"Onegai?"

Yui tersenyum. "Benar, Papa…"

"Apa itu?" tanya Asuna penasaran.

Seluruh SAO survivors kembali pada kesibukan mereka. Makan-makan, minum-minum, dan mengobrol satu sama lain.

Yui membisiki Kazuto, sedangkan Sachi membisiki Asuna. Setelah mereka mengetahui permintaan kedua anak mereka, mereka jadi speechless.

"Yu, Yui… a,a,a,apa maksudmu?"

"Seperti yang aku bilang, kami menginginkan adik!" ucap keduanya bersamaan. Ucapan itu membuat teman-teman mereka ikut speechless. Bahkan ada yang sedang meminum jus, tetapi tersedak begitu mendengarnya.

Asuna, yang masih tidak percaya, terdiam seribu bahasa. Ia tidak mereaksi apapun dari ucapan Yui dan Sachi.

"Hoo hoo… naruhodo, naruhodo…" Klein mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

"A,apa maksudmu, Klein?" tanya Kazuto dengan tergugup.

"Kalian berdua…" Rika agak jengkel pada sahabat dan suami sahabatnya ini. "Kalian belum pernah mencoba memiliki anak lagi kan?"

Kali ini, Asuna langsung tersadar dan wajahnya memerah. Kazuto tergagap-gagap. Ia tak pernah menyangka kedua anak mereka meminta sesuatu yang sangat memalukan di depan semua orang.

"Rika!" Asuna, yang masih memerah wajahnya, memarahi Rika.

Rika menyadari Asuna yang sangat malu itu. Then she tease Asuna more than before.

"Ayolah, Asuna… Sampai kapan kau dan Kirito membuat Sachi dan Yui menunggu untuk mendapatkan adik lagi?"

Keiko, yang sampai saat ini belum menikah, hanya bisa mangap-mangap. Membicarakan tentang memiliki anak di depan banyak orang sangat membuatnya malu.

"Ma, ma, masalah ini, tolong jangan diungkit disini!" kata Asuna mengambil alih karena Kazuto benar-benar tidak berguna.

"Hehe… Asuna…" Rika mendekati telinga Asuna dan berkata, "Kau harus membujuk Kirito untuk membuat anak lagi, Asuna. Kalau kau berhasil melakukannya dan berhasil hamil, aku yakin Kirito akan sangat senang."

Asuna berkedip berkali-kali dan mulai mencerna perkataan Rika. Wajahnya mulai merah padam. "RIKA!"

Dari dulu, Asuna hanya ingin ia, Kazuto, dan Yui hidup bersama. Ia dan Kazuto sudah resmi menikah dan kini memiliki seorang anak, hanya saja ia masih tetap ingin bersama dengan Yui, jadi Kazuto berusaha menciptakan dunia yang tanpa batasan antara virtual dan reality. Begitu berhasil, Kazuto mentransfer Yui ke reality. Kehidupan bersama itu sudah sangat cukup bagi Asuna.

Akan tetapi, di dalam lubuk hati Asuna, ia sangat ingin memiliki anak dari Kazuto. Memang dia sudah memiliki satu anak dari Kazuto, yaitu Sachi, tapi tetap saja ia sangat menginginkan anak dari Kazuto lagi.

"Kazuto-kun… katakanlah sesuatu!" seru Asuna membangunkan Kazuto yang masih setengah tidak sadar.

"Asuna…" Dan percayalah apa yang dikatakan Kazuto selanjutnya. "Mari kita buat anak lagi untuk Sachi dan Yui!"

Dengan suara lantang, Kazuto mengatakan itu. Semua orang langsung terdiam. Asuna benar-benar speechless menghadapi suaminya yang sering sekali ceplas-ceplos. Kalau Kazuto mengatakan itu di rumah saat hanya ada dia dan Asuna, Asuna tak akan marah. Ia akan menyetujuinya. Tapi ini di depan banyak orang. Hampir semua SAO-survivors yang diundang dalam acara ini, dan yang datang ini mendengarkan apa yang dikatakan Kazuto.

Asuna, saking malunya ia menarik lengan Kazuto dan lengan Sachi keluar dari Dicey Café dan meninggalkan kerumunan yang masih speechless.

"Kami akan pulang. Terimakasih atas pestanya." Asuna mengatakan itu dengan wajah marahnya.

Semua masih tetap terdiam. Lalu mereka tertawa. Mereka tidak pernah mengira, Yuusha yang menyelamatkan mereka dari Death Game dan Idola mereka di Death Game itu sangat lucu kalau mereka bersama.

"Mereka sama sekali tidak berubah," kata Rika dan Klein bersamaan.

Di lain pihak, di mobil Kazuto, Asuna memajukan bibirnya dan terus menerus mengucapkan kata-kata yang tidak bisa di dengar.

"Asuna…"

"…"

"Asuna, dengarkan aku…"

"…"

"Asuna! Tolong dengarkan aku!"

"Apa!? Apa yang harus aku dengarkan darimu, Kazuto!?"

Kedua anak mereka—Yui dan Sachi—diam saja karena mereka takut dengan Asuna yang sedang marah. Memang sangat jarang untuk melihat ibu mereka marah karena Asuna lebih sering tersenyum dan sangat mencintai keluarganya, tapi bila sudah berhubungan dengan sesuatu yang juga melibatkan Kazuto, ia akan benar-benar marah.

Wajah Kazuto mulai menandakan bahwa ia tidak menyukai Asuna yang dengan dalam mode marah. Ia menyukai istrinya yang sering tersenyum dan caranya mencintainya.

"Aku… aku akan ke Amerika besok." Itulah yang terucap dari bibir Kazuto.

Dunia di sekeliling Asuna menjadi sangat gelap. Yui dan Sachi sangat kaget dengan pekataan ayah mereka. Tidak biasanya Kazuto akan melakukan perjalanan ke luar negeri.

"Ke- ke- kenapa?"

"Sebuah perusahaan di Amerika ingin mengadakan kerjasama dengan kita. Mereka ingin mengembangkan virtual-reality world. Dulu aku hanya mengijinkan virtual-reality world dioperasikan di Jepang saja, tetapi mereka benar-benar memaksaku hingga aku menyetujuinya."

"Ta-ta-tapi… kenapa harus besok?"

"Aku harus segera kesana, Asuna… Kau mengerti kan. Asuna?" Kazuto mengatakan hal itu sambil mengendarai mobil Jazz hitam miliknya.

"Aku akan ikut bersamamu, Kazuto-kun!" Asuna memutuskan sepihak. Membuat Kazuto terkejut dan membuat mobilnya sedikit oleng.

"Asuna! Kau tidak bisa ikut bersamaku!" Kazuto berusaha mengendalikan mobilnya kembali. Untunglah di jalan ini tidak terlalu ramai.

"Aku… HARUS ikut denganmu, Kazuto-kun!" Asuna menekankan kata harus di dalam ucapannya.

"Sudah kubilang kamu tidak bisa ikut, Asuna!" seru Kirito dengan wajah serius.

"Kenapa aku tidak bisa ikut?" tanya Asuna. Dia… jujur saja, sangat takut dengan suaminya yang sedang marah itu.

"Kalau kau ikut denganku, siapa yang akan menjaga Yui dan Sachi? Siapa yang akan menggerakkan perusahaan ketika aku pergi? Kalau kau ikut, apakah menurutmu Yui dan Sachi senang?"

Sachi dan Yui belum pernah melihat ayah mereka yang sangat marah itu. Sebenarnya Yui pernah melihatnya, saat ia menjadi Mental Health Counseling Program. Ia melihat Kirito yang marah dan menghabisi monster sendirian. Jujur saja, Yui juga sangat ketakutan.

"Lalu siapa yang bisa mengurusi dirimu, Kazuto-kun? Kau tidak pernah peduli pada tubuhmu sendiri. Siang malam hanya bekerja. Aku sangat mengkhawatirkanmu!"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Asuna…" Wajah Kazuto mulai melembut. Ia tahu kalau istrinya itu sangat mengkhawatirkannya. "Aku tidak ingin anak-anak kita kau tinggal hanya untuk pergi bersamaku ke Amerika yang sebenarnya bisa kulakukan sendiri."

"Papa… Mama…" Yui memanggil orangtuanya itu karena ia tahu sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah ini.

"Ada apa, Yui-chan?" tanya Asuna pada anaknya itu.

"Aku… aku pikir kalian bisa ke Amerika. Kami akan menginap di rumah Sugu-obachan. Ya kan, Sachi?"

"Iya! Aku sangat ingin bermain dengan Himeka, Mama!"

Sekedar penjelasan. Himeka yang maksud oleh Sachi adalah anak dari Suguha dan suaminya, Shinichi Nagata. Mereka menikah 3 tahun setelah Asuna dan Kirito menikah.

"Kalian yakin akan tinggal bersama Suguha-chan?" tanya Asuna meyakinkan anak mereka.

"Asuna!" bentak Kazuto. Sepertinya Kazuto tidak setuju dengan ide itu. Kazuto menepikan mobilnya dan mulai bicara. "Aku sangat tidak setuju, Asuna…"

"Kenapa?"

"Itu hanya merepotkan Sugu. Sugu memiliki anak dan suami yang harus diurusnya, aku merasa tidak enak dengannya karena beban tanggungannya akan menjadi 2 kali lipat."

"Tapi Sugu-obachan bilang boleh, Papa…" ucap Yui. Kazuto benar-benar lupa tentang Yui yang bisa berhubungan dengan orang lain tanpa melihat orang itu. Seperti telepati. "Dan ia sedang menunggu kami. Kami akan menginap di rumah Sugu-obachan."

Setelah berdebat sedikit dengan anaknya—Yui—Kazuto akhirnya mengijinkan kedua anaknya untuk menginap di rumah adiknya—Suguha. Kazuto mengantar mereka berdua ke rumah Suguha dan meminta maaf kepada Suguha karena merepotkan.

"Tidak apa-apa, Nii-chan… Aku tau masalah pekerjaan Nii-chan, jadi biarlah Yui dan Sachi tinggal bersama kami. Himeka benar-benar merindukannya," kata Suguha dengan senyumannya. Perempuan berambut hitam itu menurunkan anaknya dan membiarkannya bermain bersama Yui dan Sachi.

"Nii-sama, percayakan saja Yui dan Sachi pada kami," kata lelaki berambut coklat. Shinichi Nagata, suami dari Suguha mencoba meyakinkan kakak iparnya.

"Nee-san akan ikut bersama Nii-chan kan?" tanya Suguha kepada Asuna.

"Tentu saja! Kalau Kazuto-kun dibiarkan, ia pasti tidak pernah istirahat ataupun makan," jawab Asuna.

Kazuto hanya bisa memandangi Asuna dengan agak jengkel. Ia diperlakukan seperti anak kecil. Memang dia lebih muda 1 tahun daripada Asuna, tapi bukan berarti ia akan diperlakukan seperti anak kecil.

Setelah itu, mereka berdua berpamitan dan segera menuju rumah mereka. Suasana di mobil tidak begitu enak jadi Asuna berkata, "Aku akan menyiapkan barang-barang. Tiket pesawat untukku akan segera aku persiapkan. Besok aku akan ikut bersamamu, Kazuto-kun."

"…"

"Kazuto-kun?"

"Terserah padamu."

Asuna tersenyum. Kazuto sudah tidak bisa berkutik lagi. Asuna langsung mencium pipi kiri Kazuto setelah mendengar ucapan Kazuto.

"A-Asuna?"

"Terimakasih telah mengijinkanku, Kazuto-kun. Aishiteimasu." Asuna tersenyum kembali. "Aku akan memberikan hadiah untukmu begitu kita sampai rumah."

Kazuto penasaran dengan apa yang dimaksud Asuna, jadi dia tetap diam saja. Sesampainya di rumah, Asuna turun terlebih dahulu dan masuk ke rumah, sedangkan Kazuto memarkirkan mobil di garasi.

Kazuto masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan istrinya tadi. Asuna, benar-benar mengejutkan Kazuto, sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke Amerika. Kazuto jadi bertanya-tanya, kapankah istrinya mau mengatakan yang dimaksud hadiah.

"Asuna?"

"Hadiahnya nanti ya, Kazuto-kun. Aku ingin mempersiapkan semuanya jadi besok kita tidak ketinggalan pesawat."

"Kau sudah mendapatkan tiket?"

"Tentu saja! Aku meminta bantuan dari Kakak. Dia sudah mendapatkannya. Baru saja ia menelponku."

"Aaah… apa yang akan kukatakan pada Kakakmu kalau kita bertemu dengannya?"

"Kau tak perlu mengatakan apapun, Kazuto-kun… Akulah yang memintanya."

Dan… mereka kembali pada persiapan barang-barang mereka.

Jam 19.30…

"Fuuh… akhirnya aku selesai. Kazuto-kun, kau sudah siap semua?"

"Aku sudah dari kemarin, Asuna…" jawab Kazuto dengan santainya. "Ngomong-ngomong, kenapa kau membawa banyak sekali?"

"Kita di Amerika berapa hari?" tanya Asuna tanpa menggubris pertanyaan Kazuto.

"Sekitar 3 sampai 4 hari."

"Jaa… Kita akan di Amerika selama 2 minggu."

"Hah?!"

"Kita akan berbulan madu lagi, Kazuto-kun…"

"Ke-kenapa?"

"Karena bulan madu kita sebelumnya gagal. Dan ini nanti akan menjadi kesempatan bagus untuk…"

"Untuk?"

Asuna menelan ludahnya. "Untuk… me, me, me, mem… buat anak…"

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik…

Empat detik…

Delapan detik…

Sepuluh detik…

"HAH!?"

Wajah Kazuto dan Asuna memerah. Kazuto tidak pernah menyangka kalau istrinya akan meminta hal yang sebelumnya sangat tidak ia suka (karena Kazuto mengatakannya di depan teman-teman seperjuangannya).

"A, a, a, a, a, a, a, apa maksudmu, Asuna? Mem… mem, membuat anak…?"

"Kazuto-kun… kau mau membuatku malu? Aku tidak ingin mengatakannya lagi! Po, pokoknya aku sudah mengatakannya dan aku sangat menginginkan kita melakukannya. TITIK!"

"Bu, bukankah tadi kau tidak setuju?"

"Aku tidak setuju karena kau mengatakannya di depan banyak orang. Sebanyak 2.000 orang mendengarnyaaaa!"

*Siiing* Hening seketika.

"Asuna…" Kazuto membuka mulutnya. "Ki, kita akan melakukannya malam ini!"

Asuna melongo. Sekaligus malu tingkat dewa.

"Ka, ka, ka, Kazuto-kun!?"

"Kalau kau menunggu pekerjaanku selesai di Amerika, aku yakin kita akan melakukannya sangat terlambat. Aku ingin mendapatkan anak secepat mungkin, Asuna…"

"Ka, kau sudah mendapatkan anak dariku, Kazuto-kun."

"Maksudku anak yang ke tiga, Asuna…"

"A, a, a, a, aku… Aku akan menerimanya, Kazuto-kun…"

"Asuna…"

Kazuto menghampiri Asuna dan dengan lembut ia kecup bibir Asuna.

"Kazuto-kun…"

Malam itu, mereka melakukan 'pembuatan anak' dan harus lembur. Bukti cinta dari dua insan itu, akan muncul dengan sangat segera.

Maaf telat update cerita ini. Sherry terlalu sibuk dengan sekolah. Maklum, mau penjurusan~

Daaan…. Karena Sherry sudah meng-update cerita ini, pleaseReview! Yoroshikuonegaishimasu~ karena Sherry masih newbie dalam penulisan fanfict. Jadi kalau ada beberapa kalimat yang tidak dimengerti, maafkan Sherry.

Sincerely,

Sherry Kurobara