Disclaimer

Kuroko No Basket

Fujimaki Tadatoshi

X

DURARARA

Ryohgo Narita

Suzuhito Yasuda

Hiroshi Kamiya (Akashi & Izaya)

VS

Daisuke Ono (Midorima & Shizuo)

CHAPTER 4 (Akashi & Izaya)

Cerita sebelumnya-

Tim Teiko dan manajer mereka datang ke Ikebukuro untuk pertandingan basket. Sesampainya disana, Akashi tersesat dan bertemu dengan Shizuo yang mengira Akashi adalah Izaya karena suara mereka sama persis. Namun akhirnya Shizuo sadar bahwa Akashi dan Izaya itu berbeda. Genk misterius mendadak menyerang Shizuo, disaat itulah Izaya muncul dan minta Akashi untuk mengikutinya. Jika Akashi menolak, maka Izaya mengancam akan melakukan penyerangan serupa pada Kuroko dll yang sedang mencari keberadaan Akashi.

"Kau pikir aku hanya akan diam saja mengikuti permintaanmu?" tanya Akashi saat ia sampai di tempat yang Izaya sebut sebagai 'Ruangan bekerja'.

"Tenang saja, aku tahu kau bukanlah orang lemah yang mau saja disuruh hanya karena diancam."

"Lalu, apa maumu?" Akashi langsung duduk di sofa tanpa menunggu Izaya mempersilahkannya duduk terlebih dahulu.

Izaya diam sebentar sambil melihat Akashi, Akashi mulai merasa tidak nyaman.

"Apa?" Akashi memberi nada ketus.

"Entahlah, rasanya aneh saja mengobrol dengan seseorang yang punya suara sama persis denganku."

"Laki-laki bertenaga hulk tadi pun punya suara mirip dengan Shintaro."

"Ahaha... maksudmu Shizu chan?"

"Shizu chan?"

"Heiwajima Shizuo, monster berlabel manusia yang paling aku benci."

"Sepertinya kau sudah tahu banyak hal tentang kami."

"Hmmm?" Izaya tersenyum. Menurut Akashi, senyuman Izaya itu hanya kamuflase untuk menutupi sikapnya yang terkesan 'meremehkan' dan 'menertawakan'. "Aku tahu semua tentang kau dan juga para anggota teiko lainnya."

"Apa untungnya bagimu mengorek privasi kami?"

"Tidak usah terburu-buru memborong banyak pertanyaan." Izaya kemudian berjalan mendekati Akashi, tapi ia tidak duduk disebelah laki-laki berambut merah itu, Izaya juga mengambil papan shoginya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Akashi.

Papan shogi itu memang benar-benar papan yang dibuat untuk bermain shogi karena motif warna cokelat dan polanya yang dikhususkan untuk shogi. Namun, di atas papan itu ada banyak kepingan yang seharusnya tidak ada disana. Catur, othello (Go) , ketiganya bercampur menjadi satu. entah permainan seperti apa yang ia mainkan, Akashi yang master shogi saja sampai bingung dengan selera permainan Izaya.

"Akan lebih santai jika mengobrol sambil memutar otak untuk permainan ini." Izaya mulai mengatur urutan shogi, go dan catur.

"Kalau kau ingin aku meladenimu bermain shogi, aku bisa mengiyakan permintaanmu walaupun menghabiskan waktu seharian. Tapi permainanmu ini hanya melibatkan tidak sampai delapan keping shogi."

"Kau tidak percaya diri untuk mengalahkanku?" tebak Izaya.

"Terserah kau mau bicara apa. Aku hanya ingin kau segera memberitahu maksud dan tujuanmu memaksaku kesini."

"Wah wah... ternyata kau tidak sabaran juga ya, hahaa..." Izaya tertawa kecil sambil mengacak-acak tiga jenis permainan yang sudah susah payah ia susun di atas papan.

"Keributan di ikebukuro, kedatangan tim teiko, kau punya rencana kan? walaupun aku baru mengenalmu hari ini tapi aku sudah sangat sering mendengar berita tentangmu. 'Laki-laki yang sebaiknya dijauhi karena kemampuannya dalam mengorek informasi sangat mengerikan'. bisa aku katakan bahwa kemampuan Satsuki Momoi masih jauh dibawahmu."

"Okay, terima kasih untuk pujiannya. Aku membawamu kesini bukan untuk membicarakan gosip tentangku yang entah termasuk kategori pujian atau sindiran." Izaya kemudian bangkit dari kursi dan berjalan mendekati rak buku. di rak buku itu sebenarnya terselip sebuah toples yang berisi 'Kepala Dullahan', namun mata saktinya Akashi tidak menyadari keberadaan organ sakral tersebut.

"Kau aneh." kata Akashi tanpa ragu-ragu.

"Aku sadar kalau aku ini terlalu banyak bicara karena ada banyak hal yang terpikirkan dalam kepalaku. Tentunya, semua yang aku ucapkan bukanlah sekedar kata-kata tanpa makna. Aku juga memilih kata-kata yang tepat untuk lawanku."

"Tanpa harus bersusah payah menginterogasi para anggota dollar, aku bisa menyimpulkan satu hal tentangmu."

"Apakah itu?" Izaya penasaran

"Kau ingin membuat keributan besar di Ikebukuro."

Izaya tampak kaget sesaat namun ia menata kembali ekspresinya agar terlihat santai. Ia mengusap kening dengan lengan seperti sedang mengelap keringat dan menutupi sebagian matanya.

"Hahaha..." Izaya tertawa kecil, lambat laun volume suaranya membesar "AHAHAHAHAHAHAH... sudah ku duga, kau sangat menarik." Izaya mulai menunjukan sifat aslinya yang dari tadi ditutupi topeng senyum palsu. "Aku ingin keributan besar melanda Ikebukuro. Sebuah keributan yang tidak hanya melibatkan puluhan, ratusan orang baku hantam, tapi juga sebuah keributan yang tidak hanya mengandalkan fisik."

"Kau physico." kata Akashi, singkat. "Membuat keributan besar sebenarnya bukan tujuan utamamu kan? sebuah api tidak akan menyala tanpa sebab."

"Akulah yang akan menyalakan api itu." timpa Izaya, ia sedikit lebih tenang.

"Kau punya trauma di masa kecil yang membuatmu seperti ini." Akashi menyimpulkan.

"Bisa benar, bisa juga salah. Aku tidak menyalahkan siapapun untuk kejeniusan ini."

"Lalu apa yang kau dapatkan jika Ikebukuro menjadi medan perang?"

"Bukankah terlalu cepat bagimu untuk tahu?"

"Sekarang kau tahu bahwa tujuanku adalah membuat keributan besar di ikebukuro. Tapi aku tidak akan memberitahumu saat ini juga tentang apa yang akan aku peroleh dari keributan ini. Apakah hanya untuk kesenangan belaka? Aku akan memberimu sedikit petunjuk. 'Legenda diantara Ikebukuro' dan 'Aku seorang Atheis'. silahkan berfikiran keras untuk menemukan jawabannya".

Akashi tidaklah bodoh, bagaimana pun juga ia sangat jenius. Saking jeniusnya, ia diangkat menjadi kapten Teiko dan menggiring Teiko dalam kemenangan berturut-turut. Hanya saja, ia butuh waktu untuk melengkapi puzzle teka-teki dari Izaya.

"Kau ingin aku membantumu menghancurkan Ikebukuro?" tebak Akashi "Aku menolak. Tujuanku kemari hanya untuk bertanding basket."

"Benarkah? lalu bagaimana dengan 'Mendaftarkan diri di Dollars'? bukankah itu sama saja artinya kau ingin terlibat?"

"Lalu kau ingin apa? kau ingin aku menyerang semua orang dengan bola basket?"

"Ahaha... ide bagus, tapi terlalu kekanakan. AKu mengajakmu kemari hanya untuk mengobrol hal itu saja. Kau boleh pulang menemui temanmu."

"Kau yakin membebaskanku begitu saja? kau tidak takut jika aku melapor pada orang-orang tentang rencana busukmu itu?"

"Kau tidak akan cerita." balas Izaya "Aku yakin dengan hal itu."

Izaya bukan orang biasa, ia tergolong manusia paling berbahaya. Sebenarnya Akashi memang tidak berniat membeberkan tujuan Izaya pada orang-orang, kenapa? tentu saja karena 'Tidak semua orang percaya jika Akashi membeberkan niat jahat Izaya'. terlebih, Izaya punya banyak koneksi dan hubungan dengan orang-orang penting yang mendominasi wilayah ikebukuro dan shinjuku.

Untuk saat ini, Akashi memutuskan lebih baik segera keluar dari ruangan Izaya dan pergi menemui teman-temannya.

*Sementara itu di tempat lain*

Satu orang Izaya saja sudah memusingkan, apalagi ada dua orang Izaya!?

Di hadapan Shizuo, berdiri 'dua orang Izaya'. Shizuo mual, rasanya ingin menghantamkan wajah Izaya ke tiang dan menginjaknya dengan alas sepatu. Shizuo tahu kalau Izaya punya dua adik kembar 'Kururi, Mairu'. Lalu bagaimana dengan dua orang yang ada di hadapannya ini? kembaran Izaya!?

IZAYA TIDAK PUNYA SAUDARA KEMBAR.

"Hibiya." kata 'Izaya' yang memakai mahkota kecil miring di kepala. Gerak-geriknya sangat menyebalkan, terlebih sifat dan nada bicaranya yang terkesan sombong dan tinggi, ia ibarat seorang raja.

"Sakuraya." kata 'Izaya' yang satu lagi, ia mengenakan yukata putih yang ditutupi atasan motif sakura berwarna merah muda. Sakuraya lebih kalem dari Hibiya, ia bahkan terlihat pemalu dan pendiam.

"Izaya brengsek, permainan apa lagi yang sedang ia mainkan sekarang. Ia bahkan membuat dua orang duplikat dirinya." Shizuo melirik Hibiya dan Sakuraya.

Hibiya itu dua tingkat lebih menyebalkan Izaya. Hibiya mungkin tidak sekompleks Izaya yang punya seribu satu rencana jahat, tapi sikapnya yang semena-mena dan 'tukang perintah' itulah yang membuat Shizuo semakin sebal. Lain halnya dengan Sakuraya yang sangat sopan dan tampak ketakutan setiap kali melihat Shizuo melotot. Ketika menghadapi Sakuraya, Shizuo sedikit tidak tega.

Izaya pemalu dan pendiam semacam Sakuraya? dalam mimpi pun Shizuo tidak pernah melihat hal langka seperti sekarang.

"Kalian ini apa?" tanya Shizuo.

"Tidak sopan!" Hibiya menampar Shizuo tanpa ragu "Bukan 'Apa' tapi 'Siapa'!"

"KAU!" Shizuo mencengkram kerah Hibiya. Bekas tamparan Hibiya terlihat jelas di pipi Shizuo yang memerah.

"Jangan kurang ajar!" Hibiya melepaskan dirinya dari cengkraman Shizuo, ia kemudian menunjuk Shizuo. "Minta maaf dan berlututlah di hadapanku!"

...

...

...

"Aku pasti sedang berimajinasi." Shizuo berbalik arah dan jalan sempoyongan. Ia sudah lelah menghadapi Izaya, kemudian muncul dua mahluk berwajah persis Izaya yang kepribadiannya sama-sama ANEH.

"He...Heiwajima san." Sakuraya berjalan menyusul Shizuo.

'HEIWAJIMA SAN KATANYA!?' Shizuo menoleh ke belakang, ia melihat Sakuraya. Tadi itu Shizuo pasti salah dengar, ya... salah dengar. Shizuo mengorek

lubang telinganya sangat kencang sampai berdarah untuk memastikan bahwa ia memang salah dengar karena telinganya bermasalah.

"Apa!?" tanya Shizuo, ketus.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau dan Izaya..." Sakuraya melirik kiri kanan karena kebingungan memilih kata "Aku berharap kau tidak membenci kami hanya karena alasan yang kami sendiri kurang tahu."

"Wajah kalian lah yang membuatku semakin sebal, mungkin akan lain ceritanya jika kalian ganti muka."

"..."

"Tidak usah dianggap serius." Shizuo kembali berjalan meninggalkan dua duplikat Izaya.

"Kau punya hak untuk membenci Izaya. Tapi Izaya adalah orang yang 'menciptakan' kami, apapun alasannya, kami tidak akan diam saja jika dia sedang dalam masalah."

Shizuo pasti mendengar ucapan Sakuraya barusan walaupun telinga kanannya sedikit berdarah. 'Menciptakan'? huh... menggelikan. Kedua orang itu pastilah hanya semacam robot yang dikendalikan oleh batre atau antena, begitu pikir Shizuo.

Hibiya maupun Sakuraya tidak bergerak karena batre, antena, sekrup atau hal lainnya. Tapi mereka memang tidak punya detak jantung dan suhu tubuh mereka pun sangat dingin. Alter ego diciptakan karena kepingan kepribadian Izaya. Hibiya menggambarkan sifat Izaya yang sedikit kekanakan dan egois, walaupun Izaya sudah dewasa tapi tetap saja sifat kekanakan dalam diri seseorang itu bukan hal aneh. Lalu Sakuraya, mungkin alter inilah yang menjadi tanda tanya besar bagi Shizuo.

Di Ikebukuro, Misteri adalah hal lumrah.

"Dasar manusia rendahan." Hibiya mengomel terus-terusan "Ah...aku ingin pulang."

"Tidak bisa... Izaya tidak mengizinkan kita pulang sebelum menyelesaikan tugas kita."

"Mengadu domba setiap genk di Ikebukuro. Duh... kenapa aku yang luar biasa hebat ini harus mengerjakan pekerjaan kotor seperti itu. Sakuraya, kau saja deh yang mengerjakan."

"Eh!?"

"Kau kan sangat berbakti pada Izaya." Sifat egoisnya Hibiya kembali muncul.

"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Sakuraya.

"Aku sempat dengar dari Izaya tentang Teiko. Katanya sih kapten Teiko itu dijuluki Akashi si Emperor Eyes"

"Emperor... eyes?" Sakuraya mengulang.

"Dia pikir dia itu hebat hanya karena punya mata yang warnanya beda sebelah!? aku bisa jauh lebih hebat dari dia!"

"Hibiya... bicaramu mulai ngawur."

"Jangan halangi aku!" Hibiya berjalan cepat meninggalkan Sakuraya untuk bertemu dengan Akashi. Sakuraya hanya memperhatikan Hibiya dari kejauhan. Tak lama kemudian Hibiya muncul lagi dan berjalan menghampiri Sakuraya.

"Kenapa lagi?"

"Aku tidak tahu Akashi ada dimana..."

"Fiuh..." Sakuraya menghela nafas. "Para anggota Teiko bermalam di hotel Mizuwa. Kau mau menantang Akashi? sebaiknya jangan, kau bisa menghancurkan rencana Izaya."

"Izaya hanya ingin kita membantunya membuat para genk di ikebukuro saling berkelahi. Tidak ada urusannya dengan Teiko."

"Hibiya, apa kau kepikiran sesuatu? aku penasaran."

"Apa?"

"Kenapa Izaya meminta tolong Akashi untuk hal ini?" Sakuraya terdiam dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

"Entahlah. Tidak hanya Akashi, di Teiko banyak anggota unik. Seperti jelangkungnya Teiko." balas Hibiya

"Jelangkung!?"

"Kuroko. Dia bisa muncul dan pergi tanpa ketahuan. Menurut analisaku, Izaya bekerja sama dengan Teiko untuk meruntuhkan Ikebukuro."

"Susah juga ya."

Kedua alternya Izaya ini pun keasyikan mengobrol dan melupakan tugas mereka sejenak. Setelah ragu selama hampir setengah jam, akhirnya Hibiya memaksa Sakuraya untuk ikut menemaninya menemui Teiko.

Hari yang melelahkan, yang penting Akashi sudah bertemu lagi dengan teman-temannya. Para Teiko pun pergi ke hotel Mizuwa yang sebelumnya sudah dipesan Satsuki.

Mereka tidak tahu bahwa jika mereka sampai di hotel nanti, dua alter Izaya akan menyulutkan api perang. (Lebih tepatnya Hibiyalah yang ngotot karena sakuraya tidak ikut-ikutan).

The Result Of Kisellars (Kiseki no Dollars) Chapter 4.

1. Rencana Izaya adalah membuat Ikebukuro jadi medan perang (keributan besar) dan ia melibatkan Teiko dalam hal ini.

2. TUJUAN IZAYA YANG SEBENARNYA?

3. Hibiya dan Sakuraya (Alternya Izaya) tentu saja membantu Izaya *Kedua alter inilah yang akhirnya terpilih setelah author sempat bimbang (?) mau masukin pysche, roppi, kanra dst ama alter Shizuo. *Just give me a break* wwwwww. Alternya sengaja dimunculin dikit, Satsuki Momoi ngomel KnB ga dapet jatah di chapter 4 ini

Chapter 4 selesai (*A*)/

Btw chapter ini lebih difokuskan pada 'AKASHI - IZAYA'

untuk 'SHIZUO MIDORIMA' tunggu giliran di next chapter ya :3