Seorang yeoja tertidur di atas ranjang itu. Matanya tertutup rapat, namun peluh membanjiri pelipisnya. Kepala yeoja itu bergerak ke kanan dan kiri, tak beraturan. Tubuhnya menegang. Bibirnya mengerang pelan. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu mimpinya malam itu.

Merasakan gerakan berlebihan dari seseorang di samping, namja itu membuka matanya perlahan, ingin memastikan apa yang sedang terjadi. Mata namja itu terbelalak lebar saat melihat kekasihnya mengingau, lagi. "Minnie! Chagiya! Minnie-chagi! Ireona! Minnie! Aku di sini, sayang!", panggil namja itu sambil berusaha menahan gerakan kepala sang yeoja yang semakin brutal. Namja itu menepuk pipi sang yeoja beberapa kali, berusaha membangunkan kekasihnya itu.

Berhasil. Sang yeoja membuka matanya. Napasnya memburu. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. "Wonnie~!", rajuknya saat melihat sosok namja tampan itu di sampingnya. Ia langsung memeluk kekasihnya posesif, seakan tak ingin lepas dari namja itu.

"Tenang, Sungminnie. Aku di sini. Aku di sini.", kata Siwon berusaha menenangkan dengan mengelus surai rambut cokelat Sungmin. 'Apa yang kamu takutkan, Minnie?', batin Siwon penasaran.


In Your Eyes

Chapter 1 / 10

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Rate: T - M (Jaga2 bakal ada NC)

Pair: WonKyuMin, Genderswitch (Minnie)

Summary: KyuMin adalah sepasang kekasih semasa SMA. Hubungan mereka tidak jelas, sudah putus atau masih berpacaran. Suatu saat takdir mempertemukan mereka, namun sayang Sungmin sudah menaruh sakit hati kepada Kyuhyun. Sikap dan perkataan Kyuhyun di masa lalu membuat Sungmin harus membencinya. Sedangkan Kyu berusaha merebut Sungmin dari kekasih barunya.

.

.

\(^w^)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.


Cinta itu dari hati terpancar melalu mata dan tercipta oleh tindakan. Aku ingin membencimu, namun rasa cintaku melebihi segalanya. Hatiku terpaut padamu. Selamanya.

"Selamat pagi, yeorobun! Pagi ini seonsaengnim akan memperkenalkan kalian kepada seorang teman baru.", kata seorang namja paruh baya kepada seluruh penghuni kelas pagi itu. "Ayo masuk!", katanya lagi sambil mengibaskan tangannya ke arah yeoja di luar kelasnya.

Yeoja itu perlahan masuk ke dalam kelas. Ia merasa gugup dengan tatapan calon teman barunya. "Annyeong haseyo. Choneun Lee Sungmin imnida. Bangapseumnida.", kata yeoja itu memperkenalkan dirinya.

Lee Sungmin, murid baru di Shappire Blue High School. Penampilannya sangat sederhana. Tubuhnya sangat berisik—gemuk. Kulitnya berwarna sawo matang. Sedikit jerawat menghias di wajahnya. Yeoja ini memiliki sifat tomboy dan sedikit urakan, walau otaknya tidak perlu dipertanyakan. Sebenarnya Sungmin adalah yeoja yang manis, hanya saja sifat tomboy-nya itu membuatnya malas untuk menjaga penampilannya.

"Bersikap baiklah kepada Sungmin. Nah, Sungmin. Kamu duduk di bangku kosong itu ya.", ucap seonsaengnim menunjuk pada meja kosong di barisan ke tiga.

Sungmin menuruti perkataan gurunya. Ia duduk dengan tenang di bangku itu, sebelum dua orang yeoja menyapanya. "Hai, Sungmin. Aku Victoria dan dia Sulli. Salam kenal ya!", ujar seorang yeoja cantik yang duduk di meja sebelahnya.

Sungmin tersenyum senang, karena ada teman yang mau berkenalan dengannya. Ia menyambut uluran tangan kedua yeoja itu, lalu berjabat tangan kepada keduanya. "Lee Sungmin.", katanya memperkenalkan diri.

Victoria dan Sulli meminjamkan Sungmin buku pelajaran hari itu, karena ia belum memiliki buku paket yang digunakan sekolah itu. Sebelumnya Sungmin bersekolah di Seoul International High School di kota Seoul. Ia pindah di tengah-tengah semester awal kelas dua, karena eomma-nya akan melanjutkan kuliah. Eomma Sungmin takut jika ia membiarkan Sungmin bersekolah di Seoul, sedangkan mereka tetap tinggal di Daegu, maka eomma-nya akan menelantarkan Sungmin. Selama ini keluarga Sungmin memang tinggal di Daegu dan beraktivitas di Seoul. Setiap hari mereka akan pergi-pulang dari Daegu ke Seoul.

Sebagai anak baru, Sungmin tidak dapat beradaptasi dengan cepat. Hanya segelintir orang yang mau berdekatan dengannya sambil berkenalan. Selebihnya mereka akan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Saat istirahat Sungmin akan pergi ke kantin sendirian. Dia tidak terlalu peduli sebenarnya. Di Seoul pun dia sudah terbiasa sendirian, jadi dia tidak ketergantungan oleh siapa pun. Pulang sekolah, Sungmin harus berjalan kaki cukup jauh ke halte bus karena letak sekolahnya yang di dalam perkampungan di tengah bukit. Lagi-lagi ia harus berjalan sendirian. Sebenarnya ini sedikit mengiris hatinya. Sendiri itu bukanlah hal menyenangkan.

Malam itu, eomma Sungmin baru pulang dari kantornya. Seperti biasa eomma-appa Sungmin selalu pulang malam hari. "Bagaimana dengan sekolah barumu, nak?", tanya eomma Sungmin merasa sedikit penasaran dengan kehidupan sekolah anak sulungnya itu.

SREEEET! Sungmin menutup resleting tas sekolahnya. "Menyenangkan, eomma. Tadi aku sudah berkenalan dengan dua yeoja cantik-cantik. Mereka baik sekali. Aku dipinjami buku.", cerita Sungmin antusias. Malam itu dihabiskan oleh Sungmin untuk menceritakan sekolah barunya kepada kedua orangtuanya.

Sekolah baru Sungmin tidak seluas dan sebagus sekolah lamanya, namun sekolah ini memiliki prestasi yang cukup baik di daerah tempat tinggalnya. Pagi sekali, pukul 05.30, Sungmin sudah sampai di depan gerbang sekolahnya, karena diantarkan oleh orangtuanya. Gerbang sekolah masih terkunci dan matahari pun masih enggan menampakkan diri. Sungmin terduduk di depan gerbang, menunggu satpam sekolah membukakan pintu.

Sekitar pukul enam pagi, Sungmin baru bisa masuk ke dalam sekolahnya. Ia bergegas ke dalam kelasnya yang terletak tak jauh dari gerbang sekolah. Ia terdiam sendiri, bingung harus berbuat apa. Kalau dulu di Seoul, ia terbiasa datang terlambat bahkan sering sekali dihukum karena keterlambatannya, belum lagi kalau ia lupa mengerjakan PRnya.

"Eh, Sungmin? Sudah datang daritadi?", tanya seorang namja bernama Donghae. Ia sempat kaget karena melihat seseorang sudah berada di dalam kelas sepagi ini, biasanya hanya dirinya yang datang paling pagi.

"Hehehe… Iya.", kata Sungmin canggung, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Donghae hanya diam, menanggapi ucapan Sungmin. Ia berjalan keluar kelas yang masih gelap itu, karena Sungmin enggan menghidupkan lampunya. "Mau kemana, Hae?", tanya Sungmin, mengejar Donghae yang sudah berjalan ke arah ruang guru.

Donghae mengambil gelas dan kotak teh. "Kalau pagi seperti ini kami biasanya menyiapkan minuman untuk guru yang akan mengajar. Siapkan saja teh dan air putih. Jika seonsaengnim ingin kopi, biasanya ia akan memesan kepada ibu kantin.", jelas Donghae panjang lebar, menyiapkan dua gelas minuman.

Sejak pagi itu Sungmin selalu menghabiskan paginya dengan merapikan kelasnya dan menyiapkan minuman untuk seonsaengnim, setelah itu Sungmin akan banyak mengobrol dengan Donghae dan teman-temannya. Pagi hari merupakan saat-saat menyenangkan bagi Sungmin, karena ia merasa memiliki banyak teman. Sedangkan di siang hari, Sungmin jarang sekali mengobrol dengan kawanan namja itu dikarenakan mereka sibuk dengan gank mereka. Pulang sekolah adalah saat-saat menyebalkan bagi Sungmin, karena ia harus pulang sendirian. Rumah Donghae dan teman-temannya berada di dekat sekolah itu, tidak seperti Sungmin.

"Sungmin!", panggil seseorang saat Sungmin sedang berjalan pulang.

Sungmin membalikkan tubuhnya, mencari siapa yang memanggilnya tadi. Seorang namja tampan terengah-engah di depan Sungmin. "Jungmo? Waeyo?", kaget Sungmin saat teman yang duduk di belakangnya itu mengejar dirinya.

"Pulang bareng ya!", ajak Jungmo yang disahut anggukan oleh temannya yang satu lagi.

Sungmin sedikit tertegun mendengar ajakan Jungmo. Ia sudah bersekolah di sana selama satu bulan, namun baru kali ini ada yang mengajaknya pulang bareng. "Boleh!", jawab Sungmin datar. Ia menjaga sikapnya, padahal di dalam hatinya ia ingin menjerit senang.

.

^o^)/…::YuyaLoveSungmin::…\(^o^

.

"Ranking berapa, Min?", tanya Donghae setelah Sungmin dan eomma-nya mengambil raport. Sungmin hanya tersenyum senang mendengar pertanyaan Donghae. Beberapa teman lainnya menghampiri Sungmin, menanyakan hal yang sama dengan Donghae.

"Ahjumma, boleh liat raport Sungmin?", tanya Donghae memberanikan diri kepada eomma Sungmin. "Boleh. Tapi sebentar saja ya!", jawab eomma Sungmin memberikan buku nilai itu kepada Donghae.

Semua teman segank Donghae berkumpul di dekat Donghae. "MWOOOO? RANKING SATU?", jerit mereka hampir bersamaan. Sungmin tersipu malu mendengar keterkejutan teman-temannya itu. Mereka memandang Sungmin tak percaya.

Eomma Sungmin menarik raport Sungmin dari tangan Donghae perlahan agar buku itu tidak rusak. " Sudah kan? Sungmin masih harus menaikkan beberapa nilainya.", ujar eomma Sungmin kepada para remaja itu, agar Sungmin tidak mudah puas diri. "Kamu ikut eomma pulang, atau masih mau di sekolah?".

"Ikuuuut~!", jawab Sungmin manja. Jarang-jarang dia bisa menghabiskan waktunya seharian dengan kedua orangtuanya, terlebih appa-nya menjemputnya dengan mobil.

Setelah liburan semester ganjil selesai, Sungmin kembali menjalani hari-hari di sekolahnya. Apa yang berbeda? Entah bagaimana caranya, sekarang banyak sekali yang mengajaknya ngobrol, bermain ataupun jajan di kantin. Sungmin sempat bingung, tapi ia terlihat nyaman dengan perhatian mendadak dari teman-temannya itu. Setiap pagi Sungmin masih senang bercanda dengan Donghae dan teman-temannya, bahkan sekarang mereka sering mengajak Sungmin ke kantin. Pulang sekolah Jungmo dan beberapa teman mulai mengajaknya pulang bersama. Sungmin sangat senang, akhirnya ada yang menemaninya.

"Ternyata kamu pintar banget ya, Min!", celetuk Donghae saat mereka akan pulang sekolah.

"Eh?". Sungmin sedikit kaget dengan perkataan Donghae.

Jonghyun menepuk bahu Sungmin. "Benar tuh. Kami tidak pernah menyangkanya loh!", kata Jonghyun mengiyakan perkataan Donghae.

"Berani sekali kamu merebut kedudukan Victoria.". Sungmin mengerutkan dahinya. "Iya. Victoria itu pemegang ranking satu sejak kami masih kelas satu. Tidak ada yang berhasil merebutnya.", lanjut Donghae seakan mengerti dengan ekspresi Sungmin.

"Pantas saja Victoria terlihat menjauhimu ya, Min. Kamu jangan heran ya kalau teman-teman jadi semakin mendekatimu.", ujar Jonghyun menarik kesimpulan.

Sungmin mengangguk pelan. Pantas saja Victoria dan Sulli sudah jarang mau diajak ke kantin olehnya. Sikap Victoria juga berubah dingin kepada Sungmin. Oh ternyata karena ini semua teman-teman mendekatinya. Sebenarnya bukan hal yang aneh bagi Sungmin. Ia tersenyum kecut menanggapi perkataan demi perkataan yang terlontar dari Jonghyun dan Donghae dalam obrolan itu.

"Hei, Kyu!", teriak Donghae saat seorang namja berwajah tua berjalan masuk ke dalam kelas. Donghae, Sungmin dan teman-temannya sedang asyik mengobrol di depan kelas.

"Yo, bro!", jawab Kyu santai sambil menyeringai ke arah teman-temannya, termasuk Sungmin. "Aku masuk dulu ya.", pamitnya masuk ke dalam kelas.

"Itu siapa?", tanya Sungmin polos.

Semua orang di kelompok itu melotot kaget. "Kamu tidak kenal Kyuhyun?", tanya Jonghyun yang dijawab dengan gelengan kepala dari Sungmin.

PLAAAK! Donghae memukul belakang kepala Sungmin pelan. "Dia itu ketua kami semua. Kita kan sudah sekelas hampir enam bulan, kenapa kamu nggak tahu?".

Sungmin menggaruk belakang kepalanya yang sedikit nyeri. Ia menampilkan gigi-gigi putihnya, menyengir lebar. "Mollayo! Hehehehehe~!". Salahkan saja sikap cuek Sungmin dan kebiasaan tepat waktu milik Kyuhyun. Mereka berdua jadi jarang sekali bertemu ataupun berbincang.

"Buahahahahaha… Dasar Sungmin bodoh!", teriak mereka semua mencibir Sungmin.

"Ya! Ya! Aku tidak bodoh, tahu!", balas Sungmin, memukul bahu mereka satu per satu. Kelima orang itu berhamburan masuk ke dalam kelas, karena bel masuk baru juga berbunyi.

Sungmin melirik ke arah Kyuhyun duduk, tersenyum kecil. 'Tampan.', pujinya dalam hati. Tanpa seorang pun tahu, Sungmin berharap bisa dekat dengan ketua dari sahabat-sahabatnya itu.

"Sungmin, ayo ke kantin!/Sungmin, makan bareng kami saja!", teriak beberapa orang kepada Lee Sungmin.

Sungmin yang baru saja berdiri dari bangkunya memandang bingung ke arah sekelompok namja—sahabatnya—dan sekelompok yeoja—teman sekelasnya. Dia bingung harus memilih yang mana. Sebenarnya Sungmin ingin sekali pergi bersama sahabat-sahabatnya, tapi sebagai seorang yeoja seharusnya ia lebih banyak bermain bersama teman sejenis dengannya, bukan?

Sungmin memandang ke arah Donghae dengan tatapan memohon maaf sebagai arti ia menolak ajakan para namja itu. "Sudahlah! Yeoja seperti dia tidak mungkin mau ke kantin bersama kita.", ketus Kyuhyun pelan, namun masih bisa didengar oleh Sungmin. Yeoja itu tersinggung dengan ucapan Kyuhyun. Ia merasa sakit hati.

Keesokkan harinya Sungmin dan kawan-kawan melotot kaget saat sosok Kyuhyun datang lebih pagi daripada biasanya. Kyuhyun itu namja tepat waktu, maksudnya, ia akan datang lima menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Sekarang sekolah masih terlihat lengang, namja bermarga Cho itu sudah datang ke sekolah? Kemajuan yang sangat pesat. Ada apa ini?

"Eh, Kyu! Tumben-tumbennya datang sepagi ini? Mimpi buruk semalam? Atau keasyikan main game jadi malas tidur lagi?", cerocos Yesung bingung, yang—sudah pastinya—langsung mendapatkan jitakan gratis dari orang yang ia sindir.

"Diam kau! Sok tahu!", marah Kyuhyun, langsung melenggang masuk ke dalam kelas, menaruh tasnya.

"Aneh ya!", kata Donghae, menatap bingung ke arah Kyuhyun yang ada di dalam kelas.

Mereka berlima menganggukkan kepala. "Tobat kali!", celetuk Sungmin asal, yang langsung mendapatkan tatapan horror dari keempat sahabatnya itu.

"Kiamat sudah dekaaaaaaat!", histeris keempatnya.

Pagi itu adalah awal dimana Sungmin dan Kyuhyun mulai dekat. Kyuhyun selalu datang lebih pagi, mengobrol bersama teman-teman segank-nya. Tiap pagi sebelum pelajaran dimulai, beberapa namja itu meminjam tugas Sungmin untuk disalin. Setiap istirahat Sungmin selalu bergabung bersama mereka. Pulang sekolah pun Donghae menemani Sungmin—tentunya sampai di depan rumahnya yang dilewati Sungmin. Donghae mengendarai sepedanya, tidak lagi diantar-jemput oleh pengasuhnya. Ya, Donghae adalah anak mami.

"Cieeee~! Donghae sudah tidak diantar lagi. Anak mami mau kemana nih?", cibir beberapa temannya saat melihat Donghae mengendarai sepedanya.

"Asyik! Aku ada temannya donk!", teriak Sungmin senang, karena beberapa waktu lalu Sungmin memutuskan untuk mengendarai sepeda. Ia pikir ini lebih hemat dan lebih sehat, serta menghemat waktu dibandingkan harus berjalan sekitar tiga kilometer ke halte bus ditambah berjalan kaki masuk ke dalam perumahan rumahnya.

Sungmin refleks memeluk tubuh sahabatnya itu, saking senangnya. Ia tidak menyadari ada seseorang yang mengepalkan tangannya sebal melihat adegan itu. Hmm… Someone is jealous!

Tak terasa Sungmin telah menghabiskan satu tahun di kelas dua bersama teman-temannya. Kini mereka naik ke kelas tiga dan senangnya lagi, mereka tidak mendapat giliran perputaran murid ke kelas lain, jadi Sungmin masih bisa berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.

"Selamat pagi, anak-anak!", sapa seorang seonsaengnim, memulai hari pertama di kelas tiga. Ia tersenyum sangat tampan, dibalas dengan senyuman ceria murid-muridnya. "Oh, ya! Sungmin! Kenapa duduk di sana?", panggil Kim Seonsaengnim saat melihat Sungmin di bangku keempat dari depan, letaknya sedikit jauh dari papan tulis. "Maju!".

"Eh? Kenapa, pak?", tanya Sungmin bingung.

"Kamu duduk di depan saja bersama Kyuhyun.", perintah Kim Seonsaengnim.

Beberapa murid lainnya terlihat bingung. "Nggak mau. Itu kan ada Seohyun. Aku nggak mungkin pindah, pak!", tolak Sungmin beralasan, lagipula dia kan senang bermain dengan sahabat-sahabatnya di bangku belakang.

"Seohyun, bisakah kamu pindah ke sebelah Jungmo. Sungmin lebih baik di depan agar ia bisa melihat dengan jelas.", pinta Kim Seonsaengnim.

Seohyun cemberut, merasa tidak rela dengan keputusan seonsaengnimnya itu. "Baiklah, pak!", jawabnya lesu. Yeoja manis itu mengambil tasnya, lalu bergegas ke bangku Sungmin.

Sungmin mengambil tasnya tak ikhlas. Beberapa sahabatnya menatapnya dengan sedih, sama-sama tidak rela karena kehilangan biang rusuh di bagian belakang. "Nanti kita pikirkan lagi. Aku punya rencana.", bisik Sungmin sebelum melangkah ke meja depan.

"Hai, Kyu! Aku duduk di sini ya!", kata Sungmin meminta izin.

Kyuhyun tersenyum. "Boleh!", jawabnya ramah.

Deg!

Sungmin mengerjapkan matanya beberapa kali, terpesona dengan senyuman Kyuhyun.

"Duduklah, Lee Sungmin!", perintah Kim Seonsaengnim, membuyarkan lamunan Sungmin. "Baiklah, anak-anak. Setelah ini bapak akan mengatur perputaran bangku kalian agar kalian semua merasakan tempat berbeda-beda, lalu kita akan menentukan petugas di kelas ini.", lanjut Kim Seonsaengnim.

.

\(*$_$)…::YuyaLoveSungmin::…(T.T#)a

.

.

Cinta itu dari hati terpancar melalu mata dan tercipta oleh tindakan. Aku ingin membencimu, namun rasa cintaku melebihi segalanya. Hatiku terpaut padamu. Selamanya.

.

.

.

"Selamat pagi, chagiya!", sapa seorang namja kekar setelah keluar dari dalam kamarnya dengan pakaian rapi.

"Pagi, sayang!". CUP! Yeoja manis itu membalas sapaan namja-nya dengan kecupan kilat di bibir seksi namja itu. "Sarapan sudah siap. Ayo!", ajak yeoja itu, menarik kekasihnya ke meja makan.

Namja kekar bernama Choi Siwon itu menyunggingkan senyum jokernya, merasa sangat bahagia memiliki kekasih seperhatian Lee Sungmin—yeoja manis tadi. "Gomawo, honey!", kata Siwon di telinga Sungmin, sambil merengkuh tubuh mungil yeoja itu. Momen-momen indah di pagi hari.

Sungmin mengambilkan makanan ke dalam piring Siwon. "Jadi apa rencanamu untuk satu hari ini?", tanya Sungmin. Sebuah pertanyaan yang selalu ia tanyakan kepada Siwon sebelum mereka berangkat kerja.

"Aku akan ada rapat dengan beberapa klien, jadi siang ini aku tidak bisa makan siang bersamamu. Aku usahakan untuk pulang cepat.", jawab Siwon sambil mengunyah menu sarapannya.

Sungmin mengangguk, tanda mengerti. "Baiklah. Hari ini aku juga ada rapat dengan boss dan merapikan beberapa laporan.", kata Sungmin memberitahu jadwalnya hari ini kepada Siwon.

"Minnie, sabtu malam kamu ikut ke tempat eomma, ya! Aku ingin memperkenalkanmu pada keluarga besarku.", kata Siwon saat Sungmin sedang sibuk memakaikannya dasi.

"Oke!", jawab Sungmin singkat, sambil menepuk kedua bahu Siwon pelan. "Aaaah~ Tampannya!", puji Sungmin dengan nada manja.

Siwon mencubit kedua pipi Sungmin. "Ayo berangkat!", ajak Siwon sebelum keduanya terlambat.

.

oOo…::TBC::…(T.T#)a

.


FF REUNI~

*Iseng2 publish FF di sini, lagi*

COMMENT, please!

Buang atau LANJUT?