Chapter 4: That won't do
Malam itu, Lizzy kedatangan tamu di kamarnya. Alois, tunangan Ciel malam itu meminta izin untuk menumpang dengan alasan ingin bicara. Lizzy sedang mencoba untuk menjadi anak manis, jadi ia mempersilakan saja. Dia kira, yang ingin Alois bicarakan adalah tentang sesuatu yang menjurus ke proses pengusiran Elizabeth, tapi ternyata malah jauh berbeda dari perkiraannya –sangat jauh.
'Apa kamu bisa menyukainya?'
"B-Bukan berarti aku tidak menyukainya, hanya saja… ada satu dan lain hal…," tutur Alois, berusaha menjelaskan maksud dari kata-katanya tadi. Jarinya yang lentik memainkan ujung rambut pirangnya yang indah.
"T-Tapi… bukannya kamu bakal menikah dengan tuan Ciel? Dan lagi kurasa Sebastian sialan itu-!" Lizzy dengan refleks menghentikan kalimatnya dan langsung membekap mulutnya sendiri.
"Sialan?" Alois mengulang kata itu, sambil memiringkan kepalanya. Alois jarang mendengar kata itu, jadi ia tidak bisa dengan cepat mencernanya.
"B-Bukan! M-Maksudku… kurasa Sebastian tidak akan membiarkan hal ini begitu saja walaupun misalnya aku menyukai tuan Ciel!" koreksinya, dengan terburu-buru. Alois terlihat mengerti apa yang Lizzy katakan, tapi tidak mengerti apa yang membuat Sebastian tidak dapat menerimanya, karena menurut Alois, yang terpenting adalah adanya saksi untuk menjamin keamanan bisnis Ciel. Lizzy mengerti jika Alois bertanya apa maksudnya, karena cara Sebastian memperlakukan Lizzy dengan Alois sangat berbeda –amat sangat berbeda. Jika Alois mengaku belum pernah melihat Sebastian kasar pada tamu, Lizzy tentu percaya dan tidak terkejut –karena Lizzy-lah yang dikasari!
"J-Jadi, kujelaskan saja ya. Sebastian itu sebenarnya selalu memandangku sebagai musuh. Yah, kau tahu… dia juga pasti merasa punya hak untuk memilih wanita seperti apa yang pantas bersanding dengan tuan Ciel…jadi… yaa… begitu. K-Kurasa, di mata Sebastian, aku benar-benar tidak memenuhi kriteria untuk menjadi saksi tuan Ciel."
Mendengar kata-kata Lizzy, Alois sedikit menggembungkan pipinya. "Kenapa kamu bisa berpikir begitu? Kurasa itu hanya karena aku yang pertama kali berusaha membela Ciel. Kau tahu, mungkin seperti… 'dia yang pertama kali berinisiatif'…?" …err… Lizzy ragu akan hal itu. Menurut Lizzy, Sebastian bukanlah tipe orang yang bakal tersentuh dengan hal semacam itu.
Tunggu. Lizzy memikirkan sesuatu. Ia merasa ada yang aneh di sana.
"Alois…."
"Ya?"
"Apa ada orang lain yang kamu suka saat ini?"
"…!" mendadak wajah Alois berubah merah. Lizzy sekarang sudah mengerti kalau manusia malu, terlihat dari wajahnya yang memerah. Ia lumayan yakin sekarang dia juga tidak akan salah mengerti saat-saat Paula memerah karena 'sesuatu' dan yang pasti bukan karena demam. "T-Tidak! Tidak ada yang kusukai saat ini!" Alois berusaha mengelak. Justru kalau terlihat salah tingkah bakal menambah kecurigaan sih, ya.
Lizzy merasa kesempatannya bagus dan jarang ada, jadi dia memutuskan untuk menggunakannya sebaik mungkin.
"Hmm… begitu. Padahal kalau karena itu, aku mau saja membantu. Yaah, kau tau. Aku juga tidak ingin bersama orang lain jika ada orang yang kusuka," Lizzy mulai berceloteh, berusaha memancing Alois, dan sepertinya bekerja. "Yaah, karena tidak ada orang yang sedang kausuka saat ini, jadi bagaimana kalau dilanjutkan saja? Siapa tahu kamu bisa suka sama tuan Ciel?"
Bisa dibilang ini cari mati. Bagaimana kalau Alois mengikuti kata-kata Lizzy untuk meneruskan. Nah, sekarang Alois terlihat sedang berpikir keras, sampai akhirnya ia mengeluarkan hembusan napas panjang.
"Y-Ya…sudahlah. Sepertinya itu yang terbaik. Hehe."
Nah. Sekarang Lizzy panik. Dari wajahnya pun mudah sekali terbaca ia menyesali kata-katanya. "E-Eh?! Se-Serius? ..Eh…er…" Lizzy celingak-celinguk, seperti bermacam-macam alasan berceceran di lantai. "G-Gak jadi deh! K-Kalau memang tidak suka, ya sudah! Jangan dipaksakan! Nanti jadinya tidak akur, malah tampah parah! Hahaha…!" wah, salah banget Lizzy menambahkan ketawa garing di akhir-akhirnya. Terdengar sangaaat mencurigakan.
"Pfft!" Alois menahan tawa. Lizzy kebingungan, lalu panik kembali. "Mau menjebakku ya? Senjata makan tuan, nih. Kamu suka Ciel, 'kan?" Tanya Alois dengan senyum penuh kemenangan. Lizzy merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan senyuman itu.
GREP.
Alois meraih kedua tangan Lizzy. "Akan kubantu kau!" tukasnya. "Pasti kau bisa menaklukkan Ciel dengan sekejap mata!"
Lalalala
"Alois, kudengar dari Paula kau tadi malam tidur bersama Elizabeth di kamarnya. Itu benar?" sang tuan rumah, Ciel, yang baru saja mandi –pastinya dibantu Sebastian– itu baru tiba di meja makan untuk sarapan. Alois, yang dengan perasaan lega pun menjawabnya dengan santai.
"Ya! Pembicaraan para ladies!"
Jawaban yang sedikit menggelikan itu benar-benar menggelitik bagi telinga Ciel, tapi kelihatannya dia sudah lumayan terbiasa. "Lalu? Di mana Elizabeth?" tanya Ciel, ketika menyadari ada satu penghuni di rumah itu yang belum terlihat batang hidungnya.
"Waah~ kau mencarinya?"
"Hah? Apa sih? Kamu aneh banget hari ini. Sudahlah, nanti dia datang juga, 'kan?"
"Eeh… jahat sekali meninggalkannya. Benar-benar tidak gentleman!"
Ciel lelah. Lelah mendengar celotehan asal-keluar-dari-mulut Alois, tapi ternyata dia tetap mendengarkan. Suasananya begitu menyenangkan, sampai mereka tidak menyadari bahwa Sebastian mulai memicingkan mata.
Bersambung
Greget broooh mau UN padahal :v males belajar, jadi yaa begitu. Ngetik fic aja lel.
Sekarang update nya dikit-dikit aja ye, biar cepet kelar vroh :|