Cast : Choi Minki a.k.a Ren, Kwak Aron, Hwang Minhyun

Disc : NUEST milik Pledis ent. Ren milik author *dimutilasi* and the story is MINE! ufufufu~

a/n : Mian~ sebelumnya saya lupa ngasih penjelasan kalo Before menceritakan masa sebelum 'About You' dan After menceritakan masa setelah 'About You'... Mianhae (_ _)a

.

.

.

Happy Reading ^^

.

.

.

After

.

.

.

Ren tersenyum tipis saat memasuki taman bermain yang sangat ramai. 5 tahun berlalu dan taman ini masih belum berubah sama sekali. Masih sama seperti dulu, saat ia pertama kali berkencan kemari. Degan wahana dan suasana yang sama. Namun ada satu yang berbeda. Dia melirik ke sisi kanannya, namja yang sedang membeli tiket untuk menaiki bianglala. Meski bibirnya masih tersenyum, kontras dengan matanya yang kembali menyendu.

-"Hyung, setelah ini kita naik apa lagi?"

"Kau ingin naik bianglala? Pemandangan dari atas pasti sangat bagus"

"Jinjja?"-

Pemuda berambut hitam itu mengangguk, "Aku beli tikenya dulu, ne."

Tiba-tiba kenangan itu kembali menyeruak di antara keramaian dan Ren bisa melihatnya dengan jelas.

"Min, aku sudah dapat tiketnya, ayo." Aron menghampiri Ren lalu menarik tangan kekasihnya untuk menaiki keranjang yang sudah di siapkan.

Ren melihat pemandangan dari kaca dan pemandangan itu sedikit berubah. Telah ada gedung-gedung tinggi yang menutupi sebagian rumah di dekatnya. Sekali lagi Ren tersenyum perih. Taman bermain ini tidak berubah namun sekelilingnya telah berubah banyak.

.

.

.

Setelah turun dari bianglala, Ren ingin menaiki komidi putar. Entah kenapa dia justru terlihat ingin mengingat kembali masa lalunya bersama kekasihnya dulu.

Ren memilih duduk di patung berbentuk kuda. Sama seperti dulu.

-"Hyung, kenapa di situ?"

"Tentu saja karena sebentar lagi akan di putar, kan?" namja berambut ikal kehitaman yang menghampiri patung berbentuk kucing menoleh kearah Ren.

Ren menarik tangan pemuda itu dan menyuruhnya duduk di belakangnya. "Seperti ini lebih romantis, hyung. Seperti pangeran dan tuan putri."-

Lamunannya buyar saat merasa seseorang duduk di belakangnya. Dia menoleh dan Aron tersenyum manis.

"Bukankah seperti pangeran dan tuan putri, My Princess?" ucapnya lalu memeluk pinggang ramping Ren dan meletakkan dagunya di atas pundak kanan namja manis itu.

Ren membalas senyum Aron dengan semburat merah muda di pipinya yang kian memanas. Sejak pertama bertemu, Aron sudah memanggilnya "Princess", itu selalu membuatnya merona. Dan ia kembali menyadari, bahwa telah begitu banyak hal yang berubah. Pada dirinya.

.

.

.

Setelah puas bermain, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak di kursi taman bermain yang menghadap laut. Tempat yang menciptakan kenangan semanis cokelat-vanilla bagi Ren.

Langkah Aron terhenti ketika mendengar dering ponselnya. "Ah, Daddy menelpon…"

"Angkat saja, hyung. Sepertinya urusan penting."

Aron menatap Ren yang tersenyum, "Baiklah, kau tunggu di sini sebentar. Aku tidak lama." Sebelum pergi, Aron sempatkan untuk mengecup kening kekasihnya.

Ren duduk di kursi putih itu. Dia menoleh kesamping dan mengelus dudukan sebelahnya. Senyum manis kembali terukir di bibir merah muda-nya. Senyum yang sama dengan senyum 5 tahun lalu.

"Annyeong, Minhyun hyung."

"Annyeong, Min-ah. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, hyung. Bagaimana denganmu? Di surga pasti banyak bidadari cantik, ya?" Ren menatap sosok yang tak pernah berubah meski 5 tahun berlalu. Sosok yang tersimpan rapi dalam sudut memorinya.

Sosok itu tersenyum. "Tapi tak ada yang secantik dirimu, Min..."

Ren tertawa kecil, "Dari mana kau belajar merayu, hyung?"

"Dari 'Cinta'…"

Ren berhenti tertawa, lalu memandang kedepan. Pemandangan kemerlip laut yang terbias cahaya matahari siang sangat indah dan masih tetap sama.

"Sudah 5 tahun… ada hal yang berubah dan ada hal yang masih tetap sama. Taman ini memang tak berubah, namun ada begitu banyak perubahan saat aku kembali kemari setelah 5 tahun berlalu… Kau tahu apa yang berubah, hyung?" Ren menoleh memandang sosok di sampingnya yang terus tersenyum.

Ren menghela nafas yang sesaat terasa sulit untuk berhembus. "Tidak ada kau yang melarangku untuk terus bemain. Tidak ada kau yang memaksaku untuk istirahat. Tidak ada kau yang menjadi tumpuanku. Tidak ada kau yang… memberiku kecupan semanis cokelat…" Ren meremas kembali jaket hitamnya.

"Min, meski tidak ada aku di tiap kenanganmu sekarang, Tuhan telah mengutus seseorang sebagai penggantiku. Dia yang akan menggenggam tanganmu. Dia yang akan merangkul tiap kau bersedih. Dia yang akan selalu menjadi tumpuanmu. Dia yang akan selalu memberikan kecupan manis melebihi cokelat…"

Ren mendongakkan kepalanya, berusaha menahan sesuatu yang mendesak ingin keluar. "Aku tahu, hyung, hanya saja aku… masih belum terbiasa…". Ren mendesah pelan, "Apa aku terlalu jahat, hyung? Aron hyung sangat menyayangiku, tapi aku seolah menutup mata dan menjadikanmu sebagai alasan…"

"Aku percaya padanya, Minki… Aku bersyukur, pernah memilikimu…aku menyayangimu…"

Ren tidak membalas pernyataan sosok di sampingnya. Ia sadar, jika sekarang dia mengatakan 'Nado', maka dia tidak akan bisa terlepas dari bayang-bayang Minhyun. Bukankah telah ada seseorang yang lebih tepat untuk menerima balasan darinya?

Ren menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya dan melihat Minhyun yang tersenyum lembut. "Akhirnya setelah sekian lama aku bisa mengatakannya hyung… Selamat tinggal…. Berbahagialah di surga, Minhyun hyung…"

Ren membiarkan air matanya mengalir, menghasilkan jejak di kedua pipi putihnya. Air mata untuk namja yang dulu begitu di cintainya.

Minhyun perlahan memudar. Dia tersenyum lega, bebannya telah lepas. Sebelum benar-benar menghilang, Ren merasakan kecupan di bibirnya. Dia menutup kedua manik sewarna obsidian miliknya dan merasakan 'Cokelat' itu untuk yang terakhir kalinya.

"Selamat tinggal, Min-ah. Kau juga harus berbahagia… untuknya… untukku… dan untuk orang-orang yang mencintaimu. Saranghae…"

.

.

.

Sekarang Aron dan Ren berada di sebuah taman yang menghadap kota Seoul, sehingga mereka bisa menyaksikan pemandangan ketika malam kota yang kemerlip cahaya lampu. Seolah berlomba dengan kemerlip bintang di langit malam yang terlihat cerah. Tanpa semburat awan yang menghalangi.

Setelah puas bermain, Aron mengajak Ren ketempat yang di tunjukkan oleh Jonghun saat dua hari ia tiba di Seoul.

Mereka menutup kedua mata, meresapi sentuhan angin malam yang berhembus pelan.

"Aron hyung…" Panggil Ren pada akhirnya.

"Hm?"

"Aku… masih belum melupakan Minhyun hyung…"

Bibir tipis Aron melengkung ke atas, "Aku tak pernah memintamu untuk melupakan dia, Min, karena bagaimanapun juga, aku justru ingin berterima kasih padanya…"

Ren mengankat wajahnya, menatap Aron bingung.

Aron semakin merapatkan rangkulannya pada bahu kekasihnya. "Karena sebelum aku, dia telah lebih dulu mencintaimu dan menjagamu…"

Ren menyandarkan kepalanya ke dada Aron lagi. Menutup kembali iris hitamnya dan menyesap tiap rasa hangat yang menyapa sel kulitnya. "Dan akhirnya aku bisa mengatakannya untukmu, hyung. Saranghae~". Bibir merah muda itu akhirnya tersenyum indah, seperti teratai ketika mekar. Senyum ketika dulu ia pertama kali menyentuh 'Cinta'.

Sekejap, Aron membuka kelopak matanya dan melirik kebawah. Kemudian tersenyum, kata yang selalu di tunggunya akhirnya terucap dari bibir manis itu. "Nado saranghae…". Ia mengecup puncak kepala Ren yang bersandar di dadanya.

Keduanya kembali menikmati kesunyian yang begitu dominant sejak tadi. Sunyi yang begitu nyaman karena pada akhirnya 'Sang Hati' kembali utuh.

.

.

END

.

.


tarik napas~

hembuskan~

dan...

akhirnyaaaa~ saya bisa ngetik kata 'END' juga *dance bareng A-Ren XD


_Replay_

Baek Lalla Chan EXOtics :ne saengie~ udh dlanjut ^^ Gomawo ne.

Lee si anak baek :sudah baca After, ap bisa dimengerti? :3

bacaajj : terharu? jinjja? ^^a...but, Gomawo ne.

trilililili : *bighugback* maap, udah skenarionya gitu *lirik Minhyun yg pundung XD*. ne,udah dlanjut ^^ Gomawo ne

Ryu : "Agak macam macam rasa"?... josonghamnida, saya gak ngerti mksudnya... *otak jd lemot kbykan ngayal


R

E

V

I

E

W?

^^v