Wind Story

Cast: Choi Siwon, Kim Kibum, Cho Kyuhyun, Lee Donghae, Leeteuk, Kim Ryeowook and other

Summary: "Mencintai gurumu sendiri?", "Playboy jahat yang berakhir menjadi seorang gay?", "Anak haram yang bercinta dengan ibunya sendiri?", "Mencintai seorang pelacur?". "Bukankah Tuhan mengutuk keluarga Kim yang terhormat?"

Genre: Hurt/Comfort, Romance, Family

Rated: T M

Disclaimer: Semua milik Tuhan

Warning: Typos, OOC, GS, BL

%ika. Zordick%

Fluida bergerak non ideal yang mengalir dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Sederhana, jika hanya duduk diam dan merasakan semilir lembut itu menghantam wajahmu. Membuatmu merasakan betapa sejuknya hembusannya. Rumit, jika kau mempelajarinya dalam salah satu ilmu pasti di sekolahan dari mana angin itu berasal.

Mungkin saja, kau akan berkali-kali melakukan pengulangan karena tak kunjung lulus dalam bab yang mempelajari tentang hal tersebut. Tentu saja, itu takkan terjadi jikalau dirimu mempelajarinya dengan tulus dan melewatinya dengan kesadaran yang optimal. Belajar dan terus belajar. Menghapal satu persatu rumusnya dan mengerti serta menghayalkan segala yang berhubungan dengannya.

Bukankah...

Angin itu hampir sama dengan kehidupan kita?

Terlihat sederhana namun begitu rumit jika melewatinya tanpa kebijakan yang benar.

Bukankah angin juga merupakan anugerah?

Ya... jika semilirnya di udara yang begitu panas.

Namun...

Angin kecil itu saat bergabung menjadi satu akan menjadi badai yang mengerikan.

Hembusan manis yang begitu lembut.

Menghilang menjadi sebuah rasa panas menyengat.

Manusia meminta agar hembusan itu kembali.

Dan hembusan itu datang, berubah menjadi bencana mengerikan.

%ika. Zordick%

25 Mei 1999

"Mom~, Kyuhyun ingin itu" rengek Kyuhyun menunjuk sebuah gulali yang di pegang oleh salah satu hyungnya. "Mommy akan belikan lagi eoh, Kyunnie tunggu di sini eoh!" pinta yeoja cantik yang dipanggil bocah kecil berusia lima tahun itu sambil mengusap lembut rambut anak bungsunya penuh kasih.

"Kyunnie tidak mau! Kyunnie mau yang di pegang Bummie hyung" rengek bocah itu berusaha menggapai gulali di tangan bocah tampan berwajah dingin. Ia berusaha lepas dari gendongan ibunya yang begitu cantik.

Kibum tersenyum, memamerkan killer smilenya yang seolah menghilangkan keangkuhan di wajah tampannya. Keangkuhan layaknya seorang namja dingin yang memiliki segalanya. "Ini... untuk Kyu saja"

"Tapi Bummie, bukankah Daddy membelikannya untukmu, kenapa kau memberikannya pada Kyunnie?" si sulung mengambil suara. Sedikit tak terima karena adiknya yang selalu mengalah pada bocah usil yang selalu menganggunya tersebut. Kyuhyun menjulurkan lidahnya pada Siwon—bocah yang berbeda dua tahun darinya. Membuat sang ayah terkekeh. "Jangan mencari masalah dengan hyung tertuamu Kyu!" nasihat sang ayah yang tentu saja tak di gubris oleh si maknae usil mereka.

Kibum menatap Siwon, "Bummie tidak suka yang manis hyung" ucapnya bohong. Ia hanya tak ingin hyungnya dan dongsaengnya berkelahi hanya karena alasan konyol mengenai dirinya dan gulali. "Kalau begitu Bummie ikut Daddy mancing saja!" namja tampan dewasa itu menggendong tubuh Kibum.

"Chullie, aku akan membawa Kibum ke sana!"

"Tapi aku juga mau ikut Daddy!" Siwon merasa tak terima. Kenapa ayahnya selalu suka menghabiskan waktu bersama Kibum di banding dirinya? Bukankah dia anak tertua? Mengapa ia harus menghabiskan waktunya dengan bersama Mommy cantiknya saja?

"Bawalah Wonnie juga, Kangin—ah"

"Arra~ arra~. Ayo!"

%ika. Zordick%

Bukankah mereka keluarga yang begitu bahagia. Bersama bahagia layaknya keluarga sempurna tanpa kekurangan satu apapun.

Akan tetapi bukankah kata 'Selamanya' adalah sebuah kepalsuan?

Bukankah kata 'forever' artinya 'bullshit'?

%ika. Zordick%

Seorang yeoja cantik bertubuh mungil menatap nanar test pack di tangannya. Tubuhnya bergetar hebat, buliran hangat mengalir mulus di pipi halusnya. Ia terisak, semakin lama semakin keras dan berubah menjadi raungan penuh kepedihan.

"Minnie, gwechanayo?" sang suami yang mendengar raungan itu berlari menghampiri istrinya. Memeluknya memberikan kekuatan yang seharusnya. "Mianhe, Hangeng—ah, mianhe" Sungmin memeluk leher Hangeng, membenamkan wajahnya di dada bidang Hangeng. Terus meracaukan kata maaf yang Hangeng mengerti maksudnya.

"Negatif... lagi-lagi negatif" Sungmin menjambak rambutnya frustasi. Sungguh, dia ingin memberikan anak untuk suaminya yang begitu ia cintai itu. Bukan waktu yang sebentar, ia dan Hangeng menunggu kehadiran pewaris mereka.

"Ming! Tenanglah! Tenanglah!" Hangeng mengguncang tubuh Sungmin kuat. "Segala cara Hannie, aku dan kau lakukan. Kenapa malaikat kita tak bisa muncul juga?"

"Ming! Tuhan belum memberikannya, sadarlah! Jangan jambaki rambutmu!"

"Berikan aku anak! Brengsek! Berikan aku anak!"

%ika. Zordick%

17 September 2001

"Kenapa kau berada di sini Hangeng—ssi?" suara Heechul—yeoja cantik bersurai keemasan itu terdengar tercekat. Namja China berwajah tampan dan tak ketinggalan paras berwibawanya terlihat begitu tenang berhadapan dengannya.

"Nugu yeobo?" Kangin memeluk tubuh Heechul dari belakang. Meminta penjelasan siapa gerangan namja ini menghampiri istrinya. Namja yang terlihat seolah bukan namja biasa. Namja yang memiliki pengawal yang sama banyaknya dengan yang di miliki president korea.

Hangeng membuka kaca mata hitamnya. Memerangkap manik hitam Heechul dengan miliknya. Senyuman manis terlihat di wajah dinginnya. Dia tentu tahu siapa suami Kim Heechul dan dia tahu siapa dirinya. Sebuah perjanjian bahwa dia dan Heechul takkan pernah saling mengenal lagi karena dosa yang mereka miliki dulu.

"Kembalikan anakku!" tapi sepertinya dia sudah melupakan cinta terlarang yang pernah ia rajut dengan yeoja cantik itu. Rasa bersalah, cinta dan kasihnya pada istrinya yang sekarang—Tan Sungmin jauh lebih kuat dari apapun. Dia bukan tipe namja yang akan merusak janji yang telah yang ia katakan, tapi demi Sungmin, biarlah harga dirinya hilang.

Kangin menaikkan sebelah alisnya, bingung. Apa gerangan sebenarnya namja ini? Anak? "Bukankah kau pernah mengandung anakku? Dimana dia sekarang? Kembalikan dia padaku sekarang!"

%ika. Zordick%

7 Oktober 2001

Siwon, Kibum dan Kyuhyun berpegangan tangan erat. Saling berdoa dalam hati mereka masing-masing agar mereka tak berpisah. Namun di dalam hati mereka paling dalam mereka berharap bukanlah diri mereka yang merupakan anak tuan besar Tan.

"Hyung" Kibum membulatkan tekadnya, apapun yang terjadi dia akan tetap menerima kenyataan yang ada. Ia akan tetap menganggap Siwon sebagai hyungnya dan Kyuhyun sebagai dongsaengnya jika ialah yang ternyata anak kandung keluarga Tan. Ia akan tetap memanggil Kangin sebagai 'Daddy' dan tak akan memanggil siapapun selain Heechul sebagai 'Mommy'.

Kedua Kim lainnya mendongak, melirik wajah Kibum yang tersenyum begitu manis. Seolah ia tak merasa ketakutan. "Aku takut hyung, bagaimana jika akulah anak keluarga Tan?" tanya Kyuhyun memeluk tubuh Kibum. Siwon tersenyum, "Bukankah kita saudara, siapapun diantara kita, kita akan tetap menyayangi kan selamanya?"

PLAAAKKK...

Ketiga anak itu membatu di tempatnya. Apa baru saja yang mereka lihat? Kangin menampar Heechul? Kedua orang tua mereka berkelahi? Bukankah itu tidak pernah terjadi.

"Daddy!" Siwon bangkit menahan tubuh Kangin bersama Kibum. Sementara Kyuhyun memeluk tubuh ringkih Heechul. "Kau perempuan bejat! Pelacur! Bagaimana mungkin kau bisa memiliki anak dari namja lain?" sumpah serapah terdengar meluncur bebas dari bibir Kangin. Tubuh Kyuhyun bergetar hebat. Mommynya menghianati daddynya? Bagaimana bisa?

"Daddy, jangan sakiti Mommy lagi!" Siwon berdiri di depan Kangin merentangkan tangannya. Seolah ia siap dibunuh oleh ayahnya jika sang ayah berani menyakiti ibunya. "Bummie... hiks... hiks" tangisan lirih Heechul terdengar.

Kangin menghempas tubuh mungil Kibum, mendorongnya kuat. Suara erangan terdengar. Kali pertama Kibum di perlakukan kasar oleh sang ayah. Apakah begini sakit? "Daddy" Kibum mendongak, berusaha meminta belas kasihan dari Kangin.

"Anak haram sepertimu bagaimana bisa memanggilku dengan sebutan Daddy?" pekik Kangin. Kemarahan dan kekecewaan terlihat jelas di mata hitam kelamnya.

"Jangan sakiti dia!" Heechul mendorong tubuh Kyuhyun dan memeluk erat Kibum yang siap menerima pukulan dari Kangin. "Daddy... hiks..." bukankah kau amat bodoh bocah? Kangin sudah amat membencimu, jangan panggil dia 'Daddy' lagi.

"Kubilang jangan memanggilku dengan sebutan itu. Aku jijik mendengarnya dari mulutmu!" teriak Kangin kalap mendaratkan tamparannya ke pipi putih mulus Kibum. Namun sebuah tangan kekar lain mencegahnya. "Jangan sakiti anakku!" suara wibawa khas seorang ayah. Suara yang membuat Kibum merasakan keamanan.

Hangeng menarik tubuh Kibum dari pelukan Heechul. Menggendong anak semata wayangnya itu dan memeluknya penuh kehangatan. "Baba di sini Bummie"

%ika. Zordick%

Wind...

Help me!

7 Oktober 2012

Seorang namja tampan bertubuh tegap berjalan menelusuri bandara Incheon. Ukiran senyuman joker terlihat di wajahnya yang bagaikan ukiran nyata karya sang maha Kuasa. Surai hitamnya tertata sedikit acak memberi kesan bahwa dia bukan namja yang terlalu kaku meski kesan elite di setiap lekuk tubuhnya. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan lesung pipi, serta gerak-geriknya yang terkesan sebagai seorang terhormat.

Semua mata tertuju padanya. Pesonanya seolah menguar begitu saja tanpa terkendalikan. Kim Siwon—si sulung keluarga Kim. Anak dari seorang pengusaha kaya yang memiliki saham terbesar di perusahaan TV ternama. Dan jangan lupakan juga bahwa ibunya seorang politisi terkenal yang mempunyai kecantikan bak bidadari yang amat diagungkan masyarakat yang mungkin kelak akan menjadi president di negeri gingseng tersebut.

Kau...

Tak tahu malu Kim Siwon!

Kau melupakan sesuatu.

Sesuatu yang seharusnya adalah janjimu.

"Aish... kenapa tak ada yang menjemputku? Sialan!" maki Siwon entah pada siapa. Dia mengutak-atik ponselnya. Berharap menemukan nama seseorang yang bisa ia hubungi dan menjemputnya di bandara ini. Ayolah, sudah lama sekali dia meninggalkan negara ini ke negara Sakura sana. Tak bisakah dia menerima sedikit kehormatan—yah.. maksudnya sopan santun untuk dijemput oleh keluarga tercintanya.

'My Brother'

Adikmu?

Yang mana?

"YACK! KIM KYUHYUN!" pekik Siwon pada Smartphonenya saat mendengar suara jawaban dari seberang sana. Bisa di tebak sang adik manisnya di seberang sana sedang menjauhkan ponselnya mendengar jeritan suara berat yang begitu berwibawa itu. Siwon menajamkan pendengarannya, dia dengan jelas mendengar dentuman musik yang keras dan suara wanita.

"Kyu... kau sedang berada di mana?"

"Di Club hyung, aish... kau pulang ya malam ini? Bagaimana mungkin aku bisa lupa? Aku akan segera kesana!" balas Kyuhyun dengan suara cerianya.

Siwon memijit pelipisnya. 'Apa lagi masalah yang dibuat anak setan itu?' batin Siwon. Ia bisa menebak, ia akan terkena getah juga dengan kelakuan bocah tersebut.

%ika. Zordick%

Namja berperawakan tinggi kurus menutup sambungan telponnya. Dia sedikit menggerutu tak senang, di liriknya yeoja cantik berpakaian minim yang sedang bergelayut manja di tubuhnya. "Siapa sayang?" tanya yeoja tersebut manja dengan nada setengah mendesah.

"Bukan siapa-siapa" jawab Kyuhyun acuh menjilat seduktif leher putih wanita cantik tersebut. "Ahh~ chagiya~" rengek wanita itu menarik kasar wajah Kyuhyun dan mulai melumat bibir merah tebal yang terlihat pandai memanjakan wanita.

"Berhentilah bermain tuan muda, hyung anda sudah menunggu" namja imut berbisik di telinga Kyuhyun—sengaja menganggu kegiatan si bungsu keluarga Kim. "Brisik sekali kau Ryeowook—ssi, kau harusnya sadar siapa dirimu di sini" wanita cantik itu terlihat protes tak senang. Ryeowook masih menampilkan wajah datarnya. Berusaha seprofesional mungkin sebagai pelayan seorang Kim Kyuhyun yang terkenal nakal dan angkuh.

Kyuhyun menyeringgai, di kecupnya lembut pipi wanita pemuas nafsunya itu. "Kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak mau anjingnya nyonya Kim itu menggonggong terus"

Ryeowook seolah menulikan pendengarannya. Dia sudah terlalu sering di katai dengan perkataan tidak sopan dari sang tuan muda. Dia sepertinya lebih memikirkan uang yang ia peroleh dari ini semua daripada harus terus mengeluh tentang apa yang ia terima.

"Lewat sini, tuan" ucap Ryeowook membungkuk hormat.

%ika. Zordick%

Bibir itu terlalu mudah berucap

Kemudian seseorang yang tak tahu apapun percaya

Ia terluka, kemudian dia akan berdecih.

"Penipu!"

1 Januari 2002

Seorang bocah kecil menekuk lututnya. Dia tengah duduk di sebuah bangku taman, di sekelilingnya terlihat hamparan salju putih yang amat cantik, ditambah dengan penerangan taman di tahun baru ini. Indah... seandainya bocah itu tak sedang meringkuk kedinginan.

Dia sendirian.

Dia kesepian.

Dan dia berharap.

"Mommy hiks... hiks..." isakkan lirih terdengar di bibirnya yang sudah mengering karena dingin. Embun nafasnya terlihat semakin jelas. Kukunya bahkan sudah membiru. Dia masih bertahan, dengan harapan akan keluarga yang begitu ia cintai.

"Siwon hyung" ratapnya memanggil orang yang begitu ia hormati setelah sang 'Daddy' yang tak mengakuinya lagi. "Jemput Bummie! Bummie mau bersama kalian"

Nafasnya semakin terdengar memburu seiring turunnya salju putih menimbun tubuhnya. "Hiks... Kyunnie! Hyung merindukanmu!" pekiknya diiringi dengan tangisan perih diiringi dengan darah yang keluar dari hidungnya.

Bocah bodoh!

Seharusnya kau pulang ke rumahmu dan menikmati buaian hangat keluarga barumu. Mereka yang lama telah mencampakkanmu. Mereka melupakanmu. Kau tahu! Lihat! Untuk apa kau menahan dingin hingga pembuluh darahmu pecah? Untuk para pendusta yang mengatai diri mereka 'mencintaimu'?

"Daddy~" rengek Kibum—sang bocah menghapus air mata yang mulai turun membasahi pipinya. Tak di perdulikannya darah yang menetes jatuh membuat butiran salju yang ada di pangkuannya berubah merah.

"Kibummie~" Kibum mendongak, senyum cerah tersemat di bibirnya mendengar suara lembut dan berwibawa memanggil namanya. Apakah itu 'Daddy' dan 'Mommy'?

Perlahan, senyuman itu hilang. Sosok itu bukan sosok yang ia inginkan. Yang ia lihat bukan Kim Heechul ataupun Kim Kangin. Yang datang menjemputnya bukan orang yang ia inginkan. "Ahjussi... ahjumma" lirih Kibum lemah. Air mata semakin deras mengalir.

"Astaga! Lihat apa yang terjadi dengan hidungmu! Ge... bawa Bummie kita ke rumah sakit!" Sungmin—yeoja cantik yang begitu menyayangi seorang Kim—Tan Kibum memeluk Kibum erat. Memberi rasa hangat seorang ibu yang seharusnya.

"'Hiks... PERGI! AKU MAU MOMMY YANG MEMELUKKU! BUKAN KAU!" teriak Kibum mendorong Sungmin sekuat tenaganya. "Kibum! Sopanlah pada ibumu!" Hangeng menahan amarahnya. Ia tak bisa terima Sungmin di perlakukan kasar oleh siapapun.

"Dia bukan ibuku! Dan kau... bukan ayahku"

Tangisan pilu itu terdengar lagi. Meraung meminta bantuan pada angin. Meminta agar harapannya untuk kembali pada keluarga lamanya terkabul. Ia ingin kembali seperti dulu. Ia rindu dekapan hangat daddynya, dia rindu senyuman indah mommynya, dia rindu kesoktahuan hyungnya dan dia rindu keusialan dongsaengnya. Dia rindu segalanya. Dia rindu rumah, dia rindu melihat butiran salju dari jendela kamarnya. Dia—hanya ingin kembali. Dia hanya bocah kecil yang tak tahu apapun. Kenapa ia yang harus menerima kesialan ini?

Terus berharap—

Dan bocah kecil itu pun menyerah.

Ia kecewa.

%ika. Zordick%

7 Oktober 2012

Dia duduk menyandar di sisi tempat tidurnya. Jarum infus menancap di nadi pergelangan tangannya. Wajah tampannya terlihat pucat, rambut hitamnya sekelam malam. Matanya menatap kosong pada jendela kamarnya. Menatap kerlap-kerlip lampu jalanan kota Seoul yang terlihat jelas dari sana.

Dia lelah menunggu. Bahkan sangat lelah.

"Bummie..." panggil seseorang lembut, mengetuk pintu kamarnya. Dia tetap diam, malas menggubris. Dia jelas sangat tahu siapa orang yang selalu mengganggunya. "Mommy membuatkan sup yang sangat lezat, ayo makan!"

Kibum tak menjawab. Namja lemah tak berdaya itu adalah bocah kecil yang di dalam hatinya menyimpan kekecewaan yang begitu besar. "Sayaang~" panggil Sungmin—ibunya.

PRAANGG...

Salahkah Kibum yang masih tak bisa menerima sosok yeoja manis itu dalam hidupnya? Dia masih terluka, sangat terluka. Seandainya yeoja ini tak meminta dirinya dari Heechul, dia takkan seperti ini. Dia akan masih menjadi seorang Kim. Dia masih akan bermanja-manja pada mommynya. Dia masih akan menjadi namja yang akan membanggakan daddynya.

Makanan yang dibawa Sungmin seolah menjadi sia-sia, terbuang begitu saja karena di hempas oleh Kibumnya—anak semata wayangnya. "Apa kau tidak suka dengan sup? Kau mau makan apa chagi?" Sungmin seolah terbiasa dengan sikap Kibum. Dia tak menyerah. Dia enggan untuk menyerah meski hatinya sudah di penuhi oleh duri yang begitu tajam dan menusuk dalam.

"Suara apa itu?" Hangeng yang baru pulang membuka pintu kamar Kibum dengan setengah menghempasnya. "TAN KIBUM!" suara Hangeng terasa tersekat. Rasanya ingin memarahi anak kandungnya itu, memberi pelajaran agar tak bertindak kurang ajar pada istrinya.

"Paobai!" namun sebelum itu terjadi suara lembut sang istri seolah memperingatkannya. "Kau baik-baik saja?" Hangeng beralih pada Sungmin—membantunya membereskan kekacauan yang dibuat oleh anaknya.

"Bummie, makan ya! Mommy akan buatkan apa saja yang kau inginkan." Pinta Sungmin masih dengan begitu lembut.

"Berhentilah memanggil dirimu sendiri sebagai 'Mommy', Sungmin—ssi!" suara Kibum terdengar datar namun cukup menghancurkan hati Sungmin untuk kesekian kalinya. "Kau bukan ibuku"

"KIBUM!" senggak Hangeng saat ia melihat bahu Sungmin bergetar. Kibum masih diam, dia tak terlalu peduli dengan Hangeng yang memanggilnya dengan nada tinggi. Sejak dulu, dia memang tak peduli. "Tan Jifan! Lihat aku!"

"Berhentilah memanggilku dengan nama China menjijikkan itu!"

PLAAAKKK...

"TAN HANGENG! APA YANG KAU LAKUKAN?" teriak Sungmin mendorong tubuh suami yang baru saja menampar wajah mulus Kibumnya. Hangeng terpaku di tempatnya, setan apa yang merasukinya hingga ia menampar pipi anak yang begitu ia sayangi itu.

"KENAPA KAU BERHENTI? BUNUH SAJA AKU SEKARANG!" Kibum mencabut selang infusnya. Dia cepat menghampiri Hangeng. Tingginya sudah hampir menyaingi sang ayah. "Te bu ci, ji fan, baba..."

"Mati sekarang atau enam bulan kemudian bukannya sama saja?" kata-kata tabu itu akhirnya keluar juga. Tubuh Sungmin seolah lemas seketika, dia merosot ke lantai. Air matanya mengalir dengan begitu deras. "Jangan tinggalkan aku, bummie!" Sungmin menutup wajahnya. Sampai kapanpun dia belum bisa membiarkan anaknya mati mendahului dirinya. Ia tak mau. Meski seburuk apapun Kibum memperlakukannya.

Kibum terkekeh, dia kemudian berlari meninggalkan kamarnya tersebut. "Mau kemana kau JiFan?"

"Klub!" jawab Kibum acuh.

Dia berbohong...

Dia ingin bertemu dengan orang-orang yang mengecewakannya.

Ia ingin kembali ke rumah, ia ingin memeluk dan tinggal di sisi mommynya sampai waktu kematiannya tiba. Enam bulan... bukankah itu waktu yang amat singkat. Hanya enam bulan, biarkan dia kembali ke masa yang lalu. Tolonglah~

%ika. Zordick%

14 February 2000

Tiga orang bocah berselisih umur satu tahun saling berebutan mematut diri mereka di cermin. Jas resmi yang mereka pakai seolah menambah kesan tampan yang memang sudah ada di wajah ketiga bersaudara itu. "Apa aku tampan?" tanya si anak tertua—Kim Siwon.

Kyuhyun terkekeh, sibungsu ini memang suka sekali membuat rusak mood para hyungnya. "Tidak, akulah yang paling tampan hyung!"

"Benarkah? Bagian mana dari wajahmu yang terlihat tampan evil?" Siwon melipat tangannya di depan dada. Kibum tersenyum, "Bukankah aku yang paling tampan?"

"Mwo? Yang benar saja?" pekik keduanya serempak, merasa tak terima.

Suara kekehan seorang yeoja terdengar. Gaun merah panjang yang membalut tubuh indahnya terlihat sempurna. Ia sungguh seorang bidadari. "Mommy cantik!" pekik ketiganya serempak saling berebutan memeluk sang ibu.

"Hei... hei... Mommy mu itu milik Daddy" dengan cepat seorang namja dewasa memeluk tubuh Heechul. Berusaha menggoda ketiga anak tampannya agar tak bisa memeluk bidadari cantiknya.

"ANDWAEE!"

"Berhentilah bertingkah seperti anak kecil, Kim Kangin!" Heechul mendeathglare suaminya. Di sejajarkannya tubuhnya pada ketiga anaknya. "Baiklah, siapa yang ingat hari ini hari apa?"

"Valentine!" ucap ketiganya begitu yakin. "Lalu?"

Siwon dan Kyuhyun menyodorkan coklat yang mereka beli bersama dengan pelayan rumah mereka. "Ini untuk mommy" ucap Siwon. Heechul segera memeluk Siwon dan mengecup pipi si sulung. Ia pun melakukan hal yang sama untuk Kyuhyun.

"Coklatmu Kibummie?" tanya Heechul sambil menaikkan sebelah alisnya bingung. Ia sangat tahu bahwa putra keduanya lah yang tak pernah mengecewakannya. Kibum menggeleng lemah. "Bummie tidak punya coklat untuk Mommy. Maaf..." ucapnya jujur sambil menundukkan wajahnya menyesal.

Kangin tersenyum, "Ini coklat dariku" ucapnya mengecup bibir Heechul kemudian menggendong tubuh Kibum. "Tersenyumlah anak Daddy! Jangan murung begitu!"

Kibum mengangguk di gendongan Kangin. Heechul memperhatikan bingkisan coklat berwarna merah muda yang di berikann Kangin tadi. "Dasar licik" gumamnya.

"Huh... kenapa selalu Bummie sih yang di gendong?" keluh Siwon.

"Mommy!" Kyuhyun menggapai tangan Heechul. "Baiklah ayo kita turun!"

%ika. Zordick%

Heechul mengetuk pintu kamar bertulisan 'Kim Kibum' pelan—takut dia akan mengejutkan putra keduanya yang ada di dalam kamar tersebut. "Masuk!" sahut Kibum dari dalam.

"Mommy~" Kibum sedikit terkejut. Apa mommynya ingin menagih coklat darinya?

"Kau belum tidur?"

Kibum menggeleng, "Maafkan Bummie, Mom" ucap Kibum tak berani menatap wajah ibunya. "Usahamu sia-sia untuk menolong Daddymu" Heechul tersenyum manis, dia duduk di sisi tempat tidur Kibum. Ditepuknya space di dekatnya—mengisyaratkan agar Kibum duduk di sana.

"Kau ingin membohongi Mommy dengan bersekongkol dengan Daddymu, eoh?"

Kibum menggeleng takut. "Aku tidak—"

"Daddy sudah mengakuinya, kalau dia melupakan hari ini dan meminta coklat darimu"

"Mommy marah?"

"Kenapa kau memberikan coklatmu chagiya?" Heechul mengelus surai hitam milik Kibum lembut. "Aku hanya tidak ingin kalian bertengkar. Kurasa Daddy lebih membutuhkan coklat itu dari pada aku. Bukankah Mommy lebih senang ketika mendapat coklat dari Daddy dari pada dariku?" Kibum menatap mata Heechul lembut. Meminta pengertian dari yeoja yang amat ia sayangi tersebut.

"Kenapa kau bisa begitu bijaksana?" Heechul memeluk Kibum erat dan mengecupi dahi namja kecil itu. "Baiklah, apa yang harus kita berikan pada tuan penolong daddy ini?"

"Tidur sambil memelukku ya, mommy!" pinta Kibum manja.

Heechul membaringkan tubuhnya bersama Kibum, di dekapnya tubuh anaknya. "Aku suka harum Mommy, mommy wangi~" ucap Kibum.

%ika. Zordick%

7 Oktober 2012

"Siwonnie~" tak ada sedikitpun yang berubah. Yeoja itu masih tetap cantik. Di peluknya tubuh kekar anaknya yang sepertinya mewarisi wajahnya yang elok rupawan. Ia melepas rindunya setelah sekian lama tak bertemu dengan putra sulungnya. "Mommy merindukanmu" ujarnya mengecup pipi Siwon.

Kyuhyun memajukan bibirnya kesal. Inilah yang terjadi jika Kim Siwon pulang dari Tokyo. Dia akan membuat Heechul melupakan keberadaan si bungsu tampan kita. "Bagaimana? Apakah menyenangkan berada di Jepang, Wonnie?" sosok berwibawa itu berganti memeluk Siwon. Kelihatan sekali raut kebanggaan di wajahnya. Ia juga merindukan sosok anak sulungnya itu rupanya.

"Tidak, aku tidak suka di sana" ucap Siwon jelas. "Aku merindukanmu Daddy, Mommy. Di sana juga tak menarik"

"Ya.. ya... kau mengatakan Tokyo tak menarik setelah kau membuat seluruh gadis di sana menjeriti namamu" Kyuhyun memutar bola matanya bosan.

"Kim Kyuhyun!" Heechul terkekeh melihat tingkah anaknya. "Ayolah mommy! Yeoja di Seoul itu bagian kekuasaanku!"

"Sudahlah, Siwon kita sudah lelah. Ayo makan malam dulu!"

Keluarga yang bahagia kah?

Sangat bahagia...

Jika kita tak melupakan salah satu bagian dari keluarga ini masih ada di luar, melihat dari mobilnya kehangatan yang di dalam rumah tersebut. "Aku juga sudah lelah Daddy" bisik Kibum lirih pada angin.

"Aku ingin kembali sungguh~. Aku ingin kalian sambut seperti si pecundang Kim Siwon. Aku ingin kalian manjakan seperti si tak berguna Kim Kyuhyun. Bukankah aku jauh lebih baik dari mereka tapi kenapa aku yang kau buang?"

%ika. Zordick%

Kibum melangkahkan kakinya masuk ke dalam club malam. Tak terlalu sulit, tak perlu kartu pengenal, tak perlu umur yang cukup, tak perlu uang yang banyak ataupun kenalan yang hebat. Dia penerus keluarga Tan. Keluarga mafia yang menguasai hampir semua klub dan tempat hiburan malam, dia juga pemilik beberapa perusahaan besar di belahan dunia.

"Selamat datang tuan muda" ucap penjaga club tersebut membungkuk dalam. Butler yang setia mengikuti Kibum tampak memberi isyarat agar jalan Kibum segera di buka. "Yesung—ssi, siapkan kamar untukku!"

Yesung—sang butler membungkuk hormat dan berbicara pada sang manajer club. "Lewat sini tuan muda" ucap sang manajer sopan—layaknya seorang penjilat yang tak ingin buruk di mata atasannya.

Kibum memasuki kamar yang biasanya ia sewa. Kamar VVIP yang terbilang amat mewah. "Panggilkan Lee Donghae!" perintahnya.

"Tuan besar akan marah jika beliau mengetahui anda berhubungan lagi dengan salah seorang pelacur tuan" Yesung berbicara sesopan mungkin. Dia juga bertugas melaksanakan pengawasan dari sang tuan besar sekaligus menjaga tuan mudanya itu.

Kibum menatap Yesung tajam, "Salah seorang? Aku hanya berhubungan dengan satu Yesung—ssi"

"Maafkan saya! Tapi anda harus tetap ingat bahwa Donghae—ssi adalah pelacur"

"Kenapa kau berbicara seolah kau adalah Hangeng—ssi eoh?" Kibum melirik cermin. Wajah tampannya seolah sia-sia, darah keturunan keluarga kaya dan berkuasa dalam dirinya seolah hanya kebohongan. Dia tak pernah jatuh cinta selain pada seorang pelacur yang bekerja di klub milik ayahnya. Bukankah tragis?

"Perlakukan tuan muda dengan baik!" suara manejer klub itu terdengar dengan masuknya seorang yeoja cantik berpakaian minim ke dalam kamar. "Keluarlah Yesung—ssi!" perintah Kibum. Yesung membungkuk pada Kibum kemudian keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan sepasang manusia itu di dalam kamar luas sebagai saksi perbuatan maksiat banyak orang.

"JiFan"

"Panggil aku Kibum!" perintah Kibum.

Donghae diam, senyuman manis kemudian terukir di bibirnya yang berwarna merah mencolok. "Aku tidak mau!" Donghae duduk di pangkuan Kibum, ke dua lengannya ia kalungkan pada leher namja tampan itu. Bagaimanapun ia ditugaskan untuk melayani namja itu kan? Dia tak beda dengan tamu-tamunya yang lain.

Hangeng sudah pernah memperingatkannya, 'Jifan kami adalah penikmat tubuhmu, tak lebih! Jangan berharap cinta darinya dan mengubah kondratmu sebagai wanita murahan'. Kata-kata yang terlalu menyakiti hatinya dan membuatnya sadar atas posisinya. Dia tak lebih dari pemuas Kibum dan Kibum tak lebih dari lebih dari pelanggannya.

"Bukankah nama itu menunjukkan sisi lemahmu?" Donghae meletakkan dagunya di bahu Kibum. Melepas berlahan satu persatu kancing kemeja Kibum.

"Noona"

Perlahan Donghae menuntun tangan Kibum menyentuh tubuhnya. Kibum cepat menarik tangannya kembali. "Jifan, bukankah kau di sini untuk ini?"

"Aku mencintaimu noona!"

"Sadarlah! Kau pangeran dan aku hanya pelacur!" hancur sudah pertahanan Donghae. Air mata itu jatuh juga. "Noona~" Kibum merengek, memakaikan jaketnya pada Donghae. "Aku akan bicara dengan baba, agar kau hanya di tempatkan sebagai penyanyi"

"Tan JIFAN!" Kibum menatap Donghae, mata yang penuh penderitaan itu jelas mengiris hati Donghae. Kenapa tuan muda yang memiliki segalanya itu harus begitu menderita. Mengapa dia yang rendah, tidak memiliki tatapan itu. "Tatap aku! Aku tahu kau bersedih, aku tahu bagaimana jalan hidupmu. Tapi kau bukalah hatimu untuk keluarga Tan. Mereka jauh lebih baik dari keluarga Kim"

"Donghae—ya, berhentilah membahas itu!"

"Aku tahu Nyonya Tan, dia amat baik. Dia mencemaskanmu, dia selalu bertanya padaku di saat kau tak ada di rumah, apakah kau bersamaku atau tidak. Apakah Nyonya Kim melakukan itu juga? Atau jangan-jangan dia lupa telah melahirkanmu?"

"LEE DONGHAE!"

"TAN JIFAN!" Donghae mengecup dahi Kibum lembut. "Aku ingin kau melihat dunia Bummie, aku mendengarnya, usiamu yang tinggal enam bulan itu."

"Kau akan meninggalkanku?"

"Aku tak pernah di sampingmu, aku hanya seorang—" Donghae menjeda kalimatnya, di peluknya Kibum erat. Di bisikkannya kata yang selalu menyakiti hatinya namun ia tahu itu kenyataan yang harus ia terima "Pelacur"

"Noona~"

"6 bulan ataupun 60 tahun lagi, aku akan tetap seperti ini jika keluarga Tan menginginkannya. Kau tahu, sejak Tuan Tan tahu bahwa kau sering bersama denganku dia tak membiarkanku di sentuh oleh tamu lain"

Kibum diam, otaknya sibuk berpikir apa yang harus ia lakukan. "Mereka mencintaimu, keluarga Tan lebih mencintaimu dari keluarga manapun. 6 bulan, biarkan itu masa hidupmu yang bahagia. Aku akan ada di sampingmu untuk membantumu mencapai kebagian itu"

TBC

Hah... atau END saja ya?

Lanjut atau nggak?

Review please!