Summary: Hinata adalah manager sebuah cabang apotik ternama di Jepang. Suatu malam sepulang kerja tanpa sengaja Ia menjadi saksi aksi pencurian didepan matanya sehingga menyelamatkan siswa SMA yang mempesona dan sangat manis dimatanya. Bagaimana jadinya jika pemuda itu bersikeras untuk membalas budi atas pertolongannya? Lalu- bagaimana jika balas budi itu punya arti lain dengan yang dimaksud Hinata?

Check It Out

Disclaimer: Sampe tahun apa aja Naruto tetep milik Om Masashi

Story: Hanazono Suzumiya + manga yang pernah kubaca

Warning: Rated M (for 17+), OOC, abal, ide pasaran, typos berkeliaran, gag jelas, tidak sesuai EYD, bahasanya aneh, de el el.

Pairing: NarutoXHinataX?(masih dirahasiakan)

Don't Like Don't Read

Just for Fun

You're my Prisoner

Para pengguna jalan tampak lalu lalang meramaikan jalanan. Dari pintu kaca ganda tarik-dorong yang transparan Hinata termangu menyaksikan pemandangan tepat didepannya.

Baru dua puluh tiga tahun ini Ia merasa hampa dalam hidupnya. Yaah, tidak heran sih. Hinata baru saja memutuskan mantan kekasihnya yang brengsek dua minggu yang lalu. Hanya karena alasan jam kerja Hinata lebih panjang dari orang itu dengan gampang Ia menunjuk Hinata yang tidak ada waktu untuk berduaan. Sehingga pria itu memilih selingkuh dengan wanita lain. Hinata yang kalap saat itu tanpa berpikir dua kali langsung mengakhiri hubungannya. Tidak lupa sebagai hadiah perpisahan Hinata menampar keras pipi pria itu dan menendang kemaluannya tak kalahkeras.

Meski begitu, Hinata tetap merasakan sakit dan tidak berhenti menangis sampai pagi. Pria yang sudah Ia percayai sebagai tempat melabuhkan cintanya malah menghianatinya.

Dan keesokan harinya Hinata bertekad untuk tidak mau 'sakit' untuk yang kedua kalinya.

Dan~ beginilah nasib Hinta sekarang. Merenung dan banyak melamun. Hinata adalah manager yang sudah dipercaya untuk mengelola salah satu cabang apotik yang namanya sudah terkenal seantero Jepang. Bukan Hinata namanya, jika Ia lebih mengutamakan pekerjaannya daripada hal pribadi. Mungkin inilah sebab- Hinata sulit mendapat pacar. Dan sialnya~ sekalinya mendapat pacar, itu adalah orang brengsek. _Lebih baik- lupakan saja tentang hal itu_
Singkatnya Hinata sedang kalut karena patah hati.

Tak lama kemudian seorang pria kantoran mendorong salah satu sisi pintu kaca. Karena letak apotik tempat Hinata bekerja terletak di pusat kota dimana banyak gedung kantor berada maka jangan heran kalau mayoritas pembeli adalah pegawai kantoran.

Tapi yang membuat Hinata heran, Kenapa pembeli yang datang padanya selalu berjenis kelamin laki-laki? Lalu~ kenapa mereka selalu minta obat sakit kepala? Apa sebegitu beratnya pekerjaan mereka? Yah.. Hinata tidak mau ambil pusing dengan hal itu. Yang penting apotiknya laris dan banyak pengunjung, Hinata tidak masalah. Seperti pria yang ada didepannya saat ini. Meski Hinata adalah manager di tempat ini, tapi Ia juga sering ikut turun tangan kalau toko sedang ramai.

"Obat sakit kepala yang dianjurkan Hinata-san kemarin sangat manjur. Boleh aku minta lagi?"

"Boleh" Hinata menjawab sambil tersenyum risih karena saat ini tangannya sedang digenggam oleh pria itu.

Yah, siapa sih yang tidak kenal dengan Hyuuga Hinata? Di umur yang terbilang sangat muda Ia sudah diberi kepercayaan mengelola cabang. Mata bulan yang indah dengan bulu mata yang lentik dan hidung mancung, bibir tipis namun penuh dengan warna pink yang alami, kemudian pipi gembil yang menggemaskan.

Kami-sama juga menganugerahkan bentuk tubuh yang menawan seperti yang diidam-idamkan oleh kaum hawa biasanya. Payudara yang berukuran diatas rata-rata berbentuk bulat dan padat yang mengundang nafsu, serta pantatnya yang montok membuat pria yang memandang Hinata secara langsung akan merasa berada didunia khayalannya sendiri. Membayangkan Hinata tengah mendesah manja dibawah tindihannya dan menyebut namanya berulang kali dengan tatapan mesra. Mungkin itulah yang membuat Hinata menjadi pembicaraan para pria disekitar areal perkantoran tempat apotik Hinata berada.

"Sebagai ucapan terima kasih, bagaimana kalau kita pergi makan malam?" Pria itu masih berusaha menarik perhatian Hinata. Tapi kini pria itu sudah tidak menggenggam tangan Hinata. Karena Hinata segera menarik tangannya cepat kemudian mengangsurkan obat sakit kepala yang diminta pada pria itu.

Dan~ dimulai dua minggu yang lalu, sepertinya Hinata punya kebiasaan baru.

Hinata menatap sekilas cincin emas yang berkilat di jari manis pria itu.

Yaitu… Mengecek cincin dijari manis pria.

Tanpa sungkan Hinata langsung menolak permintaan pria itu diiringi senyuman manisnya.

"Malam ini lebih baik Anda beristirahat dengan Istri Anda."

Pria itu segera mengambil kantung kertas dari Hinata kemudian berjalan menuju pintu dengan kepala menunduk. Untung saja Ia masih ingat untuk mendorong pintu didepannya. Kalau tidak- mungin benjol akibatnya yang paling sedikit.

"Terima kasih atas kunjungannya…"

Hinata melambaikan tangannya melepas pria yang belum puas dengan satu istri itu penuh kemenangan.

"Hinata-san ada telepon dari Yamanaka-san." Kata salah satu karyawannya yang memiliki khas dua cepol dikepalanya.

Hinata langsung menempelkan gagang telepon itu disisi telinganya. "Ino-chan ada apa?"

"Tolong aku, Hinata! Besok datang ke acara gokon,ya." Hinata segera menjauhkan telepon itu dari telinganya ketika benda itu mengeluarkan suara cempreng perempuan dengan nada lima oktaf.

"Tolong ya, soalnya jumlah orangnya kurang. Kudengar kau juga bru putus dari pacarmu. Nanti aku telepon lagi. Daah.."

Klik

Tanpa memberi kesempatan Hinata untuk bicara, si penelfon sudah seenaknya memutus sambungan.

Masih menatap telepon yang terus berbunyi 'Tuuut.. Tuuuut' itu Hinata memaki benda tidak bersalah itu. Meski sebenarnya makian itu Ia tunjukkan pada temannya yang bernama Ino itu.

Tenten, orang yang telah menyampaikan telepon itu pada Hinata hanya memanggil nama managernya dengan takut-takut setelah melihat aura hitam disekitar Hinata.

_H^S_YMP_

8 pm waktu setempat

"Sampai jumpa Hinata-san." Ucap satu per satu karyawannya dan dari mereka sudah berada disisi kekasihnya masing-masing.

"Hati-hati, ya.." Hinata tersenyum getir menyaksikan bahwa hanya Ia sendiri yang tidak memiliki pasangan.

Hinata berjalan dengan langjah gontai sambil bicara sendiri dalam hati.

'Enak ya, punya pacar yang datang menjemput sepulang kerja dan pulang bersama. Aku juga dulu begitu. Tapi itu kan dua minggu yang lalu.' Memikirkan itu lagi membuat Hinata jadi geram sendiri. Ia menggeleng kuat, memantapkan tekad kalau tindakannya untuk putus sangat benar.

Tak lama kemudian, Hinata teringat permintaan gokon dari temannya Ino tadi siang.

'Apa aku pergi saja ya?'

Saat Hinata tengah berkutat dengan handphonenya untuk menghubungi temannya itu. Gerakannya langsung berhenti ketika tiba-tiba Ia mendengar teriakan dari seberang jalan tempatnya berdiri.

"Awas! Minggir!"

"Aduuh.."

"Jangan berdiri disitu, Bodoh!"

Hinata melihat dua orang pria yang berteriak awas dan memaki lelaki berseragam SMA yang mengaduh kesakitan karena pundak mereka yang sempat baku hantam sangat keras. Hinata juga melihat kalau sebelum dua orang pria itu pergi, mereka sempat menjatuhkan tas wanita didekat pemuda itu.

Dan ketika pemuda itu berdiri sambil mengangkat tas wanita dengan wajah bingung Hinata merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan tidak beraturan.

"Manisnyaaa.."

Ia terpana melihat sosok lelaki disebrangnya itu. Meski hanya dengan penerangan jalan yang seadanya Ia masih bisa menilai rupa lelaki itu.

Rambut pirang jabrik yang berantakan namun terkesan apik dihiasi oleh sinar mata teduh berwarna sebiru langit. Kemudian tubuhnya yang tinggi dan dibalut dengan seragam membuat tatapan Hinata tidak bisa lepas dari wajah tampannya yang juga manis.

Tapi ketika Hinata sedang asyik-asyiknya terpesona, perhatiannya langsung tersita karena kehadiran Bapak polisi dan seorang wanita yang sepertinya pemilik tas tersebut tengah menunjuk pemuda itu dengan wajah seram.

"Anak ini pencurinya, Pak!"

"Haaah?!"

Serta merta Hinata langsung terpekik kaget karena Ia melihat sendiri pencurinya bukanlah pemuda manis nan lucu itu.

"Apa? Pencu-ri~?" Pemuda pirang itu Nampak sangat bingung namun tidak terima jika dikatakan pencuri.

"Itu buktinya! Yang Kau pegang itu adalah tas punyaku." Wanita itu mendelik sangar karena melihat lelaki ini berkilah. Jelas-jelas Ia sedang memegang tas miliknya.

"Aku cuma memungutnya!" Lelaki itu menunjuk tas berwarna merah muda yang ada di tangan kanannya itu.

"Bohong! Kau tidak bisa kabur lagi pen-cu-ri!" Sang pemilik tas makin naik pitam karena pemuda yang jelas-jelas kedapatan membawa tasnya saat ini terus mengelak.

"Haaah?!"

Begitupun juga pemuda itu . Muncul perempatan didahinya karna sudah lelah. Lelah- percuma menjelaskan.

"Kau ikut aku ke kantor polisi."

Sekarang gantian Bapak polisi yang beraksi. Pak polisi sudah mendekap tangan pemuda itu kebelakang.

"Aa.. Ta-tapi Pak bukan aku ya-" Pemuda itu terus meronta karena Ia merasa tidak bersalah. Tapi belum selesai Ia menjelaskan datang seorang wanita berambut indigo menyela perkataannya.

"Pak polisi, anak itu mengatakan yang sebenarnya."

"Anda Siapa?" Pak polisi menatap tajam Hinata. Mungkin saja kan dua orang ini adalah komplotan pencuri.

"S-saya pegawai di apotik itu." Hinata tersenyum lemah dengan telunjuknya mengarah pada bangunan disebrang jalan.

_H^S_YMP_

"Aku benar-benar berterima kasih."

"Dengan apa aku harus membalasnya-"

Pemuda bermanik biru saphire itu terus membungkukkan badannya berkali-kali didepan sosok cantik Hinata Hyuuga.

"Ti-tidak usah. A-aku cuma mengatakan apa yang kulihat."

Hinata menggeleng kuat namun wajahnya kini tengah merona. Entah kenapa.

"Aku tidak punya uang, tapi aku kuat."

"Aku bisa mengangkat barang atau membereskan toko." Lanjut pemuda itu sambil menunjukkan otot lengannya yang menyembul. Memberi bukti atas ucapannya.

"Hehehe"

Hinata terkekeh geli melihat tingkah anak ini. Membuatnya semakin lucu dimata Hinata. Anak yang tau tata krama rupanya.

Pemuda itu sontak terdiam atau mungkin terpana melihat Hinata sedang tertawa -cantik sekali.

"Apa- omonganku aneh ya?"

"Tidak. Bukan begitu. Aku mengerti kok, maksudmu."

"Tapi- aku benar-benar ingin membalas budi. AKu akan melakukan apa saja!"

Melihat semangat berapi-api yang serius dan tulus membuat hati Hinata tergugah. Apalagi dalam pikirannya Ia ingin sedikit lebih lama lagi dengan pemuda ini.

"A-apa saja?"

Pertanyaan Hinata itu dijawab oleh anggukan mantap pria didepannya sambil mengepalkan tangan.

"Waaah kamu hebat."

"Terima kasih, sudah sebulan ini aku tidak menontonnya." Hinata menunjuk televisi layar datar disampingnya.

"Siswa sekolah Teknik Nagoya memang hebat. Dalam sekejap langsung beres."

"Ah- tidak. Hanya memperbaiki antena saja.." Pemuda itu menggeleng menanggapi pujian Hinata yang berlebihan.

Sekarang posisi mereka ada di apartemen Hinata duduk di atas tatami sambil minum ocha hangat dengan meja berkaki rendah sebagai pemisahnya.

"Jadi sudah sebulan nggak nonton TV ya?"

"Iya, tapi biarpun tidak ada TV aku tetap baca koran dan majalah kok.." Hinata tersenyum malu saat mengatakannya.

"Tidak bisa dipercaya." Pemuda pirang itu menyandar pada ranjang milik Hinata yang berada tepat dibalik punggungnya itu.

Ketika menegok kearah samping, biru saphirenya tercengang karena menemukan tumpukan majalah yang sangat tidak asing baginya.

"Eh- majalah seperti 'ini'?" Pemuda itu mengangkat salah satu dari beberapa majalah itu dan mambaca judul yang dicetak besar di cover majalah tersebut.

Cara Menaklukan Cowok Yang Lebih Muda!
Informasi Lengkap Tentang Cara Mengajak Makan Dan Cara Mengajak Bermain Seks

'Aduuuuuh Gawat!'

'Itu majalah Ino yang ketinggalan disini.'

Hnata segera menyambar majalah yang dibawa pemuda itu dan membawanya menjauh dalam dekapannya. Wajah Hinata langsung berubah merah karena menyimpan majalah dewasa dirumahnya terang-terangan. Meski~ itu bukan miliknya. Tetap saja- Ah.. memikirkannya lebih jauh membuat wajah Hinata lebih merah dari sebelumnya.

"Orang dewasa genit, ah.." Pemuda itu menyipit sambil memonyongkan bibirnya lucu.

"Eh, jangan mengejek orang dewasa ya! Lagipula aku tidak pernah menjadikan majalah ini sebgai acuan kok."

Hinata menjawab tanpa menatap biru laut itu. Ia duduk menyamping menyembunyikan wajahnya yang merona karna malu dalam untaian indigonya.

"Eeeeeh?"

"Tapi cara mengajak kerumah dengan alasan antena rusak ada di artikel itu, lho."

"Hah? Masak sih?!"

"Ada dibagian mana?"

Sementara Hinata sibuk mencari dimana artikel yang dimaksud, pemuda itu bangkit dan melangkahi meja menuju Hinata yang tepat disebrangnya.

Cup

'Eeeh?'

"Kyaaaa~"

Mereka berdua jatuh terlentang diatas tatami dengan Hinata yang berada dibawah serta kedua tangan yang dicengkram erat dikedua sisi kepalanya.

Biru saphire dengan mata perak Hinata menatap satu sama lain.

"T-tunggu! Jangan bercanda!" Hinata berusaha melonggarkan tangannya, tapi hasilnya nihil. Gerak sedikit saja tidak, malah cengkraman itu makin kencang dan kuat.

"Aku tidak bercanda. Ini caraku berterima kasih." Pemuda itu menyeringai menatap Hinata yang tercengang karna perbuatannya.

"Aku akan membalasnya~ dengan tubuhku." Pemuda itu mengucapkan kata per katanya dengan suara serak yang terdengar seksi ditelinga Hinata.

Mata Hinata membulat apalagi saat pemuda diatasnya ini mendaratkan ciuman yang lembut dan memaksa. Ia memagut bibir Hinata sampai-sampai bibir itu tersedot dalam mulutnya.

"Mmmh.. Nnnnhhh…"

"Ukh"

Hinata mendesah menikmati ciuman panas darinya. Hebat. Jago sekali.

Lidah mereka bertautan dan saling menarik. Meski lidah Hinata yang kerap terdesak.

'Apa yang harus kulakukan?'

"Haaah.. Haaah…"

"Tidaak!"

"Aaakhh.. Hentikan~"

Aku sudah tidak tahan!

Lelaki pirang itu mengangkat wajahnya dan menghentikan ciuman ganas dimulut Hinata. Sambil menyeringai nakal Ia berkata "Dasar pembohong. Dengan satu ciuman saja-"

Sekarang posisi lelaki iu adalah tidur menyamping menghadap Hinata. Satu tangannya mencengkram kedua tangan Hinata kemudian satu tangannya lagi menyingkap rok span Hinata sampai sebatas pinggang dan melepas celana dalam Hinata. Kemudian Ia menarik satu kaki Hinata dengan kakinya agar paha Hinata terbuka lebar.

"-Kau sudah basah begini. Benar kan?"

"Aaaakkkhh"

"Ti… Tidaaak akhh~"

Hinata merasa jari-jari panjang itu menyentuh garis vaginanya dengan gerakan sensual. Membuatnya semakin basah. Ia merasa hasratnya kian memuncak dan tubuhnya merasa sangat panas.

"Apanya yang tidak, hm?"

Lelaki dengan rambut nanas itu menarik Hinata diatas pangkuannya. Ia yakin Hinata sudah berada di puncak birahinya.

"Biar kubuat keras disini." Tangan yang terkesan sangat berpengalaman itu masuk dalam kemeja Hinata dan melepaskan bra yang ada didalamnya.

"Henti… akhh~"

"Eh?! Ternyata sudah keras." Jari-jari itu semakin liar memainkan payudara Hinata begitupun putingnya yang sudah mencuat karena saking tegangnya.

"Tolong… Hentikan.. Akh…"

"Kakak ternyata mesum juga."

"Ti.. Tidak.. engghh.." Hinata meremas tangan yang merangkulnya itu dengan kuat. Menyalurkan hasratnya agar tidak lebih meledak lagi.

Dengan wajah yang sma-sama merah, pemuda itu membaringkan Hinata lagi dan Ia segera merangkak kearah selangkangan Hinata.

"Hentikaaaaaan~!" Wajah Hinata merona hebat sambil mendongak ke atas. Ia tidak pernah merasa senikmat ini.

Lidah pemuda itu semakin gencar mengaduk vagina Hinata yang sudah mengalir banyak cairan dari dalamnya.

"Hebat!"

"Makin banjir~"

Mulut itu menempel erat dikemaluan Hinata. Terus menghisap seluruh cairan yang terus keluar tanpa henti juga tidak lupa memainkan klitoris Hinata dengan permainan lidahnya.

"Aaaakhh… Aaaakkhh… Nggghh~"

"Aku.. juga sudaah~" Pemuda itu mengelap sudut bibirnya akibat cairan milik Hinata yang menurutnya sangat manis itu. Hingga akhirnya, Ia mendekap Hinata secara utuh dan~

"Aaakh! Ukkh! Yakh.. Aah!"

Kemudian desahan lantang milik Hinata terlepas bersamaan cairannya yang mengucur deras dan mendapat kepuasan yang meluap-luap.

TBC

A/N: Yak! Cut!

Tadaaa~

Masih ingatkah pada Author malas bin punya hutang banyak? _hutang fic maksudnya_
#ditimpuk Reader

Kali ini saya membawakan cerita dengan pairing NaruHina.. Yeeey~

Fic abal ini aku persembahkan untuk Ruzumavi Senpai yang udah mau nerima request aku yang pastinya bakal nyusahin. Hehe. Makasih ya kaak :)
Juga untuk semua NaruHina lovers tentunya.. :D

Suzu nggak mau muluk-muluk, yang penting Reader mau baca tapi setelahnya harus ng'review..
#Lhaah itu namanya pemaksaan. Dasar Author geblek!

Maaf kalau masih pendek. Soalnya Suzu sengaja pengen liat komentar kalian tentang kelayakan fic ini. Semakin banyak yang review makin cepat saya buat apdet.
Wokeeeh~

Review kalian.. semangatku…

Sekian aja dari Suzu… Makasih udah mau mampir…