Disclaimer: Naruto © Kishimoto Masashi…

SAIGO NO KIMOCHI © Hitomi Sakurako

...

Chapter 1: You And Me

Suasana kota Konoha pagi ini begitu tenang. Maklumlah, hari ini merupakan musim dingin. Setiap orang pasti enggan untuk keluar dari rumah mereka hanya karena takut kedinginan. Pikiran mereka lebih baik tidur sambil menikmati liburan musim dingin ini. Apalagi, seminggu lagi akan natal. Tapi tidak bagi seorang gadis berambut merah muda bernama Sakura.

Kakinya menelusuri salju-salju yang menumpuk itu. Napasnya ngos-ngosan setelah berlari dari rumahnya menuju tempatnya untuk menuntut ilmu. Sakura memeluk tumpukan buku pelajarannya. "Huh, hampir sampai." Sakura menyeberang jalan yang sunyi itu. Tiba-tiba ada motor yang langsung melaju kencang dibalik kabut tebal. "Kyaa!" Sakura cepat berlari untuk menghindari motor itu. Sakura mencari motor itu. "Huah, cepat sekali!" pikir Sakura.


"Ohayo, Hinata!" sapa Sakura dengan senyum manisnya.

"Ohayo, Sakura. Sedang apa? Sepertinya kau sibuk."

"Aku sedang mengerjakan tugas biologi. Kamu sudah selesai?"

"Sudah. Eh, tumben kau mengerjakan tugas rumah di sekolah, Sakura. Ada apa?"

"Semalam aku menemani ayahku di rumah sakit." ucap Sakura dengan nada lirih.

"Eh, apa yang terjadi pada ayahmu?"

"Tekanan darahnya rendah. Kemarin ayahku pingsan,"

"Oh, dimana ayahmu dirawat?"

"Rumah sakit Konoha. Kelas bunga tulip."

"Ah, aku akan menjenguk ayahmu sepulang sekolah nanti."

Hinata menatap Sakura, kemudian tersenyum manis. "Benarkah? Janji, ya."

Hinata mengangguk mantap "Aku janji!"

"Terima kasih." ucap Sakura sambil tersenyum bahagia.

"Ehehe, iya. Sama-sama." Hinata menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Bel istirahat berbunyi. Sakura menaruh bukunya di dalam loker. "KYAA! KYAA! KYAA! Yamanaka-san bersama Uchiha-kun!" Uchiha Sasuke berjalan dengan dinginnya bersama seorang gadis berambut pirang. Kemudian disertai jeritan-jeritan beberapa gadis yang merupakan fans Sasuke dari belakang. Sakura mendengus kesal kemudian berjalan menuju kantin, ia malas melihat wajah gadis berambut pirang itu. Pasalnya, gadis berambut pirang itu, atau sebut saja namanya Ino Yamanaka merupakan musuh bebuyutannya. Awalnya, Sakura tak menganggap Ino musuh. Mereka dulu ( Sakura, Ino, dan Hinata ) malah bersahabat, tapi entah mengapa Ino memutuskan hubungan persahabatan mereka karena takut Sakura akan menjadi saingannya memperebutkan Sasuke Uchiha. Padahal, Sakura sama sekali tidak menaruh perasaan pada si Uchiha itu. Boro-boro mau menaruh perasaan, kenal saja tidak. Karena selalu dianggap saingan, akhirnya Sakura juga membenci Ino. Sakura berjalan melewati gadis berambut pirang itu.

DUAK! Sakura merasakan sakit pada bagian kakinya. Ia meringis kecil kemudian menatap sinis orang yang menendangnya. "Apa maksudmu?!" ucap Sakura dingin.

"Hm, kalau jalan di depanku jangan masang wajah sok hebat gitu. Kau membuatku ingin muntah saja." Ucap Ino dengan penuh penekanan.

"Wah, Yamanaka-san. Memang kau ini siapa seenaknya menegurku. Aku tidak suka mendengar ocehanmu yang sama sekali tak penting itu. Terima kasih karena sudah mengataiku sok hebat."

"Kau…" desis Ino sambil mencengkeram kerah seragam Sakura.

"Apa? Mau memukulku?"

GREP! Sasuke yang berada di samping Ino segera menahan tangan Ino dan melepaskannya dari kerah seragam Sakura. "Sudahlah. Nanti ribut!" ucap Sasuke cuek.

"Hh, kali ini aku melepaskanmu. Lihat saja, aku akan membunuhmu!" Ino berlalu pergi dari tempat itu bersama Sasuke di sampingnya.

"Coba saja. Aku tidak takut, Ino!"

Waktunya pulang sekolah, Sakura berjalan menuju rumah sakit Konoha. Tak jauh dari sekolahnya. Hanya butuh berjalan sekitar setengah kilometer. Sakura berhenti mendapati lampu lalu lintas berwarna hijau. Ia menunggu sambil bersenandung kecil. Begitu lampu berwarna merah menyala, Sakura segera berjalan menyeberang, namun ia merasakan sebuah tangan menarik lengannya. "Eh?"

Sakura menoleh dan mendapati Ino sedang memandangnya dengan tatapan kesal. "Haruno!"

Sakura melepaskan paksa tangannya dari Ino. "Ada apa lagi, heuh?"

"Aku heran kenapa Sasuke-kun membelamu,"

"Siapa itu Sasuke?"

"Jangan mengada-ada. Tentu saja pria yang tadi menolongmu. Aku tidak peduli sejauh mana hubunganmu. Tapi, segera kau tinggalkan Sasuke sekarang juga."

"Maaf, aku tidak tertarik. Aku tidak peduli siapa itu Sasuke. Aku juga tidak peduli dengan bicaramu yang mengatakan aku memiliki hubungan dengannya. Maaf, aku pergi dulu. Berhenti menggangguku!" Sakura berbalik lagi untuk menyeberang jalan.

Ino berdecak kesal. "Menyebalkan! Matilah kau, Haruno!" teriak Ino sambil mendorong Sakura ke tengah jalan bertepatan lampu lalu lintas berwarna hijau.

"Ino! Apa yang kau laku-Kyaaa!" teriak Sakura. BRAK!

"Ugh, kepalaku sakit sekali. Eh, tadi Ino mendorongku. Hah, syukurlah aku selamat." Sakura berdiri dari tidurnya.

"Wah, apa dia baik-baik saja?"

"Entahlah. Gak bergerak tuh,"

"Kasihan sekali, ya. Temannya itu benar-benar pembunuh."

"Hei, dia meninggal!"

Sakura menghampiri kerumunan orang yang sedang berdebat itu. "Gomennasai. Ada apa sebenarnya?" Tanya Sakura, namun ia tak dipedulikan. Sakura mengernyit, "Maaf, semua! Apa aku boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi?!" Tanya Sakura sekali lagi disertai teriakannya, namun ia tetap tak dipedulikan. Sakura menggeleng-gelengkan kepala karena jengah terhadap orang-orang yang begitu serius memperhatikan kejadian itu sampai tak menggubris ucapan Sakura. Ia bermaksud ingin melihat sendiri kejadian di sana. Sakura berjalan mencoba melewati orang-orang yang berdesakan itu. Dan ia langsung berada di tengah kejadian. Eh?! Kok langsung bisa? Sakura keringat dingin. Kemudian ia menatap seseorang yang terbaring lemah dengan darah yang mengalir dari dahinya. Sakura syok. Siapa itu? Itu adalah Sakura sendiri. Ya, Sakura Haruno yang telah ditabrak truk semi-trailer. Sakura jatuh terduduk sambil menangis sekeras mungkin.

Sakura mengikuti jasadnya yang dibawa menuju rumah sakit Konoha. Ia melewati lorong kelas bunga tulip. "Bunga tulip 'kan kelas kamar ayah." CKLEK! Pintu kamar itu terbuka dan menampakkan sosok ibunya yang sedang menatap sekeliling. "Eh, ada pasien baru, ya!" kata Mebuki prihatin.

"Itu aku, bu!" ucap Sakura sedih, meskipun Mebuki tak mendengarnya. Sakura mulai menangis, hatinya sakit melihat ibunya tidak menyadari dirinya. Ia merasa sakit ketika sadar bahwa ia pasti akan menyebabkan ibunya lebih menderita.

Mebuki menghampiri seseorang. "Maaf, pak. Ada pasien baru, ya?"

"Iya. Katanya sudah meninggal. Seorang siswi SMA lagi. Kasihan, ya. Waktu kulihat, dia sedang berjalan menuju rumah sakit ini, tiba-tiba ada temannya yahh, mungkin mereka bertengkar. Temannya itu mendorong anak itu ke tengah jalan. Alhasil anak itu ditabrak truk semi-trailer…" jelas orang itu.

"Kasihan sekali, ya." Mebuki meraih ponselnya dan mencoba menelpon Sakura. "Mendengar bapak itu cerita masalah rumah sakit, saya jadi ingat anak saya, Sakura. Katanya mau datang menjenguk ayahnya, kok belum muncul. Coba kuhubungi saja deh,"

"Halo, Sakura. Kau ada dimana sekarang?"

'Maaf, ini bukan Sakura.' Suara dalam telepon.

"Hahh? Bukan Sakura? Jadi Anda siapa?"

"Memang benar ini ponsel Sakura Haruno, tapi saat ini Sakura-san sedang terbaring di rumah sakit. Lima menit yang lalu ia kecelakaan saat akan ke rumah sakit Konoha."

Kini giliran Mebuki yang syok. Ia memutuskan sambungan telepon tanpa minta izin dan berlari mengejar pasien baru tadi. Sakura ikut berlari di belakang Mebuki sambil terus menangis.

"Sakura-chan!" Mebuki menatap Sakura yang hampir semua tubuhnya tertutupi kain kasa. "Aku tidak menyangka kau terkena musibah ini."

"Ibu, aku senang kau melihatku sekarang. Maaf, aku tidak bisa menjenguk ayah dulu," ucap Sakura sedih, meskipun ia tak nampak di mata ibunya.

Sakura berjalan menghampiri jendela. Ia menatap langit biru. "Aku belum meninggal. Aku hanya koma," ucap Sakura, ia bersyukur karena ia ternyata hanya koma. Ia berlari keluar rumah sakit dan hendak menyeberang jalan. Tiba-tiba ada motor yang melaju begitu kencang dan menabrak tubuh Sakura. Oalah, kok bisa? Bukankah Sakura tembus pandang?! Sakura jatuh terduduk sedangkan pria yang menunggangi motor tadi berdiri di samping Sakura.

"S-sakit sekali. Kenapa aku yang tembus pandang ini bisa ditabrak olehnya?" batin Sakura heran.

"Kenapa aku yang tembus pandang ini bisa menabraknya? Jangan-jangan…" batin pria yang menunggangi motor itu.

Sakura berdiri dan menatap pria di hadapannya. Pria itu memasang tampak heran sekaligus takut. "Kamu siapa?" Tanya pria berambut merah itu.

"Ah, eh? Kau bisa melihatku?!" bukannya menjawab, Sakura malah balik nanya.

"Tentu saja. Lalu, kau sendiri kenapa bisa melihatku?"

Sakura menundukkan wajah. "Ceritanya panjang…"

ESOK HARINYA~~~

Sakura melangkahkan kakinya di sebelah ghost rider itu. Namanya Sasori., tapi Sakura lebih senang memanggilnya 'ghost rider'. "Tumben kau tidak mengendarai motor bututmu itu dengan kencang. Biasanya selalu kencang seperti angin lewat." Sakura menatap Sasori. Memang, kali ini Sasori memperlambat laju motornya karena sedang menemani Sakura.

"Aku 'kan sedang menemanimu."

"Jadi, begitu ya," Sakura mneghembuskan napas.

"Apa?"

"Alasan kau selalu melintas di depanku karena memang sebentar lagi aku kecelakaan. Berarti, kau juga punya tugas sebagai scheduler begitu?"

"Yah, begitulah!"

"Hebat. Lalu apa yang akan terjadi padaku selanjutnya? Apa aku akan terus seperti ini?" Tanya Sakura.

Sasori menatap Sakura. "Kita lihat saja yang akan terjadi selanjutnya." Ucapnya cuek.

"Hah…" Sakura mendengus kecewa.

"Kau mau kemana?"

"Aku ingin ke sekolahku,"

Sasori menaikkan alis kirinya, bingung.

"Aku ingin menemui seseorang."

"Untuk apa?"

"Aku ingin balas dendam kepada orang-orang yang telah membuatku seperti ini. Aku ingin melakukan hal yang sama terhadap orang itu. Aku ingin orang itu merasakan rasa sakit yang kualami. Setelah itu semua terjadi, aku akan merasa begitu puas,"

"Sebaiknya kau tidak melakukannya."

Sakura menatap Sasori yang sedang memandang lurus ke depan.

"Sebaiknya kau tidak melakukan itu. Hidupmu tak lama lagi. Kalau kau melakukan dosa lagi, maka kau tak akan merasa tenang disana. Kau hanya bisa tersenyum puas di dunia ini setelah balas dendam, tapi tidak ada kata tersenyum lagi kalau kau sudah di neraka."

Sakura terdiam sejenak. Kemudian ia membuang ucapan Sasori dan terus melangkah memasuki sekolahnya. "Aku ingin itu terjadi." ucap Sakura dengan tekad bulatnya. Sasori menghembuskan napas kesal.

"Terserah kau. Aku tidak ingin ikut campur urusanmu juga," kata Sasori sambil melajukan motornya dengan kecepatan 'wwuuuuss'.

Sakura berjalan di koridor sekolah. Ia melihat Hinata tengah berjalan menuju kelas mereka. "Hinata, aku disini. Ohayo!" sapa Sakura. Ia berharap Hinata akan membalas sapaannya meski itu mustahil.

"Ohayo!" ucap Hinata. Eh? Sakura berbalik menatap Hinata. Ia berpikir Hinata membalas sapaannya. Rupanya ia melihat Hinata sedang menyapa Sasuke yang sedang lewat. Sakura berjalan lesu. Tunggu! Sakura menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap punggung Sasuke dari belakang.

"Ia juga salah satu penyebab aku kecelakaan. Nanti aku akan membalasnya juga."

Sakura mengikuti Sasuke menuju rumahnya. Sebenarnya ia ingin membalas dendamnya pada Ino dulu. Tapi, rupanya Ino diskors selama 1 bulan dan terancam dikeluarkan. Sakura mendatangi rumah Ino tapi kosong. Rupanya, kesempatan ini dimanfaatkan Ino untuk berlibur. Ckckckck…

Sakura terus berjalan mengekor di belakang Sasuke. Sesekali ia bersenandung kecil, kadang juga berteriak kesal kalau ia kembali mengingat balas dendamnya. Sakura bahkan mulai berpikir kalau ia sudah gila akan balas dendam.

Sakura akhirnya tiba di rumah Sasuke. Ia mengagumi sebentar rumah megah itu. Kemudian, kembali mengikuti langkah Sasuke. Hm, Sakura merasa ia adalah seorang penguntit, meski ia tak terlihat. Sasuke memasuki kamarnya. Sakura duduk di dekat jendela sambil memandang langit.

"Hm, lelahnya." Sasuke menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

Sakura menatap Sasuke. Kemudian duduk di sisi ranjangnya. "Uchiha-san," panggil Sakura.

Sasuke menggaruk belakang kepalanya, kemudian berdecak kesal. Sakura berbaring di samping Sasuke. Dalam hatinya, ia juga tak tega melakukan niat balas dendamnya pada orang yang sama sekali tak mengerti keadaan seperti Sasuke. "Maaf…"

Sakura hendak bangkit. Namun, tiba-tiba…

Sakura tercengang menatap wajah Sasuke yang begitu dekat dengannya. Yang jadi masalah, Sasuke mengunci tubuh Sakura.

"Apa maumu? Kenapa mengikutiku?" Tanya Sasuke dingin.

"E-eh?!" Sakura mulai panik.

_TBC_

A/N: Hello, Minna-sama. Ini aku. Penulis amatiran yang masih butuh banyak belajar. Setelah lama gak nongol, akhirnya di fic kali ini aku memulai SasuSaku lagi. Disini ceritanya full fantasy lho, minna…

Ne, maaf buat para penggemar Ino. Bukannya aku mau ngerusak image Ino. Aku juga suka Ino, tapi aku berpikir bahwa Ino merupakan rival yang sangat cocok untuk Sakura. Memang kenyataannya begitu :3

Sekianlah catatan kecil dariku. Malu kalau panjang, nanti dikirain lagi curhat gituuh. Well, arigatou gozaimasu telah membaca fic ini. Semoga menghibur~ ohohoho…

Salam,

Ilma Sarah Zena