HAIII Maaf kalo chap ini dikit.. habis hime bingung entar kalo panjang malah kebablasan ampe tamat ;9 karena ituuuuu maaf yaaa. Dan maaf juga kalau lama updatenya hee—heee~! Jaaa selamat membacaa!

Salam cantik Hime estumnp

.

.

.

"Ai Haibara.. hidup.. kunci.. dan Kaito KID akan menuntunku pada pangeran.. Pangeran yang rela berkorban demi tuan putrinya dan tak akan mati walau terjatuh. Pangeran yang melindungi tuan putri dari penyihir kegelapan," ucap Heji dengan senyum kemenangan.

.

"Pangeran yang akan menyelamatkan tuan putri," ucap Heiji lagi.

.

.

"Ai Haibara masih hidup,"

.

.

I Know

Chap 9

.

.

Heiji memacu motornya dengan kecepatan penuh. Ia tak tahu harus kemana tapi ia tahu apa yang harus ia temukan. Kaito KID. Ia mencari ke seluruh pelosok. Nampak raut wajah kekecewaan di wajah pemuda berkulit gelap itu. Heiji menghentikan motornya tepat di depan sebuah taman. Ia membuka helmnya dan turun dari motor kesayangannya itu. Ia menghampiri mesin penjual minuman. Memasukan duit dan menekan tombol-tombol yang tersedia. Dalam sekejap Heiji mendapatkan cocacola.

"Dimana kau.. KAITO KID—"

"Kau memanggilku?"

Suara menyebalkan yang terdengar familiar. Heiji membalikkan badannya dan melihat sosok pemuda yang mirip sekali dengan Shinichi Kudo. Hanya saja rambutnya lebih berantakan. Tampangnya berantakan dengan beberapa luka gores di wajah dan tangannya.

"Ku—"

Pemuda itu menggeleng pelan. "Aku bukan Shinichi Kudo, aku adalah Kaito Kuroba," ucap pemuda itu sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Mata Heiji membulat sempurna. "Ka—Kaito Kuroba?! Berarti ka—kau?!" ucap Heiji tergagap-gagap.

"Yah, akulah orang yang kau cari. Lebih baik kita berbicara di taman saja, aku capek berdiri," ucap Kaito sambil memasukan koin dan memencet tombol untuk mendapatkan minuman.

.

Kini kedua pemuda tampan itu sudah duduk di ayunan. Heiji memegang kaleng cocacolanya. Sedangkan Kaito meminum pelan black coffenya. Keheningan menyelimuti suasana di tempat itu. Tak ada yang bersuara sedikitpun. Mereka tenggelam dalam pemikiran masing-masing. Heiji berpikir bahwa dirinya sangat beruntung bisa menemukan Kaito Kuroba secepat ini. Bahkan tanpa dicari, Kaito sudah datang sendiri padanya. Kaito memikirkan rencananya. Menyulitkan, batin Kaito. Kaito menatap black coffenya lalu memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Aku tahu mereka dimana," ucap Kaito sambil melempar kaleng black coffenya ke tong sampah.

"Apa yang kau maksud?!" tanya Heiji diiringi suara 'TRANG' tanda kaleng yang dilempar Kaito masuk ke tong sampah.

Kaito tersenyum penuh arti. "BO, Conan, Shinichi, tanggal merah, Ai Haibara… aku tahu itu semua," ucap Kaito dengan mata yang sendu. Wajah yang jarang sekali ia tunjukan ketika memakai topeng KID Sang Pencuri.

Heiji tersentak kaget. Kenapa orang ini tahu segalanya?!. Apakah sebenarnya informasi mengenai BO sangatlah gampang ditemukan?! Atau Kaito ternyata adalah—

"Aku turut berduka serta menyesal atas kematian Hashima bersaudara, Aku menyesali semua itu," ucap Kaito sambil menunduk.

Pemikiran Heiji buyar seketika. Hashima? Siapa itu?. "Hashima bersaudara?" tanya Heiji tak mengerti.

Kaito menghela nafas melihat Heiji tak mengerti apa yang ia maksud. "Amane dan Akane," ucap Kaito pelan dengan mata semakin sendu.

Heiji diam mendengar kedua nama itu. Dua orang yang baru saja ia temui dan ia baru saja menyaksikan kematian kedua orang itu. Tragis. Ia tak bisa menolong mereka berdua. Padahal mereka membutuhkan bantuan dan hanya Heiji yang bisa membantu. Heiji menundukkan kepalanya.

"Mereka akan bahagia, menyusul dirinya," ucap Kaito sambil tersenyum.

Heiji menampakan raut wajah kebingungan. 'Menyusul dirinya?' batin Heiji tak mengerti. Hal itu membuat Kaito angkat bicara, "Alasan mereka berdua masuk BO demi dirinya, Ayane. Saudara kembar mereka," ucap Kaito sambil mempererat kepalannya.

Mata Heiji membulat tak percaya, "Me—Mereka masih memiliki saudara kembar lagi?!" tanya Heiji kaget. "Dimana orang itu?! Kau bilang menyusul?! Apakah orang bernama 'Ayane' itu sudah—" ucapan Heiji terhenti dengan sendirinya. Keheningan menyelimuti mereka.

"Mereka sebenarnya kembar 3, Ayane adalah gadis yang sakit-sakitan. Kedua orang tua mereka sudah meninggal. Ah tidak, lebih tepatnya sudah dianggap meninggal," ucap Kaito menjawab pertanyaan Heiji.

"Di—anggap meninggal?" tanya Heiji tak mengerti. Kaito terkekeh mendengar suara Heiji.

Kaito mengangguk pelan sambil diiringi senyum kecut, "Awalnya kedua orang tua mereka masuk ke BO seperti orang tua Shiho Miyano. Namun, keberadaan mereka dilenyapkan begitu saja tanpa kejelasan. Entah dibunuh, diasingkan, atau diubah statusnya. Tidak ada yang tahu. Demi mengetahui hal itu, Akane,Amane, serta Ayane memilih masuk ke dalam BO. Namun alasan terbesar mereka adalah agar dapat bertahan hidup dan menyelamatkan Ayane yang menderita penyakit jantung. Akane, Amane dan Ayane bekerja dengan keras sebagai pembunuh bayaran di BO. Namun, orang-orang itu tahu.. mereka tahu penyakit Ayane dan menyandera Ayane. Akane dan Amane hanya dapat bertahan dan berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan saudara mereka.. namun hal itu membawa mereka untuk menemui kematian rupanya" ucap Kaito dengan wajah yang tak dapat diartikan.

'Orang tua Ai Haibara.. adalah anggota BO, pantas ia dulu anggota BO' batin Heiji. "Lalu dari mana kau tahu Ayane sudah mati?" tanya Heiji.

Kaito tersenyum dan terkekeh kecil. "Kau pikir BO akan membiarkan gadis tak berguna hidup?" tanya Kaito dan Heiji hanya mampu terdiam.

"Dari mana,"

"Hem?"

"Dari mana kau tahu semua ini?" tanya Heiji yang sontak membuat Kaito terkejut.

Kaito menatap langit di atasnya. "Awalnya aku penasaran dengan fenomena Shinichi Kudo yang mengecil menjadi Conan Edogawa, namun hal itu membuatku tahu lebih banyak. Bahkan terlalu banyak, sampai aku sempat diincar juga. Dan kini, kunci kemenangan taruhan ini ada padaku. Aku harus berusaha sebisa mungkin membuat semuanya normal kembali. Memang aku yang menggali kuburanku sendiri, namun aku belum mau masuk kuburan yang kugali itu," ucap Kaito dengan senyum di wajahnya.

"Huh? Egois?" ucap Heiji sambil memanyunkan bibirnya .

"Bayangan hitam sudah datang.." ucap Kaito pelan

"Hah?" Heiji hanya dapat ber'hah' ria tak mengerti.

Kaito mendesah ringan. "Pangeran berlari tetapi tidak menuju surge. Ia berlari menuju bayangan hitam. Penyihir itu memakan apel merah. Pangeran mati karena penyihir membunuh pangeran,"

Heiji terdiam. Ia tahu kata pangeran disitu. Pangeran adalah Ai Haibara. Lalu Pangeran akan mati di bunuh penyihir. Ai akan mati, siapa yang akan membunuh Ai?!. Heiji memasang tampang berpikirnya.

"Pangeran mencintai Putri Salju. Namun Putri Salju mencintai malaikat. Tetapi malaikat bukanlah malaikat yang asli. Malaikat atau iblis? Hey, Putri Salju?" ucap Kaito sambil tersenyum miris.

Heiji tersentak kaget. Ia mengerti. Putri Salju adalah Shinichi Kudo. Heiji tahu kalau Ai mencintai Shinichi Kudo. Tidak, lebih tepatnya Ai mencintai Conan Edogawa. Ai tidak pernah tertarik pada Shinichi Kudo. Ia hanya tertarik pada Conan Edogawa. Dan, baik Shinichi ataupun Conan, hanya mencintai satu orang. Orang yang menjadi alasan dari usaha lelaki itu untuk kembali ke tubuh aslinya. Orang baik yang selalu bertindak di luar nalar. Orang yang selalu menunggu dengan sabar. Ya, Ran Mouri.

"Pangeran menangis atau tidak? Aku tidak tahu karena aku tidak melihat apapun," ucap Kaito sambil menundukkan kepalanya sekali lagi.

"Kurasa dia menangis, selalu." Ucap Heiji sambil tersenyum hampa.

'Yah, Pangeran mencintai Putri Salju namun Putri Salju lebih mencintai Malaikat. Malaikat atau I-tunggu dulu,' pikir Heiji dalamhati sambil merengut sejenak.

"Apa maksudnya dengan 'Tetapi malaikat bukanlah malaikat yang asli. Malaikat atau Iblis, Hey Putri Salju?'?" tanya Heiji menatap Kaito dengan tatapan yang serius.

Kaito menodongkan pistolnya. "Menurutmu?" tanyanya sambil tersenyum.

"Aku tidak mau memikirkan kemungkinan terburuknya," ucap Heiji tanpa rasa takut dengan pistol yang ditodongkan kepadanya. "Walau aku tahu kemungkinan besar, kemungkinan terburuklah yang paling mungkin terjadi," ucap Heiji lagi.

"Kemungkinan yang kau pikirkan itulah yang terjadi," ucap Kaito dengan santainya.

Heiji menatap Kaito dengan tatapan yang sulit diartikan. Heiji merasa kesal. Ia sudah terlalu terlambat dan ia mengutuk 'ketidakpekaan' dirinya. Kaito tersenyum kecut memikirkan apa yang ia lakukan sekarang. Ia harus mencari seseorang yang bisa menyelamatkan Ai. Tapi ia juga berjanji, akan membuat semua orang mencari pangeran yang telah dianggap mati. Kaito tidak bisa memaafkan orang-orang yang dengan gampangnya membiarkan Ai mati. Menyedihkan.

"Hei," saut Heiji dan membuat Kaito menaikkan satu alisnya.

"Kau tahu dimana Ai Haibara beradakan?" tanya Heiji yang merasa kesal.

"Jadi kau ingin mencari pangeran?" tanya Kaito sinis.

"Ya, aku mau," ucap Heijidengan penuh keyakinan.

Kaito tertawa sedikit mengejek. "Kau? Hanya kau saja yang peduli pada pangeran? Hanya kau saja yang mencari Ai? Hanya karena seorang Shinichi Kudo kalian mencari Ai Haibara? Hanya karena detektif som—"

"Berhenti di situ Kaito Kuroba," suara yang tak asing lagi di telinga Heiji. Kaito membulatkan matanya melihat orang yang berada di hadapannya.

"Kami ingin Ai-chan kembali, tak kurang tak lebih," ucap Yukiko sambil menggenggam tangan Kaito.

Yukiko secara tiba-tiba datang besama Yusaku, Inspektur Megure, Kogoro, Sato, dan Takagi. Kaito terdiam tak dapat berkata-kata. Apasih yang mereka pikirkan? Bukankah sudah terlalu terlambat untuk mencari Ai sekarang?.

"Kami ingin Ai-chan selamat, dan Shin-chan selamat," ucap Yukiko lagi.

"Yukiko-neechan.." ucap Kaito tertegun sejenak.

'Yukiko-neechan?' pikir semua orang yang ada di sana kecuali Yusaku yang hanya tertawa kecil. Kaito menatap layar handphonenya. Waktunya tinggal sebentar lagi. Kaito memasukkan handphonenya ke kantong celananya dan menatap lurus ke arah semua orang.

"Aku akan menagih permintaan maaf kalian semua kepada Ai Haibara nanti," ucap Kaito sambil menatap Heiji.

"Tentu kami akan melakukan itu tampa disuruh," ucap Heiji dengan penuh keyakinan.

.

.

"Mereka sudah bersatu nampaknya," ucap pria berambut keperakan itu. Gin.

Gadis berambut gelap itu tersenyum sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia menatap segerombolan orang yang sedang berada di taman dengan tawa riang. Raut wajah kelegaan nampak di wajah orang-orang itu. Gadis berambut gelap itu kembali tersenyum kesekian kalinya saat melihat lelaki berwajah hampir serupa dengan orang yang ia cintainya itu sedang menceritakan apa yang ia tahu. Ya gadis itu, Ran kini sedang berada di mobil sambil menatap Kaito, Heiji dan yang lainnya dengan tatapan penuh arti. Tak lupa ia juga menatap Ayah tercintanya yang berada di sana. Ran lalu mengambil kacamata hitamnya dan menatap Gin yang berada di kursi kemudi.

Ran menatap gadis berambut pendek yang sedang termenung melihat segerombolan orang itu. Mata sayunya menghiasi wajah cantiknya. Gadis berambut pendek itu menatap lelaki bernama Kaito Kuroba dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kau sudah memutuskannya kan?" tanya Ran sambil menatap gadis itu dari kaca spion.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Demi Kudo—Aku rela melakukan apapun," ucap Gadis itu lemah dan pelan nyaris tak terdengar.

Ran lalu menggeram pelan dan mendecih kesal. Demi Kudo? Tak tahukah gadis itu jika seorang Ran Mouri sangat mencintai Shinichi Kudo?! Bahkan Ran Mouri rela masuk organisasi yang berbahaya hanya demi bertemu Shinichi Kudo. Dan gadis ini?! Gadis yang telah membuat Shinichi Kudo mengecil menjadi Conan Edogawa.. bisa-bisanya gadis ini mengatakan akan melakukan apapun demi Shinichi. Ironis sekali. Kenapa gadis yang membuat semua ini terjadi, malah berkata akan melakukan apapun demi detektif bodoh dari timur?.

"Hei," panggil Ran dan membuat gadis berambut pendek itu menatap Ran tanpa bergerak sedikitmu.

Ran menatap tatapan gadis itu yang penuh keputus asaan. Penuh dengan kepasrahan dan tidak ada perlawanan sedikitpun. Ran menggigit bibir bawahnya geram.

"Tenangkan dirimu," ucap Gin sambil memasukan kunci mobilnya kedalam lubang kunci mobil.

Ran menatap Gin dengan tatapan 'tak-usah-ikut-campur' sambil tersenyum pelan. Gadis itu masih menatap Ran. Ran tersenyum untuk kesekian kalinya dan akhirnya berkata,

"Kau akan melakukan apapun untuk Shinichi Kudo?" tanya Ran

Gadis itu mengangguk pelan.

"Apapun itu?" tanya Ran lagi sambil meraih sesuatu di kantong bajunya.

Gadis itupun mengangguk sekali lagi dengan lemah.

"Kalao begitu—" ucap Ran dengan nada berpikir.

.

.

"Kenapa kau tak mati saja, Ai Haibara,"

.

.

TBC

.

.

JAAAAAA gimana? Gimana? Temen Hime ada yang maksa untuk cepet update—buuuuu padahalkan hime lelah sekolah *alesan* *bantai aja author ini* neee kritik dan saran sangat diterima! Terimakasih sudah membaca!