My Story with Uchiha Sasuke

Naruto by Masashi Kishimoto

[Hinata H. x Sasuke U. ]

Hurt/Comfort

AU, OOC, Typos, Rate T, etc.

Fic ini terispirasi dari sebuah film, saya akan memberitahukan judul ceritanya jika fic ini sudah tamat, bagi yang tau "silent please" oke.

CHAPTER 3

Selesai pesta pernikahan mereka, Sasuke dan Hinata pamit pada kedua ayah mereka untuk ke kamar pengantin mereka. Mereka memutuskan untuk malam ini tidur di kediaman Uchiha, padahal Fugaku dan Hiashi memberikan mereka paket HoneyMoon ke Swiss namun mereka menolak dengan alasan pekerjaan Sasuke tidak dapat di tinggalkan. Sebenarnya yang menolaknya adalah Hinata bukan Sasuke, tapi Hinata memaksa Sasuke untuk menolaknya atas namanya. Wanita yang baru saja menyandang marga Uchiha beberapa jam lalu itu tidak mau di salahkan ayahnya karena menolak tawarannya.

Hinata merasa sangat lelah setelah pesta pernikahannya diselenggarakan tadi. Ia benar-benar ingin naik ke kasur dan segera tidur. Sasuke membantu Hinata berjalan ke kamar mereka karena gaun Hinata yang sedikit merepotkan wanita itu untuk melangkah.

"Tunggu!" mereka menghentikan langkah dan menoleh ke belakang melihat siapa yang menghentikan langkah mereka. Di belakang terlihat Fugaku dan Hiashi melihat mereka dari bawah saat mereka menaiki tangga.

"Ada apa lagi Tousan?" Tanya Hinata malas, demi apapun kini dirinya benar-benar lelah dan ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya ke kasur.

"Malam ini kalian "bekerja keraslah" sampai gol." Ujar Fugaku datar sambil bersendekap dada.

"Hm?"

Hinata menaikan sedikit alisnya, ia tak paham apa maksud ayah mertuanya ini.

"Anak, Hinata. Kami menginginkan cucu sesegera mungkin dari kalian berdua."

"Hn."

Fugaku turut menganggukan kepalanya samar menyetujui perkataan Hiashi," Bukankah kita sepakat kalau kalian tak mencampuri urusan rumah tangga kita Tousan?" Hinata menatap ayahnya seolah meminta ayahnya mengingat perjanjian mereka.

"Yah memang, tapi untuk urusan cucu kita berdua menginginkan secepatnya."

Hinata melotot horor memandang kedua laki-laki paruh baya itu.

"Baiklah, kita akan berusaha keras." Sebuah suara yang datang dari samping Hinata membuat wanita itu menolehkan kepalanya ke samping. Hinata memandang Sasuke terkejut, ia tak mengira kalau suami barunya ini mengatakan seperti ini.

Sasuke berekspresi tenang menatap Fugaku dan Hiashi," Maka dari itu biarkan kami pergi ke kamar."

"Hn." Sahut para ayah bersamaan. Sasuke mengajak Hinata menaiki tangga dan masuk ke kamar mereka. Setelah mereka masuk Hinata menghampiri Sasuke yang duduk di sofa kamar mereka dan bertanya tentang maksud Sasuke tadi," Apa maksudnya kita akan berusaha keras." Hinata sedikit menekankan kalimat terakhir.

Sasuke menatap Hinata dengan mata kelamnya, tak ada yang tau arti tatapan mata dari Uchiha Sasuke saat ini. Ia masih memandang Hinata tanpa menjawab pertanyaannya," Hei kau dengar aku kan?"

"Hn."

Mendengar jawaban ambigu dari Sasuke membuat Hinata frustasi, ia pun menghembaskan tubuhnya duduk di samping Sasuke.

"Hah...kau seperti Gaara. Dingin dan sok cool. Yah, meskipun Gaara masih lebih cool daripadamu." Ada nada mengejek di balik ucapan Hinata, yang di balas dengusan oleh Sasuke.

"Hei, sekarang kita berteman kan seperti perjanjian kita?"

"Hn."

"Tenang saja setelah kita bercerai aku tak akan meminta harta banyak padamu kok."

"Hn."

"Hei jawab aku dong!" Teriak Hinata kesal. Teriakan kekesalan Hinata hanya di balas Sasuke dengan tatapan seperti sebelumnya. Hinata yang sejak tadi merasa di tatap terus oleh Sasuke pun bertanya," Hei kenapa kau selalu menatapku?"

Hinata merasa aneh dengan kelakuan Sasuke saat ini? Oke, meskipun saat pertama kali ia bertemu Sasuke, laki-laki itu memang tipe laki-laki pendiam, misterius dan dingin tapi setidaknya ketika bertemu saat itu Sasuke masih berbicara yah meskipun sedikit tapi yang penting kan masih berbicara, tak seperti sekarang yang hanya di balas dengan bahasa planet "Hn."

Hinata membalas tatapan Sasuke, mencoba mencari tau arti di balik tatapan laki-laki berambut emo itu. Tapi yang dapat Hinata lihat adalah tatapan datar, gadis itu pun mendesah dan beranjak dari sofa," Baiklah aku mau mandi lalu tidur." Hinata melangkahkan kakinya menjauhi sofa. Lima langkah dari sofa ia pun berhenti dan menoleh pada Sasuke," Oh iya, kau tidur di sofa ya, dan aku di ranjang. Kau tak keberatan kan." Sebuah pertanyaan, ah tidak lebih tepatnya pernyataan yang Hinata berikan pada Sasuke.

Kalau saja Hinata lebih memperhatikan tatapan Sasuke tadi maka ia akan menemukan tatapan sendu yang terpancar dari mata hitam Sasuke. "Aku juga ingin memilikimu." Ucap Sasuke lirih, ia terus memandang Hinata sampai sosoknya masuk ke kamar mandi.

.

.

.

.

Di sebuah kamar pengantin baru kini terdapat Sasuke yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja di bantu oleh Sang istri, Uchiha Hinata. Hinata membantu Sasuke memilihkan baju dan memasangkan dasi.

"Nah, sudah siap." Hinata memandang puas dasi Sasuke, dimana dasi itu terpasang dari hasil karya Hinata.

"Sasuke-San mari kita arungi perjalanan rumah tangga ini sebagai teman."

"Hn."

"Ayo kita turun dan sarapan bersama untuk yang pertama kali dan ingat kita harus bersiap mesra di hadapan ayah kita." Sasuke menganggukkan kepala pelan, Hinata menggandeng tangan Sasuke dan keluar kamar menuju ke ruang makan.

Di ruang makan mereka menemukan Hiashi, Fugaku, dan Itachi sudah berada di kursi masing-masing.

"Ohayou." Sapa Hinata pada semuanya, ia duduk di samping Sasuke.

"Ohayou." Balas ketiga laki-laki itu pada Hinata. Itachi hanya memandangi pemandangan di depannya dengan tatapan menilai atau lebih tepatnya ia tengah berpikir. Pemandangan di depannya adalah pasangan pengantin baru itu tampak mesra sekali, seperti pasangan yang saling mencintai.

Berbeda sekali saat mereka semua berkumpul membicarakan tentang persiapan pernikahan. Saat itu mereka saling acuh tak acuh, tak peduli apakah pernikahan itu akan terlaksana atau batal, tapi sekarang? Lihatlah... bahkan Hinata melayani Sasuke dengan sangat baik seperti seorang istri yang melayani suaminya pada umumnya.

Apa ada yang tak beres?

Itachi terus mengamati mereka berdua dalam diam, tak ingin berfikir negative. Itachi kembali mengalihkan tatapannya dari Sasuke dan Hinata kembali ke piring yang ada di hadapannya.

'Mungkin mereka sudah menerima perjodohan ini.' Batin Itachi positif, ia pun tak mau menarik kesimpulan yang salah pada adiknya dan adik iparnya.

Setelah selesai sarapan mereka berdiri dari kursi dan memulai aktifitas masing-masing, Hyuuga Hiashi berangkat ke kantor dan lalu ketika pulang kerja ia akan membantu putrinya untuk pindah kerumah baru. Selesai mengantar keberangkatan mereka semua Hinata kini sendirian di kediaman Uchiha bersama para pelayan.

'Nah sekarang saatnya untuk memasukkan semua pakaian ke dalam koper.' Batin Hinata riang, ia sudah membicarakan ini dengan Sasuke bahwa mereka akan pindah sehari setelah mereka menikah atau setelah Sasuke pulang dari kantor. Semua ini telah di pikirkan secara matang oleh Hinata, dimana ia setuju untuk menerima rumah pemberian dari Tousan mereka berdua yang telah di persiapkan sedari dulu sejak mereka di jodohkan.

Selang beberapa jam kemudian setelah ia membereskan semua bajunya dan baju Sasuke, Hinata menyenderkan kepalanya lunglai ke senderan sofa. Ia mengambil hp nya yang ada di atas meja dan mengotak-atiknya, hingga ia membuka kontak dan berhenti di sebuah kontak bertuliskan nama Gaara. Jujur ia amat sangat merindukan kekasihnya ralat mantan kekasihnya. Gadis itu benar-benar masih mencintai Gaara.

Hinata menatap sendu hapenya,' Tenang Hinata, satu tahun lagi kau pasti bersama Gaara kembali.' Batin Hinata yang mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri. Kita tak akan pernah tau apa yang terjadi di masa depan.

xxxxxx

Malam hari pun akhirnya tiba. Hari dimana Sasuke dan Hinata tinggal hanya berdua seperti pasangan pengantin pada umumnya di rumah mereka sendiri. Tadi sore kedua ayah mereka dan Itachi membantu mereka, meskipun ada pembantu yang mengerjakannya namun Hiashi, Fugaku dan Itachi tetap sibuk menata perabotan rumah Sasuke dan Hinata di rumah baru mereka.

Setelah beberapa jam yang melelahkan, ketiga laki-laki serta para pembantu kembali ke kediaman Hyuuga dan Uchiha. Dan malam hari ini di sebuah ruang tengah ada Sasuke dan Hinata yang duduk di sofa sedang merundingkan sesuatu atau lebih tepatnya hanya Hinata sajalah yang berbicara sedangkan Sasuke hanya diam dan sesekali menanggapi perkataan Hinata dengan anggukan kepala.

"Jadi, kita akan menjalani rumah tangga ini selama setahun seperti kesepakatan awal, setelah itu kita bercerai dengan alasan tak ada kecocokan. Kemudian...," Hinata menghentikan ucapannya saat matanya tanpa sengaja bertubrukkan pada mata hitam Sasuke. Melihat mata hitam tersebut entah kenapa membuat Hinata sedikit umm... Gugup?.

Hinata pun segera salah tingkah di tempat duduknya," A-a-apa yang k-kau lihat?" Namun Sasuke tetap saja diam menatap Hinata. Merasakan gugup karena terus ditatap dan tak ada jawaban apapun yang keluar dari Sasuke, Hinata berdiri dari sofa dan menghadap Sasuke," Aku mengantuk.. aku mau tidur, Oyasumi."

Hinata berjalan menuju kamar tidur...Mereka... tanpa sadar wajahnya merona mengingat kamar tidur yang ia tempati saat ini adalah Kamar mereka berdua. Yah, sebenarnya kamar di rumah ini ada 3 Kamar. Tapi, Hinata memutuskan kalau ia dan Sasuke akan tidur di kamar yang sama, Hinata takut jika mereka tidur di kamar yang terpisah maka Tousan mereka yang kemungkinan dapat berkunjung secara tiba-tiba kerumah mereka menemukan mereka tidur di kamar terpisah dan itu akan membutuhkan waktu untuk menjelaskannya. Hinata tidak ingin di repotkan oleh hal-hal seperti itu.

Hinata tak sadar saat ia melangkahkan kakinya menuju kamar, pandangan Sasuke tak lepas dari Hinata. 'Apakah tak ada tempat untukku?' Pikir Sasuke. Malam itu Sasuke memilih untuk mengambil Wiskinya dan menghabiskan malam yang tersisa bersama minumannya, tanpa di temani oleh siapapun, melarutkan semua yang ada di pikirannya termasuk Hinata.

.

.

.

.

.

Hari hari yang Hinata dan Sasuke lalui selama pernikahan mereka telah di lalui dalam keselarasan, meskipun mereka tidak melakukan sesuatu yang biasa di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya, mereka tetap menikmati kebersamaan mereka sebagai suami istri dalam ikatan "pertemanan" yang di tawarkan oleh Hinata sebelum mereka menikah.

Hinata yang tetap melayani Sasuke layaknya seorang istri (menyiapkan semua keperluan Sasuke) dan begitu dengan Sasuke yang berperan sebagai seorang suami yang baik. Meskipun Hinata masih memasang tembok besar tak kasat mata di antara hubungannya dan Sasuke, namun secara tak sadar ia juga mulai terbiasa dengan kehadiran Sasuke di sisinya.

Dan meski Sasuke jarang berbicara dan sering berucap kata 'Hn' entah sejak kapan di mulainya kini Hinata dapat mengartikan arti kata Hn milik Sasuke, dimana artinya bisa iya dan tidak. Mungkin dikarenakan mereka berada dalam satu rumah dan bersama hingga tanpa sadar membuat mereka terbiasa dengan kehadiran satu sama lainnya.

Tak terasa kebersamaan mereka telah memasuki bulan ke enam. Pernikahan mereka masih lah terhitung seumur jagung. Dimana dalam sebuah pernikahan sangatlah wajar kalau belum mendapatkan momongan secepatnya, tapi waktu enam bulan bagi Hiashi dan Fugaku adalah waktu yang lama untuk menunggu kehadiran cucu mereka. Kini Hiashi dan Fugaku tengah berkunjung ke kediaman Sasuke dan Hinata.

"Hinata apa kau sudah hamil?" Hiashi melihat ke arah perut putrinya, dalam tatapannya ia seperti tengah men scan akankah ada bayi yang berada di dalam perut Hinata. Hinata mengendus pelan melihat ayahnya.

"Belum Tousan." Jawab Hinata bosan.

"Apa kalian sering melakukannya?" Kini giliran Fugaku yang bertanya pada mereka berdua, namun tatapannya lebih mengarah pada Sasuke. Sasuke tetap memasang wajah tenang dan datar menatap Tousannya," Hn."

Hiashi memijat keningnya demi menghilangkan sakit kepala yang kini tengah menderanya, ia benar-benar pusing menghadapi putri dan menantunya ini. Mereka terlihat seperti tidak menginginkan seorang anak di antara mereka berdua, hei tak ingatkah siapa yang memulai ini semuanya Hiashi?

"Baiklah, mungkin kita terlalu cepat untuk menanyakan soal anak pada kalian di saat usia pernikahan kalian masih seumur jagung seperti ini."

"Itu Tousan tau.." Ucap Hinata, ia mengalihkan pandangannya pada arah lain. Ia takut tak dapat mengendalikan ucapannya saat melihat Tousannya yang berkata semudah itu.

'Menagih cucu? Ck, yang benar saja... Melakukannya saja belum, mau dapat anak dari mana? Langit?' Pikir Hinata sarkatik. Entah kenapa membahas ini membuat mood Hinata buruk.

"Kita masih berusaha untuk mendapatkan seorang anak Tousan." Jawab Sasuke sopan, Hinata memandang suaminya tajam, ' apa-apaan dia ini?' Batin Hinata tak percaya dengan ucapan Sasuke.

Oke memang Sasuke disini ingin menenangkan orang tua mereka agar bersabar tapi... yang benar saja! Itu hanyalah harapan palsu.

"Hah... Baiklah kita pamit pulang dulu, " Kedua pria paruh baya itu bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar, namun saat mereka akan memasuki mobil Fugaku berhenti dan berbalik ke belakang.

"Oh iya, Tousan lupa... Ini ada undangan pesta dari rekan kita Sasuke. Kau datanglah bersama Hinata besok malam, gantikan Tousan ke sana." Fugaku mengambil sebuah undangan pesta dari balik jasnya dan menyerahkannya pada Sasuke. Sasuke menerima undangan yang di berikan oleh ayahnya dan membukanya, Hinata yang penasaran dengan undangannya ikut melihatnya.

"Baiklah kami pulang dulu, Konbanwa."

"Konbanwa," Balas Hinata dan Sasuke secara bersamaan.

"Jadi, apa kau akan datang ke pesta itu?"

"Ya."

"Baiklah, sekarang kita tidur... aku sudah mengantuk." Hinata berlalu pergi dari Sasuke, meninggalkan Sasuke yang masih berdiri di tempat.

"Berikan aku sedikit tempat di hatimu, Hinata." Ucap Sasuke lirih.

"Kau bilang apa?" Tanpa disangka Hinata menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Sasuke," Kau tadi mengatakan apa? Kau berbicara sangat pelan."

Sasuke terdiam sejenak menatap wajah istrinya, menelusuri semua yang telah terpahat di wajah indah itu," Tidak... Bukan apa-apa..." Sasuke menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau ini... ada-ada saja..." Hinata kembali meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah.

"Hah... Apakah hanya 'dia' yang berada di hatimu, Hinata? Adakah tempat untukku?" Ucap Sasuke pelan, ia menatap bintang di atas langit. Bertanya pada bintang di atas sana, dapatkah ia menggantikkan sosok 'kekasih' Hinata yang amat dicintai oleh gadis itu untuk menempati ruang di hatinya?

Dan Sasuke hanya dapat tersenyum sedih," Kau terlalu berharap Sasuke." Sasuke pun memutuskan untuk menyusul Hinata masuk ke dalam rumah.

To Be Continue

A/N : Holaaa... Akhirnya aku bisa kembali ngetik dan updated... gomen kalau ceritanya gak sesuai dengan apa yang di harapkan dari readers semua, di awalnya aku sempet kehilangan feel seh utk cerita ini karena udah lama... dan akhirnya setelah semedi selama beberapa menit dapat juga feelnya lagi... mungkin di sini sasuke OOC tapi memang aku buat seperti itu, pengen banget liat Sasu galau wkwkwkwkwk, #ditendang_fans_sasu.

Dan gomen kalau gak bisa balas review satu persatu dikarenakan waktu dan tempat terbatas... Oke sampai jumpa di cerita ku yang lainnya, tetap tunggu kelanjutan cerita yang lainnya yah... Jaa Nee... #poof