikit perasaan gugup bercampur takut dalam hatinya.

Mereka memang sudah bertemu, sudah bicara, tapi mengingat akan berduaan saja, Jaejoong tidak bisa menampik rasa gelisah. Ia merasakannya bukan karena tidak ingin berduaan, tapi bayangkan saja, mereka yang telah bertahun-tahun terpisah, dan sekarang akan kembali memulai semuanya – Jaejoong merasa seperti menapaki lagi masa-masa awal pertemuan mereka dulu.

…..

"Sukjin noona sudah pergi?"

Jaejoong melihat ke arah Yunho yang tengah terduduk santai di sofa ruang tengah apartmennya. Pria ini menggumam sebentar, setelah itu melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sekali lagi ia masih dilanda perasaan gugup. Ia hanya berharap Yunho akan tetap duduk di sana dan tak mengikutinya. Namun, apa yang ia harapkan ternyata tidak terjadi.

Baru saja Jaejoong akan mendorong pintu kamarnya, Yunho memeluknya dari belakang. Jaejoong cukup tersentak. Kegugupannya kembali memuncak. Lengan pria itu sudah melingkar di pinggangnya. Yunho juga menyimpan kepalanya menyandar di pundaknya.

"Kau mau ke mana…"bisik Yunho. Pria ini semakin mengeratkan pelukannya dan berharap Jaejoong akan membalikan badannya dan balas memeluknya juga.

"Tidur.."sahut Jaejoong datar, seolah biasa saja padahal ia sedang menahan dirinya dari lonjakan bahagia.

"Kita akan tidur sebentar…" Yunho kembali berbisik, kali ini lebih sensual di telinga Jaejoong. " Sekarang aku ingin kau membuatkan makan malam untuk ku.. untuk kita.."lanjutnya lagi.

Jaejoong langsung melepaskan tangan Yunho dari pinggangnya. Tiba-tiba jadi tidak bersemangat karena perkataan Yunho barusan.

"Kau tidak suka buatanku.."ucapnya pula. Ia mengingat beberapa tahun lalu ketika Yunho sama sekali tidak menyentuh sarapan yang dibuatnya.

"Siapa bilang?"

"Waktu itu kau –"

Jaejoong jadi terhenti untuk bersuara. Yunho menyimpan jarinya di bibirnya Jaejoong. Ia tahu Jaejoong akan mengulang lagi peristiwa itu, dan Yunho tak mau membuat Jaejoong kembali merasakan kesedihan. Lagi pula, bukankah ia juga telah meminta maaf kala itu?

Dan akhirnya Jaejoong memang terhenti untuk berkata-kata, kali ini bukan lagi jari tapi bibir Yunho sudah menempel di bibirnya.

Jaejoong dan Yunho tengah terduduk di sofa pada ruang santai apartmen itu. Mereka telah selesai menyantap makan malam, dan Jaejoong memang mengembangkan senyumannya karena Yunho menghabiskan semua apa yang ia buat. Tapi, kali ini senyumannya tidak nampak lagi. Jaejoong justru membuang nafas agak berat berkali-kali. Jaejoong mendapati dadanya bergemuruh. Deruh nafas pria itu terdengar saling bersahutan dengan nafasnya. Ia ingin menggerakan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang dilakukan Yunho, apa pria itu juga sama gugup sepertinya? tapi ia tidak bisa. Tubuhnya terasa agak kaku. Ia merasa sangat gugup sampai tidak bisa bersuara.

Jaejoong tercekat saat merasakan ada sedikit gerakan dari tubuh di sampingnya; yang kemudian semakin dekat dan hampir menyentuhnya.

"Jaejoong ah…"

Gemuruh dalam dadanya semakin menjadi. Suara berat Yunho berbisik tepat di telinganya. Perlahan, Jaejoong menggerakan kepalanya dan langsung bertatapan dengan Yunho. Wajah mereka nyaris bertabrakan tadi. Nafas mereka berbaur menjadi satu. Degupan keras di dadanya tak mau berhenti, malah semakin menjadi-jadi. Ia merasa sangat konyol dan begitu memalukan.

"Aku sangat merindukan mu.."

Sekali lagi, bisikan Yunho membuat Jaejoong melayang-layang di udara. Nafas Yunho menerpa wajah tampannya. Pada detik berikutnya, Yunho telah menyatukan bibir mereka; memberi sentuhan lembut yang sudah bertahun-tahun tak pernah ia rasakan. Jaejoong menyambut sentuhan itu dan segera memejamkan mata – tak berdaya.

Setelah itu mereka melepaskan ciuman dan kembali pada posisi masing-masing. Entah ada apa dan mengapa, keduanya tiba-tiba dilanda perasaan malu-malu.

Sesekali Yunho melirik pada Jaejoong dan mendapati pria itu sedang menatap lurus ke depan. Yunho memberanikan diri lagi untuk mendekat. Agak ragu, tapi akhirnya tangan Yunho mulai menyentuh paha Jaejoong; memberikan sentuhan-sentuhan halus di bagian itu. Belum ada reaksi dari Jaejoong. Pria itu masih diam, tapi tidak menunjukan penolakan, dan hal itu membuat Yunho semakin tertantang.

Tangan Yunho beralih menyusup ke dalam kaos yang dikenakan Jaejoong, mengusap bagian perut pria itu, kemudian terus naik dan akhirnya sampai di dada Jaejoong. Jaejoong mulai bereaksi dengan memejamkan matanya, dan agak membuat punggungnya menyandar pada sofa. Yunho melihat pada pria itu sebelum mendekatkan bibirnya pada bibir Jaejoong. Tak butuh waktu lama untuk Jaejoong benar-benar merespon sentuhan itu. Pria manis ini langsung meraih tengkuk Yunho untuk memperdalam ciuman mereka.

Jaejoong merasa tubuhnya melemah, dan dia terdorong dengan sendirinya ke sofa dengan tubuh Yunho yang ikut menindihnya. Ciuman mereka terlepas beberapa saat. Keduanya saling menatap sebentar; menyampaikan isi hati dan hasrat yang selama bertahun-tahun ini terpendam sebelum kembali menyantuhkan bibir mereka. Ciuman yang hangat dan memainkan lidahnya menelusuri rongga mulut mungil Jaejoong. Suara keluhan Jaejoong nyaris membuatnya lupa diri. Tangan Yunho juga tidak tinggal diam. Sesekali jemarinya mengusap perut Jaejoong, kemudian turun ke bagian selangkangan pria itu. Jaejoong semakin mengeluh serta bergerak-gerak tak beraturan.

Yunho agak mengangkat badannya untuk memberikan ruang baginya untuk melepaskan kaus yang dipakai Jaejoong. Mereka terus berciuman sampai harus menyudahi ciuman itu saat kaus Jaejoong akan melewati lehernya. Kali ini Yunho beranjak dari tubuh Jaejoong dan jadi duduk di atas pria. Ia juga melepas kemejanya dengan sekali tarikan. Setelah itu Yunho membuat tubuhnya sedikit membungkuk. Ia mengecup dada Jaejoong secara bergantian. Jaejoong semakin merasa tubuhnya lemah, tak berdaya dengan apa yang Yunho perbuat. Ia hanya memejamkan kedua matanya sembari mengusap punggung telanjang Yunho. Kecupan di dadanya berubah menjadi jilata-jilatan erotis pembangkit gairah.

"mmhhnn..ahh.." Jaejoong mendesah.

Yunho terus memberikan jilatan-jilatan di bagian itu selama beberapa saat, kemudian turun menjilati perut datar Jaejoong. Yunho terhenti ketika matanya menemukan sebuah tanda seperti garis bekas sayatan. Yunho mengetahui ini adalah bekas operasi sewaktu Jaejoong melahirkan Jaeyun – putera mereka. Yunho merasa akan menangis, tapi ia berusaha untuk tidak membuat Jaejoong menyadari hal itu. Yunho melanjutkan lagi kecupannya di sana. Dan tak butuh waktu lama untuknya melepaskan juga celana Jaejoong. Pria itu tak mengenakan apa-apa lagi di tubuhnya.

Jaejoong mencoba mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang akan dilakukan Yunho di bagian bawah tubuhnya. Tapi, kemudian yang terjadi, Jaejoong menjatuhkan kepalanya ke sofa ketika Yunho memberikan beberapa kecupan di ujung 'milik'nya.

"ahh.. "

"ahh.. Yun.. mmhhnn.." Jaejoong mendesah sambil tangannya terarah mencapi-capai kepalanya Yunho, menyentuh bagian itu seolah memberi arahan pada pria itu untuk secepatnya menyentuh 'milik'nya itu. Yunho tampak mengerti. Secara reflek Yunho segera menggenggam 'milik' Jaejoong yang terasa hangat dalam telapak tangannya.

Yunho menyentuhnya perlahan. Ada sedikit kedutan di bagian itu, terutama guratan-guratan halus yang kian kentara. Yunho masih memainkannya dengan cara menjilati benda itu dari ujung atas ke bawah, dan hal itu justru membuat Jaejoong semakin tak kuasa menahan suara-suara desahannya. Jaejoong semakin meremas rambut Yunho. Setelah puas bermain, Yunho meraih 'milik' Jaejoong, memasukannya ke dalam mulutnya, kemudian mulai mengulum dan menghisap 'milik' Jaejoong dengan hebat.

Aksi Yunho itu membuat 'milik' Jaejoong yang memang telah mengeras menjadi semakin keras dan sisi lain keadaan 'milik' Jaejoong yang sedang mengembang keras dalam mulutnya, Yunho juga merasakan ada semacam bau khas dan itu berasal dari tubuhnya sendiri yang kemudian menimbulkan sensasi lain. Yunho mendapati 'milik'nya juga bereaksi dengan hebat; berkedut-kedut meminta kebebasan yang sama. Yunho semakin mempercepar hisapannya yang kemudian pada menit berikutnya, Jaejoong mengeluarkan suara erangan keras..

"ougghhh.. aahhh.." cairan Kristal Jaejoong menyembur keluar dan lagsung ditelan habis oleh Yunho. Nafas Jaejoong memburu seirma dengan kenikmatan awal yang ia raih.

Yunho beranjak dari sofa kemudian mulai melepaskan celananya juga. Sejak tadi ia memang sudah merasakan sangat sesak di sana. Ia harus menuntaskannya. Yunho kembali mendekati Jaejoong yang kali ini telah terduduk di sofa. Ia mengarahkan tubuh Jaejoong terlentang di tempat itu dengan posisi bagian bawah tubuh Jaejoong berada di ujung sofa. Yunho menekuk lutunya dan memposisikan tubuhnya berhadapan dengan tubuh Jaejoong.. #kalian mengerti dgn posisi ini?#

Yunho kembali menyambar bibir Jaejoong. Memberikan jilatan di sana, dan Jaejoong tidak diam saja. Ia langsung membuka mulutnya, mengajak Yunho untuk lebih dalam dan saling menyapa dengan lidah mereka.

"akhh…" Jaejoong mengerang dalam ciuman panas mereka. Yunho telah menyatuhkan tubuh mereka tanpa sepegetahuannya. Yunho tampak tidak peduli dengan teriakan Jaejoong itu, ia malah terus mendorong 'milik'nya hingga benar-benar masuk dengan sempurna ke tubuh Jaejoong.

"Yunh… nngghh…"

Ciuman mereka terlepas. Yunho memfokuskan pada gerakan pinggulnya. Sementara Jaejoong masih berusaha untuk menemukan kenyaman. Ia yang telah lama tidak merasakan hal ini, tidak heran jika ia merasa sangat kesakitan. Bagian bawah tubuhnya seolah tertusuk dengan benda tajam secara kasar. Ia mencapai-capai pundak Yunho kemudian meremas bagian itu untuk mengurangi perih yang ia rasakan.

Jaejoong mulai merasakan kenyaman luar biasa. Ia juga mulai menggerakan tubuhnya perlahan-lahan mengikuti gerakan yang Yunho buat. Posisi seperti ini benar-benar membuat keduanya merasakan kenikmatan tiada duanya. Mereka bergerak bersama. Sesekali saling memberikan ciuman. Beberapa saat kemudian suara erotis Jaejoong kembali terdengar. Jaejoong menarik tengkuk Yunho dan menciumi Yunho dengan ganas. Ia sedang melambung tinggi saat tadi Yunho berhasil menyentuh prostatnya.

Yunho juga tak bisa menahan sensasi hangat dan nikmat yang menjalari tubuhnya. Sambil membalas ciuman Jaejoong, ia semakin bergerak-gerak cepat, menyerang di tempat yang sama dan kemudian membuat Jaejoong kembali berteriak-teriak.

"a-aku.. ahh.."

Jaejoong merasa akan segera mengeluarkan cairannya lagi. Ia semakin menggoyangkan pinggangnya.

"Jae… emmhh.. ahhgg.."

Yunho juga merasakan hal yang sama. Keduanya terus bergerak tak terkendali, sampai puncak kenikmatan itu benar-benar mereka raih. Cairan kental Yunho keluar di dalam Jaejoong, dan Jaejoong mengeluarkan cairannya di antara perut mereka.

Jaejoong yang baru saja menormalkan nafas memburuhnya, jadi tersentak begitu Yunho mengangkat tubuhnya – masih dengan tubuh mereka yang menyatuh, memeluk tubuhnya. Jaejoong refleks langsung melingkarkan kakinya di pinggang pria itu. Yunho membawanya menuju kamar.

…..

Yunho merebahkan tubuh Jaejoong di ranjang dengan tubuhnya yang ikut menindih tubuh Jaejoong. Keduanya saling beratapan sejenak sebelum mulai berciuman lagi. Ciuman yang lebih halus dan hangat. Keduanya kembali hanyut, terlebih Jaejoong. Ia memang sangat merindukan dan menginginkan setiap sentuhan dan perlakukan Yunho yang seperti ini.

Jaejoong mendongakkan kepalanya begitu ciuman Yunho turun menyapa kulit lehernya. Bagian itu adalah salah satu tempat paling sensitive di tubuhnya, dan Yunho memang tak pernah gagal untuk membuatnya nyaman dan berakhir dengan mendesah-desah.

Masih, memberikan sentuhan-sentuhan di leher Jaejoong, tangan Yunho merambat ke bawah – ke paha Jaejoong. Sontak, Jaejoong langsung membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

"Yun…." Desis Jaejoong.

Yunho menyudahi ciumannya di leher Jaejoong dan jadi mengangkat sedikit tubuhnya. Ia mengecup sekilas dahi Jaejoong kemudian mendekatkan tubuhnya di antara paha Jaejoong..

Jaejoong merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan tubuh bawahnya. Yunho tidak langsung memasukannya, tetapi menggesek-gesekkannya di sana, membuat Jaejoong tak tahan. Pria itu agak mengangkat tubuhnya juga dan bertumpuh dengan salah satu tangannya, sedang tangan yang lain meraih tangan Yunho yang sedang memegang 'milik' pria itu.

"Jangan menggodaku.. "ucap Jaejoong sedikit berbisik. Ia bahkan tidak sadar telah mengatakan hal tadi. Ia hanya merasa tidak tahan lagi dan berharap Yunho segera merasukinya.

Yunho melihat padanya malah hanya mengguman dan tidak menghentikan gerakannya. Jaejoong memberikan tatapan memohon, dan Yunho akhirnya tersenyum kemudian membungkuk untuk menciumi Jaejoong lagi. Setelah itu Yunho mulai mengarahkan 'milik'nya pada tubuh Jaejoong.

Tangan Yunho yang satu memegang pinggang Jaejoong sambil menariknya ke atas, sehingga tubuh Jaejoong agak terangkat dari ranjang, sedangkan tangan Yunho yang satu memegang 'milik'nya yang diarahkan masuk ke dalam Jaejoong. Perlahan-lahan Yunho mulai memasukkan miliknya. Jaejoong juga membantu dengan membuka pahanya. Walau ini untuk yang kesekian kali, dan nyatanya beberapa menit lalu mereka telah melakukannya, tapi Jaejoong tetap kelihatan seperti sedang menahan rasa sakit.

Pada saat Yunho mulai menekan tubuhnya, "ahhk… Yunn.. pelan sedikit..." Jaejoong menjerit.

Yunho agak menghentikan kegiatannya sebentar memberi Jaejoong kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Yunho melanjutkan kembali gerakannya dan kali ini tubuh mereka telah menyatu dengan sempurna.

Jaejoong mulai merasakan perasaan penuh di bagian bawah seiring dengan semakin dalamnya 'milik' Yunho masuk. Sedikit suara lenguhan terdengar dari Yunho. Pria itu kemudian mulai menggerakan tubuhnya perlahan-lahan agar Jaejoong tidak merasakan perih yang sangat. Yunho tetap bertahan dengan posisinya yang setengah menindih Jaejoong. Ia bertempuh dengan kedua tangannya di ranjang.

Sedikit demi sedikit Jaejoong mulai menemukan kenyamannya. Jaejoong melingkarkan kakinya di pinggang Yunho untuk selanjutnya ia juga menggerkan tubuhnya mengikuti alunan gerakan tubuh Yunho. Tangan Jaejoong memegangi lengan Yunho. Jaejoong mengeluh begitu merasa Yunho seperti akan melepaskan tubuh mereka, tapi kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Jaejoong nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang tiba-tiba itu.

Jaejoong semakin mencengkram lengan Yunho saat beberapa kali Yunho melakukan hujaman-hujman yang sama pada tubuhnya. Tubuh mereka sebentar menyatu kemudian sebentar merenggang diiringi desah nafas tak beraturan yang semakin lama semakin hentakan seperti memberikan rasa nikmat yang berbeda-beda.

"Yunh.. hoo.. ahh.."

Yunho tiba-tiba menghentikan gerakannya dan membuat tubuh Jaejoong membelakanginya duduk di pangkuannya. Yunho memeluk Jaejoong sambil menciumi leher Jaejoong secara bertubi-tubi, kemudian agak menarik wajah Jaejoong hingga bibir mereka bersentuhan, dan mereka pun kembali bergerak-gerak dalam posisi seperti itu. Tak lupa, Yunho juga meraih 'milik' Jaejoong dan memberikan remasan di bagian itu.

"nnhh.. Jae-joong ..ahhh.."

"emmhh.. ahhh.. yunhh.."

Jaejoong merasa akan segera menuju puncak surga. Posisi seperti ini dengan cepat membuat Yunho menemukan titik terbaik dari dalam tubuhnya. Begitu Jaejoong sedang mengalami kenikmatan, Yunho mengangkat tubuh Jaejoong dan membuat Jaejoong berbaring lagi di ranjang. Jujur saja, Jaejoong merasa seluruh tubuhnya menjadi tidak karuan. Ia merasa belum menuntaskan semuanya dan Yunho telah mengeluarkan 'milik'nya juga. Namun, apa yang dipikirkan Jaejoong justru berbanding terbalik dengan apa yang kini dilakukan Yunho. Bagaikan didorong oleh suatu kekuatan yang besar, Yunho mendorong 'milik'nya dengan sekali sentakan ke tubuh Jaejoong.

"akhhhh…" Jaejoong menjerit nikmat.

Tak berapa lama kemudian Jaejoong benar-benar menapaki akhir dari luapan gairahnya diikuti Yunho yang juga mengerang keras. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa Yunho mengeluarkan cairannya secara bertubi-tubi; menyemprotkan seluruhnya ke dalam tubuh Jaejoong. Sementara itu 'milik'nya tetap dibenamkan dalam-dalam di tubuh Jaejoong sehingga seluruh cairan terhisap masuk.

Tubuh Yunho langsung terkulai di atas tubuh Jaejoong. Keduanya kelelahan tapi dengan tubuh yang tetap menyatu. Yunho belum mengeluarkan miliknya dari tubuh Jaejoong dan Jaejoong pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhnya.

"Jaejoong ah…"

"Hmm?" Jaejoong menggumam dengan suara serak. Ia memang terlalu banyak mengerang tadi.

Yunho mengangkat kepalanya yang tadi menempel di leher Jaejoong. Pria itu mengecup dahi Jaejoong kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Jaejoong.

"Bagaimana kalau kita menikah saja.."bisiknya..

Luapan emosi dan rasa bahagia langsung memenuhi dada Jaejoong. Ia memang selalu mendambakan perkataan ini sejak dulu.

"Kita menikah saja.. kau dan aku, kita bersama-sama membesarkan Jaeyun.."

Jaejoong menganggukan merasa tidak perlu untuk menyahut dengan kata-kata, karena tanpa ia mengatakan apapun, Yunho sudah pasti dapat melihat kesungguhan hatinya. Dari sejak dulu pun, perasaannya terhadap Yunho tidak pernah berubah.

"Aku mencintaimu.."

"Aku juga, sangat mencintaimu.."

Mereka kembali berpadangan-pandagan, agak lama sampai Yunho mulai bangkit dan menciumi wajah Jaejoong dengan lembut, hingga mereka kembali berciuman. Mesra dengan penuh perasaan. Tangan halus Jaejoong membelai-belai rambut Yunho.

Suasana romantis ini akhirnya membuat hasrat mereka kembali bermunculan. Jaejoong dapat merasakan milik Yunho yang masih berada dalam tubuhnya berkedut-kedut. Dan mereka pun kembali terhanyut. Kali ini dengan gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan.

The Wedding Day…

PARIS..

Di ruangan ini rasa gugup lebih mendominasi. Yunho berkali-kali membuang nafas untuk menormalkan debaran yang semakin menggila dalam dadanya. Pria ini juga tidak tenang untuk diam saja. Ia lebih memilih berjalan ke sana – ke mari. Sementara Changmin terlihat begitu focus di depan cermin; mengamati penampilannya, dan Yoochun? pria tampan itu malah asyik duduk dengan satu kaki menimpah kaki yang lain, dan sebatang rokok terselip di bibirnya.

Yunho mendengus kesal melihat kedua sahabatnya yang tampak tidak menghiraukan kegelisahannya. Ia kemudian melangkah mendekati Yoochun dan ikut duduk di sebelah pria itu.

"Apa kau juga merasa gugup saat akan menikah?"tanyanya.

"Semua orang akan merasakan hal yang sama.."jawab Yoochun tanpa melihat pada Yunho. Pria ini justru menatap ke depan, entah sedang memandangi apa. Mungkin ia sedang memikirkan nasib hubungannya dengan Junsu yang tengah terhalang dengan ikatan yang ia jalani.

Changmin mengehentikan kesibukannya di depan cermin. Ia mendekati Yunho dan Yoochun.

"Jangan terlalu dipikirkan, hyung. Kau hanya perlu rileks.."komentarnya pula.

Yunho menganggukan kepalanya.

"Okay, kalian bersiap-siap saja, aku akan melihat keadaan di sebelah.."ucap Changmin..

…..

Sukjin menggandeng tangan Jaeyun dan mereka melangkah masuk ke sebuah ruangan di mana Jaejoong sedang merapihkan penampilannya di sana. Hari ini adalah saat yang paling membahagiakan bagi mereka. Yunho dan Jaejoong akhirnya akan menikah, membuat janji untuk selamanya bersama. Sukjin langsung terpukau begitu melihat adik satu-satunya, berdiri menghadap cermin sambil dibantu Junsu untuk merapikan tuxedonya.

"Papa.."

Jaejoong membalikan tubuhnya lalu mengulas sebuah senyuman untuk keduanya, dan Jaeyun segera berlari mendapatkan papanya. Jaejoong mengangkat tubuh kecil Jaeyun kemudian memeluknya.

"Akhirnya..aku akan melihat kau benar-benar bahagia, Jaejoong ah.."ucap Sukjin ketika ia juga telah berdiri di dekat Jaejoong. Perempuan cantik ini tersenyum dengan mata berkaca-kaca – terharu. Jaejoong, adik satu-satunya akhirnya dapat menapaki kehidupan yang lebih baik.

"Kau akan bahagia.."lanjut Sukjin.

Jaejoong melepaskan Jaeyun dari pelukannya kemudian beralih memeluk kakaknya itu.

"Noona ya.. gomawoyo.."ucapnya pula.

"Yah.. hentikan adegan mengharukan kalian.. Riasan mu akan luntur, noona. Dan kau juga hyung, jangan pikir aku tidak kewalahan mendandanimu.." Junsu menyelah mereka. Jaejoong dan Sukjin jadi melepaskan pelukan mereka dan bersama menatap Junsu. Mereka tersenyum bersama.

Sukjin menepuk lengan Junsu. "Kau juga harus bahagia.."katanya.

Junsu kembali mengulas senyuman. "Tentu saja…"ucapnya mantap. Ia merasa bahagia dengan pilihan hidup yang sedang ia jalani saat ini.

Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan menampkan Changmin di sana.

"Sudah waktunya..."

Cinta tidak akan berarti apa-apa jika hanya diucapkan. Tindakan adalah hal yang lebih utama. Tidak juga selalu dengan perasaan, tapi juga menempatkan logika agar setiap keputusan adalah benar tanpa penyesalan.

Jaejoong melangkah perlahan sambil menggenggam jemari Jaeyun. Di kedua sisinya barisan teman-teman, Sukjin noonanya, kakak ipar, serta kedua orangtua Yunho juga. Sedang menyaksikannya untuk memulai segalanya dari awal. Jaejoong semakin merasakan debaran bahagia di dadanya, terlebih untuk kehadiran orangtua Yunho. Dan di depan sana, Jung Yunho – kekasih tercinta, lelaki yang mengajarinya segala hal, berdiri dengan seorang pastur di depan altar.

Banyak hal yang tidak akan pernah kita ketahui. Masa lalu biarlah menjadi kenangan, dan masa kini adalah kebahagiaan, sementara masa depan adalah misteri yang perlu dipecahkan. Asal selalu bersama, apapun itu, sejauh mana berjalan, perasaan cinta tak akan terhapuskan.

Yunho meraih jemari Jaejoong ketika pria itu telah sampai di depan altar. Jaeyun sudah kembali duduk bersama Sukjin. Mereka berdiri berhadapan dan saling menatap. Pastur bersiap untuk memulai upacara pemberkatan pernikahan.

"Jung Yunho.. Apakah anda akan menerima Kim Jaejoong menjadi pasanganmu? menjaganya diwaktu sehat ataupun sakit, menemaninya diwaktu suka ataupun duka, tidak akan menyakitinya, dan akan mencintainya hingga maut memisahkan kalian. Apakah anda bersedia?"

Yunho semakin menggenggam erat jemari Jaejoong.

"Ya, saya bersedia.."jawabnya.

"Dan Kim Jaejoong.. Apakah anda menerima Jung Yunho menjadi pasanganmu? Menjaganya diwaktu sehat ataupun sakit, menemaninya diwaktu suka ataupun duka, tidak akan menyakitinya, dan akan mencintainya hingga maut memisahkan kalian, serta bersamanya membangun ikatan suci atas kasih

Tuhan. Apakah anda bersedia?"

"Ya, saya bersedia.."jawab Jaejoong.

Sang Pastur mengangkat tangannya mengarah di atas kepalanya Yunho dan Jaejoong.

"Hari ini di depan Tuhan dan di hadapan semua orang yang hadir, atas persetujuan Tuhan dan kasih-Nya, saya menyatakan kalian sebagai suami dan istri selamanya.."

Luapan perasaan keduanya tersalur. Saling bertatapan dengan keharuan.

"Sekarang kalian boleh mengekspersikan kasih.."

Yunho dan Jaejoong kembali saling berpandangan sesaat sebelum mulai mendekatkan wajah mereka hingga bibir mereka bersentuhan. Sebuah ciuman tulus.

Tawa, kelegaan, airmata, berbarengan dengan tepukan tangan yang menggema di dalam gereja itu. Semuanya seolah dapat merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang Yunho dan Jaejoong alami.

Tidak ada kebahagiaan yang nyata selain bersatu dengan orang yang paling kita cintai..

END….