Naruto © Masashi Kishimoto

Eternal Love © Bunga Teratai

.

.

.

Warning: standard applied

.

.

.

Terima kasih untuk semua pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca fic abal punyaku :)

.

.

.

Aku menatap wajah Sasuke pagi ini. Seperti biasa, wajahnya begitu tenang. Aku merasa aku jatuh cinta lagi kepada sosok pemuda tampan yang suka makan tomat tersebut.

"Apa sudah selesai memandangi wajah rupawanku?" aku terkikik. Tanganku terulur untuk membelai rambut hitam gagaknya. Merasakan helaian rambutnya yang lembut di tanganku.

"Rambutmu rontok. Kau pasti sudah tua," candaku. Sasuke terlihat merengut lalu dengan kesempatan yang ia punya ia mencuri ciumanku.

"Sasuke!" marahku, "mesum!" jeritku. Dia malah menyeringai. "Salahmu sendiri, Hinata."

Jujur saja aku merasa malu diperlakukan seperti. Aku tahu aku harusnya tak pernah merasa malu atau apa. Yah, karena aku telah melakukan hal yang lebih dengan Sasuke. Tapi, tetap saja bagiku itu terasa memalukan.

Sasuke malah menenggelamkan kepalanya di dadaku.

"Hinata?"

"Hm?" jawabku. Rasanya geli saat Uchiha bungsu itu mulai menciumi dadaku. "Sasuke, ini masih pagi. Apa tadi malam belum cukup?" tanyaku dengan wajah memerah. Meskipun sudah terbiasa berhubungan intim dengan pria yang kucintai ini aku belum terbiasa untuk berbicara yang aneh-aneh terhadapnya.

"Apa? Aku tak mendengarnya." Dia bergerak untuk menggigit leherku. Sungguh, aku tak bisa untuk tidak tertawa.

"Sasuke, geli," kataku disela tawaku. Dia malah semakin brutal.

Bunga Teratai

Ino menyambutku dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang mirip boneka. Pantas saja Sai bisa terjerat pada perempuan keturunan Amerika tersebut. Dia memang punya pesona sih, batinku.

"Ini Hinata, kekasih Sasuke. Kau tahu, kan?" Ino mengangguk mengerti.

"Senang bertemu denganmu, Yamanaka-san," ucapku tulus.

"Senang juga bertemu denganmu, Hyuuga-san." Sai membisikkan sesuatu ke telinga kekasihnya dan membuat Ino diam. Setelahnya Sai hanya menyeringai padaku. Aku bisa merasakan dia membisikkan sesuatu yang tidak-tidak kepada calon istrinya tersebut.

Namun aku diam saja ketika ia pergi dan berkata pada kami untuk bersenang-senang. Aku bahkan tak bertanya kepada wanita yang ada dihadapanku ini. Entah mengapa aku merasa tak perlu mengetahui urusan mereka.

"Jadi, warna apa yang kau sukai, Yamanaka-san?"

"Aku suka warna biru," jawabnya pendek.

Dalam pernikahan yang Sai adakan secara mendadak dia dengan seenaknya menyuruhku untuk membuatkan baju pengantin untuk pernikahan mereka dengan waktu tiga minggu. Gila! Aku memukul Sai pagi ini saat ia tengah mengangguku di apartemen Sasuke. Aku yang sudah lama tak pernah berurusan dengan dunia mode agak merasa aneh ketika memulai merancang baju untuk Ino.

Aku merasa lega kala wanita beriris aquamarine itu bilang kalau aku tak perlu mendesain baju pengantin yang mewah karena ia ingin di hari pernikanya nanti semuanya konsepnya serba sederhana. Ia bilang ia hanya mengundang—selain keluarganya—teman-teman dekatnya yang tak lebih dari 20 orang. Aku rasa aku menyukai Yamanaka Ino. Selain cantik, ia juga sederhana. Namun, ketika ia berbica tentang kehamilannya dan diet aku harus menarik ulang kata-kataku. Dia bukan wanita sederhana. Aku bahkan tak bisa menjelaskan bagaimana cerewetnya dia kalau membahas tentang diet ketat yang ia lakukan. Dan dia juga sangat menyukai berlian.

Saat aku bertanya padanya apa dia mau aku memasukkan unsur berlian ke gaun pengantinnya ia menolak. Aku terperangah mendengarnya. Wanita di hapanku ini ternyata sangat sulit untuk ditebak.

Bunga Teratai

Aku hampir memekik karena kaget dengan kehadiran seseorang yang tak terduga di apartemen Sasuke.

"Baa-san," kataku. Wanita tersebut tersenyum lembut dan bangkit dari sofa untuk menyambutku. Ia memelukku dengan erat. "Hinata-chan."

Rasanya sangat nyaman ketika Ibu Sasuke memelukku. Seolah ia adalah ibu-ku sendiri. Aku sudah lama kehilangan ibuku, jadi rasanya nyaman ketika ada seseorang yang sangat keibuan memelukku seolah aku adalah anaknya sendiri. Aku memalas pelukan wanita yang sudah berusia senja ini.

Dari sudut mataku aku dapat melihat Sasuke yang datang membawa dua cangkir minuman. Aku memberikan senyumanku padanya.

"Kaa-san bisa membuat Hinata mati karena pelukan Kaa-san yang terlalu erat," suara Sasuke membuat Uchiha Mikoto-baasan terkaget. Ia segera melepaskan pelukannya padaku.

"Apa itu benar, Hinata-chan?" aku melihat Sasuke sebelum menjawab pertanyaan Baa-san. Matanya yang hitam sekalam malam menelik padaku. Mata yang tajam itu menatatp dengan tatapan jangan-berkata-apa-pun-ibuku.

"I-iya," jawabku kikuk dan merasa bersalah.

"Maaf ya, Hinata-chan, aku terlalu bersemangat untuk bertemu denganmu. Sudah lama sih aku tak melihatmu," kata Ibu Sasuke kepadaku sambil melirik Sasuke dan tersenyum jahil kepada putranya. Mendadak aku merasa aku malu dengan tatapannya yang ditujukan kepada Sasuke.

Sekali lagi Baa-san memelukku. "Semoga bahagia," katanya dengan lirih. Aku membeku. Diam dalam tempatku berpijak. Apa maksudnya tadi? Mengapa Baa-san berkata seperti itu padaku? Ini aneh.

"Baa-san, aku—"

Beliau sudah menghilang.

"Kau baru pulang," kata Sasuke. Aku berbalik dan menatapnya. "Mengapa Baa-san ke sini, Sasuke?" tanyaku penasaran. Selama ini memang baa-san lumayan sering mengunjungi kami, tapi ia tak pernah berkata mengenai hal apa pun tentang kebahagiaan. Aku yakin beliau sudah mengethui kalau aku bahagai hidup dengan putra bungsunya.

"Kenapa? Kau tak suka?" suara Sasuke tiba-tiba berubah. Ada sedikit amarah ketika ia bertanya padaku.

"Ti-tidak!"

"Lalu kenapa kau bertanya seperti itu?" matanya berkilat. Sepertinya Sasuke memang marah.

"Hanya saja aku merasa ini aneh," ungkapku jujur.

"Ibu hanya kangen. Itu saja. Apa kau tidak bisa melihatnya tadi?"

"Tapi...,"

"Sudahlah! Aku pergi!" Sasuke mengambil jaket yang menggantung di dekat pintu dan melesat pergi. Meninggalkanku dengan kebingunganku. Mengapa Sasuke bersikap seperti itu padaku? Apa ada yang salah?

"Sasuke, mengapa kau begini?"

Bunga Teratai

Aku mengamati baik-baik jam di dinding. Sudah jam makan malam namun Sasuke belum juga pulang. Sepertinya dia benar-benar marah kali ini. Aku tahu Sasuke benci orang yang ngeyel, tapi kan aku hanya ingin tahu alasan mengapa baa-san berkata itu padaku. Mungkin saja mereka baru saja membicarakan sesuatu yang bisa membuat baa-san jadi berkata seperti itu padaku.

Kemana perginya Sasuke? Aku memeluk tubuhku sendiri. Mengapa persaanku makin memburuk? Sasuke yang sedang marah membuatku cemas. Dia sangat sulit untuk meredam amarahnya untuk orang lain. Dan aku takut semua itu berimbas pada hubungan kami.

Tunggu...

...hubungan?

Apa selama ini aku benar-benar berhubungan dengan Sasuke? Apa yang ini namanya sebuah hubungan? Jangan bodoh, Hinata! Sasuke tak benar-benar menganggapmu sebagai kekasihnya. Dia hanya menginginkan tubuhmu!

Mengapa rasanya sakit sekali? Aku tahu, harusnya aku tak pernah menganggap semua ini serius. Jika Sasuke sudah bosan dia akan segera membuangku. Tinggal menunggu waktu sampai dia menemukan wanita yang lebih dariku. Dan memikirkan hal itu membuat air mataku berjatuhan. Lagi-lagi, aku menangis untuk pria itu. Pria yang bahkan tak pernah menangis untukku.

Bunga Teratai

Aku tahu harusnya aku tak pernah datang ke tempat ini. Dan aku sangat menyesal. Aku bisa melihatnya. Dengan jelas. Dengan ke dua mataku. Sasuke tengah bercumbu dengan seorang wanita yang tak aku ketahui itu siapa. Aku menahan sesaknya dadaku. Harusnya aku sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Harusnya.

Aku bahkan hampir menangis melihat Sasuke yang sibuk dengan dunianya sendiri dan tak memperdulikanku. Aku berbalik dan memutuskan untuk pulang. Aku ingin menenangkan diriku. Tidur. Dan berharap di pagi harinya aku akan menemukannya di ranjang kami dan memeluku dengan erat. Ya, dengan erat.

Namun, itu hanya angan bodohku saja. Aku bahkan tak menemukanya tidur di sampingku pagi ini.

TBC

Terima kasih untuk semuanya :)

Maaf ya belum bisa membalas review yang masuk. Nanti jika ada waktu aku bakal membalasnya lewat PM. Terima kasih semuanya :)

Dan untuk story-ku yang White Rose, jika ada yang menunggu aku usahakan untuk mengupadate-nya secepat mungkin. Maaf karena lelet. Dan jika chapter ini kurang memuaskan aku minta maaf, soalnya aku lagi di dirundung kesedihan, jadi agak gak mood buat fanfic. Maaf ya.

Terima kasih dan maaf ya, karena aku salah upload. aku lagi banyak pikiran#malahcurcol

.Bunga Teratai.