Title: Brother

Inspired by: Yaoi manga (BROTHER – Yamamoto Kotetsuko)

Author : Inchangel

Chara : Lee Sungmin ! teacher / Cho Kyuhyun ! student

Di pojokan sebuah restoran, sesosok pria sedang berusaha menyalakan koreknya untuk membakar asmara #plak membakar rokoknya yang sudah siap hisap di mulut mungilnya. Ketika percikan api sudah mengenai ujung roko, pria itu dengan leluasa menghirup asap yang dihasilkan. Tiba-tiba sebuah tangan membuang paksa rokok itu dan menginjaknya bagaikan tante-tante yang melihat tikus tergeletak dijalanan.

"Anak kecil tak seharusnya merokok!" ucapnya singkat lalu langsung pergi begitu saja.

Pria yang masih diam dan dalam posisi seperti memegang rokoknya itu hanya melongo kaget. Dalam hati ia mengumpat, bahwa sewajarnya seorang pria berusia 24 tahun menghisap rokok kan memang dia umurnya berapa sampai 24 itu masih dibilang anak kecil?

Dengan penuh umpatan dalam hati, ia menyisir acak rambutnya dengan tangan, lalu kembali kedalam ruang makan restoran itu. Kembali menemani appa nya yang tengah menunggu seseorang yang lain.

"Sungmin ah! Kemarilah. Akan kuperkenalkan seseorang padamu!" ucap ayahnya sambil membalikkan badan karena posisi kamar mandi berada di belakang ayahnya.

"Ini adalah Cho Jaein. Dan yang disebelahnya adalah Cho Kyuhyun," ujar ayah Sungmin.

Awalnya Sungmin menunduk hormat pada wanita itu. Tapi saat appa nya memperkenalkan pria bernama Kyuhyun, matanya terbelalak hampir melompat saking kagetnya.

"Sungmin ah, Kyuhyun ini lebih muda 5 tahun darimu. Yah, meskipun lebih tinggi daripada dirimu sih. Haaha," ujar appa Sungmin sambil memukul pundak anak semata wayangnya.

"Kau!" baik Sungmin dan Kyuhyun mengucapkan itu dengan sangat pelan. Melihat gelagat yang mirip, ibu Kyuhyun bertindak.

"Kalian sudah saling kenal?"

"Ya, tadi kami bertemu saat di toilet," ujar Sungmin wajar.

"Kau 24 tahun? Kupikir masih 15 tahun karena badanmu sekecil itu."

Tebak siapa yang bicara kalimat diatas. Yupz, uri Kyuhyunnie pelakunya. Tak hanya itu, ucapannya membuat kedua (atau tiga?) insan dewasa didepannya sweatdropped—ria.

PLAK!

"M-maafkan anak saya. Saya tidak pernah mengajarinya seperti itu. Maafkan saya Sungmin ssi," ujar wanita itu dengan membungkuk. Kehebohan itu sedikit mengundang lirikan pengunjung restoran. Merasa tak nyaman, Sungmin jadi tak enak juga.

"S-sudahlah, Jaein ssi. Bukan sepenuhnya salah kalian. Memang kenyataannya seperti itu," ucapnya sambil menerawang lantai. Appa Sungmin? Mengelus punggung berharap anaknya makin sabar menghadapi cobaan #plak.

"Aaah, anak nakal! Pulang nanti tak ada air hangat untukmu!" ucap wanita itu sambil menjewer telinga anaknya. Kyuhyun meringis kesakitan.

"Maafkan kami. Kami permisi dulu," dan kedua orang itu pergi tanpa persetujuan dua pria yang memandang takjub kejadian barusan.

"A-appa...," Sungmin membuka keheningan terlebih dahulu.

"A-akan kuceritakan dirumah. Sekarang kita makan dulu."

"Tapi, siapa yang akan menghabiskan ini semua?" terpampanglah porsi makan untuk 8 orang. Sungmin, appa Sungmin, Cho Jaein, dan Cho Kyuhyun. Loh? Empatnya lagi? Kalian tahu kan anak remaja butuh asupan berlebih. Kyuhyun tak cukup satu porsi. Lima adalah minimal.

~oWo~

kurniaaprinta aka. Inchangel proudly present

"Brother"

Chap 1

.:: Introduction ::.

~oWo~

Lee Sungmin POV

"Menikah?" tanyaku sambil menaruh gelas teh ku.

"Iya. Wanita tadi, Cho Jaein, adalah temannya kakak dari istri sepupunya rekan bisnisku."

Haks, bagaimana aku menerjemahkan relasi itu? =.=

"Lalu? Yang tadi bersamanya?"

"Itu anaknya dari suami pertamanya. Ayahnya orang Eropa tepatnya Inggris-Jerman, jadinya rambutnya berwarna kecoklatan dan matanya tidak hitam, coklat juga."

Aku mengangguk paham. Jadi dia anak blasteran.

"Kau, tak marah kan?" appa bertanya hati-hati padaku. Aku menggeleng.

"Tentu tidak. Sudah biasa aku diejek pendek oleh murid-muridku," ucapku jujur.

"Bukan itu maksud appa. Tapi ya itu mau kutanyakan juga sih,"

Aku menyeruput teh ku. Menikmati hembusan nafasnya yang menyegarkan malam dingin ini.

"Apa kau setuju bila aku menikah dengannya?" dan seketika gerakanku terhenti. Aku berpikir matang-matang dan berusaha sedewasa mungkin.

"Appa pasti sudah memperhitungkan semua. Tak mungkin dia wanita yang buruk, buktinya anaknya terlihat sehat dan cerdas. Jadi, tentu saja aku menyetujuinya. Selama ayah bahagia, pasti aku juga bahagia," ujarku dewasa. Appa mulai menangis. Haih... aku berusaha dewasa malah appa yang kekanak-kanakan.

Appa memang sebenarnya sangat dewasa. Hanya saja kalau sudah menyangkut perasaan, dia bisa jauh lebih sensitif ketimbang wanita hamil muda atau sedang awal menstruasi. Appa sudah menjadi single parent untukku selama 20 tahun. Seorang pria dewasa dengan seornag anak tunggalnya hidup dengan penuh susah payah. Itulah kami.

Ibuku, seseornag yang sangat cantik. Ia bisa menaklukan keanehan dari appa. Kami hidup bahagia selama 4 tahun hingga eomma hamil lagi adikku. Setelah 7 bulan, sang bayi tercekik tali pusarnya sendiri. Itu menyebabkan rontaan adikku yang masih dalam kandungannya. Dan goncangan itu membuat kondisi rahim ibuku tak stabil hingga akhirnya pendarahan hebat, dan...

Semenjak itu aku hidup berdua bersama appa. Hingga saat ini. Duapuluh tahun lamanya appa menjadi duda dan membagi dua kehidupannya untukku dan pekerjaannya. Sudah saatnya ia merasakan cinta kasih wanita lagi. Dan kupikir ini saatnya. Saat aku sudah mapan. Sebagai seorang guru di sekolah swasta khusus laki-laki.

~Pagi hari~

Aku berjalan menuju sekolah tempatku bekerja. Mereka terlihat senang ketika aku melangkahkan kaki besar-besar karena memang sekolah itu letaknya diatas bukit. Bukan bukit sih sebenarnya, tetapi jalanan yang dilalui itu harus menanjak sangat curam. Kalau melangkah kecil kecil bisa menggelinding.

"Ming, semangat yaaa!" ujar siswa-siswaku yang berlari. Ada juga yang naik sepeda.

"Yak! Panggil gurumu dengan benar!" meskipun aku bilang begitu, aku senang karena berarti aku dekat dengan mereka. Tapi ya nggak gini juga =.= nggak sopan itu namanya.

"Hai, Min ah~" ujar sesorang sambil merangkulku. Pasti dia. Yesung.

"Annyeong hyung, dan berhenti memanggilku seperti itu. Aku namja, tak mungkin cantik," ketusku padanya.

Keseharian sekolah berjalan cukup baik seperti biasanya. Aku tak menghabiskan makan siangku dan kembali dimarahi oleh Yesung hyung. Setelahnya aku mengajar lagi, dan akhirnya pulang.

Saat pulang, kuperhatikan anak-anak di lorong sekolah sibuk membisikkan sesuatu sambil menunjuk pintu gerbang. Kami, aku dan Yesung hyung, memeriksa arah pintu gerbang.

"Siapa itu? Rambut diwarnai cokelat? Pasti bukan siswa sini, apa dia dari SMA X?" tanya Yesung hyung.

Astaga, itu KYUHYUN!

"Bukan anak SMA X, tapi dia dari Inggris. Duluan ya hyung!" ucapku mengacuhkan Yesung hyung yang memanggilku untuk memberinya penjelasan.

Lee Sungmin POV End

"Ya!" Sungmin membentak namja yang dengan cool nya bersender di gerbang sekolahnya. Siswa-siswa yang melintas didepannya terkagum-kagum akan visual nya dan juga dengan keberanian seorang Lee Sungmin yang membentak. Sungmin terkenal lembut dan susah membentak, kecuali memang untuk menertibkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan seharusnya.

"Hyung. Kau benar-benar mengajar disini?" tanyanya dengan wajah datar minim ekspresi.

"Tentu saja. Tak lihatkah dirimu aku memakai baju bebas disaat yang lain mengenakan seragam?"

"Ah, tentu saja."

"Bukan itu masalahnya. Sedang apa kau disini? Bukannya kau seharusnya menyelesaikan tes masuk SMA-mu?" itu informasi yang diberitahu appa Sungmin.

"Well, aku sudah selesai. Dan aku ingin mengajak hyung makan es krim. Mau?" tanyanya masih dengan wajah hampir tak ada ekspresi berharap, memohon, meminta atau memelas.

Sungmin menggeleng. "Tidak, aku tidak lapar," katanya.

"Kalau begitu kita kerumahmu sekarang. Aku ingin tahu rumah yang akan kita tinggali," ucapnya sambil merangkul pundak Sungmin seenaknya.

Sungmin menghela nafas. Membiarkan kedua kaki jenjang itu menuntun perjalanan kedua kaki mungilnya. Meskipun akhirnya..

"Kyuhyun ssi, kau membawaku kemana?"

Kyuhyun yang terlalu excited akan ke rumah Sungmin sampai asal jalan tanpa peduli bahwa ia tak tahu arah mana yang harus ia lalui untuk ke rumah Sungmin. Excited? Dengan wajah datar itu? Oh ayolah, author kan lebih tahu perasaan tiap karakter #plak.

~Rumah keluarga Lee~

"Aku pulang," ucap Sungmin sambil melepas sepatunya dan membiarkan Kyuhyun menikmati rumahnya yang termasuk mungil itu. Saat masuk, ia melihat note bahwa ayahnya harus lembur sehingga ia tak bisa pulang malam itu. Sungmin sudah terbiasa, sehingga ia tak terlalu kaget dengan keadaan itu.

"Rumahmu bagus, hyung," puji Kyuhyun. Sungmin tersenyum tipis.

"Kalau kita tinggal disini, kupikir ruang belajar sebelah kamar tidurku bisa jadi milikmu," ucap Sungmin.

"Kau mau minum apa?" tawar Sungmin. Kyuhyun diam.

"Teh?" Sungmin memberi pilihan, dan Kyuhyun mengangguk.

Dapur yang letaknya dekat dengan ruang makan membuat Kyuhyun mampu melihat kegesitan Sungmin meracik teh. Sesekali ia melihat sekelilin ruang itu.

Cklek. Suara cangkir gelas dengan teh yang mengepul asapnya tersaji didepan Kyuhyun.

"Jadi, dimana kau dan ibumu tinggal?" tanya Sungmin membuka keheningan.

"Gangnam." Singkat. Padat. Kurang jelas.

"Wah, jauh ya." Well, Sungmin tak bisa komentar lebih banyak.

Keheningan kembali melanda dua pria yang baru saja bertemu kurnag dari 24 jam itu. Hanya dentingan jam dan seruputan teh dari keduanya yang menjadi bukti bahwa waktu masih berjalan dan ada makhluk hidup didalam ruangan itu.

"Hyung," Kyuhyun memulai pembicaraan, untuk pertama kali.

"Ne?"

"Apakah itu ibumu?" tanya Kyuhyun menunjuk sebuah foto diatas lemari kecil. Sungmin mengangguk membenarkan.

"Beliau meninggal di usia yang sangat muda. Saat itu aku masih berumur 4,5 tahun. Ibu meninggal saat sedang mengandung adikku. Adikku dan ibu tak bisa diselamatkan. Sejak itu aku dan appa tinggal berdua dan berusaha semua dari awal. Jadi jangan heran kalau aku bisa mengerjakan pekerjaan rumah, hehe," candanya setelah menceritakan hal serius.

"Tentu." Jawab Kyuhyun seadanya.

"Jadi, bagaimana denganmu?" tanya Sungmin berhati-hati. Ia ingin tahu seluk beluk calon adik tirinya itu meskipun itu pahit nantinya.

"Ibuku bercerai dengan ayahku saat masih di Inggris. Ayahku keturunan Jerman sehingga rambutku mengikuti ayahku. Kami sudah lama putus kontak. Sejak umur 6 tahun, aku sudah disekolahkan disini, di Korea. Bahasa Inggrisku pun sudah tak selancar dulu. Tapi lumayan untuk memenuhi level bahasa Inggris di tiap jenjang pendidikan Korea," ujarnya panjang.

"Ternyata kau bisa juga bercerita panjang, haha," goda Sungmin. Kyuhyun sadar akan sikap canggungnya pun hanya tersipu. Entah karena ditertawakan atau karena melihat Sungmin tertawa terlalu lepas.

"M-maafkan aku. Aku hanya canggung untuk memulai percakapan," ucapnya.

Dan malam itu, mereka berdua semakin mengakrabkan diri.

= Brother =

"Sungmin ah, tante mau tinggal denganmu kalau nanti tante jadi menikahi appa mu. bagaimana?" ibu Kyuhyun menawari Sungmin. Pria mungil itu tersenyum.

"Tante? Anda akan jadi ibu saya, tentu saya akan membiasakan diri memanggil anda sebagai 'eomma'. Sudah lama saya tak menyebutkan kata itu," ucapnya sambil tersenyum senang.

Cho Jaein dan ayah Sungmin hampir menangis terharu mendengarnya.

"Baiklah. mulai besok Kyuhyun dan aku akan bersiap-siap untuk pindah ke rumahmu. barang kami tak banyak. Kuharap kami tak merepotkan kalian," ujar Jaein lagi.

"Tak ada yang merepotkan dari calon istriku ini," dan mereka berdua tertawa bersama.

"Kyuhyun ssi," panggil Sungmin pada orang disebelahnya.

"Ne?"

"Mereka cocok ya?" Kyuhyun mengangguk. Masih dengan stoic face nya.

*TBC